Sastra bandinganSastra bandingan Sastra bandingan Sastra bandingan

A. Teori Sastra Bandingan

Rene Wellek dan Austin Warren (1989), mendefinisikan tiga pengertian dari
sastra bandingan.
1. Pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema cerita rakyat dan
penyebarannya, disini istilah sastra bandingan dipakai untuk studi sastra
lisan. Terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta bagaimana dan
kapan cerita rakyat masuk ke dalam penulisan sastra yang lebih artistik.
Sastra lisan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sastra tulis.
2. Kedua, penyelidikan mengenai hubungan antara dua atau lebih karya sastra,
yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, diantaranya soal reputasi
dan penetrasi, pengaruh dan kemasyuran karya besar, atau dengan kata lain
istilah sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan
atau lebih. Pendekatan ini dipelopori ilmuwan Perancis, yang disebut
comparatistes, digagas oleh Ferdinand Baldensperger, yang diulas yaitu soal
reputasi, pengaruh, dan ketenaran Goethe di Perancis dan Inggris.
Aspek yang dipelajari antara lain:
(a) citra dan konsep pengarang dan pada waktu tertentu,
(b) faktor penerjemahan,
(c) faktor penerimaan (receiving factor),
(d) suasana dan situasi sastra pada masa tertentu.

3. ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum dan
sastra universal. Istilah sastra bandingan disamakan dengan studi sastra
menyeluruh. Istilah sastra dunia menyiratkan bahwa yang dipelajari adalah
sastra lima benua, mulai dari Selandia Baru sampai Islandia. Sastra umum
mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional.
Konsepsi sastra universal melihat bahwa sastra tetap perlu dilihat sebagai
suatu totalitas.

Remak (1990), mengungkapkan bahwa “Sastra bandingan adalah studi sastra
yang melewati batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang
pengetahuan dan kepercayaan lain”, dengan kata lain sastra bandingan adalah
perbandingan karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, serta
perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain. Lebih lanjut
Remak menekankan, bahwa perbandingan antara karya sastra dan bidang di luar
sastra hanya dapat diterima sebagai sastra bandingan, jika perbandingan keduanya
dilakukan secara sistematis dan bidang di luar sastra itu dapat dipisahkan dan
mempunyai pertalian logis.

Basnett (1993:1), sastra bandingan adalah studi teks lintas budaya, berciri
antar disiplin dan berkaitan dengan pola hubungan dalam kesusastraan lintas ruang

dan waktu. Sesuai dengan pendapat Basnett ini, kajian sastra bandingan setidak-

tidaknya harus ada dua objek sastra yang dibandingkan. Kedua objek karya sastra itu
adalah karya sastra dengan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan latar
belakang budaya itu dengan sendirinya juga berbeda dalam ruang dan waktu.
B. Karya Sastra
Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud
penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, baik
dalam atau ketiga orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai
perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.
 Tema
Adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah atau pokok pikiran dari
pengarang yang ditampilkan dalam karangannya
 Alur
Adalah suatu jalan cerita yang menceritakan rangkaian peristiwa dari awal
hingga akhir cerita. Berikut tahap-tahap alur :
1.

2.


Tahap Perkenalan atau Ekposisi
Ialah tahap permualaan cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tapi belum ada
ketegangan bisa di artikan perkenalan para tokoh, penggambaran tempat, fisik
pelaku, dan reaksi antar pelaku.
Tahap pertentangan atau konflik
Ialah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku, bisa juga
disebut titik pijak untuk menuju kepertentangan selanjutnya.

Konflik sendiri ada 2, yaitu :
a) Konflik Internal : Adalah konflik yang terjadi pada diri tokoh itu sendiri.
b) Konflik Eksternal : Adalah konflik yang terjadi diluar tokoh, seperti konflik tokoh
dengan tokoh, konflik tokoh dengan tuhan, konflik tokoh dengan lingkungan, konflik
tokoh dengan alam, dll.
3.

Tahap penanjakan konflik atau komplikasi.
Ialah tahap dimana ketegangan mulai berkembang dan terasa rumit, bisa diartikan
nasib tokoh sulit ditebak dan samar-samar.

4.


Tahap Klimaks
Ialah dimana tahap ketegangan mulai memuncak dan nasib pelaku mulai dapat
diduga dan kadang dugaan itu tidak terbukti diakhir cerita.

5.

Tahap Penyelesaian
Ialah tahap dari akhir cerita, pada bagian ini berisi tentang penjelasan nasib-nasib
tokoh setelah mengalami peristiwa puncak. Ada juga penyelesaiannya yang
diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya tanpa penyelesaian dan
menggantung.

Macam-Macam Alur :

a) Alur Maju
Adalah suatu peristiwa yang diutarakan dari awal hingga akhir, atau masa kini hingga
masa depan.
b) Alur Mundur atau Sorot Balik atau Flash Back
Adalah rangkaian peristiwa yang menjadi penutup atau diutarankan terlebih dahulu

atau masa kini, baru menceritakan kenangan masa lalu dari salah satu tokoh.
c) Alur Campuran
Adalah rangkaian peristiwa pokok yang diutarakan. Dalam mengutarakan peristiwa
pokok pembaca diajak mengenang masa lampau, kemudian mengenang peristiwa
pokok yang sedang dialami tokoh utama.


Latar
Latar ialah seatu keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita.
ada 3 jenis latar, yaitu :

a) Latar Tempat
Adalah dimana tempat pelaku berada dan cerita terjadi (dirumah, sekolah,
kota, perkantoran dll)
b) Latar Waktu
Ialah kapan cerita itu terjadi (pagi, siang, malam, sore, kamarin, besok, dll)
c) Latar suasana
Ialah bagaimana keadaan yang terjadi dalam sebuah cerita (gembira, sedih,
damai, sepi, dll)



Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh ialah pelaku dalam
karya sastra. Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir
cerita. Ada tiga jenis tokoh bila dilihat dari sisi keterlibatannya dalam
menggerakan alur, yaitu:
a) Tokoh sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan
alur. Potensial → mempunyai potensi, dimana arti potensi adalah
sesuatu yang dipandang dapat menghasilkan/ menguntungkan. Tokoh
sentral merupakan pusat cerita, penyebab munculnya konflik.
b) Tokoh bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar
pengaruhnya terhadap prkembangan alur, walaupun ia terlibat juga
dalam pengembangan alur itu.
c) Tokoh latar merupakan tokoh yang sama sekali tidak berpengaruh
terhadap pengembangan alur. Kehadirannya hanyalah sebagai
pelengkap latar, berfungsi menghidupkan latar.
Dilihat dari sifat tokoh, ada dua jenis tokoh, yaitu:

a) Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran

dan kejujuran, serta memiliki watak yang baik.
b) Tokoh antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan
kejujuran, serta memilki watak yang jelek. (Ingat, tokoh antagonis
belum tentu jahat)
Tokoh juga terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
a) Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil
peranan dalam karya sastra.
b) Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya
baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang
jahat akan tetap jahat.
c) Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik
buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang
terjadi pada tokoh ini.


Sudut Pandang
Sudut pandang ialah suatu posisi atau kedudukan pengarang dalam dalam
sebuah cerita. Sudut pandang dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Sudut Pandang orang kesatu
Artinya pengarang sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam sebuah

cerita, terutama sebagai pelaku utamanya (saya, aku, kata ganti orang
pertama jamak: kita, kami).
b) Sudut Pandang orang ketiga
Adalah pengarang berada diluar cerita, ia hanya menuturkan tokohtokoh dilua, dan tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (dia, ia
mereka, kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain).

C. Ruang Lingkup Sastra Bandingan
Ruang lingkup :
a.
Kajian sastra banding itu sendiri
b.
Antara karya sastra dengan bidang lain, kadang-kadang terjebak pada refleksi saja.
c.
Berupa bandingan mengenai perkembangan sejarah, teori, dan kritik sastra.
Dari luang lingkup demikian, sastra banding digolongkan menjadi dalam empat bidang utama
yaitu :
1.
Kajian bersifat komparatif, Kajian ini terutama dititik beratkan pada penelaahan teks
karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan karya sastra B. Dapat
dikatakan bahwa kajian ini merupakan titik awal munculnya sastra bandingan, oleh karena

itu, kajian ini selalu dipandang sebagai bagian terpenting dalam kajian sastra bandingan.

2.
Kajian bersifat histories, Kajian yang bersifat historis ini lebih memusatkan perhatian
pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi kaitan antara satu karya sastra dengan karya
sastra lainnya. Kajian ini dapat berupa, misalnya, masuknya satu buah pikiran, aliran, teori
kritik sastra ataupun jenre dari satu Negara ke Negara lainnya.
3.
Kajian bersifat Teoritis, Kajian yang bersifat teoritis ini menggambarkan tentang
konsep, cerita, batasan, ataupun aturan-aturan dalam berbagai bidang kesusastraan. Sebagai
contoh adalah konsep-konsep mengenai berbagai aliran, criteria jenre, teori-teori pendekatan,
serta batasan-batasan yang berkaitan dengan masalah tema.
4.
Kajian bersifat antar-disiplin, Sifat kajian ini sesuai dengan judulnya, tidak menelaah
karya-karya sastra semata-mata, melainkan membicarakan hubungan antara isi karya sastra
dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama, dan bahkan juga karya-karya seni.
Sumber:
http://oktad.blogspot.co.id/2014/01/sastra-banding.html
http://maychan9.blogspot.co.id/2013/10/batasan-dan-definisi-sastra-bandingan.html
http://www.seputarpendidikan.com/2015/06/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-karyasastra-lengkap.html

http://onjimarnazira.blogspot.co.id/2013/11/tokoh-dan-penokohan.html