Raih Kembali Akreditasi A, Departemen Teknik Fisika Terus Berbenah

Berita Utama 1

Edisi 1 : April 2018

NEWSLETTER
Departemen Teknik Fisika ITS

Raih Kembali Akreditasi
A, Departemen Teknik
Fisika Terus Berbenah
Departemen Teknik Fisika ITS kembali menyambut visitasi tim asesor
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Senin-Selasa (5-6
Maret) lalu. Dengan kenaikan signifikan sebesar 15 poin, salah satu
departemen di bawah naungan Fakultas Teknologi Industri ini sukses
meraih kembali label akreditasi A untuk Program Stusi Sarjana (S1).
Prestasi ini telah disahkan dengan surat keputusan nomor 653/SK/BANPT/Akred/S/III/2018 yang berlaku hingga Maret 2023.
Tidak hanya program studi (prodi) strata 1, kabar bahagia datang juga dari
pendidikan pascasarjana Teknik Fisika. Berdiri sejak tahun 2008, prodi
strata 2 ini kembali berhasil meraih nilai akreditasi A dengan nomor surat
keputusan 631/SK/BAN-PT/Akred/M/II/2018.
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam penilaian akreditasi program

studi adalah visi, misi, dan tujuan, sistem pengelolaan, mahasiswa dan
alumni, dosen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Selain penilaian melalui berkas, tim asesor
BAN-PT untuk prodi S1 yang dipimpin Dr. Cuk Imawan dan Dr. Ahmad
Agus Setiawan, serta asesor prodi S2, Dr. Sihana dan Dr. Nugroho Sulami
melihat kondisi langsung lingkungan kampus Departemen Teknik Fisika
dan suasana akademik yang meliputinya.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Prodi S1 Teknik Fisika, Hendra Cordova
ST. MT. mengungkapkan beberapa hal terkait proses akreditasi ini. Hendra
mengaku suksesnya akreditasi kali ini merupakan buah dari pembenahan
kuantitas publikasi jurnal. Tentu saja salah satunya adalah tuntutan
pengelolaan publikasi jurnal ilmiah secara elektronik. "Apalagi saat ini
BAN PT menerapkan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online
(SAPTO). Alhamdulillah kemarin kami pun mendapat apresiasi mengenai
baiknya pengisian mandiri SAPTO," tukas Hendra.
Dirinya pun menekankan bahwa pentingnya akreditasi departemen akan
kembali kepada mahasiswa baik saat mencari pekerjaan maupun saat
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. "Semua mahasiswa harus
menyadari pentingnya akreditasi dan pada akhirnya saling bekerja sama,"
ujar alumni Teknik Fisika ITS tahun 1992 ini.


Perolehan nilai akreditasi A pada kedua prodi merupakan prestasi
yang membanggakan dan merupakan hasil kerja keras berbagai
pihak. "Ini juga merupakan pencapaian tersendiri, kami
membenahi berbagai bidang termasuk terkait alumni sebagai
stakeholder," ungkap Hendra.

Targetkan AUN-QA 2019 dan Persiapan Ekuivalensi
Kurikulum
Perolehan akreditasi tingkat nasional dari BAN-PT ini juga
merupakan awal untuk mempersiapkan akreditasi tingkat
selanjutnya. Ditanya mengenai persiapan tersebut, Hendra bertutur
bahwa Departemen Teknik Fisika tengah menargetkan akreditasi
Asean University Network Quality (AUN-QA) Januari 2019
mendatang. "Rencananya bersama departemen Perencanaan
Wilayah dan Tata Kota, Matematika, serta Teknik Kelautan.
Tentunya ini salah satu bentuk mengusung visi ITS sebagai World
Class University" ungkap pria asal Jember ini.
Dalam akreditasi ini, lanjut Hendra, ada beberapa elemen yang
menjadi fokus utama. Diantara ialah kemahasiswaan, persebaran

alumni, manajemen administrasi, infrastuktur, dan sumber daya
manusia meliputi tenaga kependidikan, dosen, serta professor.
Mempersiapkan akreditasi tingkat ASEAN tentu tak mudah.
Apalagi dengan adanya rencana pergantian kurikulum pada
semester gasal 2018/2019 mendatang. "Banyak hal perlu
disesuaikan. Di teknik fisika sendiri, kami menyiapkan tim khusus
yang dipimpin Prof Dr Aulia Siti Aisjah dari Kantor Penjaminan
Mutu," ungkap dosen bidang Rekayasa Instrumentasi ini. (saa/rfa)

2 Riset

Sensor Pernapasan Berbasis Serat Optik,
Inovasi Dosen Teknik Fisika ITS
Melihat minimnya alat deteksi pernafasan di Indonesia, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat karya
inovatif dengan nama Serat Optik untuk Napas (Senapas). Alat yang
dikembangkan oleh Agus Muhamad Hatta ST MSi PhD bersama
Laboratorium Rekayasa Fotonika Departemen Teknik Fisika ITS ini
merupakan sensor yang mampu mendeteksi ragam pernafasan dengan
menggunakan serat optik Sebagai bahan utama.


Hatta mengatakan, di Indonesia sendiri terdapat produk
pendeteksi pernafasan yang sejenis tetapi masih analog. Bahan
yang digunakan juga menggunakan elektroda sebagai sensor
sehingga kurang baik jika digunakan dalam medan beradiasi
seperti MRI. ”Ukuran alatnya juga masih besar. Disini, saya dan
tim hanya ingin menawarkan solusi atas masalah tersebut,”
ujarnya.

Serat optik adalah saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik. Alat ini sangat halus, diameternya kurang lebih 120
mikrometer, ukurannya lebih tipis dari sehelai rambut. Kabel tipis ini
dapat digunakan untuk menghantarkan sinyal cahaya dari suatu
tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya
adalah laser atau Light-Emitting Diode (LED).

Untuk menunjang penelitiannya, Hatta bekerjasama dengan
beberapa pihak seperti medis untuk menguji kelayakan alat ini.
“Secara teknis, alat ini sudah bekerja dengan baik. Kami biasa
mengujikan kepada mahasiswa terlebih dahulu,” tutur Hatta.

“Ibarat satu sampai sepuluh. Alat ini sudah mencapai angka
tujuh,” lanjutnya kemudian.

Cahaya yang ada di dalam serat optik juga tidak akan keluar karena
indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara,
sehingga kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi. Bahan serat
satu ini sangat bagus untuk digunakan sebagai saluran komunikasi.
Serat optik ini diletakkan dalam masker oksigen yang terhubung
dengan Liquid Crystal Display (LCD) . Karena penggunaan serat
optik sebagai sensor, Senapas dapat mengukur kualitas pernafasan
secara langsung dari masker oksigen yang dikenakan ke monitor
display.

Pria berkulit putih ini mengatakan, Senapas hanya butuh sedikit
pembenahan dari segi kemasan. Ia juga mengaku mendapat
kendala untuk mendapatkan komponen karena minimnya
industri elektronika di Indonesia. Ia berharap, alat ini bisa di
komersilkan secara bebas meskipun nilai jual alat ini cukup
mahal. “Sistem penampil datanya yang cukup mahal. Untuk
masker oksigennya murah. Sekali pakai, buang,” ujar Hatta.


Dosen yang kerap disapa Hatta ini menerangkan, serat optik dipilih
sebagai sensor karena ringan, kecil, dan praktis. Bentuknya yang kecil
membuat Senapas dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Selain
itu, sifat serat optik juga kebal terhadap medan elegtromagnetik
sehingga aman digunakan di lingkungan Magnetic Imaging
Resonance (MRI).

Diakhir, Hatta menerangkan bahwa alat deteksi pernafasan itu
penting adanya. Tidak hanya untuk analisis kedokteran, tetapi
juga analisis psikologi, atau ketahanan pekerja di Industri.
“Dalam industri pertambangan contohnya, kondisi penambang
yang ada di bawah tanah bisa diamati dengan alat deteksi
pernafasan ini secara langsung. Mendeteksi kondisi kebugaran
atlit, atau kasus-kasus lain,” pungkas Hatta menutup
penjelasannya.(nov)

3 Apa Kabar Teknik Fisika?
sudah menggeser teknologi sebelumnya


Kenali Teknologi
yaitu pneumatic dan analog. Selain
pengertian dan karakteristik dari Fieldbus
Instrumentasi Terkini Foundation, peserta juga dikenalkan
tentang keuntungan penggunaan teknologi
Bersama Alumni
baru ini didalam industry bila
Selasa (13/03), Departemen Teknik Fisika
ITS kembali mendapatkan kunjungan dari
alumninya yang telah sukses berkiprah di
dunia Industri. Kali ini, dua orang alumni
yang hadir adalah engineer dari PT
Yokogawa Indonesia yaitu Bapak Ir. Sonny
Prijantono dan Ibu Lusie Triana, S.T.
Beliau hadir di Ruang Sidang Departemen
Teknik Fisika ITS dalam rangka Workshop
Fieldbus Foundation Engineering and
Safety Instrumentation System.
Materi tentang Fieldbus Foundation
Engineering disampaikan oleh Bapak

Sonny. Lulus dari Teknik Fisika ITS pada
tahun 1994, beliau kini berperan sebagai
DCS & Solutions Specialist di Technical
Division. Beliau menyampaikan
perkembangan teknologi Fieldbus
Foundation yang merupakan bagian dari
Field Digital Communications, atau
protocol komunikasi antara berbaga
iinstrumen pengukuran yang ada di
lapangan dengan operator di ruang kontrol.
Sebagai protocol komunikasi dua arah
yang melibatkan intelligent instrument,
Fieldbus merupakan teknologi yang paling
banyak digunakan saat ini, seperti halnya
HART Protocol dan Wireless. Ketiganya

Ajang untuk mengapresiasi para
mahasiswa yang telah berhasil
menyelesaikan beban studi 144 sks di
Departemen Teknik Fisika (TF) Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
tersebut biasa dikenal dengan Tasyakuran
Wisuda (TW). Tak ubahnya suatu budaya,
arak-arakan wisudawan menjadi suatu
kegiatan yang selalu mengiringi prosesi
wisuda di Teknik Fisika setiap tahunnya.
Dalam wisuda 117 ini,TF ITS berhasil
meluluskan 39 mahasiswanya dimana
empat diantaranya berhasil meraih predikat
pujian. Tentu bukan hal mudah bagi
seorang mahasiswa untuk berada di titik
ini. Karenanya, kebahagiaan wisudawanini
patut dirayakan bersama di Departemen.
Dikonsep langsung oleh mahasiswa baru
2017, TW kali ini mengusung tema
Surabaya 70-an. Bergaya ala Dilan dalam
film Dia adalah Dilanku 1990 yang saat ini
sedang naik daun, pasukan mahasiswa TF
ITS menjemput wisudawan dari graha
sepuluh nopember ke departemen

menggunakan jaket denim berwarna
senada.

dibandingkan dengan instrumen
analog.Sama menariknya dengan materi
sebelumnya, materi kedua yaitu Safety
Instrumentation System (SIS) juga
membahas aplikasi dari ilmu Teknik Fisika
di bidang industri. SIS merupakan
pencegahan kecelakaan pada suatu pabrik
untuk menjaga baik aspek masyarakat,
lingkungan, dan bisnis di dalam dan di
sekitar lingkup pabrik tersebut. Materi
yang disampaikan Ibu Lusie, sebagai
seorang SIS Lead Engineer, meliputi
perbedaan SIS dengan DCS, bagaimana
hierarki dari SIS, bagaimana cara
memasang safety system, dan bagaimana
menghitung nilai fault tolerant.


Workshop ini memberikan manfaat kepada
mahasiswa karena memberikan pandangan
lebih terkait aplikasi dari ilmu
instrumentasi yang diajarkan di bangku
kuliah. “Saya rasa materinya menarik
karena sangat menjurus ke dunia kerja,
dengan penjelasan yang lebih konkrit.”
Komentar Iman Ramacaesar, salah satu
peserta workshop dari angkatan 2014. Para
peserta juga cukup antusias mengikuti
rangkaian acara hingga selesai karena
materi yang disampaikan berkorelasi
dengan mata kuliah yang sedang dipelajari.

Seorang peserta lain, Chervilia Pradita
mengemukakan bahwa kedua materi yang
disampaikan semuanya ada di mata kuliah
Teknik Fisika. “Untuk SIS ada di matkul
Proteksi dan Keamanan, sedangkan
fieldbus mungkin termasuk di Desain
Instrumen.”Chervi juga menambahkan,
“Pemateri menjelaskan dengan sangat
baik. Saya berharap lebih sering diadakan
kuliah tamu atau workshop seperti ini.”
Antusiasme peserta juga dirasakan oleh
pihak panitia dari Departemen
Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) HMTF
ITS yang membantu pada persiapan teknis
dan publikasi. “Banyak sekali peserta yang
hadir pada workshop kali ini. Bahkan,
beberapa mahasiswa tidak bisa mengikuti
kuliah tamu karena keterbatasan kapasitas
ruang. Tentunya akan diadakan perbaikan
kedepan karena kegiatan ini termasuk
program kerja kami, yaitu sharing session.”
Ungkap Asma'ul Husna, perwakilan dari
Kesma HMTF ITS.(rfa)

TW 117, Bentuk
Apresiasi dari
Mahasiswa TF
untuk Wisudawan
Muhsmmad Rizqi Lazuardy, ketua
pelaksana dari TW 117 ini mengatakan
bahwa memang disetiap acara TW,TF
selalu memberi sajian berbeda. “Tahun
sebelumnya kan mengusung tema retro,
sekarang kami juga memasang tema yang
sejenis tapi tidak sama,” tuturnya. “Kami
juga pernah mengusung tema galaxy,”
lanjutnya kemudian.
Ia mengatakan, untuk mempersiapkan TW
ini, ia dan rekan-rekannya butuh waktu
yang cukup lama. “Kami ingin
memberikan yang terbaik selaku adik atas
bantuannya selama ini di Teknik Fisika.
Seperti praktikum, tutor untuk akademik
dan banyak hal lain,” papar Lazu.

Memang, arak-arakan adalah acara yang
ditunggu dengan beragam keseruannya.
“Banyak keseruan yang terjadi, bisa
disimak dari beberapa momen yang sudah
diabadikan,” pungkas Lazu sambil
tersenyum.(nov)

4 Apa Kabar Teknik Fisika?
Semakin hari, persaingan dunia kerja
semakin ketat. Dibutuhkan kecermatan
dalam menentukan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki. Selain itu diperlukan pula strategi
untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, dan
yang tak kalah penting, bekal dalam
menghadapi kerasnya dunia kerja juga
perlu dipertimbangkan. Tak sedikit
mahasiswa tingkat akhir yang khawatir
dengan keberlangsungan karir mereka
ketika menyandang gelar fresh graduate
nanti. Untuk menjawab kekhawatiran
tersebut, Departemen Kesejahteraan
Mahasiswa HMTF ITS 17/18 mengadakan
Kegiatan Job Peraparation, 3 Maret 2018,
di Ruang Sidang Teknik Fisika ITS.

Ditemui usai kegiatan, Achmad Syarif
Hidayat, salah satu peserta Job Preparation,
mengungkapkan dari kegiatan ini, banyak
tips dan trik serta pengalaman yang di
dapat.”Awal mula ikut acara ini ingin tahu
apa saja sih persiapan-persiapan yang harus
dilakukan untuk menyambut dunia kerja.
Dan dari acara ini pula saya bias dapat tips
dan trik untu kseleksi dunia kerja. Selain itu
saya juga dapat pengalaman interview,
mengetahui apa kelebihan dan kekurangan
diri saya.”Tuturnya.

Kegiatan yang diperuntukkan khusus untuk
Mahasiswa Teknik Fisika ITS tahun
terakhir ini mendatangkan 3 pemateri, yaitu
Ibu Rustini Hendra Wardani, S.Psi (Bidang
Psikologi dan Bimbingan Karir) sebagai
pemateri CV Training, Radifan Hassan
(President ITS MUN Club) sebagai
pemateri FGD Training, dan yang terakhir
adalah Ibu Endang Tri Handajani (Alumni
Teknik Fisika ITS-General Manager
Human Capital Management and
Corporate University PT. United Tractors

Selain Achmad, seorang peserta lain,
Fatmawati Mala, juga mengungkapkan
antusiasmenya dalam mengikuti Job
Preparation. “Awal mula ikut acara ini sih
penasaran sama tips dan trik dalam FGD
dan interview. Selain itu juga ingin cek
CVku apakah sudah memenuhi criteria apa
belum. Lumayan lah bias nambah wawasan
sekaligus buat persiapan menghadapi dunia
kerja. Soalnya setelah ini kan aku bakal
memenuhi panggilan kehidupan pasca
kampus.” Tandasnya.(dfr)

Bekerjasama dengan Microenergy
Systems (MES) Research Group dari
Technical University Berlin, Departemen
Teknik Fisika ITS bergabung sebagai
salah satu tuan rumah The MES 2018
Travelling Conference. Workshop yang
telah diselenggarakan di beberapa negara
termasuk Singapura, Malaysia, dan
Filipina ini diadakan pada 23-24 Februari
2018, di Ruang Pascasarjana Teknik
Fisika ITS. Workshop ini mengangkat
tema “MicroPerspectives for
Decentralized Energy Supply”, dan
terdiri dari kegiatan workshop di kelas
serta field trip ke pembangkit listrik
Micro-Hydro (MHP) yang berlokasi di
PPLH Seloliman, Mojokerto.
Kegiatan workshop MES 2018 dipandu
oleh beberapa peneliti Technical
University Berlin, Jerman dan diikuti
oleh mahasiswa pascasarjana dari
berbagai departemen di ITS yang
memiliki ketertarikan untuk
mengembangkan keilmuan di bidang
Rekayasa Energi. Salah satu mahasiswa
internasional di PascasarjanaTeknik
Fisika ITS, Pierre Damien,
mengungkapkan bahwa kegiatan ini
sangat menarik karena memberikan
p e n g e t a h u a n b a r u u n t u k e n e rg y
assessment matrices.

TBK) sebagai pemateri Interview
simulation. Selain pemberian materi,
dalam Job Preparation ini juga dilakukan
simulasi pada setiap sesi materi.

Persiapkan Dunia
Kerja Melalui Job
Preparation

Workshop MES 2018 : Memahami
Metode Baru Pengukuran Indeks
Diskusi mengenai pemerataan akses
Akses Energi
energi bukanlah sesuatu yang baru,

dimana saat ini telah dikembangkan
sistem energi terdesentralisasi, yaitu
bagaimana setiap daerah memiliki
akses energi masing-masing tergantung
potensi daerah tersebut, tidak hanya
bergantung pada distribusi energi dari
pemerintah pusat. Hal ini
menyebabkan metode energy
assessment konvensional yaitu
penggolongan akan daerah terdistribusi
energi (khususnya listrik) dan dearah
yang belum memiliki akses energi akan
semakin memudar dan tidak lagi
relevan. Metode baru Worldbank’s
M u l t i - Ti e r F r a m e w o r k ( M T F )
diperkenalkan untuk menggolongkan
akses energi dari suatu wilayah,
kelompok masyarakat, atau perusahaan
kedalam Tier / level yang memiliki
kriteria tertentu berdasarkan
ketersediaan listrik, air bersih, sumber
energi untuk memasak, penerangan,
dan lain-lain. Metode ini dapat
membantu akademisi, pengusaha,
investor, dan pengambil kebijakan
untuk mengidentifikasi seberapa baik
ketersediaan energi di suatu wilayah.

Ilustrasi tentang MTF ditunjukkan oleh gambar
berikut. Alih-alih hanya dipandang sebagai wilayah
“dengan akses” atau “tanpa akses”, setiap
konsumen dapat dikategorikan dalam tier tertentu
untuk identifikasi lebih lanjut. bersambung ke hal.6

5 Prol

Kisah Kecil Tutug, Berkarir,
Tanpa Henti Berkarya
Surabaya, 13 Juni 1952, disebuah rumah sederhana di daerah
Petemon, Tutug Dhanardono dilahirkan. Tidak lama, 35 hari
kemudian, ia dan keluarga diboyong dan berpindah ke Simo
Sidomulyo Gang 7 No. 11. Rumah berbahan kayu jati ini menjadi
saksi masa kecil dosen Teknik Fisika ITS yang sarat akan canda itu.
Sebagai putra jawa asli, tentu Tutug paham mengenai arti nama
yang orang tuanya beri ini. “Tutug berarti selesai, Dhanar itu terang
atau jelas, sedang Dono adalah beri,” terangnya. “Apabila
disambung, nama saya ini memiliki arti memberi penjelasan hingga
selesai,” lanjutnya. Ia nampak antusias bercerita perihal hidup dan
masa mudanya.
Tutug kecil amat gemar bermain. Kampung Simo Sidomulyo dulu
begitu sepi. Saat itu, belum banyak keluarga yang menjadi
penghuni di kampung tersebut. Jarak antara setiap rumah masih
sangat renggang. Bukan hanya karena penduduk yang sedikit, tidak
adanya pagar yang menutup rumah membuat suasana antar
tetangga berasa akrab. Berbeda dengan sekarang, sudah banyak
rumah berdiri. Simo Sidomulyo nampak padat. Pagar yang
melingkupi pun seolah menutup setiap celah yang ada.
Lulus dari sekolah dasar, Tutug melanjutkan pendidikan ke SMP 4
Siang. Dikatakan demikian karena dipagi harinya, sekolah ini
adalah SMPN 4 Surabaya. Sedang siangnya, adalah sekolah
swasta, yaitu SMP 4 Siang ini.Tutug sadar, ia gagal masuk SMP
Negeri dikarenalam terlalu sering bermain. Karenanya, saat SMP,
ia belajar sedikit lebih giat. Tutug sangat suka dengan mata
pelajaran ilmu ukur (geometri). “Ini adalah mata pelajaran favorit
saya. Saya selalu menjadi juara dalam mata pelajaran ini,”
paparnya.
Karena lulus SMP dengan nilai bagus, Tutug diperbolehkan
memilih sekolah SMA di Surabaya. Atas beberapa pertimbangan, ia
kemudian memilih SMAN 5 Surabaya sebagai labuhan. Ia
kemudian masuk ITS FIPIA pada tahun 1973 sebagai angkatan
kedelapan (F8). “Kalau tidak salah waktu itu ada 150 peserta yang
mendaftar menjadi mahasiswa. Hasilnya yang diterima 147 orang
dan sisanya hanya 3 orang yang gugur,” terangnya . Ia menduga,
ketiga calon mahasiswa yang tidak diterima tersebut tidak hadir
saat tes.
Pria berperawakan ramping ini menerangkan, sewaktu SMA, nilai
fisika adalah nilai paling rendah di rapornya. Dengan percaya diri
dan mantap, Tutug memilih jurusan Fisika. Ia merasa tertantang
dan ingin lebih banyak belajar tentang Fisika dan memahaminya.

6 Prol
Karena saat FIPIA ITS sedang membutuhkan tenaga
pengajar, Tutug pun memutuskan untuk menjadi dosen
setelah tugas akhirnya selesai. Tutug sangat senang bila
harus mengajar dihari pertama perkuliahan. “Mereka
nampak kesal setelah libur tiga bulan lamanya dan harus
bertemu saya kembali. Saya paham itu,” ujar Tutug. Tutug
mengatakan, ia tidak pernah merasa kesal dengan
mahasiswa yang nakal. “Namanya juga anak muda, saya
dulu juga begitu,” ungkapnya cengingisan. Justru, dengan
mereka yang seperti itu, Ia ingin merangkul agar mereka
lebih bertanggung jawab atas masa depannya sendiri.
“Setiap dosen memang memiliki cara pandangnya masingmasing,” ungkap Tutug.
Sebagai seorang dosen, tentu Tutug memiliki banyak
penelitian. Beberapa dari penelitiannya ini sudah pernah
dipublikasikan. Berikut data penelitian Tutug :

Yang masih berkesan bagi Tutug, ia pernah membuat
penelitian, tetapi salah judul. “Dulu, saya pernah
mempelajari tentang hubungan tebal dan panjang bambu
dengan suara yang dihasilkan oleh gambang (alat musik
tradisional),” ujar Tutug memulai cerita. Tetapi, saat itu,
Tutug menyebut alat musik tersebut dengan piano di
penelitiannya. Waktu itu, penelitian ini sudah terlanjur di
uji oleh Wakil Rektor. Waktu sidang di depan penguji,
Tutug kebingungan. “Saya tidak punya gambang. Juga
piano,” ucapnya menahan tawa. Akhirnya, Tutug
membawa mainan gambang plastik milik anaknya.
Melihat piano unik ini, tim dosen penguji penelitiannya
tertawa. (nov)

lanjutan dari hal.4
Menurut Damien, bagian yang menarik dari rangkaian acara workshop ini adalah kunjungan
ke Seloliman karena peserta dapat melihat langsung dan memahami seputar akses dan
sumber energi di daerah perdesaan (rural area). “It opened our eyes about many things,
especially energy access.” Katanya. Pembangkit listrik Micro-Hydro (MHP) sendiri
merupakan salah satu contoh nyata sumber listrik terdesentralisasi dan penyumbang energi
listrik skala kecil yang banyak digunakan di daerah aliran sungai untuk membantu aktivitas
masyarakat sekitar. Proses energy assessment yang dilakukan tentunya harus
memperhitungkan keberadaan dan spesifikasi MHP.
Secara umum, penyelenggaraan workshop ini sukses dan membuka wawasan bagi peserta.
Selain itu, kesempatan untuk mengadakan kolaborasi dalam riset, proyek, atau workshop
yang lain kini terbuka luas antara Departemen Teknik Fisika ITS dan MES Research Group
dari Technical University Berlin.(rfa)

Redaksi
Penanggung Jawab :
Agus M. Hatta, Ph.D
Reporter :
1. Rima Fitria Adiati
2. Dina Firdiana R
3. Novita Amalia
4. Saarah Savira M
redaksi.tfmedia@gmail.com
(031) 594-7188