Laporan Praktikum Lapangan Rekayasa Ling

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
REKAYASA LINGKUNGAN PERTANIAN
(TPT-2401)
PERKENALAN REKAYASA LINGKUNGAN PERTANIAN DI BALAI
PENGEMBANGAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA
(BPPTPH)

Disusun Oleh :
Nama

: Denny Rachmad P.P.

NIM

: 10/301967/TP/09889

Dosen Pengampu : 1. Dr.Ir. Sunarto Goenadi, DAA
2. Dr. Joko Nugroho W.K., STP, M.Eng

LABORATORIUM REKAYASA LINGKUNGAN DAN BANGUNAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang begitu
belimpah, khususnya pada sektor pertanian yang merupakan sumber
kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini.
Adapun

bidang-bidang

pertanian

secara


luas

mencakup

bidang

pembudidayaan tanaman pangan, tanaman hortikultura (tanaman pekarangan),
tanaman perkebunan, bidang kehutanan, bidang peternakan & bidang
perikanan. Pertanian bidang tanaman pangan dan hortikultura merupakan
pembudidayaan jenis-jenis tanaman pangan (palawija) dan tanaman-tanaman
hortikultura baik tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat-obatan
dan tanaman sayuran agar diperoleh hasil yang diinginkan sesuai jenis
tanaman tersebut. Banyak sekali teknik budidaya yang dibuat untuk
memudahkan manusia memenuhi kebutuhan pangan.
Dalam

suatu

bangunan


aspek lingkungan mikro

dan

pertanian,

perlu

pengendaliannya

diperhatikan

yang

diperlukan

aspekuntuk

memaksimalkan fungsi dari bangunan tersebut sesuai dengan tujuan
dibangunnya.

Aspek lingkungan tersebut meliputi temperatur, kelembapan, cahaya,
kualitas dan aliran udara, bau, hama danpenyakit, dan sebagainya yang
memengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan kualitas dan masa simpan suatu
produk hasil pertanian.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari jenis benih dan tanaman
holtikultura yang dapat diberikan perilaku rekayasa lingkungan melalui karakteristik
jenis benih dan tanaman holtikultura, mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari
tahapan-tahapan untuk melakukan perekayasaan lingkungan pertanian untuk setiap
jenis benih dan tanaman holtikultura, dan mahasiswa dapat mengetahui dan

mempelajari macam-macam permodelan sistem perekayasaan lingkungan pertanian
yang dilakukan di Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Holtikultura.
C. Manfaat

Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dalam bangku
perkuliahan secara nyata, dapat mengetahui tentang berbagai macam masalah
yang sering terjadi dalam proses perekayasaan lingkungan pertanian yang
dapat


dipecahkan

bersama,

dan

mendapatkan

kesempatan

untuk

memperdalam ilmu dan memahami profesi dalam kenyataan.

BAB II
DASAR TEORI

Lingkungan dan bangun pertanian adalah salah satu cabang disiplin ilmu
dalam teknik pertanian yang focus pada pengendalian lingkungan dalam bangun

pertanian untuk pertumbuhan produksi dan mempertahankan mutu hasil pertanian.
Pengertian

dan

definisi

dari bangunan

pertanian secara

fisik

adalah

semua bangunan dengan berbagai macam tipe dan strukturnya, yang digunakan
untuk proses produksi di bidang pertanian dalam arti luas, meliputi bangunan
untuk

produksi


tanaman

sebagainya), produksi

pertanian

ternak (kandang dan

(rumah

kaca, hidroponik,

sebagainya),

bangunan

dan
untuk


penyimpanan dan penanganan pasca panen (gudang pertanian dan sebagainya),
bangunan untuk menyimpan alat dan mesin pertanian, perbengkelan, serta
bangunan pertanian lainnya. Dalam suatu bangunan pertanian, perlu diperhatikan
aspek-aspek lingkungan mikro dan pengendaliannya yang diperlukan untuk
memaksimalkan fungsi dari bangunan tersebut sesuai dengan tujuan dibangunnya.
Aspek lingkungan tersebut meliputi temperatur, kelembapan, cahaya, kualitas dan
aliran udara, bau, hama danpenyakit,

dan

sebagainya

yang

memengaruhi

kenyamanan, produktivitas, dan kualitas dan masa simpan suatu produk hasil

pertanian. Dari sudut pandang keteknikan, lingkungan dapat dikendalikan secara
tertutup.

Elemen lingkungan yang memengaruhi produktivitas tanaman adalah temperatur,
kelembapan

relatif,

intensitas

cahaya, angin, polutan,

konsentrasi CO2,

serta pH,

kadar nutrisi, dan kadar air media tanam. Media tanam yang digunakan bervariasi,
ditentukan oleh praktik menanam yang digunakan. Penanaman dengan cara hidroponik
tentu saja memerlukan penanganan pH, nutrisi, dan kadar air media tanam yang berbeda
jika dibandingkan dengan menggunakan media tanah, sehingga penanganan lingkungan
mikro akan sedikit berbeda. Penanganan faktor lingkungan dalam rumah kaca juga
berbeda jika dibandingkan dengan penanganan lingkungan mikro tanaman dalam ruangan
terbuka, mengingat bahwa dalam rumah kaca intensitas panas dapat diatur sesuai dengan

kebutuhan dan struktur bangunan.

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanaman
karena merupakan sumber energi bagi fotosintesis tanaman. Cahaya yang paling
penting

bagi

tanaman

adalah cahaya

tampak,

yang

memiliki panjang

gelombang antara 390-700 nm. Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum
bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan

kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini
umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada.
Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai
intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan
naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu (misal pohon
teh untuk membuat teh putih atau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar
dan tipis).
Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang
penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar
berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak;
misalnya, anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi
15 jam sehari, bit gula tidak akan menghasilkangula yang banyak jika tidak
mendapatkan cahaya lebih dari 8 jam sehari, dan tomat tidak dipengaruhi lamanya
penyinaran. Fenomena ini disebut fotoperiodisme.

Temperatur merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat
penting bagi tumbuhan. Temperatur di sekitar tanaman, baik temperatur udara, air,
ataupun tanah, dipengaruhi oleh banyak hal seperti durasi dan intensitas radiasi
matahari, laju

pindah

panas, laju

transpirasi dan evaporasi,

dan aktivitas

biologis di sekitar tanaman. Mudah mengukur temperatur udara di sekitar
tanaman, namun sulit mengukur temperatur tanaman itu sendiri. Biasanya
temperatur daun digunakan sebagai data yang mewakili karena permukaan daun
yang luas serta kegunaan daun sebagai organ transpirasi menjadikannya tolok
ukur pengukuran temperatur tanaman. Selain itu, temperatur tanah juga digunakan
untuk mengukur temperatur organ perakaran tanaman.
Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan tanaman sangat
kompleks,
dan aktivitas

namun
air.

pada

umumnya

Tanaman,

memengaruhi

selayaknya makhluk

kinerja enzim tanaman
hidup lain

di bumi ini,

kehidupannnya dikendalikan oleh aktivitas enzim di dalam maupun di luar sel.
Jika temperatur terlalu dingin, sel tidak akan aktif dan cenderung dorman,
sedangkan ketika temperatur terlalu tinggi, enzim perlahan-lahan akan mengalami
pengurangan aktivitas hingga akhirnya mati. Jika tidak ada aktivitas enzim,
kehidupan tidak akan berlangsung dengan baik. Selain itu, temperatur yang tinggi
juga akan menyebabkan laju transpirasi meningkat melebihi penyerapan air oleh
akar sehingga sel tanaman akan mengering dan mati. Temperatur bersama-sama
dengan kelembapan udara adalah yang paling memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio
antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air
jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan
antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu
dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada
tekanan dan temperatur yang sama. Dalam konteks budidaya tanaman,
kelembapan udara dipengaruhi dan memengaruhi laju transpirasi tanaman.
Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh akar
hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan

dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.
Kelembapan udara, bersama dengan temperatur paling banyak memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Karbon dioksida adalah gas yang diperlukan oleh tanaman sebagai bahan
dasar berlangsungnya fotosintesis. Tanpa Karbon dioksida, tanaman tidak akan
menghasilkan hasil pertanian karena karbon dioksida bersama air dan cahaya
matahari merupakan bahan dasar proses pembentukan hasil-hasil pertanian
melalui fotosintesis tanaman.
Yang dimaksud dengan kecepatan angin dalam hal ini adalah besarannya
dan tidak bergantung pada arah. Angin memengaruhi laju transpirasi, laju
evaporasi, dan ketersediaan karbon dioksida di udara. Tanaman akan mengalami
kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara pada kecepatan udara
antara

0,1

hingga

0,25

m/s. American

Society

of

Agricultural

Engineering merekomendasikan kecepatan angin dalam budidaya tanaman tidak
melebihi 1 m/s. Pengendalian kecepatan angin dapat dilakukan jika budidaya
dilakukan dalam greenhouse dengan ventilasi yang tidak terlalu terbuka serta
dinding yang kedap udara.
Sebagai alat produksi, bangunan pertanian digunakan dalam kegiatankegiatan

atau

proses

produksi

pertanian

baik pra maupun pasca

panen.

Berdasarkan fungsinya, maka bangunan pertanian dapat dikelompokkan dalam
berbagai macam atau jenis bangunan sebagai berikut:
Bangunan untuk produksi tanaman
Bangunan untuk produksi tanaman umum disebut greenhouse atau rumah
kaca atau rumah tanaman; istilah terakhir muncul sejak pembangunan greenhouse
tidak lagi menggunakan kaca, tetapi juga plastik dan fiberglass dengan alasan
teknis

maupun

ekonomi.

Rumah

kaca

umumnya

dibangun

di

wilayah subtropis dan wilayah dengan empat musim. Bangunan ini dperlukan
agar kegiatanbercocok tanam dapat dilakukan ketika temperatur cuaca mematikan
bagi tanaman pertanian. Dengan rumah kaca, tanaman yang di dalamnya
terlindungi dari temperatur lingkungan serta mendapatkan temperatur yang cukup
untuk pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan cahaya matahari masih dapat

menembus atap dan dinding rumah kaca, sedangkan panas yang dihasilkan dari
elemen-elemen di dalam rumah kaca sulit keluar dan terperangkap di dalam
sehingga temperatur di dalam rumah kaca menumpuk dan mengimbangi
temperatur dingin di luar sehingga memungkinkan bagi tanaman untuk hidup.
Tetapi, efek rumah kaca tidak dapat diterapkan di wilayah tropis karena
temperatur yang meningkat akan mematikan tanaman yang didalamnya,
mengingat bahwa temperatur lingkungan di wilayah tropis sudah cukup untuk
pertumbuhan tanaman. Greenhouse yang dibangun di wilayah tropis umumnya
tidak melindungi tanaman dari temperatur udara luar. Hal ini karena konstruksi
tembok yang tidak kedap udara dan atap yang berventilasi, memungkinkan udara
panas naik dan keluar dari greenhouse. Namun greenhouse ini dapat melindungi
tanaman dari hujan dan serangan hama.
Bangunan untuk penyimpanan hasil pertanian
Penyimpanan bahan hasil pertanian telah dilakukan oleh manusia sejak
8000 tahun sebelum masehi pada saat manusia mulai menanam, sedangkan
penyimpanan

bahan

pangan

sudah

dimulai

sejak

manusia

melakukan

budaya berburu dan mengumpulkan makanan untuk mencegah kelaparan ketika
musim yang tidak diinginkan datang. Produk hasil pertanian secara luas, baik
berupa

hasil pertanian, perikanan, peternakan,

maupun kehutanan memerlukan

fasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan
penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah
kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan
pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil
pertanian.
Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:


Rumah pengepakan



Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam karung (gudang)



Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk curah (silo)



Bangunan penyimpanan kayu



Rumah
peternakan

beku untuk

penyimpanan buah-buahan dan sayuran serta hasil

Gudang adalah suatu bangunan penyimpanan yang memiliki bagian-bagian
konstruksi yang terdiri dari atap (penutup), dinding, dan lantai, membentuk suatu
ruangan perlindungan yang cukup luas untuk menempatkan atau menyimpan
berbagai macam barang atau komoditas. Definisi ini membedakan fasilitas
penyimpanan yang lain sepertilumbung, peti, kotak, atau perlengkapan
pengemasan lainnya. Gudang secara konstruksi tidak banyak berbeda dengan
gedung yang bersifat statis dan memerlukan pondasi untuk memantapkan dan
menstabilkan posisi dan kedudukan bangunan tersebut.
Penyimpanan hasil tanaman berupa biji-bijian dapat dilakukan secara curah
atau karung. Bangunan penyimpan biji-bijian curah umumnya berbentuk lumbung
atau silo berupa silinder tegak. Di Indonesia, yang saat ini digunakan adalah
lumbung yang berbentuk rumah panggung persegi. Pada penyimpanan dengan
sistem karung, biji-bijian dimasukan ke dalam karung dan disimpan di gudang
secara berumpuk-tumpuk. Sedangkan penyimpanan buah-buahan, sayur-sayuran,
hasil ternak, dan hasil pertanian lainnya yang cepat membusuk akibat
serangan mikroba dan jamur, umumnya disimpan di ruangan berpendingin.
Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, dan mesin budidaya pertanian
Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan
komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis
ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini
berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya
pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk,pestisida, dan bahan
bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu
darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api dan tidak mudah runtuh
dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk
bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.
Bangunan pertanian lainnya

Dalam usaha tani komersial, biasanya ada banyak jenis bangunan
pertanian karena banyaknya kebutuhan, misalnya infrastruktur jalan menuju
ladang atau kandang, pagar,bendungan, dan sebagainya.
Pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian
Bangunan pertanian harus mampu mengatasi pengaruh buruk dari
lingkungan di luar bangunan. Pengendalian lingkungan di dalam bangunan
pertanian meliputi cahaya, temperatur, kelembapan, komposisi gas, dan
sebagainya. Untuk mempertahankan temperatur lingkungan di dalam suatu
bangunan pertanian, harus ada keseimbangan antara input dan output
sumber panas di dalam bangunan tersebut. Panas dapat masuk ke dalam bangunan
pertanian dari berbagai sumber, misalnya aliran udara masuk, peralatan mekanis,
lampu pencahayaan, aktivitas manusia, dan panas yang dihasilkan dari tanaman
maupun hewan di dalamnya. Sedangkan, panas dapat keluar dari bangunan
pertanian melalui udara keluar, konduksi bangunan pertanian, penyerapan panas
oleh elemen-elemen dalam bangunan, dan sebagainya. Besarnya kehilangan panas
konduksi dari suatu bangunan bergantung pada resistansi aliran panas pada
bangunan, luas dinding dan atap, serta perbedaan temperatur antara struktur
bangunan dan atmosfer.
Faktor lingkungan yang ada dalam greenhouse adalah cahaya, temperatur,
kelembapan, aliran udara, komposisi udara, dan media tanam. Sedangkan arah
pengendalian faktor lingkungan tersebut bergantung pada tujuan penggunaan
greenhouse. Pada daerah dengan empat musim, greenhouse digunakan untuk
melakukan kegiatan bercocok tanam dimusim dingin atau menanam tanaman
pertanian yang tidak sesuai dengan iklim dan musim setempat dengan
mengendalikan kondisi lingkungan di dalamnya. Misalnya, untuk menghindari
udara dingin, ventilasi diminimalisasi sehingga udara dingin luar tidak dapat
masuk dan panas yang terperangkap di dalam tidak keluar dengan mudah.
Umumnya, tipe rumah kaca seperti ini membutuhkan bahan transparan yang
sangat bening namun tidak dapat ditembus oleh gelombang inframerah yang
dipancarkan oleh tanaman di dalamnya setelah menerima cahaya matahari
sehingga panas di dalam dapat dipertahankan. Bahan konstruksi bangunan juga

perlu diperhatikan, yaitu harus terbuat dari bahan dengan konduktivitas
termal yang rendah untuk mencegah hilangnya panas keluar dari bangunan dan
yang tahan terhadap cuaca ekstrem.
Untuk penggunaan di wilayah tropis, greenhouse umumnya digunakan
untuk melindungi tanaman dari hujan dan mencegah serangan hama dan penyakit,
akibat tingginya kelembapan udara wilayah tropis karena curah hujan yang tinggi
serta temperatur yang tinggi. Untuk itu, dinding greenhouse umumnya terbuat dari
kain kasa yang cukup rapat namun masih memungkinkan aliran udara dari luar
masuk ke dalam maupun sebaliknya. Selain itu, atapnya berventilasi sehingga
udara panas di dalam dapat keluar dengan mudah. Untuk pemilihan bahan
konstruksi bangunan, tipe greenhouse ini tidak membutuhkan jenis bahan
pertanian khusus melainkan bahan yang tahan terhadap korosimengingat wilayah
tropis memiliki kelembapan udara yang tinggi.
Untuk penggunaan di daerah gurun, rumah kaca berfungsi untuk
menurunkan temperatur udara di dalam sehingga tidak sepanas udara di
lingkungan luar. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh, karena pada
umumnya kondisi gurun terlalu ekstrem untuk tanaman pertanian. Tipe
greenhouse seperti ini umumnya tertutup dengan atap yang tidak bening, namun
agak teduh untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Pengendalian
kelembapan udara juga diperhatikan, mengingat lingkungan gurun sangat kering.
Masalah yang mungkin timbul dari rapatnya konstruksi greenhouse dan
cenderung tertutup dari lingkungan luar adalah kadar karbon dioksida. Ventilasi
yang terlalu rapat dapat menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dalam
greenhouse. Fotosintesis yang terjadi di dalam greenhouse cenderung lebih intens
dibandingkan dengan kondisi di luar, menyebabkan penyerapan karbon dioksida
melebihi kondisi normal. Hal ini dapat diatasi dengan memperkaya kandungan
karbon dioksida di dalam greenhouse dengan suatu generator agar kadar kardon
dioksida di dalam tidak jatuh hingga di bawah normal.
Pengendalian lingkungan pada bangunan penyimpanan hasil pertanian
Penyimpanan hasil pertanian merupakan bagian yang penting dalam
penanganan pasca panen; beberapa jenis hasil pertanian sangat rentan terhadap

kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang ditetapkan
kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama
penyimpanan proses perubahanbiokimia dan serangan agen-agen perusak dapat
menyebabkan susut dan menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini,
perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam
penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat menimbulkan kerugian.
Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan bahan hasil pertanian.
Faktor-faktor

tersebut

diantaranya

adalah

faktor

lingkungan

(temperatur, kelembapan relatif, komposisi atmosfer), faktor bahan (kadar
air, aktivitas

air,

dan

sebagainya),

tindakan

penanganannya

(cara

dan

waktu panen, pencucian, pengeringan, dan sebagainya), faktor bangunan (struktur,
kemampuan pengaturan lingkungan dalam bangunan, fasilitas, dan sebagainya).
Penyimpanan hasil pertanian membutuhkan lingkungan yang mendukung
kondisi yang dapat mempertahankan hasil pertanian dalam waktu lama dengan
tidak

mengubah

kualitas

mengubah rasa, warna,

dan

bentuk,

kuantitas
dan

hasil

sebagainya)

pertanian
serta

(tidak

mencegah

terjadinya perkecambahan terutama dalam penyimpanan hasil pertanian yang
berbentuk biji-bijian. Hal ini dapat dilakukan dengan mengendalikan temperatur,
kelembapan, komposisi gas dalam udara, dan pengendalian hama yang dapat
merusak hasil pertanian.
Dalam penyimpanan hasil pertanian, perlu diperhatikan:


Kadar air dan aktivitas air dalam hasil pertanian



Daya tumbuh, terutama hasil pertanian dalam bentuk biji-bijian



Aktivitas respirasi, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran, karena
aktivitas respirasi masih terjadi meski sudah dipanen
Massa jenis hasil pertanian



Temperatur ruangan dan sistem penyimpanan memegang peran yang sangat
penting dalam sistem penyimpanan. Bahan pangan yang berkadar air tinggi dan
indeks

aktivitas

air

yang

tinggi

rentan

terhadap

kerusakan kimiawi dan mikrobiologis. Hasil pertanian yang tahan terhadap

serangan mikroorganisme seperti serealia dapat terancam oleh serangan hama
makroskopis seperti serangga, tikus, dan sebagainya. Aktivitas hama makroskopis
tersebut sangat tergantung pada temperatur lingkungan; semakin rendah
temperatur ruangan, semakin rendah tingkat serangan.
Secara umum, setiap elemen bangunan penyimpanan hasil pertanian harus
memenuhi berbagai kondisi. Atap harus dapat melindungi komoditas di dalamnya
dari cuaca, angin, pengaruh sinar matahari secara langsung, organisme
pengganggu, serta dapat memberikan hawa sejuk bagi ruangan dan produk yang
disimpannya. Lantai harus memberikan ruang gerak yang aman, memudahkan
pembersihan dan perawatan, dapat menahan beban produk, serta dapat mencegah
penyerapan kadar air. Pondasi harus dapat mengurangi pergeseran bangunan
terhadap tanah. Pintu harus memperlancar kegiatan bongkar muat komoditas dan
mencegah masuknya organisme pengganggu. Ventilasiharus dapat mengontrol
suasana di dalam dan di luar sehingga nyaman bagi pekerja, mencegah hujan dan
udara akibat kelembapan tinggi, mencegah kehadiran organisme pengganggu.
Jendela harus berfungsi dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman, mengatur
cahaya matahari yang masuk, melindungi dari cuaca dan organisme pengganggu.
Penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk karung
Penyimpanan tipe ini lebih umum di Indonesia, terutama gudang-gudang
penyimpan stok bahan pangan di mana bahan pangan tersebut memungkinkan
untuk dijual dengan segera jika terjadi kekurangan pasokan di pasar. Penyimpanan
tipe ini memiliki keuntungan, yaitu fleksibel, modal investasi konstruksi
bangunan relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, dan tidak terjadi migrasi
uap air (jika karung kedap air). Namun, tipe ini memiliki beberapa tipe
kelemahan, diantaranya: harus dilakukan fumigasi secara rutin sehingga dapat
menambah cost usaha, jika terjadi serangan hama akan sulit dikendalikan, dan
temperatur dan kelembapan akan sukar dikendalikan.
Penyimpanan hasil pertanian serealia dalam bentuk curah dalam silo
Penyimpanan dalam bentuk curah berarti hasil pertanian disimpan tanpa karung
pembungkus dan disimpan secara besar-besaran dalam satu bangunan. Biasanya,

hasil pertanian yang disimpan dalam bentuk curah adalan hasil pertanian yang
berupa

biji-bijian

(gandum, beras, jagung yang

telah

dipipil, sorgum, rye, barley, oat, kacang-kacangan, kopi, lada, biji bunga matahari,
dan sebagainya) dan disimpan dalam bangunan yang disebut silo.
Keuntungan sistem curah diantaranya, biji-bijian dapat ditangani seperti
halnya fluida yang dapat dialirkan dan memudahkan pergerakan bahan, tidak
membutuhkan karung pembungkus sehingga menghemat biaya, dan pengendalian
kualitas lebih efisien dan efektif. Selain itu, penyimpanan dalam silo
membutuhkan tempat yang tidak lebih luas dari penyimpanan sistem karung
dalam kuantitas yang sama. Penyimpanan hasil pertanian juga dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih lama dengan jumlah loss lebih rendah.
Namun konstruksi silo tidaklah murah.
Syarat dasar penyimpanan dalam bentuk curah:


Kadar air dalam biji-bijian harus rendah, di mana dalam keadaan tersebut
respirasi minimum.



Biji-bijian harus bebas dari kotoran dan debu yang dapat menghambat
sirkulasi udara.



Silo harus berventilasi yang dapat mengatur atmosfer di dalam silo sesuai
dengan hasil pertanian yang disimpan.



Harus kedap air dan pengaruh cuaca serta terbebas dari pengaruh radiasi
matahari.



Dilengkapi dengan konveyor dan bucket elevator untuk memudahkan
pengangkutan dan pemindahan bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pengendalian kelembapan dan temperatur udara

dalam silo merupakan hal yang cukup penting karena secara alami, biji-bijian
bersifat higroskopis, yaitu mampu melepaskan kadar air ke udara dan juga dapat
menyerap kadar air dari udara, tergantung kondisi temperatur dan kelembapan di
sekitar biji-bijian. Hal ini penting, karena kadar air dalam biji-bijian berpengaruh
terhadap pertumbuhan hama dan penyakit pengganggu biji-bijian.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat:
1. Alat tulis
2. Anemometer
3. Luxmeter
4. Alat pengukur kandungan sulfur
B. Bahan :
1. Jamur
2. Buah-buahan
3. Sayuran (tomat dan cabai)
4. Tanaman hias (anggrek dan krisan)
C. Cara Kerja :
Alat tulis dan alat ukur disiapkan, kemudian dilakukan pencatatan datadata yang terdapat Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Dan
Hortikultura (BPPTPH), seperti macam varietas tanaman yang dibudiyakan
(jamur, buah-buahan, sayuran dan tanaman hias), kecepatan angin, intensitas
cahaya, dan kandungan gas sulfur.Setelah kemudian data-data disatukan untuk
dibuat sebuah laporan yang nantinya diberikan kepada dosen pengampu.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum lapangan kali ini yang berlokasi di Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPPTPH) yang merupakan instantsi yang
menangani tentang perekayasaan perbenihan tanaman pangan dan holtikultura dengan
tujuan untuk meningkatkan nilai produktivitas dari komoditas pertanian tersebut, seperti
budidaya jamur kuping dan tiram, budidaya tanaman hias (krisan dan anggrek), budidaya
sayuran (tomat).
Pertama budidaya jamur kuping dan tiram yang berawal dari F(0) yag merupakan hasil
dari bibitan induk jamur kuping atau tiram yang masih segar. Setelah itu menjadi F(1)
yang terbuat dari sari kentang, glukosa, agar-agar dan sedikit serbuk gergaji dan
ditambahankan sedikit bekatul sebagai penganti pupuk atau nutrisi budidaya jamur
tersebut, dapat di lihat pada gambar 4.1:

Gambar 4.1. Tabung pembibitan jamur F(0) dan F(1)
Ciri-ciri F(0) dan F(1) yaitu dilihat dari pertumbuhan jamur yang dapat berkembang dan
tubuh di bagian atas botol. Kemudian ciri dari F(2), F(3) dan F(4) yaitu dilihat dari serbuk
kayu berwarna putih yang tidak memiliki bercak-bercak agar dapat dikembang biakan di
botol media pembudidayaan. Dari cara penyimpanan F(2), F(3), dan F(4) diletakkan
dilemari biasa yang memiliki suhu minimal 25 ˚C dan kelembaban 82%. Setelah itu F(2)
dioven dengan suhu minimal 95˚C dengan waktu stabil ± 5 jam, namun jika suhu sudah >
100 ˚C sudah bisa digunakan. Setelah dioven media F(2), F(3), dan F(4) diletakan
didalam inkubator. Cara memperbanyakan bibit jamur tersebut yaitu dengan meggunakan
alat-alat yang steril agar bibit jamur tidak terkontaminasi.

Gambar 4.2. Rak penyimpanan tabung pembibitan jamur F(2) F(3), dan F(4)

Gambar 4.3. Oven dan Inkubator

Setelah dipanaskan dan dilakukan penyimpanan sementara bibit jamur diletakan pada bag
lock yang telah sediakan. Cara pembuatan bag lock yaitu dengan cara melakukan
fermentasi yang terbuat dari serbuk kayu yang tela dicuci dengan air dan dibersihkan
yang tujuan agar dapat membersihkan getah dan minyak yang ada diserbuk kayu tersebut.
Kemudian bag lock-bag lock tersebut dipanaskan didalam ruang pemanas (tungku
pemanas), dan selanjutnya diletakkan diruangan penyimpana yang steril.

Kedua budidaya tanaman hias anggrek, pembibitan tanaman anggrek menggunakan
sistem stek secara keseluruhan. Waktu pemanenan tanaman hias anggrek yaitu sekitar 6
bulan,nama

anggrek

yang

ditanam

berjenis

scorpio

yang

dijual

sekitar

Rp5.000,00/tangkai. Media yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman hias anggrek
yaitu media serabut kelapa untuk menambah kelembaban dalam pertumbuhan anggrek
tersebut menggunakan intensitas cahaya yang maksimal. Dari segi perawatan tanaman
hias anggrek dengan cara penyiangan, penyiraman dan pemupukan mikro.

Selanjutnya budidaya tanaman hias krisan, tanaman hias ini merupakan tanaman dari
benua eropa yang penanamannya perlu penanganan khusus karena tanaman tersebut
sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar yang tidak terkontrol, maka dilakukan
pembudidayan dengan media green house yang memiliki intensitas cahaya sekitar 15760,
kelembaban 15% dan suhu sekitar 35˚C. Cara pembibitan tanaman hias ini yaitu
pemotongan dengan sistem stek pada pucuk tanaman yang utuh (15-20 cm), dan juga
diberi zat perangsa akar, media yang digunakan yaitu berupa arang sekam dan media
tersebut diberi pupuk serta di beri fungisida. Dalam petumbuhan bibit tanaman hias
krisan di beri lampu agar suhu tanaman tersebut dapat di kontrol, intensitas yang di miliki
pada green house tersebuat adalah sekitar 2520, kelembaban 15% dan suhu 34 ˚C.

Ketiga pembudidayaan sayuran tomat, benih sayuran tomat direndam untuk penyemaian
dalam waktu ± 3 jam dengan tujuannya untuk mengheterogenkan bibit dengan larutan
fungisida dan dirawat 15 hari, setelah itu benih siap untuk ditanam bila telah berumur ± 2
minggu. Pada saat penanaman ukuran lahan yang digunakan Balai Pengembangan
Perbenihan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPPTPH) yaitu lebar sekitar 1 meter dan
panjang tergantung pada laham yang digunakan. Jarak tanaman antar tanaman yang satu
ke lainnya adalah 50 – 60 cm. Tanah yang digunakan merupakan tanah granosol yaitu
tanah pasiran dan dicampuri pupuk kandang (2-3 ton/ha), serta komponen pupuk
penunjang kesuburan memiliki komposisi ZA = 50 kg untuk 1000 meter, P = 25 kg, dan
K = 25 kg serta Dolomit = 1ton/ha. Sebelum melakukan penanaman tanah dibuat
gundukan dan dilapisi mulsa plastik yang telah dilubangi, jarak waktu tanam benih tomat
setelah mulsa dipasang yaitu sekitar 5 hari, kemudian media tanam didiamkan selama 1
minggu dan setelah dilakukan penyemprotan larutan fungisida ke media tanam tersebut.
Tinggi tanaman tomat diwilayah kaliuran sekitar 2 meter dengan 5 tangkai, yang dimana
tangkai ke-5 dipangkas dengan tujuan agar ukuran buah tomat sama besarnya, hal ini
dapat dilihat dari banyak jumlah buah tomat pada 1 tangkai tanaman tomat yang
berjumlah 9 buah dengan ukuran yang sama besarnya. Umur panen tanaman sayuran
tomat terdiri dari 2,5 bulan dengan melihat indikator warna kematangan buah tomat
tersebut. Setelah dilakukan pemanenan tanaman sayuran tomat diambil bijinya untuk
dilakukan pembenihan, dengan konversi penyediaan biji 3 kuintal buah tomat segar

menjadi 1 kg biji benih, dan petani benih tomat tersebut dengan memiliki kualitas yang
baik.

B
AB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas dari benih,
bibit dan tanaman holtikultura dengan melakukan perekayasaan lingkungan
pertanian, seperti penggunaa green house pada budidaya tanaman krisan, mulsa
plastik pada budidaya bibit tomat, dan lain-lain agar memiliki kualitas produksi
yag baik.
B. Saran
Agar dapat memanfaatkan limbah yang tidak terpakai pada buah tomat dijadikan
kompos yang dapat dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Esmay, M.L. and J.E. Dixon. 1986. Environment Control for Agricultural
Buildings. AVI Publishing Co., Inc. Westport, Connecticut.
Hanan, J.J., W.D. Holley, and K.L. Goldsberry. 1978. Greenhouse
Management. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York.

Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Publication
3311. University of California. Amerika Serikat.
Rokhani, H. 2009. Pengendalian Lingkungan Dalam Bangunan Pertanian.
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor.
USDA Agric. 1976. Handbook No 66. Commercial Storage of Fruits,
Vegetables, and Florist and Nursery Stocks. USDA, Amerika Serikat.