PENJUALAN ANGSURAN (1) PENJUALAN ANGSURAN (1) PENJUALAN ANGSURAN (1)
PENJUALAN ANGSURAN
Disusun Oleh :
Ardi Tandrio
12AK0041
Indah Purnama Sari 10AK0067
Masriah
12AK0073
Nurwati Aprilia
12AK0068
Sujana
12AK0072
Endang Prihatin
12AK0023
PENJUALAN ANGSURAN
Pengertian Penjualan Angsuran
Penjualan Angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian, dimana
pembayarannya dilakukan secara bertahap . Profit adalah salah satu tujuan umum setiap
perusahaan dan salah satu langkah untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan
volume penjualan dengan penjualan yang pembayarannya secara bertahap . hal ini akan
menarik bagi para konsumen karena akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya
. namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang besar, karena
pembayarannya dilakukan beberapa periode dimasa yang akan datang sehingga
menimbulkan ketidakpastian .
Masalah utama dalam penjualan angsuran adalah bagaimana caranya untuk menekan
resiko terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya
dapat menjadi seminimal mungkin . usaha untuk meminimalkan resiko ini digolongkan
dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Penjualan angsuran dilakukan secara selektif bahwa penjualan angsuran hanya
diberikan pada calon pembeli angsuran yang kemampuan dan kejujurannya
dapat dipercaya, misalnya : Pegawai Negeri, Profesi tertentu dsb.
b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan
pembeli
c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji
2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual
Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli
angsuran yang isinya antara lain :
a. Perjanjian penjualan bersyarat
Menurut perjanjian ini, barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan
kepada pembeli, akan tetapi menyerahkan hak atas barang tersebut sampai
pembayarannya selesai
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit
Dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermotor
digunakan sebagai jaminan kredit Bank . kredit Bank tersebut digunakan untuk
membayar utang kepada penjual barang yang bersangkutan . dengan demikian
pembeli berutang kepada Bank, bukan kepada penjual barang . setelah kredit
lunas, sertifikat atau BPKB akan diterima dari Bank .
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai
pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai, bukti pemilikan akan
diserahkan kepada pembeli .
d. Perjanjian Beli-Sewa
Sebelum pembayarannya lunas, pembayaran dianggap sewa . setelah
pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual beli. Apabila sebelum pembayaran
lunas pembeli menghentikan pembayaran, maka barang yang sudah diterima
harus dikembalikan tanpa ganti rugi .
3. Menyediakan perlindungan ekonomi kepada penjual
Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir
masak masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran .
karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan
keuntungan bagi pihak penjual .
agar keadaan ini dapat terwujud, maka :
a. Uang muka harus cukup besar, adalah melebihi penurunan nilai dari barang baru
menjadi barang second
b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Semakin panjang jangka waktu angsuran, berarti semakin besar penurunan nilai
atas barang yang dijual dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak
bagi pembeli
c. Angsuran cukup besar
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selama jangka waktu
angsuran
Penjualan angsuran dapat dilakukan terhadap :
1.
Aktiva tetap.
2.
Barang dagangan.
Masalah transaksi penjualan angsuran dari aspek akuntansi adalah berkaitan dengan
pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran. Pada umumnya pengakuan laba kotor
dari transaksi penjualan angsuran ada dua cara yaitu
1) Metode laba kotor diakui pada periode penjualan.
Apabila metode ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan sama seperti penjualan
biasa atau transaksi penjualan kredit. Laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan ditandai
dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.
Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :
Laba diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.
Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas
dan mengurangi piutang.
Hasil penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap sebagai
pengembalian pokok piutang angsuran.
Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan
mengakui pendapatan bunga.
2) Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas.
Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor
dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh
perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi.
Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas adalah
sebagai berikut :
a. Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke dalam
rekening ”Laba Kotor Belum Direalisasi” (LKBD).
b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = %
LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan (tdk termasuk bunga)%
LKD dicatat dengan rumus
Harga jual - harga pokok x 100%
Harga jual
c. LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang kemudian
diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.
d. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.
e. LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada sisi passiva
di bawah kelompok hutang.
PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan
sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai
berikut :
a.
Adanya down payment atau uang muka
b.
Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran
Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran
aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode
penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas.
Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode
pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.
Contoh 1 :
Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan
harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00
ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan)
selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa
pinjaman.
Diminta:
Buat skedul pembayaran angsurannya
2.
Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor
diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.
1.
Penyelesaian :
1.
Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )
Angsuran
ke
Tgl bayar
Bunga
Angsuran
Jml
pembayaran
Sisa harga
kontrak
1 Sept 05
-
-
-
4.000.000
(U.muka)
1 Sept 05
-
800.000
800.000
3.200.000
I
1 Mrt 06
160.000
320.000
480.000
2.880.000
II
1 Sept 06
144.000
320.000
464.000
2.560.000
III
1 Mrt 07
128.000
320.000
448.000
2.240.000
IV
1 Sept 07
112.000
320.000
432.000
1.920.000
V
1 Mrt 08
96.000
320.000
416.000
1.600.000
VI
1 Sept 08
80.000
320.000
400.000
1.280.000
VII
1 Mrt 09
64.000
320.000
384.000
960.000
VIII
1 Sept 09
48.000
320.000
368.000
640.000
IX
1 Mrt 10
32.000
320.000
352.000
320.000
X
1 Sept 10
16.000
320.000
336.000
0
880.000
4.000.00
0
4.880.000
-
Jumlah Total
2.
Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan
a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi
Jurnal
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000
= 4.000.000
uang muka 20%
=
800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00
Kas
Piutang angsuran
800.000
3.200.000
Rumah
3.000.000
Laba penjualan angs
1.000.000
= 3.000.000
Ajp tgl 31 Des 05 :
Bunga yang masih harus diterima 4
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
Piutang bunga
Pendapatan bunga
106.667
106.667
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Laba penjualan angs 1.000.000
Menutup rekening nominal ke iktisar Pendapatan bunga
laba rugi
Iktisar laba rugi
Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Pendapatan bunga
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2005
Penerimaan angsuran I
106.667
1.106.667
106.667
Piutang bunga
Kas
106.667
480.000
Tgl 1 Maret 06 :
Piutang angsuran
320.000
Angsuran pokok : 3.200.000/10
Pendapatan bunga
160.000
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
Penerimaan angsuran II
Kas
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok
= 320.000
464.000
Piutang angsuran
320.000
Pendapatan bunga
144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
Ajp tgl 31 Desember 06 :
Piutang bunga
Bunga yang masih harus diterima 4 bln
4/12
x
10%
x (3.200.000
640.000) = 85.333
85.333
Pendapatan bunga
85.333
–
Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua sudah
tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.
b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi
Jurnal
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000
= 4.000.000
uang muka 20%
=
HP rumah :
800.000
Kas
Piutang angsuran
800.000
3.200.000
Rumah
3.000.000
LKBD
1.000.000
10 x Rp 300.00
= 3.000.000
Ajp
Piutang bunga
tgl 31 Des 05 :
a.
Bunga yang masih harus diterima 4
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
106.667
Pendapatan bunga
106.667
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
LKBD
b.
Penyesuaian LKBD atau Laba kotor
direalisasi (LKD)
200.000
LKD
200.000
% laba kotor :
1.000.000 x 100% = 25%
4.000.000
Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp
800.000.000 (down payment). Jadi LKD
th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 =
Rp 200.000.000
3.
Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
LKD
Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga
rugi
Iktisar laba rugi
4.
Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2005
5.
Penerimaan angsuran I
Pendapatan bunga
200.000
106.667
306.667
106.667
Piutang bunga
Kas
106.667
480.000
Tgl 1 Maret 06 :
Piutang angsuran
320.000
Angsuran pokok : 3.200.000/10
Pendapatan bunga
160.000
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok
= 320.000
Kas
464.000
Piutang angsuran
320.000
Pendapatan bunga
144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
Ajp tgl 31 Desember 2006
a.
Ajp bunga yang masih harus diterima 4 Piutang bunga
bln ( 1 Sept sd 31 Des 06)
Pendapatan bunga
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) =
85.333
85.333
85.333
b.
Penyesuaian LKBD
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp LKBD
64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD
LKD
th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 =
Rp 160.000.000
8.
Jurnal penutup tgl 31 Des 06 :
LKD
Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga
rugi
Iktisar laba rugi
9.
Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2006
Pendapatan bunga
Piutang bunga
160.000
160.000
160.000
85.333
245.333
85.333
85.333
Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :
a. Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada
besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada
tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006
sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima selama
tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun 2006.
b. Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun
2006, perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin
kecil karena bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok
pinjaman akan semakin kecil karena adanya pelunasan ditahun sebelumnya.
Disusun Oleh :
Ardi Tandrio
12AK0041
Indah Purnama Sari 10AK0067
Masriah
12AK0073
Nurwati Aprilia
12AK0068
Sujana
12AK0072
Endang Prihatin
12AK0023
PENJUALAN ANGSURAN
Pengertian Penjualan Angsuran
Penjualan Angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian, dimana
pembayarannya dilakukan secara bertahap . Profit adalah salah satu tujuan umum setiap
perusahaan dan salah satu langkah untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan
volume penjualan dengan penjualan yang pembayarannya secara bertahap . hal ini akan
menarik bagi para konsumen karena akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya
. namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang besar, karena
pembayarannya dilakukan beberapa periode dimasa yang akan datang sehingga
menimbulkan ketidakpastian .
Masalah utama dalam penjualan angsuran adalah bagaimana caranya untuk menekan
resiko terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya
dapat menjadi seminimal mungkin . usaha untuk meminimalkan resiko ini digolongkan
dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Penjualan angsuran dilakukan secara selektif bahwa penjualan angsuran hanya
diberikan pada calon pembeli angsuran yang kemampuan dan kejujurannya
dapat dipercaya, misalnya : Pegawai Negeri, Profesi tertentu dsb.
b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan
pembeli
c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji
2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual
Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli
angsuran yang isinya antara lain :
a. Perjanjian penjualan bersyarat
Menurut perjanjian ini, barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan
kepada pembeli, akan tetapi menyerahkan hak atas barang tersebut sampai
pembayarannya selesai
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit
Dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermotor
digunakan sebagai jaminan kredit Bank . kredit Bank tersebut digunakan untuk
membayar utang kepada penjual barang yang bersangkutan . dengan demikian
pembeli berutang kepada Bank, bukan kepada penjual barang . setelah kredit
lunas, sertifikat atau BPKB akan diterima dari Bank .
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai
pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai, bukti pemilikan akan
diserahkan kepada pembeli .
d. Perjanjian Beli-Sewa
Sebelum pembayarannya lunas, pembayaran dianggap sewa . setelah
pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual beli. Apabila sebelum pembayaran
lunas pembeli menghentikan pembayaran, maka barang yang sudah diterima
harus dikembalikan tanpa ganti rugi .
3. Menyediakan perlindungan ekonomi kepada penjual
Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir
masak masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran .
karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan
keuntungan bagi pihak penjual .
agar keadaan ini dapat terwujud, maka :
a. Uang muka harus cukup besar, adalah melebihi penurunan nilai dari barang baru
menjadi barang second
b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Semakin panjang jangka waktu angsuran, berarti semakin besar penurunan nilai
atas barang yang dijual dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak
bagi pembeli
c. Angsuran cukup besar
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selama jangka waktu
angsuran
Penjualan angsuran dapat dilakukan terhadap :
1.
Aktiva tetap.
2.
Barang dagangan.
Masalah transaksi penjualan angsuran dari aspek akuntansi adalah berkaitan dengan
pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran. Pada umumnya pengakuan laba kotor
dari transaksi penjualan angsuran ada dua cara yaitu
1) Metode laba kotor diakui pada periode penjualan.
Apabila metode ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan sama seperti penjualan
biasa atau transaksi penjualan kredit. Laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan ditandai
dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.
Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :
Laba diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.
Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas
dan mengurangi piutang.
Hasil penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap sebagai
pengembalian pokok piutang angsuran.
Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan
mengakui pendapatan bunga.
2) Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas.
Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor
dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh
perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi.
Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas adalah
sebagai berikut :
a. Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke dalam
rekening ”Laba Kotor Belum Direalisasi” (LKBD).
b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = %
LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan (tdk termasuk bunga)%
LKD dicatat dengan rumus
Harga jual - harga pokok x 100%
Harga jual
c. LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang kemudian
diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.
d. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.
e. LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada sisi passiva
di bawah kelompok hutang.
PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan
sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai
berikut :
a.
Adanya down payment atau uang muka
b.
Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran
Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran
aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode
penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas.
Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode
pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.
Contoh 1 :
Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan
harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00
ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan)
selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa
pinjaman.
Diminta:
Buat skedul pembayaran angsurannya
2.
Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor
diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.
1.
Penyelesaian :
1.
Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )
Angsuran
ke
Tgl bayar
Bunga
Angsuran
Jml
pembayaran
Sisa harga
kontrak
1 Sept 05
-
-
-
4.000.000
(U.muka)
1 Sept 05
-
800.000
800.000
3.200.000
I
1 Mrt 06
160.000
320.000
480.000
2.880.000
II
1 Sept 06
144.000
320.000
464.000
2.560.000
III
1 Mrt 07
128.000
320.000
448.000
2.240.000
IV
1 Sept 07
112.000
320.000
432.000
1.920.000
V
1 Mrt 08
96.000
320.000
416.000
1.600.000
VI
1 Sept 08
80.000
320.000
400.000
1.280.000
VII
1 Mrt 09
64.000
320.000
384.000
960.000
VIII
1 Sept 09
48.000
320.000
368.000
640.000
IX
1 Mrt 10
32.000
320.000
352.000
320.000
X
1 Sept 10
16.000
320.000
336.000
0
880.000
4.000.00
0
4.880.000
-
Jumlah Total
2.
Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan
a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi
Jurnal
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000
= 4.000.000
uang muka 20%
=
800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00
Kas
Piutang angsuran
800.000
3.200.000
Rumah
3.000.000
Laba penjualan angs
1.000.000
= 3.000.000
Ajp tgl 31 Des 05 :
Bunga yang masih harus diterima 4
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
Piutang bunga
Pendapatan bunga
106.667
106.667
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Laba penjualan angs 1.000.000
Menutup rekening nominal ke iktisar Pendapatan bunga
laba rugi
Iktisar laba rugi
Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Pendapatan bunga
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2005
Penerimaan angsuran I
106.667
1.106.667
106.667
Piutang bunga
Kas
106.667
480.000
Tgl 1 Maret 06 :
Piutang angsuran
320.000
Angsuran pokok : 3.200.000/10
Pendapatan bunga
160.000
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
Penerimaan angsuran II
Kas
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok
= 320.000
464.000
Piutang angsuran
320.000
Pendapatan bunga
144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
Ajp tgl 31 Desember 06 :
Piutang bunga
Bunga yang masih harus diterima 4 bln
4/12
x
10%
x (3.200.000
640.000) = 85.333
85.333
Pendapatan bunga
85.333
–
Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua sudah
tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.
b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi
Jurnal
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000
= 4.000.000
uang muka 20%
=
HP rumah :
800.000
Kas
Piutang angsuran
800.000
3.200.000
Rumah
3.000.000
LKBD
1.000.000
10 x Rp 300.00
= 3.000.000
Ajp
Piutang bunga
tgl 31 Des 05 :
a.
Bunga yang masih harus diterima 4
bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
106.667
Pendapatan bunga
106.667
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
LKBD
b.
Penyesuaian LKBD atau Laba kotor
direalisasi (LKD)
200.000
LKD
200.000
% laba kotor :
1.000.000 x 100% = 25%
4.000.000
Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp
800.000.000 (down payment). Jadi LKD
th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 =
Rp 200.000.000
3.
Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
LKD
Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga
rugi
Iktisar laba rugi
4.
Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2005
5.
Penerimaan angsuran I
Pendapatan bunga
200.000
106.667
306.667
106.667
Piutang bunga
Kas
106.667
480.000
Tgl 1 Maret 06 :
Piutang angsuran
320.000
Angsuran pokok : 3.200.000/10
Pendapatan bunga
160.000
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok
= 320.000
Kas
464.000
Piutang angsuran
320.000
Pendapatan bunga
144.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
Ajp tgl 31 Desember 2006
a.
Ajp bunga yang masih harus diterima 4 Piutang bunga
bln ( 1 Sept sd 31 Des 06)
Pendapatan bunga
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) =
85.333
85.333
85.333
b.
Penyesuaian LKBD
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp LKBD
64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD
LKD
th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 =
Rp 160.000.000
8.
Jurnal penutup tgl 31 Des 06 :
LKD
Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga
rugi
Iktisar laba rugi
9.
Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :
Reversal entries atas bunga yang akan
diterima th. 2006
Pendapatan bunga
Piutang bunga
160.000
160.000
160.000
85.333
245.333
85.333
85.333
Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :
a. Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada
besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada
tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006
sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima selama
tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun 2006.
b. Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun
2006, perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin
kecil karena bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok
pinjaman akan semakin kecil karena adanya pelunasan ditahun sebelumnya.