2. Tinjauan Pustaka - Makalah Ilmiah Ekonomi

PERAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMPERKUAT UKM

  Nunuy Nur Afiah

1.Pendahuluan

  

Sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama

pembangunan

ekonomi Indonesia. Sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi

Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Mudradjad Kuncoro dalam Harian Bisnis

Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2008 mengemukakan bahwa UKM

terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor. Selama 1997-2006, jumlah

perusahaan berskala UKM mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha

di Indonesia. Sumbangan UKM terhadap produk domestik bruto mencapai 54%- 57%. Sumbangan

UKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96%. Sebanyak 91%

UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir/pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli/importir di luar negeri. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Eksistensi dan peran UKM yang pada tahun 2007 mencapai 49,84 juta

unit usaha, dan merupakan 99,99% dari pelaku usaha nasional, dalam

tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional. Pada tahun 2006, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 1.786,22 triliun atau 53,49 persen, kontribusi UK tercatat

  

15,96 persen dari total PDB nasional, selebihnya adalah usaha besar

(UB) yaitu Rp. 1.553,26 triliun atau 46,51 persen. Sedangkan pada tahun 2007, peran UKM terhadap

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

  2

penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp.

  2.121,31 triliun atau 53,60 persen dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 335,09 triliun atau 18,76 persen dibanding tahun 2006. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp.

1.496,25 triliun atau 37,81 persen dan UM sebesar Rp. 625,06 triliun

atau 15,79 persen,

selebihnya sebesar Rp. 1.836,09 triliun atau 46,40 persen merupakan

kontribusi UB.

  Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada Statistik UKM

2006-2007 mengatakan bahwa upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM)

dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya

baik dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi).

  Keseluruhan indikator ekonomi makro di atas selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah UKM periode 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun 2006 menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2007. Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran;

(3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta (5) Jasa-jasa dengan

perkembangan masing-masing sektor tercatat sebesar 51,14 persen, 27,40 persen, 6,49 persen, 5,54 persen dan 4,60 persen. Dapat dilihat dari statistik yang dikeluarkan oleh UKM, bahwa 5 sektor yang memiliki ini membentuk rantai makanan yang berupa input bahan baku dan output jadi makanan dan minuman. Industri Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan menyumbang bahan baku untuk pembuatan makanan dan minuman, sementara Industri Perdagangan, Hotel, dan Restoran menjual makanan dan minuman jadi hasil pengolahan dari industri sebelumnya. Sehingga jika ditotal, sektor makanan dan minuman memiliki proporsi unit usaha UKM lebih dari 80%. Mudradjad Kuncoro mengatakan bahwa dua langkah strategis yang bisa diusulkan untuk pengembangan sektor UKM, yaitu demand pull strategy dan supply push strategy.

  Demand pull strategy mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan perbaikan iklim bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran domestik dan luar negeri, dan menyediakan peluang pasar.

  

Langkah strategis lainnya adalah supply push strategy yang mencakup

strategi pendorong

sisi penawaran. Ini bisa dilakukan dengan ketersediaan bahan baku,

dukungan permodalan, bantuan teknologi/ mesin/alat, dan peningkatan kemampuan SDM.

  

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

  4 Salah satu program peningkatan kapabilitas UKM yang sering dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemampuan SDM adalah pengembangan kewirausahaan pengusaha

UKM. Pengembangan kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan

kemandirian usaha, kemampuan bisnis dan jiwa kepemimpinan dalam sektor UKM, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas operasional UKM. Berdasarkan pendahuluan di atas, penulis tertarik untuk mengemukakan hal-hal berikut ini dalam makalah yang ditulis:

  1. Bagaimana peranan UKM sektor makanan dan minuman dalam bentuk proporsi usaha, dan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia?

  2. Bagaimana kewirausahaan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas operasional UKM?

  2. Tinjauan Pustaka Tinjauan UKM Usaha Kecil didefnisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu)

miliar rupiah atau kurang. Sementara Usaha Menengah didefnisikan

sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan

bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan

secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar. Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah: ⁻ Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM. ⁻ Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal. ⁻ Daearh operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.

⁻ Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan

sarana prasarana yang kecil.

Usaha Kecil Menengah tidak saja memiliki kekuatan dalam ekonomi,

namun juga kelemahan, berikut ini diringkas dalam bentuk tabel: Tabel 1. Kekuatan dan Kelemahan UKM Kekuatan Kelemahan ⁻ KEBEBASAN UNTUK BERTINDAK ⁻ MENYESUAIKAN KEPADA KEBUTUHAN SETEMPAT ⁻ PERAN SERTA DALAM MELAKUKAN USAHA/TINDAKAN ⁻ RELATIF LEMAH DALAM SPESIALISASI ⁻ MODAL DALAM PENGEMBANGAN TERBATAS ⁻ SULIT UNTUK MENDAPAT KARYAWAN YANG CAKAP

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

  5 Kewirausahaan Istilah kewirausahaan secara flosofs berarti kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar atau penggerak dalam menghadapi tantangan hidup. Setidaknya ada 3 pengertian tambahan dari kewirausahaan, yaitu:

  1. Tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif.

  2. Semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan sesorang dalam

  

atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, dan

menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru.

  3. Kemampuan untuk mengelola aktivitas usaha, mulai dari proses merencanakan, melaksanakan, hingga menanggung resiko yang timbul untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Banyak text book yang telah mendefnisikan ciri-ciri kewirausahaan dari berbagai aspek, semisalnya gender, produk yang dihasilkan, usia, serta profl psikologis, seperti

yang ditulis oleh Grifin & Ebert (2005) dan Boone (2007), yang dapat

diringkas sbb:

  1. Mempunyai hasrat untuk selalu bertanggung jawab bisnis dan sosial

  2. Komitmen terhadap tugas

  3. Memilih resiko yang moderat

  4. Merahasiakan kemampuan untuk sukses

  5. Cepat melihat peluang

  6. Orientasi ke masa depan

  7. Selalu melihat kembali prestasi masa lalu

  8. Memiliki skill dalam organisasi

  9. Toleransi terhadap ambisi

  10. Fleksibilitas tinggi G.Pinohot seperti yang dikutip oleh Hisrich et. al. (2009) membuat suatu komparasi

perbedaan antara manajer secara tradisional dengan wirausaha, baik

dari wirausaha individu maupun korporasi, yang dapat dilihat sbb:

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

  6

  3. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan

pendekatan rasionalistik. Metode kualitatif-rasionalistik ini didasarkan atas pendekatan holistik berupa

suatu konsep umum (grand concepts) yang diteliti pada objek tertentu

(spesific object), yang kemudian mendudukkan kembali hasil penelitian yang didapat pada konsep umumnya.

  Paradigma penelitian kualitatif diantaranya diilhami falsafah rasionalisme yang menghendaki adanya pembahasan holistik, sistemik, dan mengungkapkan makna dibalik fakta empiris sensual. Secara epistemologis, metodologi penelitian dengan pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang diteliti tidak dilepaskan dari konteksnya atau setidaknya objek diteliti dengan fokus tertentu, tetapi tidak

  

Pengumpulan data menggunakan pendekatan studi literatur. Literatur

yang diperiksa

meliputi buku teks, artikel media massa, dan penelusuran literatur on-

line..

  4. Pembahasan Segala usaha bisnis dijalankan dengan azas manfaat, yaitu bisnis harus dapat memberikan manfaat tidak saja secara ekonomi dalam bentuk laba usaha, tetapi juga kelangsungan usaha. Beberapa faktor penentu keberhasilan usaha adalah:

  • • Kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana

    perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  • Kapabilitas dan kompetensi manajemen.
  • • Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan modal untuk menjalankan

    usaha. Krisis global dunia telah menggagalkan, bahkan membangkrutkan banyak bisnis di

    dunia. Di tengah krisis global yang melanda dunia tahun 2008-2009,

    Indonesia menjadi salah satu negara korban krisis global, walaupun kita telah belajar dari pengalaman

    sebelumnya bahwa sektor UKM tahan krisis, namun tetap saja harus

    ada kewaspadaan akan dampak krisis ini terhadap sektor UKM, Mudradjad Kuncoro mengatakan ada 7 tantangan yang harus dihadapi UKM dalam era krisis global, yaitu:

  1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi.

Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai

pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

  2. Akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga mereka

cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri

atau sumber

lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

  3. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7% yang sudah memiliki badan hukum (PT/ NV, CV, Firma, atau koperasi).

  4. Tren nilai ekspor menunjukkan betapa sangat berfuktuatif dan berubah-ubahnya komoditas ekspor Indonesia selama periode 1999-2006. adalah mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan, dan jarak yang relatif jauh. Ini karena bahan baku bagi UKM yang berorientasi ekspor sebagian besar berasal dari luar daerah usahan tersebut berlokasi.

  

6. Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga

kerja adalah tidak terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin dan pekerja terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu.

  

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

  7

  7. Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan bahasa asing sebagai suatu hambatan dalam melakukan negosiasi, dan penetrasi pasar di luar negeri. Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan, salah satu langkah strategis

untuk mengamankan UKM dari ancaman dan tantangan krisis global

adalah dengan melakukan penguatan pada multi-aspek. Salah satu yang dapat berperan adalah aspek kewirausahaan. Wirausaha dapat mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki, dengan proses yang kreatif dan inovatif, menjadikan UKM siap menghadapi tantangan krisis global. Beberapa peran kewirausahaan dalam mengatasi tantangan di UKM adalah:

  1. Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi:

  

a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga

memiliki

perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang

(stratejik).

  

b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka

menerima kritik dan saran untuk masukan pengembangan UKM.

  2. Bertindak inovatif, yaitu:

  a. Selalu berusaha meningkatkan efsiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap aspek kegiatan UKM.

b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

  

3. Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profl resiko serta

mengetahui

resiko dan manfaat dari suatu bisnis. UKM harus memiliki manajemen

resiko

  

Sementara untuk mengatasi masalah yang ada di UKM saat ini, tidak

saja dibutuhkan 3 sikap di atas, namun juga diperlukan langkah-langkah pendukung dari manajemen UKM, dalam aspek penataan manajemen UKM . Beberapa aspek pengelolaan manajemen UKM yang harus dibenahi dapat dibuat daftar nya sbb: Tabel 2 Key Indicator Pengelolaan UKM ⁻ Personil ⁻ Fasilitas fsik ⁻ Akuntansi ⁻ Keuangan ⁻ Pembelian ⁻ Pengurusan barang dagangan ⁻ Penjualan ⁻ Advertensi ⁻ Resiko ⁻ Penyelenggaraan sehari-hari

5. Kesimpulan dan Saran

  Berdasarkan pemaparan UKM dan kewirausahaan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan sbb:

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

  8

  1. Usaha Kecil Menegah (UKM) Indonesia telah membuktikan perannya sebagai kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan membuktikan diri secara historis tahan terhadap krisis.

  

2. Setidaknya ada 7 tantangan yang dihadapi oleh UKM dalam krisis

fnansial global yang dapat mengancam daya saing dan operasional UKM.

  

3. Aspek kewirausahaan dapat berperan dalam menghadapi tantangan

yang dihadapi

UKM, yaitu bagaimana UKM harus dapat bertindak inovatif, berpikir

kreatif, dan berani mengambil resiko. Penulis juga mengemukakan saran pengembangan UKM sebagai berikut:

  1. UKM harus memiliki manajemen resiko yang baik dalam rangka pengelolaan usaha, untuk itu disarankan adanya perhatian dan pengelolaan perusahaan berdasarkan kepada resiko yang ada.

  

2. Kewirausahaan tidak akan berjalan jika tida memiliki sikap mental

positif. Oleh karena itu, pelaku UKM diharapkan memiliki sikap mental positif sebagai syarat utama untuk berpikir kreatif, bekerja secara inovatif, dan berani mengambil

  

Boone and Curtz, 2007. Contemporary Business. New York: Thomson

Learning

Grifin and Ebert. 2005. Business Essential. New Jersey: Prentice Hall.

Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc. Rexy Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Bisnis Indonesia, Edisi 21 Agustus 2008 Statistik UKM 2006-2007, Kementerian Koperasi dan UKM, diakses pada tanggal 17 Agustus 2009

  UANG, INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG KEUANGAN

  A. UANG Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian, dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara .

  Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu ; 1. sebagai alat pertukaran 2. sebagai pengukur nilai 3. sebagai perhitungan dan akuntansi 4. sebagai penyimpan nilai 5. sebagai instrumen term of payment Motif orang mennyimpan uang adalah; 1. motif transaksi 2. motif berjaga-jaga 3. motif spekulasi Penggunaan uang memungkinkan roda perekonomian berjalan lancar. Hal ini terjadi karena perekonomian menghasilkan produk lebih banyak dan mengurangi waktu yang digunakan oleh para penjual dan pembeli dalam mengatur perekonomian dan transaksi. Para ekonomi klasik pada masa lalu berpendapatbahwa uang terbuat dari logam, emas, perak dan uang juga dapat pula berupa lembaran – lembaran kertas yang merupakan ;

  1. Pernyataan atau perjanjian kesediaan membayar sejumlah emas atau perak atas permintan pada waktu yang ditentukan.

  2. Surat sertefikat yang menyatakan uang logam disimpan di bank dan dapat diambil dengan menunjukan sertefikat.

  3. Surat sertefikat gudang berarti pemegang surat memiliki barang yang ada di gudang bernilai jumlah uang tertentu.

  1 rendah jika jumlah uang semakin sedikit, ketidakmampuan orang-orang mangatasi inflasi disebabkan oleh belum dapat menerjemahkan uang itu sendiri. Irving Fisher menerjemahkan uang sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai alat transaksi seperti uang logam ( emas dan perak ) dan semua jenis kertas yang dapat digunakan dalam transaksi . Transaksi yang dimaksud adalah pertukaran barang / jasa dan arus uang, jadi jika arus uang dan barang sesuai harga akan stabil dengan asumsi jumlah uang yang beredar tetap. Kesimpulan dari Irving Fisher dan Alfred Marshall bahwa semakin sedikit kebiasaan masyarakat memegang uang, akan semakin cepat laju perederan uang dan sebaliknya kesimpulan tersebut sesuai dengan kenayataan saat ini bahwa peredaran uang sngat cepat karena masyarakat saat ini sangat jarang untuk uang yang lama. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang sangat cepat membelanjakan uangnya dengan barang atau jasa. Dengan demikian percepatan tersebut akan semakin meningkatkan produksi barang atau jasa dalam perekonomian yang sesuai dengan jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang juga didukung oleh masyarakat yang banyak menyimpan uang di Bank dan mengganti uang untuk transaksi dengan cara mengambil uang secukupnya di ATM atau cukup menunjukan kartu ATM, Kartu Kredit, dan alat transaksi produk perbankan lainnya. Pada umumnya, dinegara berkembang yang mengalami defisit neraca pembayaran, pemerintah akan mengambil kebijakan menambah uang beredar dengan mencetak uang untuk membiayai operasional pemerintahan dan proyek – proyek pemerintah. Pengambilan kebijakan seperti itu dimungkinkan karena uang yang beredar saat ini tidak terlalu di back up dengan jalan emas ( tetapi seharusnya di back up dengan sejumlah devisa yang diterima oleh negara tersebut akibat surplus neraca pembayaran ).

  B. INFLASI Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.

  Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1. harga – harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus menerus 2. jalan uang yang beredar melebihi kebutuhan 3. jalan barang relatif sedikit 4. nilai uang ( daya beli uang ) turun pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini disebabkan inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional. Negara berkembang yang mengalami defisit nerca perdagangan dan menganut APBN defisit, biasanya melakukan penambahan dengan mencetak uang untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dengan pencetakan uang uang akan berdampak inflasi apabila pencetakan uang akan berdampak inflasi apabila penctakan uang tanpa diimbangi kenaikan pendapatan nasional ( GNP). Kenaikan harga ( inflasi ) itu tidak terjadi secara mendadak / langsung dirasakan pada tahun uang dengan pencetakan uang baru fenomena ini sesuai dengan teori kuantitas Irving Fisher. Jadi dapat dikatakan bahwa teori kuantitas uang ini merupakan fondasi dari teori – teori ekonomi ( moneter ) saat ini.

  Fenomena inflasi di Indonesia yang sesuai dengan pandangan koynes adalah inflasi yang terjadi akibat kenaikan gaji pegawai negeri. Jika Pemerintah Indonesia mengumumkan gaji pegawai negeri, pemerintah menambah pengeluaran rutinnya. Kenaikan gaji tersebut biasanya akan diikuti kenaikan harga – harga bahan pokok seperti beras, dan minyak goreng. Kenaikan harga barang – barang lain menyebabkan pengusaha swasta menaikan investasi karena ada keuntungan akibat harga tersebut. Kenaikan harga bahan pokok yang diikuti kenaikan harga barang – barang lainnya menyebabkan tuntutan karyawan dan buruh untuk menaikan upahnya menyesuaikan kenaikan harga bahan pokok dan barang – barang lainnya. Namun kenyataannya, tuntutan karyawan dan buruh seperti ini jarang sekali dapat direkomendasi / dipenuhi karena posisi tawar yang rendah. Parah tidaknya inflasi sebenarnya bersifat relatif, karena ukuran berat / ringan itu bergantung pada kekuatan masyarakat atau negara yang mengalami inflasi. Pengaruh positif inflasi terjadi apabila inflasi masih dibawah persentase tingkat bunga kredit yang berlaku bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena entrepeneur dinegara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk 3 berinvestasi, memproduksi, dan menjual barang / jasa. Inflasi dan deflasi hanya terjadi apabila 1. kapasitas produksi tinggi 2. pengguanaan faktor – faktor produksi sudah maksimal 3. tingkat pengangguran rendah ( nol ) / full employ ment.

  C. KEBIJAKAN MONETER Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.

  Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.

  1. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara : a. Menaikan suku bunga

  b. Menjual surat berharga

  c. Menaikan cadangan kas

  d. Membatasi pemberian kredit

  2. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan cara : a. Menurunkan tungkat suku bunga

  b. Membeli surat-surat berharga

  c. Menurunkan cadangan Kas uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan harga. Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka, kebijakan Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.

  4 Referensi

  • Adiwarman Karim, EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI MAKRO. Kanin Bisnis Consultan, Jakarta; 2002.
  • M. Suparmoko, PENGANTAR EKONOMI MAKRO, BPFE, Yogyakarta; 1994

  KEBIJAKAN MONETER

  PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Makalah tentang kebijakan moneter ini menyoroti kebijakan moneter yang dilakukan Indonesia dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Dalam sistem tukar bebas dan perfect capital mobility, kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan kebijakan fiskal dalam upaya mencapai keseimbangan dan stabilitas mekroekonomi.

  Kebijakan moneter lebih berperan dalam menstimulasi pemulihan ekonomi.Kebijakan moneter yang efektif menjanjikan tercapainya inflasi yang rendah, stabilitas nilai tukar dan suku bunga.

  Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan menggeser standar bunga pinjaman. “Margin Requirement” kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negoisasi dengan pemerintah lain.

  Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

  B. Tujuan

  1.Mengetahui apa itu kebijakan moneter

  2. Bagaimana hubungan kebijakan makro dalam perekonomian

TINJAUAN PUSTAKA

  Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

  Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

  1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

  2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy adalah suatu kebijakan dalam

  rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy) Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

  1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

  Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

  2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

  Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

  3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

  Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

  Himbauan Moral (Moral Persuasion) 4. Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

  Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi jumlah yang beredar dan kredit yang pada akhirnya akan mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.

  Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukurdengan a. Kesempatan Kerja

  Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.

  b. Kestabilan Harga Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat.

  Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan.

  c. Neraca Pembayaran Internasional Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

  Salah satu dampak dari kapitalisme yakni uang berfluktuasi tak terkontrol tanpa ada standar acuan yang baku. Konsep uang yang semula digunakan sebagai:

  1. Alat pertukaran atau media pembayaran

  2. Alat untuk menyimpan nilai

  3. Alat satuan hitung

  4. Alat spekulasi Ketika uang diperdagangkan di pasar valuta asing nilainya akan terus berfluktuasi mengikuti harga pasar (supply and demand). Berdasarkan realita, kurs pertukaran uang sesungguhnya dengan fiat money, dimana uang dijadikan komoditas perdagangan amat sangat merugikan individu maupun tatanan masyarakat. Sebagai contoh jumlah hutang luar negeri Indonesia yang semula US$ 102 Milyar hanya dalam waktu satu tahun naik lima kali lipat menjadi US$ 510 Milyar, akibatnya dana yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan kehidupan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945, sebagian besar disedot untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Untuk menutup defisit APBN kembali pemerintah harus mengandalkan hutang sebagai sumber pendanaan.

  Para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter adalah apabila Negara tersebut: · memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar · mengalami inflasi yang tidak terkontrol · defisit neraca pembayaran yang besar · kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang · tingkat suku bunga yang diatas kewajaran Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara,maka dapat dipastikan Negara tersebut hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi. Menarik disimak adalah pendapat para ekonom Islam tentang penyebab krisis. Krisis terjadi karena ketidak seimbangan antara sektor moneter dengan sektor riil. Dalam ekonomi Islam hal ini disebut dengan riba. Sektor moneter (keuangan) berkembang jauh lebih cepat meninggalkan sektor riil (barang dan jasa). Selaras dengan prinsip ekonomi kapitalis yang menjadi kiblat perekonomian dunia setelah runtuhnya paham sosialis yang diusung oleh Soviet yakni tidak menghubungkan sama

  Pesatnya pertumbuhan sektor moneter yang jauh meninggalkan pertumbuhan sektor riil dapat diamati dalam pergerakan transaksi-transaksi di bursa saham dan pasar valuta asing yang penuh dengan praktek ribawi serta spekulasi. Peter Ducker (1980), seorang pakar manajemen mengatakan bahwa gejala ketidak seimbangan antara laju pertumbuhan sektor moneter dengan laju pertumbuhan sektor riil (barang dan jasa) disebabkan oleh decoupling yakni keterlepaskaitan antara sektor moneter dengan sektor riil. Adanya ketidakseimbangan ini, tentu saja menjadi ancaman serius bagi perekonomian dunia. Para spekulan di bursa saham dan pasar valuta asing akan dengan mudah membeli atau melepas aset mereka tanpa mempedulikan kestabilan nilai mata uang suatu negara. Apablia terjadi kepanikan, nilai mata uang yang semula terkatrol akan terjun bebas begitu para spekulan melepas semua asetnya ke pasar dan memindahkan investasinya ke pasar lain yang memberikan keuntungan. Banyaknya uang yang beredar di pasar tanpa diimbangi pergerakan yang berarti dari sektor perdagangan/jasa mengakibatkan nilai uang menjadi turun sehingga harga-harga menjadi naik. Situasi seperti ini menyebabkan pertumbuhan inflasi yang tidak terkendali.

  Untuk menjamin kestabilan antara sektor moneter dan sektor riil, peranan pemerintah dalam hal ini Bank Sentral amat sangat diperlukan. Bank Indonesia mempunyai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, BI memerlukan instrumen kebijakan moneter untuk memengaruhi penawaran uang, antara lain:

  1. Cadangan Wajib (Giro Wajib Minimum)

  2. Operasi Pasar Terbuka Dengan Persetujuan Pembelian Kembali (Open market repurchase agreements)

  3. Suku Bunga Diskonto Untuk menciptakan keseimbangan antara sektor moneter dengan sektor riil kebijakan yang dapat diambil adalah:

  1. Mengontrol secara ketat atau membatasi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

  2. Mempercepat perputaran uang yang beredar di masyarakat. Untuk mempercepat perputaran uang pemerintah harus menghapus sistem bunga/ riba dari tubuh perbankan. Jika sistem bunga dihapuskan sektor riil akan tergerak karena dana yang ada sepenuhnya diinvestasikan di sektor riil untuk memperoleh keuntungan.

  BENTUK – BENTUK KEBIJAKAN MONETER Kebijakan moneter seperti telah berulang kali dinyatakan sebelum ini, adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur penawaran uang dan tingkat bunga. Kebijakan ini dilaksanakan oleh bank sentral. Kebijakan moneter dibedakan kepada kebijakan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dalam bagian ini akan diterangkan bentuk- bentuk kebijakan tersebut. Kebijakan moneter kuantitaif merupakan suatu kebijakan umum yang bertujuan untuk mmpengaruhi jumlah penwaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian. Kebijakan moneter kualitatif tersebut bersifat melakukan kebijakan terpilih ke atas bebrapa aspek dari masalah moneter yang dihadapi pemerintah.

  A. Kebijakan Moneter Kuantitatif Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dapat dibedakan dalam tindakan, yaitu :

  2. Membuat perubahan ke atas tingkat diskonto dan tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank-bank umum.

  3. Membuat perubahan ke atas tingkat cadangan minimum yang harus disimpan oleh bak-bank umum

  Operasi Pasar Terbuka

  Pada waktu perekonomian menghadapi resesi untuk mendorong perkembangan kegiatan ekonomi , uang beredar perlu ditambah. Bank sentral dapat menciptakan keadaan sepeti itu dengan membeli surat-surat berharga . uang beredar akan bertambah karena apabila bank sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu maka cadangan yang ada pada bank-bank umum telah menjadi bertambah tinggi. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Di dalam masa inflasi , untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan yang sedang wujud, uang beat-redar harus dikurangi dengan cara membeli surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga tujuan ini dapat di capai oleh bank-bank sentral dengan cara membeli surat-surat berharga,karrena dengan penjualan itu tabungan giral masyarakat dan cadangan yang di pegang bank umum akan berkurang Agar operasi pasar terbuka dapat dilakukan dengan sukses akan menciptakan akibat yang diharapkan,dua keaddaan haruslah wujud dalam perekonomian.Keadaan tersebut adalah :

  1. Bank-bank umum tidak memiliki kelebihan cadangan.Apabila kelebihan cadangan yang dimiliki bank-bank umumcukup besar maka mereka dapat membeli surat-surat berharga yang dijal bank sentral dengan menggunakan cadangan lebih tersebut. Oleh karenanya bank-bank umum tidak perlu menguarangi jumlah tabungan giral. Dapat disimpulkan operasi pasar terbuka hanya akan berhasil apabila bank-bank umum tidak memiliki kelebihan cadangan mengubah tingkat bunga.

  2. Dalam perekonomian telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan. Dalam teori bank sentral dapat secara efisien mempengaruhi perubahan-perubahan dalam jumlah uang beredar. Kenyataannya di Negara-negara berkembang kemampuan bank sentral unutk menambah atau mengurangi uang beredar lebih terbatas. Di samping itu surat-surat berharga yang diperjualbelikan masih terbatas jumlahnya.

  Mengubah Tingkat Cadangan Minimum

  Bank sental harus memastikan agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan ke atas system bank yaitu dengan cara berusaha agar bank-bank umum selalu sanggup membayar seluruh cek yang ditarik ke atasnya. Dengan membuat peraturan-peraturan tentang pola dan jenis investasi yang dapat dilakukan bank-bank umum. Langkah kedua dengan memberikan pinjaman kepada bank-bank umum yang menghadapi kesulitan dalam cadangannya yaitu cadangan yang di bawah cadangan minimum yang ditetapkan bank sentral. Kedua jenis kebijakan moneter yang baru saja dijelaskan sangat tergantung kepada apakah kebanyakan bank umum mempunyai kelebihan cadangan atau tidak. Apabila kelebihan cadangan terdapat dalam kebanyakan bank umum, kedua jenis kebijakan di atas tidak dapat digunakan. Untuk membuat perubahan dalam penawaran uang. Dengan adanya kelbihan cadangan operasi pasar terbuka tidfak dapat mencapaihasil yang diharapkan.

  B. Kebijakan Moneter Kualitatif Kebijakan moneter yang bersaifat kualitatif biasanya dibedakan dalam dua jeniaatais, yaitu

  2. Pembujukan moral , yaitu bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan-pimpinan bank umum untuk meminta bank-bank umum melakukan langkah-langkah tertentu.

  Pengawasan Pinjaman Secara Selektif

  Tujuan utama dari melaksanakan pinjaman secara selektif adalah untuk memastikan bawha bank umum memberikan pinjaman dan melakukan infestasi sesuai yang diinginkan pemerintah. pengawasan pinjaman ini bukan merupakan tujuan untuk mengawasi jumlah uang yang terwujud okeh bank umum melalui kegiatan mereka meminjamkan dan menginvestasikan uang. Dalam kebijakan ini dikendalikan dan diawasi adalah corak peminjaman dan investasi yang dilakukan bank umum.

  Pembujukan Moral

  Kebijakan ini dilaksanakan oleh bank sentral bukan dengan menetapkan dalam bentuk tertulis. Hal-hal yang harus dilakukan oleh bank-bank umum dengan mengadakan pertemuan dengan pemimpin bank tersebut. Dalam pertemuan ini bank sentral menjelaskan kebijakan yang sedang dijalankan pemerintah dan bantuan-bantuan yang diinginkan oleh bank sentral dari bank umum untuk mensukseskan kebijakan tersebut. Dari pertemuan ini bank umum akan mengetahui langkah-langkah yang harus mereka lakukan agar usahanya tercapai.

  Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh bank-bank umum ada kalanya sangat berbeda sekali di antara satu masa ke masa lainnya. Langkah-langkah itu ada kalanya bersifat pengharapan agar bank-bank umum menjalankan suatu kebijakan pengawasan pinjaman secara selektif. Dan adakalanya langkah-langkah yang dilakukan lebih mempengaruhijumlah uang beredar dan bukan ke atas jenis-jenis pinjaman yang diberikan oleh bank-bank umum. Oleh sebab itu dalam menggunakan pembujukan moral di dalam menjalankan kebijaksanaan moneter bank sentral mungkin menjalankan kebijakan yang bersifat kuantitatif dan mungkin pula menjalankan kebijakan yang bersifat kualitatif. Dengan melakukan pembujukan moral bank sentral dapat meminta kepada bank umum untuk mengurangi atau menambah keseluruhan jumlah pinjaman atau mengurangi/ menambah pinjaman kepada sektor – sektor tertentu atau membuat perubahan keatas tingkat bunga yang mereka tetapkan. Sampai dimana keinginan dari bank sentral akan dipenuhi oleh bank umum tergantunglah kepada masing – masing pimpinan. Oleh karena itu berhasilnya kebijakan moneter yang dijalankan secara pembujukan moral tergantung kepada sampai dimana bank umum memenuhi keinginan –keinginan dari bank sentral.

  MEMPENGARUHI KEGIATAN EKONOMI MELALUI KEBIJAKAN MONETER Sudah tiba masanya untuk menganalisis peranan kebijakan moneter untuk mengendalikan kegiatan ekonomi kearah yang dikehendaki , yaitu mencapai kegiatan ekonomi yang tinggi ( dan tingkat pengangguran ) tanpa inflasi . kebijakan moneter merupakan salah satu langkah yang penting yang dapat digunakan untuk mengatsi masalah-masalah makro ekonomi yang dihadapi . Apabila kebijakan ekonomi dijalankan , menimbulkan beberapa rangkaian perubahan-peubahan dalam perekonomian tanpa ada akhirnya menyebabkan

  KESIMPULAN Kebijakan moneter adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengendalikan

  keadaan ekonomi makro, dengan menjaga kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

  Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat

  digolongkan menjadi dua, yaitu :

  

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy adalah suatu

  kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar

  

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy adalah suatu

  kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu) Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

  1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

  Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

  2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

  Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang

  3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

  Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

  4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

  Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

  Pasar Modal Indonesia, Peranannya Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia.