Rahmad Effan Fahri Mahendra , Raihan , Diena Juliana

  ORIGINAL STUDY PERBANDINGAN GEL EKSTRAK JAHE How to cite: MERAH (ZINGIBER OFICINALE LINN. VAR.

  Effan R, Raihan, Juliana D.

Perbandingan gel ekstrak jahe RUBURUM) DAN GEL EKSTRAK KUNYIT

merah (zingiber oficinale linn. var. ruburum) dan gel ekstrak

  (CURCUMA DOMESTICA VAL) kunyit (curcuma domestica val) terhadap proses

  TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN penyembuhan. Jurnal luka Indonesia. 2016, 2(1):72-77 Conflict of interest: Nothing 1 1 1 Rahmad Effan Fahri Mahendra , Raihan , Diena Juliana

  Funding resources: Nothing 1 STIKes YARSI Pontianak

  Corresponding authors: rahmadefm@gmail.com

  Note:

  • Part of this articles has been ABSTRACT st presented in 2 WOC-SM,

  Latar belakang: Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi, pemanfaatan Makassar as oral presentation

  bahan alam berkembang sebagai bahan baku farmasi. Pemanfaatan bahan alam seperti rimpang jahe merah dan kunyit diolah menjadi berbagai macam olahan. Bahan tersebut diolah menjadi dressing untuk menyembuhkan luka. Jahe merah dan kunyit mempunyai efek farmakologis dan mengandung komponen kimia bermanfaat. Komponen kimia jahe merah yaitu senyawa homolog dikenal dengan 10-shogaol sebagai antioksidan, gingerol, oleoresin dan minyak atsiri. Kandungan kimia kunyit, kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdes-metoksikurkumin dan anti-inflamasi alami. Pengolahan dibuat menjadi sediaan berbasis gel.

  Tujuan: Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengecilan luka

  menggunakan jahe merah dan kunyit yang diformulasikan dalam sediaan berbasis gel dengan konsentrasi 4 % dan diaplikasikan sebagai terapi penyembuhan luka akut.

  Metode: Pembuatan ekstrak dilakukan di Akademi Farmasi Yarsi, perlukaan

  sampel di dinas Kesehatan Hewan, perawatan luka dilakukan di Lembaga Pelayanan Keperawatan Pontianak Nursing Center. Waktu penelitian pada tanggal 23 Juli – 06 Agustus 2015. Penelitian quasi eksperiment dengan metode pre and post test without control.

  Hasil: Jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 9 ekor tikus, 4 ekor

  menggunakan gel jahe merah dan 5 ekor menggunakan gel kunyit. Tikus 2 dibuat 1 luka sayatan dibagian paha kiri dengan panjang 0,4 mm . Mean 2 antara pemberian gel ekstrak jahe merah sebesar 0,125 mm standar deviasi 2 sebesar 0,0957 dan gel ekstrak kunyit sebesar 0,240 mm standar deviasi sebesar 0,0548. Hasil uji t-test, diinterpretasikan nilai p sebesar 0,056 > α 0,01.

  Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan proses pengecilan luka pada mencit menggunakan gel jahe merah dan gel kunyit. Kata Kunci: basis gel, jahe merah, kunyit, luka akut erapi yang digunakan dalam penyembuhan luka sangat bervariasi dari

  LATAR

  waktu ke waktu seiring dari perkembangan kemajuan ilmu dan tekhnologi. Tanaman jahe merah atau dikenal dengan sebutan nama

  BELAKANG

  latin Zingiber Officinale Linn. Var. Ruburum, memiliki rasa khas yaitu pedas dan

  T

  bersifat hangat dan sudah dikenal sejak lama dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Pemakaian jahe sebagai tanaman obat semakin berkembang pesat seiring dengan mulai berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk pengobatan. Semua penggunaannya hanya berdasarkan kebiasaan orang tua zaman dahulu, yang diwariskan secara turun temurun (Hariana & Arief, 2004).

  Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog yang dikenal sebagai gingerol, oleoresin dan minyak atsiri yang tinggi. Sehingga digunakan sebagai bahan baku obat. Berkembangnya pemakaian obat tradisional, jahe digunakan sebagai bahan utama maupun sebagai pelengkap ramuan obat (Lentera & Tim, 2002).

  Komponen target 10-shogaol sebagai antioksidan pada individu dalam lapisan sel yang tumbuh dan bergerak atau pindah dengan potensial tinggi dalam proses penyembuhan luka (Chung et al, 2012).

  Berdasarkan efek farmakologisnya, jahe merah memiliki manfaat untuk melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menghangatkan tubuh, antiradang, dan penambah nafsu makan dan memiliki efek anti inflamasi (Hardiman & Intarina, 2014).

  Kunyit yang masih satu famili dengan jahe namun dalam kandungan kunyit itu sendiri terdapat perbedaan dalam unsur kimia, juga dipercaya manfaat dari kunyit hampir sama dengan manfaat yang dimiliki oleh jahe merah. Kandungan senyawa bermanfaat dalam rimpang kunyit, diantaranya minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa, dan beberapa mineral. Komponen utama yang paling penting dari rimpang kunyit adalah kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bisdes-metoksikurkumin. Kunyit diyakini berkhasiat dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan, antimikroba, antifungi, serta anti inflamasi (Utami et al, 2013).

  Kurkumin mempunyai aktifitas biologis cukup luas diantaranya bersifat antibakteri, antioksidan, antipatotoksik dan mempercepat penyembuhan dengan cara meningkatkan produksi TGF β-1 dalam proses penyembuhan luka. TGB β-1 dapat memacu proliferasi fibroblast juga berperan serta dalam sintesis kolagen (Damayanti, et al., 2012).

  Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan

  METODE

  desain pre and post test without control. Kesimpulan dari hasil penelitian

  Jenis peneli an

  didapat dengan cara perbandingan post test antara kelompok perlakuan menggunakan gel ekstrak jahe merah dan gel ekstrak kunyit. Alur penelitian yang dipakai yaitu pre and post test only without control :

  Keterangan: R : Sampel penelitian, semua mendapatkan perlakuan 01: pre test pada kelompok perlakuan X1: uji coba / intervensi pada kelompok perlakuan

02: Post test pada semua kelompok setelah perlakuan

  Hewan uji diperlakukan dengan cara yang sama, yaitu ditempatkan dalam masing-masing satu kandang diberi makan berupa pellet dan minuman mineral atau air masak. Ukuran luka pada tikus sama. Pemberian gel jahe merah dan kunyit secara topikal secara bersamaan pada masing-masing tikus yang ditentukan. Dilakukan pengukuran awal sebelum dioleskan gel secara topikal, selanjutnya mengobservasi, perubahan luka dan melakukan penggantian balutan selama tiga hari sekali.

  Populasi pada penelitian ini menggunakan hewan percobaan berupa

  Populasi dan

  tikus putih (mus musculus). Pemilihan sample diambil secara tidak acak

  sampel dengan memberikan nomor pada tikus dalam masing-masing kandang.

  Penentuan besar sampel berdasarkan rumus WHO yaitu jumlah sampel minimal 5 ekor tikus setiap kelompok (Wulandari & Endah, 2010).

  Penelitian ini menggunakan tikus berjumlah 10 ekor tikus yang meliputi 5 ekor untuk ekstrak jahe merah dan 5 ekor menggunakan ekstrak kunyit pada masing-masing konsentrasi yang diperlakukan sama sesuai desain penelitian. Perlakuan pada kelompok hewan percobaan dengan melukai paha tikus 2 sebelah kiri menggunakan bisturi dengan panjang 4 mm , kemudian memberikan atau mengoleskan ekstrak tersebut pada kelompok eksperimen secara merata.

  Instrument Alat

  Alat yang digunakan adalah penggaris ukur atau penggaris luka,

  Penelitian

  transparan film opsite flexifix, plaster hypoalergenik leukopore (BSN Medical), bisturi braun no 11 (GEA Medical), alat pencukur Gillette, handscoon, spuid 1 cc, tabel skor dan kamera canon power shot A480 dengan 10 mp (Canon Inc) Timbangan analitik (AND HR 120), Beaker glass, toples , kertas saring, urinal pot, gelas ukur, cawan penguap.

  Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rimpang jahe merah dan kunyit segar diambil langsung dari kebun penulis di Desa Suka Jaya, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang. Beberapa bahan tambahan lain seperti carbopol, emulgator, etanol, metil paraben, dan aquadest.

  Distribusi hasil luka akut dengan menggunakan gel ekstrak jahe merah dan gel

  HASIL ekstrak kunyit. Tabel 1 Analisis Univariat.

  Mean dari pengecilan luka pada kelompok eksperimen menggunakan ekstrak gel jahe merah dan kunyit dengan konsentrasi masing-masing 4% mulai dari hari ke 1, 4 dan 7. Pengecilan ukuran luka untuk ekstrak jahe merah, Pada hari ke-4 pemberian ekstrak gel jahe merah 4% dengan pengecilan luka 2.75

  2 2 mm . pada hari ke-7, pengecilan luka 1.57 mm .

  Tabel 2 Analisis Bivariat.

  Observasi pada total hasil observasi pengecilan luka menggunakan gel ekstrak jahe merah sebesar 0,125 mm2. dan pengecilan rata-rata gel ekstrak kunyit sebesar 0,240 mm2 . Nilai p sebesar 0,56 > α 0,01, dapat diartikan tidak ada perbedaan antara ekstrak jahe merah dan ekstrak kunyit. hasil hari pertama sampai dengan hari ke tujuh pada mencit dengan pemberian ekstrak gel jahe merah dan ekstrak gel kunyit.

  Tabel 3 Hasil observasi pengecilan luka menggunakan gel jahe merah dan gel kunyit

  DISKUSI

  Komponen non-volatile pada jahe merah yaitu zat oleoresin yang

  Efek fitas jahe merah

  merupakan pembentuk rasa pedas dan tidak menguap. kadar oleoresin

  terhadap proses tertinggi jika dibandingkan dengan kadar oleoresin pada jahe lainnya. penyembuhan luka

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ratna et al, 2009), hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa jahe merah dengan konsentrasi 4 % memiliki efek anti-inflamasi hampir sama dengan NSAIDs.

  Penelitian lain oleh (Panjaitan et al, 2012), menyebutkan bahwa ekstrak rimpang jahe merah diformulasi menjadi sediaan gel berbasis hidroxypropil

  metil selulosa (HPMC).

  Ekstrak rimpang jahe merah yang di formulasikan dalam bentuk gel berbasis HPMC dan sediaan yang paling baik berdasarkan mutu fisik dan uji penilaian organoleptic sediaan formula adalah rimpang jahe merah dengan konsentrasi 4 %. Sedangkan formulasi gel dari bahan alam dengan konsentrasi 4 % jahe merah sudah memiliki kemampuan dalam proses penutupan luka.

  Efektifitas kunyit

  Penelitian yang dilakukan oleh (Yuna & Maryain, 2014), menyebutkan

  terhadap

  bahwa sifat antioksidan kurkumin dalam kunyit sangat kuat. Kurkumin dalam

  penyembuhan luka

  kunyit tidak hanya bermanfaat dalam pencegahan berbagai macam kanker tetapi juga sebagai anti-inflamasi alami dan hal tersebut terbukti dari penelitian yang dilakukan pada tikus. Ekstrak rimpang kunyit dapat dapat memperbaiki proses penyembuhan luka. Fraksi etil asetat dan n-heksan rimpang kunyit mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi air.

  Gel yang terbuat dari rimpang kunyit segar dengan konsentrasi 4 % memiliki aktivitas dalam proses penyembuhan luka serta memiliki peranan tersendiri dalam proses penyembuhan luka karena dapat mengurangi peradangan atau anti-inflamasi dan dapat mengembalikan dan re-epitelisasi dengan cepat.

  Perbedaan

  Berdasarkan observasi perkembangan luka yang dilakukan selama 7 hari,

  antara gel ekstrak

  dalam penelitian ini menunjukan hasil yang hampir serupa antara jahe merah

  jahe merah dengan

  dan kunyit. Konsentrasi 4 % pada jahe merah yang sudah diolah dalam sediaan

  gel ekstrak kunyit

  gel memiliki efek anti-inflamasi hampir sama dengan NSAIDs, sedangkan

  terhadap proses

  kurkumin dalam kunyit memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat. Sifat

  penyembuhan luka

  kurkumin juga memiliki anti-inflamasi. Anti-inflamasi dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

  Penelitian ini dengan sistem moist yaitu mempertahankan prinsip kelembaban yang memungkinkan untuk menghindari terjadinya infeksi karena fibrin cepat hilang pada suasana lembab oleh neutrofil dan sel-sel endotel. Proses ini akan lebih terangsang pada suasana lembab. Terjadi percepatan pembentukan sel aktif yang menginvasi neutrofil diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka dan berfungsi lebih dini.

  Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu tidak adanya

  KETERBATASAN

  kelompok control, sehingga penulis belum dapat memastikan efektifitas jahe

  PENELITIAN

  merah dan kunyit dalam penyembuhan luka. Selain itu penulis tidak menganalisis variabel perancu sebagai antisipasi terjadinya bias pada penelitian.

  Berdasarkan hasil penelitian perbandingan gel ekstrak jahe merah dan

  KESIMPULAN gel ekstrak kunyit memiliki kesamaan.

  Ÿ

  Karakteristik proses penyembuhan luka secara umum pada tikus menunjukan hasil yang sama.

  Ÿ

  Proses penyembuhan sampai dengan fase proliferasi dan menunjukan hasil yang sama, pada hari ke-7 sudah tampak pentupan luka pada masing- masing paha tikus.

  Ÿ

  Dengan konsentrasi gel jahe merah dan gel kunyit yang sama yaitu 4 % sudah menunjukan hasil efektif untuk proses penyembuhan luka. Chung, Chen-Yi, Kuo- Chen Cheng, Andy Y Chang, et al. (2012). 10-Shogaol, an

  REFERENSI

  antioxidant from Zingiber officinale for skin Cell Proliferationand Migration Enhancer. International journal of Molecular Sciences, ISSN 1442-0067 (14) 1762-1777; doi:3390/ijms13021762

  Damayanti, Ayu Shelvia, Yuwono Dwi, Mery, dkk (2012). Efek pemberian Kurkumin terhadap peningkatan pembentukan Kolagen pada soket gigi tikus wistar pasca pencabutan,. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember. 12, 1-2

  Dharma, Kelana Kusuma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. (Edisi revisi).

  Jakarta: Trans Info Media, 11, 94-95 Hardiman, Intarina. (2014). Sehat Alami dengan Herbal 250 tanaman berkhasiat obat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 14, 148 Hariana, Arief. (2004). Tumbuhan obat & khasiatnya. Seri 1. Depok: PT. Penebar

  Swadaya, 04, 135 Lentera,Tim. (2002). Sehat dengan Ramuan Tradisional. Khasiat & manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Agro Media Pustaka, 02, 09-11.

  Panjaitan, Natalia, Ester, Awaludin, dkk. (2012). Formulasi gel dari rimpang jahe merah (zingiber officinale rosce). Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara, 12

  Ratna. S. T. (2009). Uji efek anti inflamasi dan kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma demestica Val.) dalam sediaan topikal pada mencit jantan. 09, 27-28. Utami, Prapti, Desty Ervira, dkk. (2013). The Miracle of Herbs. Cetakan pertama.

  Jakarta; PT. Agro Media Pustaka, 13, 115 Wulandari, Endah Catherina. (2010). Pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium Ascalonium) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus Wistar dengan hiperglikemia. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 10, 03

  Yuna, Maryain. (2014). Uji aktivitas kunyit (curcuma domestica val) terhadap luka insisi pada tikus jantan galur wistar. Fakultas Farmasi UGM