ANALISIS TEKNIK OPERASIONAL PENGELOLAAN sampah
ANALISIS TEKNIK OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH
PERKOTAAN DI KOTA BIMA
Wahyudin1)
1. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Mataram
Jl. Bungkarno No. 60 Mataram
Email: wahyudin.mts@gmail.com
Hp: 082359478251
ABSTRAK
Sistem pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia pada umumnya masih
menerapkan metode konvensional. Dimana, di lain pihak volume sampah terus
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pola
hidup masyarakat, yang pada akhirnya akan menjadi masalah karena tidak
didukung dengan sistem pengelolaan sampah yang baik. Hal itu juga terjadi di
wilayah Kota Bima, dimana sistem pengelolaan sampah belum berjalan dengan
baik, serta masih menerapkan paradigma lama yaitu pengelolaan sampah hanya
fokus pada kegiatan kumpul, angkut dan dibuang, serta tidak ada pengolahan
sampah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik sampah dan teknik
operasional pengelolaan sampah. Penelitian ini digunakan pendekatan
rasionalistik (deduktif).Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
kualitatif dengan membandingkan dengan standar normatif. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa teknik operasional pengelolaan sampah di Kota
Bima masih dibawah standar, hal itu dapat dilihat dari tingkat pelayanan yang
hanya sebesar 53,16 %. Perkiraan kuantitas sampah pada hingga tahun 2032
adalah 1219,98 m3/hari dan kebutuhan sarana pada tahun 2032 adalah dump truck
sebanyak 46 unit, armroll 34 unit, kontainer 102 unit dan motor roda tiga 198
unit. Sedangkan luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah seluas 9,22 Ha dan debit
lindi sebesar 21,32 m3/hari.
Kata kunci: Sampah, perkotaan, teknik operasional, pengelolaan.
ABSTRACT
Commonly, Municipal Solid Waste (MSW) management in urban life,
Indonesia still applies conventional system. Otherwise, solid waste volume gets
higher as population and lifestyle, but not supports its management well. It also
occurs in Bima City, whereas people are still close to old paradigm, they focus on
collecting, taking away, and throwing the solid waste, and there is no solid waste
treatment. This research applies rational approach. Furthermore, it uses
analytical technique qualitatively based on normative standard. The result shows
that the operational techniques of municipal solid waste management in the city
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
of Bima is below standard, it can be seen from the level of service that only
amounted to 53.16%. Estimated quantity of waste in up to 2032 is 1219.98 m³/
day and needs the means in 2032 are 46 units dump truck, 34 units armroll,
container are 102 units and 198 units of motor tricycle. While the area of the
landfill that is required is an area of 9.22 hectares and discharge of leachate at
21.32 m³ / day.
Keywords: Solid Waste, Urban Life, Operational Techniques, Management
PENDAHULUAN
kegiatan
Kecenderungan
jumlah
”ambil-angkut-buang”,
sehingga
kebutuhan
biaya
penduduk yang semakin meningkat
operasional serta kebutuhan lahan
dewasa ini diikuti kegiatan kota yang
pembuangan
makin
tinggi.
akhir
yang
cukup
berkembang
menimbulkan
adanya
kecenderungan
Selain itu, permasalahan yang
buangan/limbah yang meningkat dan
dihadapi dalam teknis operasional
bervariasi. Menurut Kodoatie (2005),
persampahan
jumlah dan laju penduduk perkotaan
kapasitas
yang
meningkat
memadai, pemeliharaan alat yang
mengakibatkan sistem infrastruktur
kurang, sulitnya pembinaan tenaga
yang ada menjadi tidak memadai,
pelaksana khususnya tenaga harian
karena penyediaannya lebih rendah
lepas,
dibandingkan dengan perkembangan
operasional
penduduk.
kondisi
dampak
cenderung
Hal ini dapat menghasilkan
kota
peralatan
sulit
diantaranya:
yang
memilih
yang
daerah,
belum
metode
sesuai
dengan
siklus
operasi
persampahan tidak lengkap/terputus
kota menjadi tempat yang tidak
karena
nyaman. Pengelolaan sampah secara
penanggungjawab,
regional
sektoral antar birokrasi pemerintah
di
mempunyai
Kota
Bima
banyak
khususnya
penanganannya
masih
kendala,
paradigma
yang
masih
berbedanya
koordinasi
seringkali
lemah,
operasional
lebih
pada
aspek
manajemen
dititikberatkan
pelaksanaan,
konvensional seperti kota-kota lain di
pengendalian
Indonesia, yaitu masih terfokus pada
perencanaan operasional seringkali
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
lemah,
dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
hanya
untuk
jangka
pendek
(Damanhuri dan Padmi, 2005).
Berdasarkan
Rencana
khususnya
teknik
operasional
pengelolaan sampah di Kota Bima.
Tata
Tujuan
dari
penelitian
ini
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bima
adalah
mengetahui
2011, kondisi TPA yang berlokasi di
sampah
dan
Kelurahan Oi Fo’o Kota Bima
pengelolaan sampah di Kota Bima.
dengan
lahan
seluas
8
karakteristik
teknik
operasional
Ha,
menggunakan sistem open dumping
dan sudah tertimbun seluas 5 Ha.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
digunakan
Oleh karena itu, diperlukan sistem
pendekatan rasionalistik (deduktif).
pengelolaan sampah yang baik untuk
Proses penelitian dimulai dengan
memperpanjang umur operasi TPA
mengidentifikasi
Oi Fo’o.
pengelolaan sampah di Kota Bima.
Jumlah
dihasilkan
sampah
yang
suatu
daerah
dalam
Permasalahan
permasalahan
tersebut
kemudian
dikaji secara teoritis berdasarkan
tertentu sebanding dengan jumlah
standar
penduduk, jenis aktivitas dan tingkat
tentukan guna menemukan dasar-
konsumsi
dasar rasionalitasnya.
penduduk
barang/material.
terhadap
Volume
sampah
normatif
yang
telah
di
Teknik analisis yang digunakan
yang dihasilkan di wilayah Kota
adalah
Bima pada tahun 2011 adalah 71.175
dengan
m3 (DKPP, 2012). Dimana jumlah
standar normatif seperti berdasarkan
timbulan sampah pada tahun 2011
Standar Nasional Indonesia (SNI),
tersebut
peningkatan
Standar Pelayanan Minimum (SPM),
secara drastis dari tahun 2010 yang
Peraturan atau Undang-undang, dan
berjumlah 59.137 m3.
teori-teori lain yang relevan dengan
mengalami
Berdasarkan
peningkatan
kondisi
timbulan
tersebut,
maka
untuk
meningkatkan
pengelolaan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
analisis
membandingkan
kualitatif
dengan
pengelolaan sampah.
sampah
dipandang
sampah
teknik
perlu
kinerja
yang
baik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah timbulan sampah di Kota
Bima ditunjukan pada Tabel 1.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
kegiatan
Tabel 1. Volume timbulan sampah di
Kota Bima pada tahun 2007-2011
No
.
3
Kecamata
n
Rasanae
Barat
Rasanae
Timur
Asakota
4
Mpunda
5
Raba
1
2
2007
13.84
0
9.720
7.226
12.10
0
9.756
Jumlah
Rata-rata
Volume (m3/hari)
52.64
2
146,2
3
Timbulan Sampah (m3)
2008
2009
2010
14.11
14.82
15.11
7
2
8
10.40
10.61
9.914
9
7
7.371
7.734
7.518
12.34
12.95
13.21
2
9
8
10.44
10.65
9.951
8
6
55.70
58.38
59.13
3
1
7
147,1
154,4
156,5
1
4
1
menunjang
di dominasi oleh sampah organik
yaitu sebanyak 71,40%, sedangkan
sisanya adalah sampah anorganik dan
sampah lain-lain. Komposisi sampah
Bima
secara
Tabel 2. Komposisi sampah di Kota
Bima
Komposisi Sampah
ORGANIK
AN ORGANIK
Plastik
Kaca
Kertas
Karet
Logam
Kain
Lain-lain
Jumlah
tersebut.
dimiliki DKPP Kota Bima dalam
pengelolaan
sampah,
ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Sarana dan prasana
pengelolaan sampah pada tahun
2011
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sarana dan Prasarana
Jumlah unit
Dump Truck
Arm Roll truck
Compactor
Alat Berat
Kontainer
Motor Tiga Roda
TPA
Transfer Depo
Gerobak
16
4
1
3
12
32
1
1
40
Sumber: DKPP Kota Bima, 2013
rinci
ditunjukkan pada Tabel 2.
N
o
1
2
kegiatan
Adapun sarana dan prasarana yang
159
Komposisi sampah di Kota Bima
Kota
di
prasarana adalah hal penting dalam
2011
19.71
0
12.77
5
7.665
11.31
5
19.71
0
71.17
5
Komposisi sampah
di
operasional
lapangan, tentu saja sarana dan
Sumber: Kota Bima Dalam Angka dan DKPP, 20082012
1.
utama
Persentase (%)
Berat
71,40%
4,70%
1,50%
2,30%
2,20%
3,70%
0,83%
13,37%
100,00%
Sumber: DKPP Kota Bima, 2013
A. Analisis sistem pengelolaan
sampah
1.Proyeksi Timbulan Sampah
Timbulan sampah perkotaan di
Kota Bima diperkirakan berdasarkan
jumlah dan persentase pertumbuhan
penduduk serta pertumbuhan kota.
Pertumbuhan
kota
perkembangan
dilihat
sektor
dari
pertanian,
industri dan pertumbuhan PDRB.
2.
Kondisi Sarana dan prasarana
Total
Dinas kebersihan, Pertamanan
memperkirakan pengurangan sampah
dan Pemakaman (DKPP) Kota Bima,
dari
proyeksi
hasil
sampah
pemilahan
perlu
dan
dalam bidang pelaksananya memiliki
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
pemanfaatan
sampah.
Proyeksi
jumlah sampah yang dihasilkan pada
kuantitas sampah di Kota Bima
tahun yang akan datang dapat dilihat
ditunjukkan pada Tabel 4 dan Tabel
pada Tabel 6.
5.
Tabel 6. Perkiraan jumlah kendaraan
pengangkut sampah dan tenaga
operasional di Kota Bima tahun
2011-2032
Tabel 4. Proyeksi timbulan sampah
berdasarkan perkiraan jumlah
penduduk tahun 2011-2032
Tahun
Jumlah
Penduduk*
Volume
Timbulan
Sampah
(m³/hr)**
288,04
308,53
435,07
613,52
865,14
1219,98
Berat
Timbulan
Sampah
(Ton/hr)***
43,21
46,36
65,91
93,72
133,25
189,46
2011
144.018
2012
151.219
2017
192.998
2022
246.320
2027
314.373
2032
401.229
Keterangan:
*
: Proyeksi dengan metode geometri
**
: Proyeksi timbulan sampah dengan timbulan
dasar 2 l/o/h (pedoman Kimpraswil, 2003)
*** : Proyeksi berat sampah dengan berat dasar
0,3kg/o/h (pedoman
Kimpraswil, 2003)
Uraian
Kota Bima
2017
2022
2012
Dump
16
16
16
truck
Arm roll
4
9
12
truck
Kontainer
12
26
36
Motor roda
32
67
94
tiga
Gerobak
40
54
76
Tenaga
216
267
355
kerja
Sumber: Hasil analisa, 2013
3.
Tabel 5. Perkiraan kuantitas sampah
per kecamatan di Kota Bima tahun
2011 - 2032
Timbulan Sampah (m3/hari)
Kecamat
an
2011
2012
2017
2022
2027
Rasanae
62,88
67,35
94,98
133,93
188,87
Barat
65,65
70,32
99,17
139,84
197,19
Mpunda
Rasanae
32,74
35,07
49,45
69,73
98,33
Timur
70,39
75,40
106,33
149,93
211,43
Raba
56,37
60,39
85,15
120,08
169,32
Asakota
288,04
308,53
435,07
613,52
865,14
Jumlah
Sumber: Hasil Analisa, 2013
2011
Teknik
2027
2032
22
33
46
16
24
34
49
72
102
127
187
198
68
101
142
442
655
791
Operasional
Pengelolaan
Sampah
Perkotaan
2032
266
278
138
298
238
1.219
1) Daerah dan tingkat pelayanan
Daerah
persampahan
pelayanan
di
Kota
Bima
berdasarkan data sekunder adalah
sebanyak 25 kelurahan yang sudah
terlayani dari total 38 kelurahan.
Dengan
demikian,
pelayanan
persampahan belum secara merata
diseluruh wilayah Kota Bima.
Gambar 1. Jumlah timbulan sampah
per kecamatan di Kota Bima
2.Proyeksi Kebutuhan Sarana dan
Penilaian tingkat pelayanan
persampahan adalah perbandingan
antara jumlah sampah yang terangkut
Prasarana
dan total timbulan sampah yang ada
Proyeksi kebutuhan sarana dan
di Kota Bima. Berdasarkan data
prasarana persampahan berdasarkan
persentase pelayanan masih rendah
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
yaitu
53,16%
yang
terlayani,
Pada
umumnya
tempat
sedangkan yang belum terlayani
pewadahan
yang
adalah sebanyak 46,84%. Sedangkan
disediakan
standar pelayanan persampahan pada
masyarakat atau sumber sampah.
suatu kota sekitar 85 – 100%.
Tempat
secara
yang
digunakan
swadaya
digunakan
oleh
juga
sebagian besar menggunakan karung
2) Penyapuan Jalan
dan keranjang, sehingga pewadahan
Kegiatan penyapuan jalan di
tersebut tidak sesuai dengan kriteria
Kota Bima masih terfokus pada
pewadahan yaitu tempat yang kedap
jalan-jalan utama yang berada di
air.
pusat pemerintahan dan di wilayah
komersial
dengan
panjang
ruas
Penempatan tempat pewadahan
ditempatkan di depan rumah tinggal,
penyapuan 49,5 km. Penyapuan jalan
sehingga
dilakukan satu kali dalam sehari dan
petugas kebersihan untuk mengambil
dilakukan tiap pagi hari sekitar jam
sampah tersebut. Berdasarkan hasil
05.00 – 07.00 WITA.
pengamatan
Penyapuan jalan di Kota Bima
belum
optimal
karena
sangat
memudahkan
dilapangan,
kondisi
pewadahan yang ada sekarang tidak
hanya
memenuhi
standar
dilakukan 1 (satu) kali per hari.
ditetapkan
(SNI
Sedangkan
Dimana standar pewadahan yang
menurut
pengelolaan
standar
persampahan,
penyapuan jalan harus dilakukan
kegiatan
karena
itu,
kedepannya
penyapuan
ditingkatkan
dan
jalan
harus
daerah
yang
air;
Ekonomis, mudah diperoleh
atau dibuat oleh masyarakat;
Mudah dikosongkan.
Berdasarkan
jalan ditambah atau diperluaskan
diatas,
lagi.
kedepannya
standar
dalam
mempertimbangkan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
19-2454-2002).
Tidak mudah rusak dan kedap
mendapatkan pelayanan penyapuan
3) Pewadahan
telah
baik adalah
sebanyak dua sampai tiga kali sehari.
Oleh
yang
pewadahan
pengembangan
perlu
tempat
pewadahan yang baik yaitu tidak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
mudah rusak, kedap air dan tentunya
hanya dilakukan pada masyarakat
dalam kondisi tertutup. Selain terkait
yang berlangganan atau yang mau
kondisi
membayar
pewadah,
pengadaan
retribusi
sampah.
pewadah untuk jenis sampah organik
Sedangkan untuk masyarakat yang
dan
perlu
tidak membayar retribusi, sampahnya
untuk
tidak
sampah
anorganik
dipertimbangkan,
diangkut.
Sehingga
masih
meningkatkan dan mempermudah
banyak TPS liar di lingkungan
pemilahan sampah.
tempat tinggal masyarakat. Proses
pengumpulan juga masih terbatas
4) Pengumpulan
pada rumah-rumah yang berada di
Proses pengumpulan sampah di
wilayah
dengan
Kota
pinggir jalan atau gang, sedangkan
Bima
dilakukan
untuk rumah-rumah yang sulit dilalui
menggunakan
kendaraan
oleh kendaraan roda tiga tidak
roda tiga yang sudah tersedia pada
masing-masing
belum
kelurahan,
seluruh
namun
Berdasarkan penjelasan kondisi
kelurahan
tersebut, diperlukan pengembangan
memperoleh kendaraan tersebut.
Pola
mendapatkan pelayanan.
pengumpulan
dan
adalah
peningkatan
proses
pengumpulan, seperti peningkatan
dilakukan dengan sistem door to
pelayanan
door yaitu mengambil langsung ke
kendaraan roda tiga serta frekuensi
rumah-rumah masyarakat. Frekuensi
pengumpulan. Untuk wilayah yang
pengumpulan yang dilakukan oleh
sulit
petugas kebersihan sebanyak tiga
dibutuhkan gerobak sampah untuk
kali
mengumpulkan sampah di wilayah
dalam
seminggu.
Namun,
dan
dilalui
penambahan
oleh
kendaraan,
berdasarkan hasil wawancara dengan
pemukiman
masyarakat
sampah di wilayah Kota Bima
bahwa
pengambilan
padat.pengumpulan
sampah tersebut tidak konsistent,
dilakukan
kadang dua kali atau sekali dalam
kendaraan roda tiga yang sudah
seminggu.
tersedia
Pengumpulan
sampah
yang
dilakukan oleh petugas kebersihan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
dengan
pada
menggunakan
masing-masing
kelurahan, namun belum seluruh
kelurahan
memperoleh
kendaraan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
tersebut. Pola pengumpulan adalah
Usulan
dengan menerapkan sistem door to
pemindahan yang baru, seperti lokasi
door yaitu mengambil langsung ke
motor roda 3 sebagai sumber sampah
rumah-rumah masyarakat. Frekuensi
yang akan dipindahkan ke dump truk
pengumpulan yang dilakukan oleh
harus
petugas kebersihan sebanyak tiga
penempatan dump truknya.
kali
dalam
seminggu.
pengangkutan
sampah
tinggi
dari
fasilitas
posisi
6) Pengangkutan
Kota Bima sudah bagus, namun yang
peningkatan
lebih
desain
Pola
pengumpulan yang diterapkan di
perlu
untuk
Proses pengangkutan sampah
baik
pola
di Kota Bima menggunakan 2 jenis
berdasarkan
jenis
kendaraan,
maupun
frekuensi
pengangkutannya.
yang
menerapkan
yang
masing-masing
jenis
berbeda.
pengangkutan
Pertama,
proses
pengangkutan di lokasi transfer depo
5) Pemindahan
menggunakan kendaraan dump truck
Kegiatan pemindahan pada
sebanyak 14 unit dan 2 unit dump
saat ini hanya terdapat di tempat
truck lainnya dioperasikan ditempat
transfer depo, yang berlokasi di
lain,
wilayah
Proses
gotong-royong kebersihan. Lokasi
pemindahan yang dilakukan adalah
transfer depo di Kota Bima terdapat
sampah yang di kumpulkan dengan
1 unit, sehingga kendaraan dump
kendaraan roda tiga di pindahkan ke
truck memiliki jadwal antri untuk
truk pengangkut sampah untuk di
pengangkutan.
Kedua,
pola
buang ke TPA. Kondisi fasilitas
pengangkutan
kontainer
adalah
pemindahan sampah perlu didesain
menggunakan sistem pengangkutan
ulang, dimana kondisi pemindahan
kontainer cara satu, yaitu kendaraan
sekarang ketinggian antara motor
berangkat ke lokasi kontainer isi
roda tiga sebagai sumber sampah
pertama, lalu diangkut ke TPA.
sejajar dengan penempatan truk,
Setelah kembali dari TPA, kendaraan
sehingga
langsung
cenderung
Kantor
proses
DKPP.
pemindahannya
mengalami
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
kesulitan.
seperti
berikutnya,
melayani
menuju
kegiatan
kontainer
dan
isi
pola
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
pengangkutannya
sama
pada
kontainer pertama.
7) Pembuangan/pemrosesan akhir
Tempat
8) Pengolahan sampah
Pemrosesan Akhir
Berdasarkan hasil wawancara
(TPA) di Kota Bima mempunyai luas
dan
area
sudah
kegiatan pengolahan sampah sama
tertimbun sekitar 5 Ha. TPA yang
sekali berlum diterapkan baik oleh
terdapat di Kota Bima menerapkan
pemerintah maupun masyarakat Kota
sistem open dumping, sedangkan
Bima. Hal ini disebabkan oleh
menurut
18
kesadaran masyarakat akan bahaya
Tahun 2008 tentang persampahan,
sampah masih minim. Sedangkan
dimana
untuk pemanfaatan sampah, hanya
sekitar
8
Ha
dan
undang-undang
pada
pasal
No.
44
bahwa
pengamatan
di
pemerintah daerah harus menutup
sebagian
TPA dengan sistem open dumping.
berkemauan untuk mengumpulkan
Berdasarakan kondisi operasi TPA
sampah layak dijual dan akan dijual
yang ada sekarang, maka rencana
ke pengepul yang ada di Kota Bima.
pembuatan TPA baru dengan metode
controlled
landfill
atau
sanitary
landfill harus dilakukan.
masyarakat
lapangan,
yang
Pemulung yang beroperasi di
wilayah Kota Bima cukup banyak
dan rata-rata berasal dari luar Kota
Perkiraan kebutuhan lahan
Bima, seperti dari NTT atau yang
untuk 20 tahun yang akan datang
berasal dari Kab. Bima. Sedangkan
perlu dilakukan untuk kebutuhan
pengepul yang beroperasi adalah
perencanaan
TPA.
sebanyak 20 tempat dan pemilik
TPA
serta tenaga kerjanya sebagian besar
berdasarkan petunjuk teknis nomor
berasal dari Jawa Timur. Lokasi
CT/S/Re-CT/004/98,
maka
penjualan sampah yang dilakukan
kebutuhan lahan TPA untuk 20 tahun
oleh pengepul adalah biasanya ke
yang akan datang yaitu seluas 9,22
daerah Jawa Timur, sedangkan untuk
Ha dengan debit lindi sebesar 21,32
sampah jenis botol bir akan dijual ke
m3/hari.
Bali.
Proyeksi
dan
desain
kebutuhan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
lahan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
Melihat penjualan sampah yang
dilakukan oleh pengepul tersebut,
maka
sangat
masyarakat
berpotensi
untuk
mampu menarik tenaga kerja yang
banyak.
bagi
membentuk
9) Kebutuhan Sarana Persampahan
kelompok skala lingkungan tempat
Kecukupan sarana pengelolaan
tinggal mereka untuk mengelola
sampah di Kota Bima pada saat ini
sampah secara mandiri. Pengelolaan
(tahun
sampah secara mandiri akan lebih
kurang.
meringankan
untuk
pelayanan persampahan, maka perlu
membayar retribusi sampah, namun
peningkatan sarana dan prasarana
dapat
persampahan. Salah satu cara untuk
masyarakat
memperoleh
pendapatan
2011)
masih
Untuk
tambahan dari penjualan sampah
mengetahui
tersebut.
dilakukan
dirasakan
meningkatkan
kebutuhan
proyeksi
tersebut,
kebutuhan
Sedangkan pengolahan sampah
berdasarkan jumlah sampah yang
dengan skala kota, dapat dilakukan
dihasilkan pada tahun yang akan
oleh pemerintah secara terpusat di
datang.
wilayah tertentu, misalnya di lokasi
dibutuhkan pada masa yang akan
TPA. Seperti menurut Irene (1999),
datang dapat dilihat pada Tabel 7.
Jumlah
sarana
yang
kompos, landfill, dan incinerator
harus
sama-sama
dikembangkan
sesuaidengan kebutuhan dalam suatu
Kota.
Dengan
pembangunan
fasilitas
demikian,
pengolah
Tabel 7. Perkiraan jumlah kendaraan
pengangkut sampah dan tenaga
operasional di Kota Bima tahun
2011-2032
Kendaraan
pengangkut
sampah
Kota Bima
2011
2012
201
7
202
2
202
7
203
2
Dump truck
Arm roll
truck
16
16
16
22
33
46
4
9
12
16
24
34
12
26
36
49
72
102
tambahan untuk pengelolaan sampah
Kontainer
Motor roda
tiga
32
67
94
127
187
198
serta mengurangi pengangguran di
Gerobak
40
54
76
68
101
142
216
267
355
442
655
791
sampah
dapat
berfungsi
untuk
mengurangi penimbunan sampah di
TPA
dan
mendapatkan
hasil
Kota Bima, karena pembangunan
Tenaga kerja
Sumber: Hasil analisa, 2013
fasilitas pengolah sampah tersebut
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
Kesimpulan
Berdasarkan
bahwa
aspek
hasil
teknik
analisis
operasional
pengelolaan sampah di Kota Bima
masih dibawah standar, hal itu dapat
dilihat dari tingkat pelayanan yang
hanya sebesar 53,16 %.
Perkiraan kuantitas sampah
pada hingga tahun 2032 adalah
1219,98
m3/hari
dan
kebutuhan
sarana pada tahun 2032 adalah dump
truck sebanyak 46 unit, armroll 34
unit, kontainer 102 unit dan motor
roda tiga 198 unit. Sedangkan luas
lahan TPA yang dibutuhkan adalah
seluas 9,22 Ha dan debit lindi
sebesar 21,32 m3/hari.
Daftar pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2002.
Tata Cara Teknik Pengelolaan
Sampah Perkotaan, Standar
SK SNI 19-2454-2002. Jakarta.
_________.2008.
Tata
Cara
Pengelolaan
Sampah
di
Pemukiman. Standar SK SNI
3242-2008, Jakarta.
Budihardjo, M. A., dan Zaman
Badrus. 2007. Optimasi
Pengumpulan
dan
Pengangkutan Sampah Kota
dengan Menggunakan Model
Powersim. Jurnal Teknik
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
Lingkungan vol. 28, No.2,
Hal 149-157, ISSN 08521697.
Damanhuri E. dan T. Padmi. 2010.
Diktat
Kuliah
TL-3150
Pengelolaan
Sampah.
Program
Studi
Teknik
Lingkungan. FTSL, ITB.
Bandung.
Departemen
Pekerjaan
Umum,
Direktorat Jenderal Cipta
Karya, 1998, Petunjuk Teknis
Nomor CT/S/Re-TC/004/98
tentang
Tata
Cara
Perencanaan TPA Sampah.
Jakarta.
Departemen
Pemukiman
dan
Prasarana
Wilayah,
Direktorat
Jendral
Tata
Perkotaan dan Tata Pedesaan.
2003, Pedoman Pengelolaan
Sampah Perkotaan bagi
Pelaksana. Jakarta.
_________, ________.
2003.
Pedoman
Pengelolaan
Sampah Perkotaan bagi
Eksekutif atau Legislatif.
Jakarta
Irene
L. 1999. Environmental
Engineers
Handbook.
Princeton, New Jersey.
Kodoatie R, J. 2005. Pengantar
Manajemen Infranstruktur.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Pemerintah Kota Bima. 2011.
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bima Periode 2011-2031.
Kota Bima
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
Rizal,
M.
2011.
Analisis
Pengelolaan
Sampah
Perkotaan (Studi Kasus pada
Kelurahan Boya Kecamatan
Banawa
Kabupaten
Donggala. Jurnal Smartek
vol. 9, No.2, Hal.155-172.
Tchobanoglous, G., dan F. Kreith.
2002. Handbook of Solid
Waste Management. Second
Edition.
Sucipto C. D. 2012. Teknologi
Pengolahan Daur Ulang
Sampah. Gosyen Publishing.
Yogyakarta.
Sampah. 7 Mei 2008. Lembaran
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan
Negara Republik Indonesia 2008.
Jakarta.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
PERKOTAAN DI KOTA BIMA
Wahyudin1)
1. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Mataram
Jl. Bungkarno No. 60 Mataram
Email: wahyudin.mts@gmail.com
Hp: 082359478251
ABSTRAK
Sistem pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia pada umumnya masih
menerapkan metode konvensional. Dimana, di lain pihak volume sampah terus
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pola
hidup masyarakat, yang pada akhirnya akan menjadi masalah karena tidak
didukung dengan sistem pengelolaan sampah yang baik. Hal itu juga terjadi di
wilayah Kota Bima, dimana sistem pengelolaan sampah belum berjalan dengan
baik, serta masih menerapkan paradigma lama yaitu pengelolaan sampah hanya
fokus pada kegiatan kumpul, angkut dan dibuang, serta tidak ada pengolahan
sampah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik sampah dan teknik
operasional pengelolaan sampah. Penelitian ini digunakan pendekatan
rasionalistik (deduktif).Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
kualitatif dengan membandingkan dengan standar normatif. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa teknik operasional pengelolaan sampah di Kota
Bima masih dibawah standar, hal itu dapat dilihat dari tingkat pelayanan yang
hanya sebesar 53,16 %. Perkiraan kuantitas sampah pada hingga tahun 2032
adalah 1219,98 m3/hari dan kebutuhan sarana pada tahun 2032 adalah dump truck
sebanyak 46 unit, armroll 34 unit, kontainer 102 unit dan motor roda tiga 198
unit. Sedangkan luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah seluas 9,22 Ha dan debit
lindi sebesar 21,32 m3/hari.
Kata kunci: Sampah, perkotaan, teknik operasional, pengelolaan.
ABSTRACT
Commonly, Municipal Solid Waste (MSW) management in urban life,
Indonesia still applies conventional system. Otherwise, solid waste volume gets
higher as population and lifestyle, but not supports its management well. It also
occurs in Bima City, whereas people are still close to old paradigm, they focus on
collecting, taking away, and throwing the solid waste, and there is no solid waste
treatment. This research applies rational approach. Furthermore, it uses
analytical technique qualitatively based on normative standard. The result shows
that the operational techniques of municipal solid waste management in the city
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
of Bima is below standard, it can be seen from the level of service that only
amounted to 53.16%. Estimated quantity of waste in up to 2032 is 1219.98 m³/
day and needs the means in 2032 are 46 units dump truck, 34 units armroll,
container are 102 units and 198 units of motor tricycle. While the area of the
landfill that is required is an area of 9.22 hectares and discharge of leachate at
21.32 m³ / day.
Keywords: Solid Waste, Urban Life, Operational Techniques, Management
PENDAHULUAN
kegiatan
Kecenderungan
jumlah
”ambil-angkut-buang”,
sehingga
kebutuhan
biaya
penduduk yang semakin meningkat
operasional serta kebutuhan lahan
dewasa ini diikuti kegiatan kota yang
pembuangan
makin
tinggi.
akhir
yang
cukup
berkembang
menimbulkan
adanya
kecenderungan
Selain itu, permasalahan yang
buangan/limbah yang meningkat dan
dihadapi dalam teknis operasional
bervariasi. Menurut Kodoatie (2005),
persampahan
jumlah dan laju penduduk perkotaan
kapasitas
yang
meningkat
memadai, pemeliharaan alat yang
mengakibatkan sistem infrastruktur
kurang, sulitnya pembinaan tenaga
yang ada menjadi tidak memadai,
pelaksana khususnya tenaga harian
karena penyediaannya lebih rendah
lepas,
dibandingkan dengan perkembangan
operasional
penduduk.
kondisi
dampak
cenderung
Hal ini dapat menghasilkan
kota
peralatan
sulit
diantaranya:
yang
memilih
yang
daerah,
belum
metode
sesuai
dengan
siklus
operasi
persampahan tidak lengkap/terputus
kota menjadi tempat yang tidak
karena
nyaman. Pengelolaan sampah secara
penanggungjawab,
regional
sektoral antar birokrasi pemerintah
di
mempunyai
Kota
Bima
banyak
khususnya
penanganannya
masih
kendala,
paradigma
yang
masih
berbedanya
koordinasi
seringkali
lemah,
operasional
lebih
pada
aspek
manajemen
dititikberatkan
pelaksanaan,
konvensional seperti kota-kota lain di
pengendalian
Indonesia, yaitu masih terfokus pada
perencanaan operasional seringkali
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
lemah,
dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
hanya
untuk
jangka
pendek
(Damanhuri dan Padmi, 2005).
Berdasarkan
Rencana
khususnya
teknik
operasional
pengelolaan sampah di Kota Bima.
Tata
Tujuan
dari
penelitian
ini
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bima
adalah
mengetahui
2011, kondisi TPA yang berlokasi di
sampah
dan
Kelurahan Oi Fo’o Kota Bima
pengelolaan sampah di Kota Bima.
dengan
lahan
seluas
8
karakteristik
teknik
operasional
Ha,
menggunakan sistem open dumping
dan sudah tertimbun seluas 5 Ha.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
digunakan
Oleh karena itu, diperlukan sistem
pendekatan rasionalistik (deduktif).
pengelolaan sampah yang baik untuk
Proses penelitian dimulai dengan
memperpanjang umur operasi TPA
mengidentifikasi
Oi Fo’o.
pengelolaan sampah di Kota Bima.
Jumlah
dihasilkan
sampah
yang
suatu
daerah
dalam
Permasalahan
permasalahan
tersebut
kemudian
dikaji secara teoritis berdasarkan
tertentu sebanding dengan jumlah
standar
penduduk, jenis aktivitas dan tingkat
tentukan guna menemukan dasar-
konsumsi
dasar rasionalitasnya.
penduduk
barang/material.
terhadap
Volume
sampah
normatif
yang
telah
di
Teknik analisis yang digunakan
yang dihasilkan di wilayah Kota
adalah
Bima pada tahun 2011 adalah 71.175
dengan
m3 (DKPP, 2012). Dimana jumlah
standar normatif seperti berdasarkan
timbulan sampah pada tahun 2011
Standar Nasional Indonesia (SNI),
tersebut
peningkatan
Standar Pelayanan Minimum (SPM),
secara drastis dari tahun 2010 yang
Peraturan atau Undang-undang, dan
berjumlah 59.137 m3.
teori-teori lain yang relevan dengan
mengalami
Berdasarkan
peningkatan
kondisi
timbulan
tersebut,
maka
untuk
meningkatkan
pengelolaan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
analisis
membandingkan
kualitatif
dengan
pengelolaan sampah.
sampah
dipandang
sampah
teknik
perlu
kinerja
yang
baik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah timbulan sampah di Kota
Bima ditunjukan pada Tabel 1.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
kegiatan
Tabel 1. Volume timbulan sampah di
Kota Bima pada tahun 2007-2011
No
.
3
Kecamata
n
Rasanae
Barat
Rasanae
Timur
Asakota
4
Mpunda
5
Raba
1
2
2007
13.84
0
9.720
7.226
12.10
0
9.756
Jumlah
Rata-rata
Volume (m3/hari)
52.64
2
146,2
3
Timbulan Sampah (m3)
2008
2009
2010
14.11
14.82
15.11
7
2
8
10.40
10.61
9.914
9
7
7.371
7.734
7.518
12.34
12.95
13.21
2
9
8
10.44
10.65
9.951
8
6
55.70
58.38
59.13
3
1
7
147,1
154,4
156,5
1
4
1
menunjang
di dominasi oleh sampah organik
yaitu sebanyak 71,40%, sedangkan
sisanya adalah sampah anorganik dan
sampah lain-lain. Komposisi sampah
Bima
secara
Tabel 2. Komposisi sampah di Kota
Bima
Komposisi Sampah
ORGANIK
AN ORGANIK
Plastik
Kaca
Kertas
Karet
Logam
Kain
Lain-lain
Jumlah
tersebut.
dimiliki DKPP Kota Bima dalam
pengelolaan
sampah,
ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Sarana dan prasana
pengelolaan sampah pada tahun
2011
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sarana dan Prasarana
Jumlah unit
Dump Truck
Arm Roll truck
Compactor
Alat Berat
Kontainer
Motor Tiga Roda
TPA
Transfer Depo
Gerobak
16
4
1
3
12
32
1
1
40
Sumber: DKPP Kota Bima, 2013
rinci
ditunjukkan pada Tabel 2.
N
o
1
2
kegiatan
Adapun sarana dan prasarana yang
159
Komposisi sampah di Kota Bima
Kota
di
prasarana adalah hal penting dalam
2011
19.71
0
12.77
5
7.665
11.31
5
19.71
0
71.17
5
Komposisi sampah
di
operasional
lapangan, tentu saja sarana dan
Sumber: Kota Bima Dalam Angka dan DKPP, 20082012
1.
utama
Persentase (%)
Berat
71,40%
4,70%
1,50%
2,30%
2,20%
3,70%
0,83%
13,37%
100,00%
Sumber: DKPP Kota Bima, 2013
A. Analisis sistem pengelolaan
sampah
1.Proyeksi Timbulan Sampah
Timbulan sampah perkotaan di
Kota Bima diperkirakan berdasarkan
jumlah dan persentase pertumbuhan
penduduk serta pertumbuhan kota.
Pertumbuhan
kota
perkembangan
dilihat
sektor
dari
pertanian,
industri dan pertumbuhan PDRB.
2.
Kondisi Sarana dan prasarana
Total
Dinas kebersihan, Pertamanan
memperkirakan pengurangan sampah
dan Pemakaman (DKPP) Kota Bima,
dari
proyeksi
hasil
sampah
pemilahan
perlu
dan
dalam bidang pelaksananya memiliki
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
pemanfaatan
sampah.
Proyeksi
jumlah sampah yang dihasilkan pada
kuantitas sampah di Kota Bima
tahun yang akan datang dapat dilihat
ditunjukkan pada Tabel 4 dan Tabel
pada Tabel 6.
5.
Tabel 6. Perkiraan jumlah kendaraan
pengangkut sampah dan tenaga
operasional di Kota Bima tahun
2011-2032
Tabel 4. Proyeksi timbulan sampah
berdasarkan perkiraan jumlah
penduduk tahun 2011-2032
Tahun
Jumlah
Penduduk*
Volume
Timbulan
Sampah
(m³/hr)**
288,04
308,53
435,07
613,52
865,14
1219,98
Berat
Timbulan
Sampah
(Ton/hr)***
43,21
46,36
65,91
93,72
133,25
189,46
2011
144.018
2012
151.219
2017
192.998
2022
246.320
2027
314.373
2032
401.229
Keterangan:
*
: Proyeksi dengan metode geometri
**
: Proyeksi timbulan sampah dengan timbulan
dasar 2 l/o/h (pedoman Kimpraswil, 2003)
*** : Proyeksi berat sampah dengan berat dasar
0,3kg/o/h (pedoman
Kimpraswil, 2003)
Uraian
Kota Bima
2017
2022
2012
Dump
16
16
16
truck
Arm roll
4
9
12
truck
Kontainer
12
26
36
Motor roda
32
67
94
tiga
Gerobak
40
54
76
Tenaga
216
267
355
kerja
Sumber: Hasil analisa, 2013
3.
Tabel 5. Perkiraan kuantitas sampah
per kecamatan di Kota Bima tahun
2011 - 2032
Timbulan Sampah (m3/hari)
Kecamat
an
2011
2012
2017
2022
2027
Rasanae
62,88
67,35
94,98
133,93
188,87
Barat
65,65
70,32
99,17
139,84
197,19
Mpunda
Rasanae
32,74
35,07
49,45
69,73
98,33
Timur
70,39
75,40
106,33
149,93
211,43
Raba
56,37
60,39
85,15
120,08
169,32
Asakota
288,04
308,53
435,07
613,52
865,14
Jumlah
Sumber: Hasil Analisa, 2013
2011
Teknik
2027
2032
22
33
46
16
24
34
49
72
102
127
187
198
68
101
142
442
655
791
Operasional
Pengelolaan
Sampah
Perkotaan
2032
266
278
138
298
238
1.219
1) Daerah dan tingkat pelayanan
Daerah
persampahan
pelayanan
di
Kota
Bima
berdasarkan data sekunder adalah
sebanyak 25 kelurahan yang sudah
terlayani dari total 38 kelurahan.
Dengan
demikian,
pelayanan
persampahan belum secara merata
diseluruh wilayah Kota Bima.
Gambar 1. Jumlah timbulan sampah
per kecamatan di Kota Bima
2.Proyeksi Kebutuhan Sarana dan
Penilaian tingkat pelayanan
persampahan adalah perbandingan
antara jumlah sampah yang terangkut
Prasarana
dan total timbulan sampah yang ada
Proyeksi kebutuhan sarana dan
di Kota Bima. Berdasarkan data
prasarana persampahan berdasarkan
persentase pelayanan masih rendah
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
yaitu
53,16%
yang
terlayani,
Pada
umumnya
tempat
sedangkan yang belum terlayani
pewadahan
yang
adalah sebanyak 46,84%. Sedangkan
disediakan
standar pelayanan persampahan pada
masyarakat atau sumber sampah.
suatu kota sekitar 85 – 100%.
Tempat
secara
yang
digunakan
swadaya
digunakan
oleh
juga
sebagian besar menggunakan karung
2) Penyapuan Jalan
dan keranjang, sehingga pewadahan
Kegiatan penyapuan jalan di
tersebut tidak sesuai dengan kriteria
Kota Bima masih terfokus pada
pewadahan yaitu tempat yang kedap
jalan-jalan utama yang berada di
air.
pusat pemerintahan dan di wilayah
komersial
dengan
panjang
ruas
Penempatan tempat pewadahan
ditempatkan di depan rumah tinggal,
penyapuan 49,5 km. Penyapuan jalan
sehingga
dilakukan satu kali dalam sehari dan
petugas kebersihan untuk mengambil
dilakukan tiap pagi hari sekitar jam
sampah tersebut. Berdasarkan hasil
05.00 – 07.00 WITA.
pengamatan
Penyapuan jalan di Kota Bima
belum
optimal
karena
sangat
memudahkan
dilapangan,
kondisi
pewadahan yang ada sekarang tidak
hanya
memenuhi
standar
dilakukan 1 (satu) kali per hari.
ditetapkan
(SNI
Sedangkan
Dimana standar pewadahan yang
menurut
pengelolaan
standar
persampahan,
penyapuan jalan harus dilakukan
kegiatan
karena
itu,
kedepannya
penyapuan
ditingkatkan
dan
jalan
harus
daerah
yang
air;
Ekonomis, mudah diperoleh
atau dibuat oleh masyarakat;
Mudah dikosongkan.
Berdasarkan
jalan ditambah atau diperluaskan
diatas,
lagi.
kedepannya
standar
dalam
mempertimbangkan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
19-2454-2002).
Tidak mudah rusak dan kedap
mendapatkan pelayanan penyapuan
3) Pewadahan
telah
baik adalah
sebanyak dua sampai tiga kali sehari.
Oleh
yang
pewadahan
pengembangan
perlu
tempat
pewadahan yang baik yaitu tidak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
mudah rusak, kedap air dan tentunya
hanya dilakukan pada masyarakat
dalam kondisi tertutup. Selain terkait
yang berlangganan atau yang mau
kondisi
membayar
pewadah,
pengadaan
retribusi
sampah.
pewadah untuk jenis sampah organik
Sedangkan untuk masyarakat yang
dan
perlu
tidak membayar retribusi, sampahnya
untuk
tidak
sampah
anorganik
dipertimbangkan,
diangkut.
Sehingga
masih
meningkatkan dan mempermudah
banyak TPS liar di lingkungan
pemilahan sampah.
tempat tinggal masyarakat. Proses
pengumpulan juga masih terbatas
4) Pengumpulan
pada rumah-rumah yang berada di
Proses pengumpulan sampah di
wilayah
dengan
Kota
pinggir jalan atau gang, sedangkan
Bima
dilakukan
untuk rumah-rumah yang sulit dilalui
menggunakan
kendaraan
oleh kendaraan roda tiga tidak
roda tiga yang sudah tersedia pada
masing-masing
belum
kelurahan,
seluruh
namun
Berdasarkan penjelasan kondisi
kelurahan
tersebut, diperlukan pengembangan
memperoleh kendaraan tersebut.
Pola
mendapatkan pelayanan.
pengumpulan
dan
adalah
peningkatan
proses
pengumpulan, seperti peningkatan
dilakukan dengan sistem door to
pelayanan
door yaitu mengambil langsung ke
kendaraan roda tiga serta frekuensi
rumah-rumah masyarakat. Frekuensi
pengumpulan. Untuk wilayah yang
pengumpulan yang dilakukan oleh
sulit
petugas kebersihan sebanyak tiga
dibutuhkan gerobak sampah untuk
kali
mengumpulkan sampah di wilayah
dalam
seminggu.
Namun,
dan
dilalui
penambahan
oleh
kendaraan,
berdasarkan hasil wawancara dengan
pemukiman
masyarakat
sampah di wilayah Kota Bima
bahwa
pengambilan
padat.pengumpulan
sampah tersebut tidak konsistent,
dilakukan
kadang dua kali atau sekali dalam
kendaraan roda tiga yang sudah
seminggu.
tersedia
Pengumpulan
sampah
yang
dilakukan oleh petugas kebersihan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
dengan
pada
menggunakan
masing-masing
kelurahan, namun belum seluruh
kelurahan
memperoleh
kendaraan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
tersebut. Pola pengumpulan adalah
Usulan
dengan menerapkan sistem door to
pemindahan yang baru, seperti lokasi
door yaitu mengambil langsung ke
motor roda 3 sebagai sumber sampah
rumah-rumah masyarakat. Frekuensi
yang akan dipindahkan ke dump truk
pengumpulan yang dilakukan oleh
harus
petugas kebersihan sebanyak tiga
penempatan dump truknya.
kali
dalam
seminggu.
pengangkutan
sampah
tinggi
dari
fasilitas
posisi
6) Pengangkutan
Kota Bima sudah bagus, namun yang
peningkatan
lebih
desain
Pola
pengumpulan yang diterapkan di
perlu
untuk
Proses pengangkutan sampah
baik
pola
di Kota Bima menggunakan 2 jenis
berdasarkan
jenis
kendaraan,
maupun
frekuensi
pengangkutannya.
yang
menerapkan
yang
masing-masing
jenis
berbeda.
pengangkutan
Pertama,
proses
pengangkutan di lokasi transfer depo
5) Pemindahan
menggunakan kendaraan dump truck
Kegiatan pemindahan pada
sebanyak 14 unit dan 2 unit dump
saat ini hanya terdapat di tempat
truck lainnya dioperasikan ditempat
transfer depo, yang berlokasi di
lain,
wilayah
Proses
gotong-royong kebersihan. Lokasi
pemindahan yang dilakukan adalah
transfer depo di Kota Bima terdapat
sampah yang di kumpulkan dengan
1 unit, sehingga kendaraan dump
kendaraan roda tiga di pindahkan ke
truck memiliki jadwal antri untuk
truk pengangkut sampah untuk di
pengangkutan.
Kedua,
pola
buang ke TPA. Kondisi fasilitas
pengangkutan
kontainer
adalah
pemindahan sampah perlu didesain
menggunakan sistem pengangkutan
ulang, dimana kondisi pemindahan
kontainer cara satu, yaitu kendaraan
sekarang ketinggian antara motor
berangkat ke lokasi kontainer isi
roda tiga sebagai sumber sampah
pertama, lalu diangkut ke TPA.
sejajar dengan penempatan truk,
Setelah kembali dari TPA, kendaraan
sehingga
langsung
cenderung
Kantor
proses
DKPP.
pemindahannya
mengalami
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
kesulitan.
seperti
berikutnya,
melayani
menuju
kegiatan
kontainer
dan
isi
pola
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
pengangkutannya
sama
pada
kontainer pertama.
7) Pembuangan/pemrosesan akhir
Tempat
8) Pengolahan sampah
Pemrosesan Akhir
Berdasarkan hasil wawancara
(TPA) di Kota Bima mempunyai luas
dan
area
sudah
kegiatan pengolahan sampah sama
tertimbun sekitar 5 Ha. TPA yang
sekali berlum diterapkan baik oleh
terdapat di Kota Bima menerapkan
pemerintah maupun masyarakat Kota
sistem open dumping, sedangkan
Bima. Hal ini disebabkan oleh
menurut
18
kesadaran masyarakat akan bahaya
Tahun 2008 tentang persampahan,
sampah masih minim. Sedangkan
dimana
untuk pemanfaatan sampah, hanya
sekitar
8
Ha
dan
undang-undang
pada
pasal
No.
44
bahwa
pengamatan
di
pemerintah daerah harus menutup
sebagian
TPA dengan sistem open dumping.
berkemauan untuk mengumpulkan
Berdasarakan kondisi operasi TPA
sampah layak dijual dan akan dijual
yang ada sekarang, maka rencana
ke pengepul yang ada di Kota Bima.
pembuatan TPA baru dengan metode
controlled
landfill
atau
sanitary
landfill harus dilakukan.
masyarakat
lapangan,
yang
Pemulung yang beroperasi di
wilayah Kota Bima cukup banyak
dan rata-rata berasal dari luar Kota
Perkiraan kebutuhan lahan
Bima, seperti dari NTT atau yang
untuk 20 tahun yang akan datang
berasal dari Kab. Bima. Sedangkan
perlu dilakukan untuk kebutuhan
pengepul yang beroperasi adalah
perencanaan
TPA.
sebanyak 20 tempat dan pemilik
TPA
serta tenaga kerjanya sebagian besar
berdasarkan petunjuk teknis nomor
berasal dari Jawa Timur. Lokasi
CT/S/Re-CT/004/98,
maka
penjualan sampah yang dilakukan
kebutuhan lahan TPA untuk 20 tahun
oleh pengepul adalah biasanya ke
yang akan datang yaitu seluas 9,22
daerah Jawa Timur, sedangkan untuk
Ha dengan debit lindi sebesar 21,32
sampah jenis botol bir akan dijual ke
m3/hari.
Bali.
Proyeksi
dan
desain
kebutuhan
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
lahan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
Melihat penjualan sampah yang
dilakukan oleh pengepul tersebut,
maka
sangat
masyarakat
berpotensi
untuk
mampu menarik tenaga kerja yang
banyak.
bagi
membentuk
9) Kebutuhan Sarana Persampahan
kelompok skala lingkungan tempat
Kecukupan sarana pengelolaan
tinggal mereka untuk mengelola
sampah di Kota Bima pada saat ini
sampah secara mandiri. Pengelolaan
(tahun
sampah secara mandiri akan lebih
kurang.
meringankan
untuk
pelayanan persampahan, maka perlu
membayar retribusi sampah, namun
peningkatan sarana dan prasarana
dapat
persampahan. Salah satu cara untuk
masyarakat
memperoleh
pendapatan
2011)
masih
Untuk
tambahan dari penjualan sampah
mengetahui
tersebut.
dilakukan
dirasakan
meningkatkan
kebutuhan
proyeksi
tersebut,
kebutuhan
Sedangkan pengolahan sampah
berdasarkan jumlah sampah yang
dengan skala kota, dapat dilakukan
dihasilkan pada tahun yang akan
oleh pemerintah secara terpusat di
datang.
wilayah tertentu, misalnya di lokasi
dibutuhkan pada masa yang akan
TPA. Seperti menurut Irene (1999),
datang dapat dilihat pada Tabel 7.
Jumlah
sarana
yang
kompos, landfill, dan incinerator
harus
sama-sama
dikembangkan
sesuaidengan kebutuhan dalam suatu
Kota.
Dengan
pembangunan
fasilitas
demikian,
pengolah
Tabel 7. Perkiraan jumlah kendaraan
pengangkut sampah dan tenaga
operasional di Kota Bima tahun
2011-2032
Kendaraan
pengangkut
sampah
Kota Bima
2011
2012
201
7
202
2
202
7
203
2
Dump truck
Arm roll
truck
16
16
16
22
33
46
4
9
12
16
24
34
12
26
36
49
72
102
tambahan untuk pengelolaan sampah
Kontainer
Motor roda
tiga
32
67
94
127
187
198
serta mengurangi pengangguran di
Gerobak
40
54
76
68
101
142
216
267
355
442
655
791
sampah
dapat
berfungsi
untuk
mengurangi penimbunan sampah di
TPA
dan
mendapatkan
hasil
Kota Bima, karena pembangunan
Tenaga kerja
Sumber: Hasil analisa, 2013
fasilitas pengolah sampah tersebut
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
Kesimpulan
Berdasarkan
bahwa
aspek
hasil
teknik
analisis
operasional
pengelolaan sampah di Kota Bima
masih dibawah standar, hal itu dapat
dilihat dari tingkat pelayanan yang
hanya sebesar 53,16 %.
Perkiraan kuantitas sampah
pada hingga tahun 2032 adalah
1219,98
m3/hari
dan
kebutuhan
sarana pada tahun 2032 adalah dump
truck sebanyak 46 unit, armroll 34
unit, kontainer 102 unit dan motor
roda tiga 198 unit. Sedangkan luas
lahan TPA yang dibutuhkan adalah
seluas 9,22 Ha dan debit lindi
sebesar 21,32 m3/hari.
Daftar pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2002.
Tata Cara Teknik Pengelolaan
Sampah Perkotaan, Standar
SK SNI 19-2454-2002. Jakarta.
_________.2008.
Tata
Cara
Pengelolaan
Sampah
di
Pemukiman. Standar SK SNI
3242-2008, Jakarta.
Budihardjo, M. A., dan Zaman
Badrus. 2007. Optimasi
Pengumpulan
dan
Pengangkutan Sampah Kota
dengan Menggunakan Model
Powersim. Jurnal Teknik
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
Lingkungan vol. 28, No.2,
Hal 149-157, ISSN 08521697.
Damanhuri E. dan T. Padmi. 2010.
Diktat
Kuliah
TL-3150
Pengelolaan
Sampah.
Program
Studi
Teknik
Lingkungan. FTSL, ITB.
Bandung.
Departemen
Pekerjaan
Umum,
Direktorat Jenderal Cipta
Karya, 1998, Petunjuk Teknis
Nomor CT/S/Re-TC/004/98
tentang
Tata
Cara
Perencanaan TPA Sampah.
Jakarta.
Departemen
Pemukiman
dan
Prasarana
Wilayah,
Direktorat
Jendral
Tata
Perkotaan dan Tata Pedesaan.
2003, Pedoman Pengelolaan
Sampah Perkotaan bagi
Pelaksana. Jakarta.
_________, ________.
2003.
Pedoman
Pengelolaan
Sampah Perkotaan bagi
Eksekutif atau Legislatif.
Jakarta
Irene
L. 1999. Environmental
Engineers
Handbook.
Princeton, New Jersey.
Kodoatie R, J. 2005. Pengantar
Manajemen Infranstruktur.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Pemerintah Kota Bima. 2011.
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bima Periode 2011-2031.
Kota Bima
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB
Rizal,
M.
2011.
Analisis
Pengelolaan
Sampah
Perkotaan (Studi Kasus pada
Kelurahan Boya Kecamatan
Banawa
Kabupaten
Donggala. Jurnal Smartek
vol. 9, No.2, Hal.155-172.
Tchobanoglous, G., dan F. Kreith.
2002. Handbook of Solid
Waste Management. Second
Edition.
Sucipto C. D. 2012. Teknologi
Pengolahan Daur Ulang
Sampah. Gosyen Publishing.
Yogyakarta.
Sampah. 7 Mei 2008. Lembaran
VOL. 2 NO. 1 – JANUARI 2016
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan
Negara Republik Indonesia 2008.
Jakarta.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT UNTB