Analisis kesalahan mahasiswa dalam menulis dan membaca Kanji :(studi kasus terhadap mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra UNIKOM Tahun Akademik 2013/2014)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. PERSONAL DETAILNama : Fadhilal Chusna Tempat, Tgl Lahir : Padang, 20 April 1991 Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Nama Ayah : Ali Nasrun Nama Ibu : Eli Yulinar Status : Belum Menikah Alamat Rumah : Jl. Dipatiukur No.11c Haurpancuh 2 RT.03/RW.04
Kec : Coblong, Kel : Lebak Gede 40132 Bandung No. Telepon / HP : 081287427999 E-mail II.
EDUCATIONAL BACKGROUND
1997 SDN 08 Tigo Jangko, Lintau Buo
- – 2003 2003 SMPN 4 Tigo Jangko, Lintau Buo – 2006 2006 SMAN 2 Tigo Jangko, Lintau Buo – 2009 2009 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung – 2014
ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENULIS
DAN MEMBACA KANJI
(Studi Kasus Terhadap Mahasiswa Tingkat II Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra UNIKOM Tahun Akademik 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata Satu Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia Oleh :
Fadhilal Chusna 63809011 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan pertolonganya, penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul
“Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menulis dan Membaca Kanji (Studi
Kasus Terhadap Mahasiswa Tingkat II Tahun Akademik 2013/2014 Prodi
Sastra Jepang Fakultas Sastra Unikom)” dapat disusun hingga selesai.Hasil penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, penulis banyak memperoleh dukungan, motivasi, informasi, materi serta fasilitas dari berbagai pihak secara langsung ataupun secara tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, MA, selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia.
2. Pitri Haryanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia.
3. Fenny Febrianty, S.S, M.Pd, selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing utama dalam pembuatan skripsi ini, yang penuh dengan rasa sabar serta kerendahan hati, dan yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan masukan-masukan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Soni Mulyawan Setiana, M.Pd, selaku dosen dosen pembimbing pendamping yang selalu sabar dan rendah hati serta telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan masukan-masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia, Riska Sri Rahmawati, S.S, Dra. Renariah, M.Hum, Drs. Ahmad Dahidi, M.A dan Marutani Sensei atas bimbingannya selama perkuliahan.
6. Sekretariat Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia mbak Tyas, atas bantuanya selama perkuliahan, serta semangat dan motivasinya selama penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta dan keluarga, my lovely sistar and brother (Sri Rahayu, Mery Andriyani, Ulil Ambri) terima kasih atas do’a yang tak henti- hentinya untuk penulis, serta memberikan motivasi tiada henti kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Sastra Prodi Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia Adista Dwi Praharti, Krisna Fuji Lestari, Davis Olva Bertana, Chandra Gumilar, Wasistha Weesenha Putri, Fauzia Astari, Ginanjar Galuh, Dadang Sujana.
9. Senpai dan kohai tachi yang sudah membantu pengerjaan skripsi ini, dan selalu memberikan semangat dan hiburan selama penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Bandung, Februari 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Hal ABSTRAK ………………………………………………………………………………i KATA PENGANTAR ………………………..……………………………………….iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………vDAFTAR TABEL…………………………………………………………………....viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………5
1.3 Batasan Masalah……………………………………………………………5
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………….6
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………………7
1.6 Definisi Operasional……………………………………………………8
1.7 Sistematika Penulisan ……………………………………………………………8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Definisi Kanji…………………………………………………… 11
2.2 Jumlah Kanji ……………………………………………………………………12
2.3 Klasifikasi Kanji………………………………………………………………..13
2.4 Cara Baca Kanji……………………………………………………………….. 15
2.5 Penulisan Kanji…………………………………………………………………17
2.6 Pengertian Analisis Kesalahan…………………………………………………24
2.7 Perbedaan Antara Kesalahan dan Kekeliruan…………………………………..25
2.8 Tujuan dan Metodologi Analisis Kesalahan……………………………………26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian………………………………………………………………28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………………………………………………...28
3.3 Instrumen Penelitian……………………………………………………………29
3.3.1 Studi Pustaka…………………………………………………………...30
3.3.2 Tes……………………………………………………………………...30
3.3.3 Angket………………………………………………………………….36
3.3.4 Wawancara…………………………………………………………......37
3.4 Langkah Penelitian……………………………………………………………..38
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Tingkat Kemampuan Mahasiswa Dalam Menulis Dan Membaca Kanji……..41 4.2 Tingkat Kesalahan Mahasiswa Dalam Menulis Dan Membaca Kanji..
…..…..42
4.2.1 Kesalahan-kesalahan Dalam Menulis Kanji …………………………….42
4.2.1 Kesalahan-kesalahan Dalam Membaca Kanji …………………………..44
4.3 Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menulis Dan Membaca Kanji ….…...46
4.3.1 Analisis kesalahan Mahasiswa dalam menulis kanji ………...……….....46
4.3.2 Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Membaca Kanji ………...……...68
4.4 Cara Mahasiswa Mengatasi Kesulitan-kesulitan dalam Menulis dan Membaca Kanji
……………………………………………………………...73
4.4.1 Cara Mahasiswa Mengatasi Kesulitan Dalam Menulis Kanji ….....…….73
4.4.2 Cara Mahasiswa Mengatasi Kesulitan Dalam Membaca Kanji …...…....74
4.5 Cara Pengajar Untuk Mengatasi Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi
Mahasiswa dalam Menulis dan Membaca Kanji ……………………………...75
4.5.1 Cara Pengajar Mengatasi Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi Mahasiswa dalam Menulis Kanji …………................................................................75
4.5.2 Cara Pengajar Mengatasi Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi Mahasiswa dalam Membaca Kanji ………………………………………….............76
BAB V KESIMPULAN
5.1 Simpulan………………………………………………………………………77
5.2 Saran…………………………………………………………………………80
DAFTAR PUSTAKA SINOPSIS LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sasaran Pengajaran Huruf Kanji bagi Orang Asing………………………..11
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Kesalahan dan Kekeliruan…………………………..25
Tabel 3.1 Interprestasi Nilai Kemampuan…………………………………...………..33
Tabel 3.2 Interprestasi Nilai Tingkat Kesalahan……….……………………………..34
Tabel 3.3 Interprestasi Nilai Bentuk Kesalahan……….……………………………...36
Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Mahasiswa dalam Menulis dan Membaca Kanji........41Tabel 4.2 Tingkat Kesalahan Keseluruhan Mahasiswa Dalam Menulis Kanji……….43
Tabel 4.3 Tingkat Kesalahan Keseluruhan Mahasiswa Dalam Membaca Kanji…..…44
Tabel 4.4 Tingkat Kesalahan Mahasiswa dalam Menulis KanjiBerdasarkan Kategor i……...........................................................................46
Tabel 4.5 Daftar Kesalahan Mahasiswa K ategori “Jumlah Coretan Kanji Tidak Sesuai”dalam Menulis Kanji ………………………………………………………48
Tabel 4.6 Daftar Kesalahan Mahasiswa K ategori “Urutan Penulisan Kanji Tidak Benar”dalam Menulis Kanji ………………………………………………………57
Tabel 4.7 Daftar Kesalahan Mahasiswa K ategori “Penulisan Kanji Tidak Sempurna”dalam Menulis Kanji ……………………………………………………...64
Tabel 4.8 Tingkat Kesalahan Mahasiswa dalam Membaca Kanji…………………....68
Tabel 4.9 Daftar Kesalahan Mahasiswa K ategori “Cara Baca Kun’yomi” dalamMembaca Kanji ……………………………………………………………70
Tabel 4.10 Daftar Kesalahan Mahasiswa K ategori “Cara Baca On’yomi” dalamMembaca Kanji …………………………………………………………...72
DAFTAR PUSTAKA Dahidi, A. Dan Sudjianto. 2009. Pengantar Linguistik bahasa Jepang.
Jakarta: Kesaint blanc. Dahlianti, Windi (2011). Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Penggunaan Joshi
は
’wa’ dan が ’ga’ dalam Kalimat Bahasa Jepang. (skripsi Program Sastra Jepang UNIKOM Bandung, Fakultas Sastra : Tidak dipublikasikan).
Dalton 2009, Pengertian Tes Pengukuran, Evaluasi dan Assessment [ONLINE] Tersedia : http//Wiliandalton.blogspot.com [24 Desember 2013] Djago,T dan Henry Guntur T. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung : penerbit Angkasa Erdi 2011, Sejarah Kanji [ONLINE] Tersedia : Nazir, 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Sawada Ami
8 Agustus 2012, Fungsi Knaji [ONLINE] Tersedia : sawadaa.blogspot.com [ 2 Januari 2014] Septya, syifa (2013). Hubungan Antara Daya Konsentrasi dan Keterampilan Menyimak
Mahasiswa Bahasa Jerman. (skripsi Universitas Pendidkan Indonesia : Tidak dipublikasikan).
Shiang Tjhin. 2012. Kiat Sukses Mudah & Praktis Mencapai N4, Jakarta : Gakushudo Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :
Alfabeta Suherman, E dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan . Bandung : FIP IKIP Bandung.
Sunjarif 30 Juni 2009, Kelebihan dan Kelemahan Tes [ONLINE] Tersedia : http//sunjarifreconsultan.blogspot.com [24 Desember 2013] Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Syamsul 2012, Instrumen Tes [ONLINE] Tersedia: http//blogspot.com.html [ 24 Desember 2013]
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Definisi Kanji
Iwabuchi memaparkan, Huruf-huruf seperti 大 、 人 、 子 、 小 , dan sebagainya adalah huruf kanji. Huruf-huruf tersebut sebagian besar dibuat di Cina untuk penulisan bahasa Cina. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada waktu negeri Cina merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut dinamakan kanji yang berarti huruf negeri Kan (Sudjianto, 2009:56).
Kanji masuk ke Jepang secara bertahap dalam dua dinasti kekaisaran di
Cina yaitu pada saat dinasti Sui (589-618 M) dan dinasti Tang (618-907 M). Kanji dibawa oleh para biksu yang datang dari Cina dan oleh para sarjana yang diutus oleh kekaisaran Jepang untuk belajar ke Cina. Pada saat dinasti Tang, pemakaian
kanji sebagai huruf menjadi populer di kalangan masyarakat Jepang. Setelah kanji
dan bahasa Cina masuk ke Jepang, orang Jepang membaca kanji dan kalimat bahasa Cina dengan cara baca Jepang. (Kindaichi, 1986 : 7) Berawal dari penyederhanaan sebuah gambar, setiap kanji memiliki makna tertentu. Hal ini juga berarti hampir semua benda yang ada didunia ini (terutama kata-kata yang termasuk dalam bahasa Cina dan Jepang) dapat ditulis dengan
kanji. Dengan demikian dapat diasumsikan jumlah kanji hampir sama dengan
jumlah benda yang ada di dunia.2.2 Jumlah Kanji
Menurut Ishida, jumlah kanji sangat banyak, kanji pada dasarnya mendeskripsikan sesuatu dan menyatakan arti tertentu. Maka sudah dapat diperkirakan banyaknya jumlah kanji. Didalam Daikanwa Jiten kamus kanji terbesar yang pernah dibuat dan berisi 50.000 kanji (Sudjianto, 2009:57). Akan tetapi, pada zaman Meiji adanya pendapat-pendapat yaitu perlunya batasan jumlah kanji yang begitu banyak.
Didalam buku Nihongo Kyooshi Tokuhon Henshuubu, pada tanggal 16 November 1946 ditetapkan daftar Tooyoo Kanji yang memuat 1850 huruf kanji, setelah itu pada tanggal 1 Oktober 1981 ditetapkan lagi daftar Jooyoo Kanji yang memuat 1945 kanji lengkap dengan cara baca serta contoh-contoh katanya (Sudjianto, 2009 : 58).
Akihiko menyarankan agar sarana pengajaran huruf kanji untuk orang asing sedapat-dapatnya disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia serta tingkat pengajarannya. Untuk ini biasanya pengajaran huruf kanji diberikan dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Sasaran Pengajaran Huruf Kanji bagi Orang AsingTingkat Pengajaran Jumlah Kanji Alokasi Waktu
Tingkat Dasar 400 - 500
13 Minggu Tingkat Terampil 700 - 800
18 Minggu Tingkat Mahir 300 - 1700
9 Minggu
Jumlah 1400 - 1700
40 Minggu
Akihiko (Sudjianto, 2004:58)
2.3 Klasifikasi Kanji
Menurut Sudjianto (2009:67) kanji dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Shoukei Moji 象形文字
Yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara meniru atau menggambarkan bentuk sebuah benda.
Contoh : - 目(me) untuk mata.
- 木 (ki) untuk pohon.
2. Shiji Moji 指示文字
Yaitu huruf kanji yang dibuat untuk menyatakan suatu perkara yang bersifat abstrak dengan tanda-tanda tertentu.
Contoh : (ue) untuk atas - (shita) untuk bawah. - 3. Kaii Moji 会意文字
Yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara menggambungkan dua buah kanji atau lebih terutama dengan melihat makna-makna kanji yang digabungkan tersebut. Contoh : Kanji 体 (tubuh) merupakan perpaduan dari kanji 人 (orang) dan 木 (pohon).
4. Keisei Moji 形声文字 Yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara menggabungkan bagian yang menunjukan arti dengan bagian yang menunjukan bunyi ucapan.
Contoh : 火
煙 、 pada kanji tersebut menunjukan makna sesuatu yang 煙 berhubungan dengan api, sedangkan (en) menunjukan bunyi dari kanji tersebut.
5. Tenchuu Moji 転注文字 Yaitu huruf kanji yang dipergunakan dengan cara memakai arti kanji yang lain.
Contoh : kanji 森 merupakan kumpulan dari pohon yang banyak maka kanji tersebut dapat diartikan hutan rimba.
6. Kasha Moji 仮借文字 Yaitu huruf kanji yang dipakai dengan cara memanfaatkan bunyi baca suatu kanji untuk menunjukan suatu kata.
Contoh : Kanji Cara Baca Arti 亜細亜 Ajia Asia 英国 Eikoku Inggris Raya
2.4 Cara Baca Kanji
Seperti yang sudah dujelaskan sebelumnya, terdapat 2 cara baca dalam membaca sebuah kanji yakni :
a.
On yomi (音読み)
Biasa disebut sebagai cara baca berdasarkan bunyinya. Merupakan turunan pengucapan dalam bahasa Jepang yang terdekat dari pengucapan Cina saat awal kali diperkenalkan. Beberapa kanji diperkenalkan dari daerah Cina yang berbeda-beda dalam waktu yang berbeda, sehingga memiliki beberapa on
’ yomi dan arti yang bermacam-macam. Secara umum, on yomi dapat digolongkan menjadi: 1) Go on (呉音)
Disebut juga bunyi Wu. Merupakan cara baca selama dinasti Utara dan Selatan pada abad 5-6 M. Kata Go mungkin merujuk pada wilayah Wu (letaknya di sekitar Shanghai saat ini), yang mana masih memiliki kesamaan lingkuistik dengan bahasa Jepang modern.
2) Kan on (漢音)
Disebut juga bunyi Han. Merupakan cara baca selama dinasti Tang pada abad 7-9 M.
3) Too on (唐音)
Disebut juga bunyi Tang. Merupakan cara baca selama dinasti terakhir, yaitu dinasti Song dan Ming. Cara baca ini meliputi semua bacaan yang diadaptasi selama masa Heian sampai Edo. Cara baca ini disebut juga dengan Toosoo on (唐宋音).
On yomi biasanya muncul pada paduan kanji (熟語 jukugo), yang cara
bacanya diadaptasi dari cara baca Cina dikarenakan konsep kata tersebut tidak ada dalam bahasa Jepang atau tidak dapat diartikulasikan dengan baik dalam bahasa Jepang. Contoh : kanji 治 = chi, ji kanji 児 = ji, ni
b.
Kun yomi (訓読み)
Biasa disebut cara baca berdasarkan artinya atau cara baca Jepang. Cara baca ini didasarkan dari pengucapan dari kata asli bahasa Jepang atau
yamato kotoba yang artinya dekat dengan karakter Cinanya. Sama seperti on yomi, paduan kanji dapat terdiri dari beberapa kun atau tidak memiliki kun yomi sama sekali.
Sebagian besar kanji nama tempat di Jepang dibaca menggunakan kun
yomi. Apabila karakter kanji digunakan sebagai singkatan dari nama
tempat, cara bacanya mungkin akan berbeda dari aslinya. Misal, tim 神戸 baseball Osaka (大阪) dan Kobe bernama Hanshin (阪神) Tiger, yang diambil dari on yomi kedua dari Osaka dan on yomi pertama dari Kobe. Nama keluarga dalam bahasa Jepang biasanya dibaca menggunakan kun yomi.
Contoh : Kanji 治 = nao, no, osa Kanji 児 = ko
Walaupun pada bagian muka telah disebutkan bahwa huruf kanji dapat dibaca dengan on
’yomi tidak
ialah sebuah istilah berkenaan dengan bagian-bagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Manfaat lain dengan adanya ketentuan bushu ini ialah dapat diperoleh kemudahan-kemudahan ketika mencari (arti) suatu kanji pada sebuah kamus
kanji ini maka timbul istilah yang disebut bushu. Dengan kata lain bushu
Seperti yang kita ketahui bahwa huruf kanji terbentuk dari beberapa garis atau coretan. Garis-garis atau coretan-coretan tersebut membentuk bagian-bagian kanji, lalu bagian-bagian tersebut pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Dengan adanya bagian-bagian pada sebuah
Bushu
kanji. (Sudjianto, 2009 : 70)
’yomi yang dipakai pada seluruh huruf
selalu sama dengan jumlah kun
、 dan sebagainya. Dengan demikian maka jumlah on
’yomi dan kun’yomi namun tidak setiap kanji
/はた 、扱 あつ う 、峠 とう
huruf-huruf kanji はた
’yomi tetapi tidak memiliki on’yomi, misalnya
アイ 、菊 キク 、dan sebagainya. Sebaliknya ada juga kanji yang memilki kun
イ , 愛
on ’yomi tetapi tidak memilki kun’yomi, misalnya huruf kanji 絵 エ/カ
memiliki on ’yomi dan kun’yomi sebab ada juga kanji yang hanya memiliki
2.5 Penulisan Kanji a.
baik kamus kanji, kokugo jiten, atau kamus-kamus lainnya. (Sudjianto, 2009:59) Terdapat tujuh macam bushu sesuai dengan letaknya pada suatu kanji yakni
hen, tsukuri, kanmuri, ashi, tare, nyoo, dan kamae. (Sudjianto, 2009:60-63)
1)Hen, yaitu bushu yang berada pada bagian kiri pada sebuah kanji. Yang
termasuk bushu jenis hen antara lain : Ninben, seperti pada kanji 体 休 作
- Nisui, seperti pada kanji 泠 治 涷
- Kuchihen, seperti pada kanji 味 呼 唱
- Tsuchihen, seperti pada kanji 地 坂 坪
- Onnahen, seperti pada kanji 妹 好 始
- Kohen, seperti pada kanji 孔 孤 孫
- Yumihen, seperti pada kanji 引 強 張
- Gyooninben. Seperti pada kanji 役 彼 待
- Nogihen, seperti pada kanji 私 利 和
- Gonben, seperti pada kanji 計 訳 記 dan sebagainya.
- 2)
Tsukuri , yaitu bushu yang berada pada bagian kanan pada sebuah kanji.
Yang termasuk bushu jenis tsukuri antara lain : Ritto, seperti pada kanji 刈 刑 別
- Chikara, seperti pada kanji 助 功 効
- Sanzukuri, seperti pada kanji 形 彩 彰 >Oozatozukuri, seperti pada kanji 部 都 郊
- Oogai, seperti pada kanji 頂, dan sebagainya.
- Wakanmuri atau beki kanmuri, seperti pada kanji : 冗 写
3)
Kanmuri, yaitu bushu yang berada pada bagian atas pada sebuah kanji. Yang
termasuk bushu jenis kanmuri antara lain :
宅
- Ukanmuri, seperti pada kanji
- Kusakanmuri, seperti pada kanji 花 英 草
- Anakanmuri, seperti pada kanji 究 空 突
- Amekanmuri, seperti pada kanji 雪 電 雷, dan sebagainya.
- Hitoashi, seperti pada kanji 先
- Rekka, renga, atau yotsuten, seperti pada kanji 点 然 無
- Nijuuashi, seperti pada kanji 弁 弊
- Shitagokoro, seperti pada kanji 忍 急 怒
- Sara atau shitazara, seperti pada kanji
4)
Ashi yaitu bushu yang berada pada bagian bawah pada sebuah kanji. Yang
termasuk bushu jenis ashi antara lain :
盟
5)
Tare, yaitu bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian atas ke
bagian kiri. Yang termasuk bushu jenis tare antara lain :
- Gandare atau ichidare, seperti pada kanji 原 厚 暦
- Madare atau ten’ichidare, seperti pada kanji 広 応 店
- Yamaidare, seperti pada kanji 病 痛 疫
- Shikabane atau kabana, seperti pada kanji 尻 局 屈
6)
Nyoo, yaitu bushu yang membentuk siku-siku dari bagian kiri ke bagian
bawah sebelah kanan. Yang termasuk bushu jenis nyoo antara lain : Shinnyoo, seperti pada kanji 辺 近 送
- 延
Ennyoo, seperti pada kanji
- Soonyoo, seperti pada kanji 赴 起 超
- 7)
Kamae, yaitu bushu yang tampak seolah-olah mengelilingi bagian kanji
lainnya. Yang termasuk bushu jenis kamae antara lain : Doogamae, makigamae, atau keigamae, seperti pada kanji 同 冊 円
- Tsutsumigamae, seperti pada kanji 旬 句 勿
- 巨
Hakogamae, seperti pada kanji
- Kunigamae, seperti pada kanji 四 因 国
- Kigamae, seperti pada kanji 気
- b.
Kakusuu
Kanji terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan. Garis-garis atau coretan-coretan yang membentuk kanji ini biasanya dihitung. Jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji inilah yang dimaksud kakushuu. (Sudjianto, 2009:63)
Sama seperti bushu, kakushuu pun dapat dipakai sebagai cara untuk mencari (arti) kanji yang ada pada sebuah kamus seperti kamus kanji, Kokugo
Jiten, dan sebagainya. Untuk mengetahui jumlah garis atau coretan dalam
sebuah kanji pertama-tama harus mengetahui dasar-dasar garis atau coretan yang ada pada suatu kanji. Karena bentuknya berbelit, satu garis atau coretan dihitung dua atau tiga coretan, dua buah garis atau coretan dihitung satu, tiga atau empat coretan, dan sebagainya. (Sudjianto, 2009:64) Contoh-contoh kakushuu antara lain :
一 (1 coretan) 見 (7 coretan) 二 (2 coretan) 金 (8 coretan) 九 (2 coretan) 食 (9 coretan) 万 (3 coretan) 家 (10 coretan) 水 (4 coretan) 魚 (11 coretan) 目 (5 coretan) 森 (12 coretan) 百 (6 coretan) 話 (13 coretan)
駅 (14 coretan) 器 (15 coretan) 頭 (16 coretan) dan lain-lain.
c. Hitsujun
Menurut Katoo ada kanji yang memiliki jumlah garis atau coretan yang sedikit, namun ada pula kanji yang memiliki jumlah garis atau coretan yang cukup banyak. Nama-nama garis atau coretan yang biasa dipakai untuk penulisan kanji dapat kita lihat sebagai berikut (Sudjianto, 2009 : 65).
( ` ) 2. Yokokaku atau Ookaku
1. Ten
( ‐ ) 3. Tatekaku atau Juukaku
( | ) 4. Hidariharai
( )
( ) 6. Ore
5. Migiharai
( ¬ ) 7. Hane
( 儿 ) 8. Tome
( ノ‐ ) 9. Magari
( ∟ ) Sebagai salah satu upaya dalam bidang pengajaran huruf kanji pada pendidikan sekolah di Jepang terutama untuk menyeragamkan hitsujun (urutan penulisan kanji) untuk penulisan kyooiku kanji, maka pada tahun 1958 Monbusho menyusun buku Hitsujun Shidoo no Tebiki. Iwabuchi memaparkan prinsip-prinsip penulisan urutan kanji yang dikemukakan pada Hitsujun Shidoo no Tebiki tersebut adalah sebagai berikut (Sudjianto, 2009: 66).
1. Kanji ditulis dengan urutan dari atas ke bawah (misalnya kanji 、喜) 2.
Kanji ditulis dengan urutan dari kiri ke kanan (misalnya kanji 川、例) 3. Yokokaku pada kanji yang memiliki tulisan berbentuk silang ditulis lebih dulu (misalnya kanji 十、大). Tetapi yokokaku pada bentuk silang seperti pada kanji 田、王、dan sebagainya ditulis belakangan.
4. Garis atau coretan yang merupakan bagian tengah kanji ditulis lebih dulu (misalnya kanji 小、水), kecuali coretan-coretan pada huruf kanji 火 dan 性.
5. Garis atau coretan yang merupakan bagian luar kanji ditulis lebih dulu (misalnya kanji 国、同、司).
6. Coretan hidariharai ditulis lebih dulu (misalnya kanji 人、文).
7. Coretan tatekaku yang menembus atau memotong/membelah bagian kanji yang lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya kanji 中、車).
Huruf-huruf seperti 、
、dan lain-lainnya (yang memiliki tatekaku yang memotong bagian kanji yang lainnya tidak sampai keluar menembus bagian atas ataupun bagian bawah) ditulis dengan urutan ; pertama-tama bagian atas kanji, lalu tatekaku , dan terakhir bagian bawah kanji tersebut.
8. Coretan yokokaku yang menembus atau memotong/membelah bagian kanji lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya kanji 女、子、母).
Dari sumber diatas seperti yang kita liat, maka dapat disimpulkan mengenai aturan penulisan kanji kurang lebih seperti berikut :
- Kanji ditulis dari atas ke bawah
- Kanji ditulis dari kiri ke kanan
- Yokaku yang berbentuk silang ditulis lebih dulu, tetapi ada juga yokaku yang berbentuk silang ditulis terakhir.
- Coretan atau garis bagian tengah kanji ditulis lebih dulu
- Coretan atau garis bagian luar kanji ditulis lebih dulu
- Coretan hidariharai ditulis lebih dulu
- Tatekaku yang menembus atau memotong / membelah bagian kanji lainnya di tulis terakhir
- Tatekaku yang tidak memotong bagian kanji lainnya yang tidak sampai menembus bagian atas ataupun bagian bawah ditulis dengan urutan ; pertama-tama bagian atas kanji, lalu tatekaku, dan terakhir bagian bawah kanji
- kanji lainnya ditulis terakhir.
Coretan yokokaku yang menembus / memotong yang membelah bagian
2.6 Pengertian Analisis Kesalahan
Menurut Tarigan (2011 : 126) “kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar”. Kesalahan tersebut merupakan bagian- bagian konversasi atau komposisi yang “menyimpang” dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.
Menurut Dulay [et al] “kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari berapa norma baku (norma terpilih) dari performansi bahasa orang dewasa “ (Tarigan, 2011 : 126). Istilah “kesalahan” yang digunakan dalam buku ini adalah padanan dari kata errors mempunyai sinonim, antara lain : mistakes dan goofs.
Kesalahan berbahasa, mengandung dua maksud utama, yaitu : 1.
Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa;
2. Untuk memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan pada pengembang kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sulit diproduksi oleh para pelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling menyulitkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif. Dulay [et al] (Tarigan, 2011 : 127). Kesalahan berbahasa atau language errors memang berbagai macam jenisnya dan dapat dikelompokan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita memandangnya. Ada ahli yang membedakannya atas dua jenis, yaitu : 1.
Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian, disebut “ faktor performansi”, kesalahan performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes. Chomsky (Tarigan, 2011 : 127)
2. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah- kaidah bahasa, sebagai “faktor kompetensi”, merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai system B2 atau bahasa kedua disebut errors Corder (Tarigan, 2011 : 127).
2.7 Perbedaan Antara Kesalahan dan Kekeliruan
“ Kesalahan atau “kekeliruan” adalah dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna yang kurang lebih sama. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa. (Tarigan, 2011:67)
Agar lebih jelas lagi tentang perbandingan antara kesalahan dan kekeliruan Tarigan mengungkapkan enam sudut pandang, yaitu : sumber, sifat, durasi, sistem linguistik, hasil, dan cara perbaikan.
Untuk lebih jelas lagi tentang perbedaan antara kesalahan dan kekeliruan atau persamaan antara kesalahan dan kekeliruan bisa kita liat melalui tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Kesalahan dan Kekeliruan Kategori Sudut Pandang Kesalahan Kekeliruan 1.Sumber Kompetensi Performansi 2. sifat
Sistematis Tidak Sistematis 3. Durasi
Agak lama Sementara 4. Sistem Linguistik
Belum dikuasai Sudah dikuasai 5. Hasil
Penyimpangan Penyimpangan 6. Perbaikan
Dibantu oleh guru : latihan, pengajaran remedial
Siswa sendiri : pemusatan perhatian (Tarigan, 2011: 68)
2.8 Tujuan dan Metodologi Analisis Kesalahan
Menganalisis kesalahan bahasa yang dilakukan oleh pelajar memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan-balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. (Tarigan, 2011: 61) Tujuan analisis kesalahan antara lain : 1. Menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sulit.
2. Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai hal bahan yang diajarkan.
3. Merencanakan latihan dan pengajaran remedial 4.
Memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa Menurut Tarigan, (2011: 63) Analisis kesalahan memiliki langkah- langkah kerja baru melalui penyeleksian, pengurutan, dan penggabungan, diantaranya : 1. Mengumpulkan data : berupa kesalahan berbahasa dari hasil ulangan , karangan, atau percakapan yang dilakukan oleh siswa.
2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan : mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, seperti kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, dan lainnya.
3. Memperingkat kesalahan : mengurutkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar.
4. Menjelaskan kesalahan : menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar.
5. Memperkirakan atau memprediksi daerah atau hal kebahasaan yang rawan.
6. Mengoreksi kesalahan : memperbaiki dan menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari analisis kesalahan adalah mencari umpan baik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa, yang dapat mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dilakukan oleh siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan, (Sutedi, 2011:53).
Antara tahun 1932-1938, metode yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen, sejarah, deskriptif, dan filsafat. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.” (Sutedi, 2011:58). Penelitian deskriptif dalam penelitian ini menggunakan analisis kesalahan yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu. (Tarigan, 2011:60)
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80).
Anggota populasi dalam penelitian ini adalah pengajar dan mahasiswa Program Studi Sastra Jepang UNIKOM Tahun Akademik 2013/2014. Pemilihan populasi ini dikarenakan tingkat II adalah dasar pembelajaran kanji yang penulisan bushunya sudah lebih sulit dan jumlah coretannya sudah lebih banyak, yang mana pembelajaran kanjinya masih diajarkan cara penulisan kanjinya secara rinci, yang nanti untuk tingkat selanjutnya pembelajaran kanji yang seperti itu tidak akan diajarkan lagi.
Menurut Sugiyono (2013:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling.
Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan atas
pertimbangan peneliti itu sendiri, dengan maksud atau tujuan tertentu yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. (Sutedi, 2011:181). Disini yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat II dan pengajar Hyouki 3 Program Studi Sastra Jepang UNIKOM Tahun Akademik 2013/2014.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian (Sugiyono, 2013:155). Intrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah instrument studi pustaka, tes , dan angket.
3.3.1 Studi Pustaka
Studi pustaka ini peneliti lakukan untuk mendapatkan informasi yang relavan dan akurat. Penulis melakukan studi pustaka dengan mencari teori maupun informasi dari beberapa sumber buku-buku referensi dan juga artikel- artikel.
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelahaan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111).
Untuk landasan teori penulis dapatkan melalui buku-buku referensi yang membahas tentang kanji. Sedangkan untuk mencari persentase dan nilai rata-rata penulis dapatkan melalui buku referensi dan juga dibantu oleh dosen pebimbing.
3.3.2 Tes
Menurut Riduwan tes adalah sebagai instrumen pengumpulan data serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu /kelompok (Wilian : 2009). Alasan peneliti menggunakan tes sebagai salah satu sebagai instrument pengumpulan data adalah : a.
Tesnya mudah disiapkan dan disusun serta dapat dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.
b.
Dalam menjawab soal siswa tidak diberikan banyak kesempatan untuk berspekulasi atau menjawab denga untung-untungan. Tetapi siswa dituntut untuk menjawab soal dengan rinci.
c.
Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan dan pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktifitas positif siswa. (Suherman dan Sukjaya, 1990:95) Agar data penelitian yang diperoleh melalui tes benar-benar layak sebagai alat pengumpul data penelitian, peneliti berencana untuk membuat alat tes yang validitas dan reabilitas.
a.
Validitas soal tes
Menurut Sutedi, (2011:157) kevalidan suatu alat ukur berkenaan dengan ketepatannya dalam mengukur apa yang hendak diukurnya. Validitas ini menyangkut kesanggupan tes dalam mengukur isi materi secara keseluruhan sesuai dengan keperluannya.
b.
Reliabilitas soal tes