Filsafat Filsafat Ilmu dan Ruang Lingkup
ugas Kelompok
ENGERTIAN FILSAFAT, FILSAFAT ILMU DAN RUANG LINGKUNYA
DISUSUN OLEH:
KELOMOK I
AKHSRULLAH : 105031 0013 14
RISMAN JAYA : 105031 0003 14
ALFIAN NURSYAM : 105031 0012 14
ROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI UBLIK
ASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015
KATA ENGANTAR
engan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah menciptakan manusia
danalamseisinyauntukmakhluknyasertamengajarimanusiatentangAlqur’an dan kandungannya, yang dengan akal pikiran sebagai potensi
dasar bagi manusia untuk menimbang sesuatu itu baik atau buruk,
menciptakan hati nurani sebagai pengontrol dalam tindak tanduk, yang
telah menciptakan fisik dalam sebagus bagusnya rupa untuk
mengekspresikan amal ibadah kita kepada-Nya. Shalawat dan salam
selalutercurahkankepadaRasulullahSAW.BerkatlimpahandanrahmatNyapenyusunmampumenyelesaikantugasmakalahinigunamemenuhi
tugasmatakuliahFilsafatIlmudanKemuhammadiyahan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yangpenulishadapi.Namunpenulismenyadaribahwakelancarandalam
penyusunanmateriinitidaklainberkatbantuan,dorongan,danbimbingan
orang tua, dan teman-teman kelompok sehingga kendala-kendala yang
penulishadapiteratasi.
Makalahinidisusunagarpembacadapatmemperluasilmutentang
Filsafat, Filsafat Ilmu dan Ruang Lingkupnya, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan
berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnyamakalahinidapatterselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswaPascasarjanaAdministrasiPublikUniversitasMuhammadiyah
Makasssar.Kamisadarbahwamakalahinimasihbanyakkekurangandan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampuh mata kuliah
kamimemintamasukannyademiperbaikanpembuatan makalahkamidi
masa-masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
parapembaca.
Akhirnya kami mengucapkan jazakumullahu khaeran katsiran,
billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat
Wassalamu‘alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Makassar,15Januari2015
Penyusun,
Kelompok I
DAFTAR ISI
KataPengantar ...................................................................................... i
DaftarIsi................................................................................................. iii
BABI
PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. LatarBelakang ................................................................ 1
B. RumusanMasalah........................................................... 3
C. TujuanPenulisan ............................................................. 3
BABII
PEMBAHASAN ..................................................................... 5
A. KonsepFilsafat ................................................................ 5
1. PengertianFilsafat ..................................................... 5
2. ObjekFilsafat ............................................................. 8
3. Cabang-cabangFilsafat ............................................. 10
4. BidangKajianFilsafat ................................................ 17
B. KonsepFilsafatIlmu ........................................................ 20
1. HakikatIlmudanPengetahuan .................................. 20
2. PengertianFilsafatIlmu ............................................. 24
3. ObjekFilsafatIlmu ..................................................... 25
4. RuangLingkupFilsafatIlmu....................................... 26
BABIII
PENUTUP ............................................................................. 29
A. Simpulan.......................................................................... 29
DAFTARPUSTAKA ............................................................................... 31
BAB I
ENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiranmanusiasecarakritisdandijabarkandalamkonsepmendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan
yangtepatuntuksolusitertentu.Akhirdariproses-prosesitudimasukkan
kedalamsebuahprosesdialektika.Untukstudifalsafi,mutlakdiperlukan
logikaberpikirdanlogikabahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam
matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu
yangpadasisi-sisitertentubercirieksakdisampingnuansakhasfilsafat,
yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga
bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang
biasanyatidaktersentuholehdisiplinilmulaindengansikapskeptisyang
mempertanyakansegalahal.
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan
pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya
pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan
agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa
diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya.
Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut
wilayahdanmenurutlatarbelakangagama.Menurutwilayah,filsafatbisa
dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah.
Sementara,menurutlatarbelakangagama,filsafatdibagimenjadi:filsafat
Islam,filsafatBudha,filsafatHindu,danfilsafatKristen.
Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari
kebenaran telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang
kesadaran,kemauan,dankemampuanmanusiasesuaidenganposisinya
sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan untuk di
aplilkasikandalamkehidupan.
Secaraumum,mempelajarifilsafatbertujuanuntukmengendalikan
manusia yang susila, bermoral, bermartabat, dan mempunyai etika
bahkan estetika yang baik. Secara khusus, filsafat mengajarkan
bagaimana “cara berpikir”. Berpikir secara sungguh-sungguh untuk
mencari kebenaran.filsafat menekankan aspek akal (rasio) dalam
menemukankebenaransuatukebenaran.
Secara kodrati, manusia dianugerahi akal, daya pikir, yang tidak
diperoleh makhluk lain. Akal ini seyogyanya dapat dipergunakan
semaksimal mungkin untuk kemampuan berpikir tersebut. Menurut
Purwanto (1990:43), berpikir adalah daya yang paling utama dan
merupakancirrikhasyangmembedakanmanusiadenganhewan.
Padasetiapaktivitaskehidupanmanusiapenerapanberpikirsangat
diperlukansekalidanpadaakhirnyaakanmenentukanhasilyangdicapai,
sama halnya dengan pentingnya perencanaan sebelum melakukan
sesuatu. Bukankah Allah SWT, sangat menganjurkan hambanya untuk
senantiasa berpikir. Banyak ayat yang menyatakan tentang pentingnya
berpikir ini dengan kata-kata ‘apala ta’ qilun’, ‘apala tafakkarun’, ‘la
ya’lamun’, ‘ullil albab’,danlain-lainyangkesemuanyamengajakmanusia
untuk berpikir. Dari perintah-perintah Allah SWT yang tersurat dalam
wahyunya itu mengisyaratkan bahwa dengan mengoptimalkan proses
berpikir, memungkinkan seseorang akan dapat memperoleh ilmu
pengetahuanyangbanyakdanbergunabagikehidupanmanusiadengan
cara banyak membaca, dan menganalisis serta mengadakan riset
(penelitian).
Berdasarkan uraian singkat dari latar belakang di atas, maka
penulis membahas ke dalam sebuah makalah yang berjudul “Pengertian
Filsafat,FilsafatIlmudanRuangLingkupnya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan singkat dari latar belakang di atas, maka
penulismerumuskanpermasalahanpada:
1. Apayangdimaksuddenganfilsafatdanfilsafatilmu?
2. Apasajaruanglingkupfilsafatilmu?
C. Tujuan enulisan
Berdasarkan hasil dari rumusan masalah di atas, maka adapun
tujuandaripenulisaniniadalahsebagaiberikut:
1. Untukmengetahuiapayangdimaksuddenganfilsafatdanfilsafatilmu
2. Untukmengetahuiruanglingkupfilsafatdanfilsafatilmu
BAB II
EMBAHASAN
A. Konsep Filsafat
1. engertian Filsafat
KatafilsafatberasaldaribahasaYunaniyangterdiridariduasuku
kata yaitu ‘philos’ dan ‘Sophia’. Philos biasanya diterjemahkan dengan
istilah gemar, senang, atau cinta. Sedangkan Sophia dapat diartikan
kebijaksanaan atau kearifan (Siagian, 2003:2). Hal tersebut, senada
dengan penjelasan dari Susanto (2014:1), yang mengatakan bahwa kata
filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa Yunani) diartikan dengan
‘mencintai kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat
disebut dengan istilah ‘philosophy’ dan dalam bahasa Arab disebut
dengan istilah ‘falsafah’, yang biasanya diterjemahkan dengan ‘cinta
kearifan’.
Istilahphilosophiamemilikiakarkataphilien yangberartimencintai
dan sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah philosophia berarti
mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta
pengetahuandisebutdenganfilsufataufilosof.Sumberdarifilsafatadalah
manusiadalamhaliniakaldankalbumanusiayangsehatyangberusaha
keras dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya
memperolehkebenaran.
Proses mencari kebenaran itu melalui berbagai tahap. Tahap
pertama,manusiaberspekulasidenganpemikirannyatentangsemuahal.
Tahap kedua, dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah
pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran tadi menjadi
titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang
didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan,
seperti;matematika,fisika,hukum,politik,danlain-lain.(Susanto,2014:1).
Lebih lanjut menurut Plato (dalam Suhartono, 2008:34), filsafat
digambarkan sebagai pengetahuan atau pemikiran kritik terhadap
pendapat-pendapat yang sedang berlaku. Jadi, kearifan atau pengertian
intelektual diperoleh melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis,
diskusidanpenjelasanmengenaigagasan-gagasan.Sedangkanmenurut
muridnya,Aristoteles,filsafatadalahilmuyangmenyelidikitentanghalada
sebagai hal yang berbeda dengan bagian-bagiannya yang satu atau
lainnya.
AlFarabi(dalamAtjeh,1970:10),filsafatadalahilmupengetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan untuk menyelidiki hakekatnya
yang sebenarnya. Sedangkan menurut Immanuel Kant (dalam Anshari,
1985:83), filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yangmencakupdidalamnya4(empat)persoalan,yaitu:
a) Apakahyangdapatkitaketahui?
(dijawabolehmetafisika)
b) Apakahyangbolehdikerjakan?
(dijawabolehetika)
c) Sampaidimanakahpengharapankita?
(dijawabolehagama)
d) Apakahyangdinamakanmanusia?
(dijawabantropologi)
Banyaknya definisi dan rumusan tentang filsafat yang berbedabeda dari para ahli disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada
tokoh-tokoh itu sendiri, karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut
mereka pun berbeda-beda. Perbedaan itu juga dapat muncul karena
perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan beberapa
pengetahuankhususmemisahkandiridarifilsafat.(Tafsir,2002:11).
Berdasarkanbeberaparumusanfilsafatyangdikemukakandiatas,
terlihat jelas bahwa ilmu filsafat didefinisikan berbeda oleh satu tokoh
dengantokohlainnya.Halinijugasekaligusmenunjukkanbahwa,filsafat
merupakanilmuyangmahapentinguntukdikajidandikembangkan.Dari
waktu ke waktu orang terus mengkaji dan mendalami ilmu filsafat ini di
berbagai belahan penjuru dunia. Selain itu, tidak seperti disiplin ilmu
lainnya, ilmu filsafat itu sangat sulit diberikan batasan secara ketat dan
pasti. Dengan demikian, masing-masing orang atau tokoh memberikan
maknadandefinisiyangberbedaterhadapistilahfilsafatini.
Menurut Saebani (2009:21), perbedaan definisi yang dikemukakan
oleh para tokoh tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu; (a) Setiap
tokoh hidup dalam kurun waktu yang berbeda; (b) Setiap tokoh tumbuh
danberkembangdalamlingkunganhidupyangberbeda;(c)Setiaptokoh
dengan kapasitas keilmuwan dan lain-lain memiliki konotasi dan kesan
makna yang berbeda tentang definisi filsafat; (d) Karena perkembangan
filsafatitusendiri.
2. Objek Filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Objek adalah
sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu penalaahan atau
penelitian tentang pengetahuan. Dan setiap ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek, baik objek yang bersifat materiil maupun objek formal
(Susanto, 2014:11). Objek yang dipikirkan oleh filosof adalah segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek yang diselidiki oleh
filsafatinimeliputiobjekmaterildanobjekformal.
Objek materiil dari filsafat ini adalah suatu kajian penalaahan atau
pembentukan pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkinada.Objekmateriilfilsafatinimencakupsegalahal,baikhal-hal
yangkonkretataunyatamaupunhal-halyangabstrakatautidaknampak.
MenurutPoedjawijatna(2002:8),objekmateriilfilsafatialahyangadadan
yang mungkin ada. Objek filsafat materiil ini meliputi segala dari
keseluruhan ilmu yang menyelidiki segala sesuatu. Hampir senada
dengan Poedjawijatna, Mohammad Noor (dalam Susanto, 2014:12),
berpendapat bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek materiil dan
non material. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek non materiil
meliputihal-halyangabstrak,danpsikis.Termasukjugaobjeknonmateriil
ini menurut Mohammad Noor (dalam Susanto, 2014:12), adalah
pengertianabstrak-logis,konsepsional,spiritual,nilai-nilai,danlain-lain.
Tentang objek materiil filsafat ini banyak sama dengan objek
materiil sains, namun bedanya dalam dua hal, yaitu pertama, sains
menyelidiki objek materiil yang empiris, sementara filsafat menyelidiki
bagian objek yang abstraknya. Kedua, ada objek materiil filsafat yang
memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu
objek materiil yang selamanya tidak empiris. Jadi, dengan melihat dari
beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini, dapat dipahami bahwa
objekfilsafatmeliputiberbagaihal,ataudengankatalainobjekfilsafatini
tidak terbatas yang dalam pandangan Louis O. Kattsoff (dalam Salam,
1997:39), bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu
meliputisegalapengetahuanmanusiasertasegalasesuatuapasajayang
ingin diketahui manusia. Begitu luasnya kajian atau objek filsafat ini
menyangkuthal-halyangfisikatautampakmaupunyangpsikisatauyang
tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik
yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam
kemungkinan. Hal-hal yang fisik ini juga meliputi alam semesta, semua
keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia. Sedangkan hal-hal
yangpsikisataunonfisikiniadalahmasalahTuhan,kepercayaan,normanorma,nilai,keyakinan,danlainnya.
Sedangkanobjekformal,yaitusifatpenelitian.Objekformaladalah
penyelidikan yang mendalam. Kata mendalam berarti ingin tahu tentang
objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia
hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris.
Objekpenelitiansainsadalahpadabatasdapatdiriset,sedangkanobjek
penelitian filsafat ada pada daerah tidak dapat di riset, tetapi dapat
dipikirkansecaralogis.
Selanjutnya dapat dikemukakan objek formal filsafat menurut
Lasiyo dan Yuwono (1985:6), adalah sudut pandang yang menyeluruh
secara umum, sehingga dapat mendapai hakikat dari objek materiilnya.
Jadi, objek formal filsafat ini membahas objek materiilnya sampai ke
hakikatatauesensidariyangdibahasnya.
3. Cabang-cabang Filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan (The
Mother Of Science), sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari
filsafatitusendiri.Filsafatmerupakanbidangstudiyangmemilikicakupan
yangsangatluas,sehinggadiperlukanpembagianyanglebihkecillagi.
Meskipundemikian,dalamhalpembagianlapangan-lapanganatau
cabang-cabang filsafat ini masing-masing tokoh memiliki metode yang
berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap lapangan-lapangan
pembicaraan kefilsafatan. Plato (dalam Susanto, 2014:19), misalnya
membagi lapangan filsafat ke dalam tiga macam bidang, yaitu dialektika,
fisika, dan etika. Dialektika adalah cabang filsafat yang membicarakan
persoalan ide-ide atau pengertian umum. Adapaun fisika merupakan
cabang filsafat yang di dalamnya atau membicarakan persoalan materi.
Sedangkan etika adalah cabang filsafat yang di dalamnya mengandung
ataumembicarakanpersoalanbaikdanburuk.
Sedangkan menurut Aristoteles (dalam Susanto, 2014:19),
pembagian filsafat itu digolongkan ke dalam empat cabang, yaitu logika,
filsafat teoritis, filsafat praktis dan filsafat poetika. Logika adalah ilmu
pendahuluanbagifilsafat,ilmuyangmendasaridalammemahamifilsafat.
Filsafat teoritis atau filsafat nazariah di dalamnya tercakup ilmu-ilmu lain
yang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu
metafisika. Bagi Aristoteles ilmu metafisika inilah yang menjadi inti atau
bagian yang paling utama dari filsafat. Sedangkan filsafat praktis atau
filsafat alamiah, di dalamnya tercakup tiga macam ilmu yang tidak kalah
pentingnya yaitu: (a) Ilmu etika, yang mengatur kesusilaan dan
kebahagiaan dalam hidup perorangan; (b) Ilmu ekonomi, yang mengatur
kesusilaandankemakmurandalamkeluarga(rumahtangga),dan(c)Ilmu
politik yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam negara. Lebih
lanjut filsafat poetika merupakan filsafat kesenian, yakni filsafat yang
membicarakan tentang keindahan, pengertian seni, penggolongan seni,
nilaiseni,alirandalamseni,danteoripenciptaandalamseni.
Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Kattsoff (dalam Susanto,
2014:20), menggolongkan cabang-cabang filsafat ini secara lebih
terperinci,sehinggapembagiancabangfilsafatinidapatdikategorikanke
dalamurutan-urutanyangumummenjadisemakinmenurunkepadayang
lebih khusus. Penggolongan lapangan-lapangan filsafat menurut Kattsoff
inimenjadicabang-cabangfilsafatsebagaiberikut:
1. Logika, adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk
memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Logika
terbagikedalamduacabangutama,yaknilogika deduktifdanlogika
induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang
dapat dipergunakan untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan
yang berifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih.
Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling
mudah ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi
tersebut.Logikayangmembicarakansusunanproposisi-proposisidan
penyimpulan yang sifatnya keharusan berdasarkan susunannya,
dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal. Adapun logika
induktif, mencoba untuk menarik kesimpulan dari susunan proposisiproposisi yang spesifik dengan memperhatikan sifat-sifat dari bahan
yangdiamati.Logika induktifmencobauntukbergerakdari:(1)Suatu
perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada
pernyataanyangbersifatumummengenaisemuafaktayangbercorak
demikian,atau(2)Suatuperangkatakibattertentukepadasebabatau
sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut. Bila logika deduktif atau
suatu perangkat aturan yang dapat diterapkan hampir-hampir secara
otomatis, bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian,
kecualihukum-hukumprobabilitas.
2. Metodologi, ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan,
yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan
khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi dapat membahas
metode-metode yang lain, misalnya metode-metode yang dipakai
dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi,
hipotesis,hukum,teori,susunaneksperimen,dansebagainya.
3. Metafisika, yaitu hal-hal yang terdapat sesudah fisika, hal-hal yang
terdapat di balik yang tampak. Metafisika oleh Aristioteles disebut
sebagai ilmu pengetahuan yang mengenai yang ada sebagai yang
ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan
atau yang ada sebagai yang dijumlahkan. Kita dapat mendefinisikan
Metafisika sebagai bagian pengetahuan manusia yang berkaitan
dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.
Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini
menyangkut persoalan kenyataan sebagai kenyataan, dan berasal
dari perbedaan yang cepat disadari oleh setiap orang, yakni
perbedaan antara yang nampak (apperence) dengan yang nyata
(reality).
4. Ontology dan Kosmologi. Ontology membicarakan asas-asas yang
rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan asasasas rasional dari yang ada yang teratur. Ontology berusaha
megetahuiesensiyangterdalamdariyangada,sedangkankosmologi
berusahauntukmengetahuiketertibansertasusunannya.
5. Epistimologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula,
susunan, metode-metode dan sah nya pengetahuan. Terdapat dua
pertanyaan berkaitan dengan epistimologi. Pertama, perangkat yang
mengacu pada sumber pengetahuan kita; pertanyaan-pertanyaan ini
dapat dinamakan pertanyaan-pertanyaan epistimologi kefilsafatan,
dan erat kaitannya dengan ilmu jiwa. Kedua, pertanyaan-pertanyaan
yang lain merupakan masalah-masalah semantik, yakni menyangkut
hubungan antara pengetahuan kita dengan objek pengetahuan
tersebut. Secara singkat, epistimologi dapat diartikan dengan
bagaimanacarakitauntukmengetahuisesuatu.
6. Biologi kefilsafatan, membicarakan persoalan-persoalan mengenai
biologi. Biologi kefilsafatan mencoba untuk menganalisis pengertianpengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai pengertian-pengertian hidup, adaptasi, teologi,
evolusi, dan penurunan sifat-sifat. Biologi
kefilsafatan juga
membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka sesuatu, dan arti
pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat
hidup kita. Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan
hanyaterhadapistilah-istilahbiologi,melainkanjugaterhadapmetodemetode serta teori-teorinya. Gambaran yang kita buat mengenai
kenyataan tidak boleh bertentangan dengan fakta-fakta biologi yang
sudahditetapkandenganbaik.
7. Psikologi kefilsafatan, memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi
yangmeliputiapakahyangdimaksuddenganjiwa,nyawa,ego,akal,
perasaan, dan kehendak. Pertanyaan dapat dijelaskan oleh psikologi
sebagai ilmu, namun psikologi kefilsafatan membantu tingkat
kehakikiandaripenjelasantersebut.
8. Antropologi
kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
tentang manusia. Apakah hakikat terdalam dari manusia itu? Yang
manakah lebih mendekati kebenaran? Ada pilihan penafsiran apa
sajakah mengenai hakikat manusia itu? Antropologi kefilsafatan juga
membicarakan tentang makna sejarah manusia. Apakah sejarah
manusia itu dan kemanakah arah kecenderungannya? Apakah
sejarah manusia tergantung pada apakah manusia itu, dan apakah
manusiaitudapatdipahamiberdasarkansejarahnya?
9. Sosiologi
kefilsafatan,
mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakikat masyarakat serta hakikat Negara. Kita ingin
mengetahui lembaga-lembaga yang terdapat di dalam masyarakat,
dan kita ingin menyelidiki hubungan antara manusia dengan
negaranya. Apakah makna serta bagaimanakah cara penggunaan
istilah-istilah seperti proletariat, kebebasan, massa, individu, dan
sebagainya. Pada saat ini pertanyaan-pertanyaan tersebut, menjadi
pertanyaan-pertanyaanyangsangatmendesak,karenakeputusankita
serta hari depan kita menanti pilihan kita mengenai ideologi politik
sertaideologisosial.
10. Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan
buruk. Cabang filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan
tentang istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan
sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-predikat kesusilaan
(etik), dan merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan
tanggapan-tanggapan mengenai tingkah laku yang betul yang
mempergunakansebutan-sebuatantersebut.
11. Estetika,adalahcabangfilsafatyangmembicarakandefinisi,susunan,
dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni. Estetika menggali
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan; Apakah keindahan itu? Apakah
hubungan antara yang indah dengan yang benar dan yang baik?
Apakahadaukuranyangdapatdipakaiuntukmenanggapisuatukarya
seni dalam arti yang objektif? Apakah fungsi keindahan dalam hidup
kita? Apakah seni itu sendiri? Apakah seni itu hanya sekedar
reproduksi alam, kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan
seseorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam pernyataan yang
terdalam?
12. Filsafat agama,adalahcabangfilsafatyangmembicarakanjenis-jenis
pertanyaan berbeda mengenai agama. Pertama-tama ia mungkin
bertanya; Apakah agama itu? Apa yang anda maksud dengan istilah
“Tuhan”?Apabukti-buktitentangadanyaTuhan?Bagaimanacarakita
mengetahui adanya Tuhan? Apa makna “eksistensi” bila istilah ini
dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan? Filsafat agama
tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau
tidakmauharusmenaruhperhatiankepadamaknaistilah-istilahyang
dipergunakan, ketentuan diantara kepercayaan-kepercayaan, bahanbahan bukti kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama
dengankepercayaan-kepercayaanyanglain.
4. Bidang Kajian Filsafat
Filsafat merupakan telaahan yang ingin menjawab berbagai
persoalan secara mendalam tentang hakikat sesuatu, atau dengan kata
lainfilsafatadalahusahauntukmengetahuisesatu.Kegiatanpenelaahan,
penalaran,atauargumentasisecaramendasartentangmasalah-masalah
tertentu disebut ber-filsafat, dan pendalamannya ditekankan pada bidang
yanglebihdiminatidaripadamasalah-masalahlain.
Secara umum bidang kajian filsafat cukup luas dan meliputi
berbagai jenis bidang kajian. Menurut Titus (dalam Poedjiadi, 1987:4),
cabang-cabang tradisional yang dibahas dalam filsafat meliputi logika,
metafisika, epistimologi, dan etika. Sedangkan menurut Arifin (2003:16),
ruanglingkupkajianfilsafatmeliputibidang-bidangsebagaiberikut:
a. Kosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang
berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan
hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan
perkembanganhidupmanusiadialamnyatadansebagainya.
b. ontology, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam
semesta,darimanadankearahmanaproseskejadiannya.
c. Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentag jiwa dan
bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang
kebiasaanberkehendakmanusia,dansebagainya.
d. Epistimologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber
pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran
rasionalisme), dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dari
ide-ide(aliranidealism),ataudariTuhan(aliranteologisme),termasuk
jugapemikirantentangvaliditaspengetahuanmanusia,artinyasampai
dimanakebenaranpengetahuankita.
e. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai,
termasuknilai-nilaitinggidariTuhan.Misalnyanilaimoral,nilaiagama,
dan nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian
lebih luas daripada etika atau haigher values of life (nilai-nilai
kehidupanyangbertaraftinggi).
Menurut Suriasumantri (2003:33), secara garis besar filsafat
memiliki tiga bidang kajian utama yaitu ontology, epistimologi, dan
aksiologi.Pertama ontology,ontologyberasaldaribahasaYunani“ontos”
yang berarti “yang ada” dan “logos” yang berarti “penyelidikan tentang”.
Jadi, ontology membicarakan asas-asas rasional dari “yang ada”,
berusahauntukmengetahui(“penyelidikan tentang”)esensiyangterdalam
dari “yang ada”. Ontology sering kali disebut sebagai teori hakikat yang
membicarakan pengetahuan itu sendiri. Sementara Langeveld (dalam
Susanto, 2014:27), menamai ontology ini dengan teori tentang keadaan.
Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, kebenaran sebenarnya
sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu dan
bukan keadaan yang berubah. Dengan ontology, diharapkan terjawab
pertanyaan tentang “apa”. Misalnya; Objek apa yang ditelaah ilmu? Apa
wujud yang hakiki dari objek tersebut? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapatkan ilmu? Apa yang disebut kebenaran
itu?Apakriterianya?Tehnikapayangmembantukitamendapatkanilmu?.
Bidang kajian filsafat ontology ini terbagi menjadi beberapa aliran, yaitu
materialism,idealism,dualism,skeptisisme,danagnotisme.
Kedua, epistimologi. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode, dan status sahnya
pengetahuan. Epistimologi membicarakan sumber-sumber pengetahuan
dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut. Epistimologi
juga disebut sebagai teori pengetahuan, itulah sebabnya kita sering
menyebutnya dengan filsafat pengetahuan, karena ia membicarakan halhalyangberkenaandenganpengetahuan.Istilahepistimologiinipertama
kalimunculdandigunakanolehJ.Ferrierpadatahun1854M.
Pengetahuan manusia itu ada tiga macam, yaitu pengetahuan
sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan ini
dapatdiperolehmanusiamelaluiberbagaicaradandenganmenggunakan
berbagai alat. Melalui epistimologi diharapkan pertanyaan tentang
“bagaimana”. Misalnya; Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang
berupailmu?Bagaimanaprosedurnya?Bagaimanacarakitamengetahui
bila kita mempunyai pengetahuan? Bagaimana cara kita membedakan
antara pengetahuan dengan pendapat?. Epistimologi ini terbagi atas
beberapaaliran,yaituempirisme,rasionalisme,danintuisionisme.
Ketiga, aksiologi.Aksiologiadalahilmupengetahuanyangmenyelidiki
hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Namalaindaribidangkajianaksiologiiniadalahdisebutdenganteorinilai.
Teorinilaiinimembahasmengenaikegunaanataumanfaatpengetahuan.
Untukmenggunakankegunaanfilsafat,kitadapatmelihatnyadaritigahal:
a. Filsafatsebagaikumpulanteori
b. Filsafatsebagaipandanganhidup,dan
c. Filsafatsebagaimetodepemecahanmasalah.
B. Konsep Filsafat Ilmu
1. Hakikat Ilmu dan engetahuan
Definisifilsafatilmuterdiridariduakata,yaitukatafilsafatdankata
ilmu. Masing-masing memiliki makna yang berbeda dan hakikat yang
berlainan. Kata filsafat, sebagaimana telah disinggung pada penjelasan
sebelumnya diartikan sebagai pengetahuan tentang kebijaksanaan
(Sophia), prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis,
mendalam dan tuntas (radikal) dalam memperoleh kebenaran. Kata
filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari akar kata
‘philos’yangberarticinta,dan‘Sophia’yangberartikebijaksanaan.
Adapunkatailmu(Science)diartikansebagaipengetahuantentang
sesuatu,ataubagiandaripengetahuan.MenurutBadudu(1996:528),ilmu
adalah: Pertama, diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang
yangdisusunsecarasistematis;contoh:ilmuagama,berartipengetahuan
tentang ajaran agama atau teologi, ilmu bahasa berarti pengetahuan
tentang hal ikhwal bahasa atau tata bahasa, linguistik dan lain-lain.
Kedua, ilmu diartikan sebagai “kepandaian” atau “kesaktian”. Sebagai
contoh dalam penggunaan kata yang kedua ini adalah: ‘sudah lama ia
menuntut “ilmu” atau “kesaktian” dari jago tua itu’.Danorangyangbanyak
memiliki ilmu pengetahuan mengenai suatu ilmu disebut ‘ilmuan’ atau
orangyangahlidalambidangtertentu.
Sedangkan Maufur (2008:30), menjelaskan bahwa ilmu adalah
sebagian dari pengetahuan yang memiliki dan memenuhi persyaratan
tertentu, artinya ilmu tentu saja merupakan pengetahuan tetapi
pengetahuan belum tentu ilmu. Karena pengetahuan untuk dapat
dikategorikan sebagai ilmu harus memenuhi beberapa persyaratan.
Beberapasyaratyangperludipenuhiolehsuatupengetahuanuntukdapat
masukkategorisebagaiilmupengetahuan,menurutMaufur(2008:32-34)
adalahsebagaiberikut:
a. Sistematis, adalah ada urutan dari awal hingga akhir, dan ada
hubungan yang bermakna antara bagian-bagian atau fakta satu
denganlainnyayangtersusunsecararuntut.Hubunganyangbersifat
sistematik vertikal diusahakan juga dengan saling mempertemukan,
dengansekoherenmungkin,agardapatkepastiandengankadaryang
tinggi.
2. General, yaitu keumuman sifat yang bisa berlaku dimanapun (lintas
ruang dan waktu dengan keterbatasannya) berkaitan dengan kadar
mutu yang standar. Dapat juga disebut universal, karena dapat
dikomunikasikan kapan dan dimanapun, paling tidak di bumi ini.
Semisal hukum-hukum fisika yang berlaku di Amerika, maka berlaku
juga di Indonesia, Inggris, Belanda, dan Afrika. Baik untuk saat
sekarang maupun yang akan datang, dengan catatan kondisi-kondisi
yang relevan (tempat dan waktu) sama. Akan tetapi, mungkin saja
tidakberlakudiplanetlainapalagidiluartatasuryakita.
3. Rasional,maksudnyaadalahbahwailmusebagaipengetahuanilmiah
bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah
logika. Pengujian atas pengetahuan ilmiah adalah penalaran yang
betul-betuldanperbincanganyanglogistanpamelibatkanfaktor-faktor
nonrasional, seperti emosi sesaat dan kesenangan pribadi. Dengan
demikian,ilmupengetahuanmerupakanhasilpemikiranyangrasional
dan memenuhi kaidah-kaidah logika. Kaum rasional berpandangan
bahwapengetahuanyangdapatdiandalkanbukanlahyangditurunkan
dari dunia pengalaman melainkan melalui dunia pikiran, dunia yang
kitaketahuidenganmetodeintuisirasionaldandunianyata.
4. Objekltif, adalah apa adanya mengungkap realitas yang sahih bagi
siapa saja. Sesuatu sebagai sasaran yang dijadikan objek untuk
diketahui. Suatu pengetahuan disebut objektif bila pengetahuan itu
dibimbing, baik pada tahap proses pembentukannya maupun pada
tahapsesudahselesaisebagaiprodukpengetahuan,olehobjekkajian
atau penelitian, dan bukan oleh berbagai tipe prasangka dari subjeksubjek tertentu termasuk yang melaksanakan pengkajian atau
penelitian. Meskipun kita sadari hampir semua yang ada di alam ini
merupakan hasil kesepakatan, yang dipelopori oleh individu-individu
atau kelompok-kelompok yang dipandang memiliki otoritas dalam
suatu bidang tertentu, yang kemudian diikuti oleh masyarakat secara
luas. Terutama pada hasil penelitian kualitatif, subjektivitas peneliti
cukupberpengaruh,sehinggahasilnyaseringdiragukan.
5. Menggunakanmetodetertentudalammempertanyakanobjektertentu,
mencari dan menemukan sesuatu sebagai kebenaran, dan secara
terus menerus. Karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang
ketika ditemukan jawaban sekaligus memunculkan pertanyaan
susulan,danterusdicarijawabannyalagi.Demikianseterusnya.
6. Dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan argumentasi
logis rasional, apalagi jika telah melalui eksperimen yang berulang
kali.
Adasebagianahliyangberpandanganbahwapengetahuandengan
ilmu tidaklah berbeda. Pengetahuan (knowledge) bagi mereka tak
ubahnyasebagaiilmu(science),sehingailmudenganpengetahuantidak
berbeda.Sebagianlagimemahamibahwapengetahuanberbedadengan
ilmu atau ilmu pengetahuan atau pegetahuan ilmiah. Sebagaimana
pendapat Thoyibi (1994:35), pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ‘a
higher level’ dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum
sebagaimana kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurutBahtiar(2005),pengetahuanmerupakanhasilprosesdariusaha
manusiauntuktahu.
2. engertian Filsafat Ilmu
Merumuskan pengertian atau definisi tertentu tidaklah mudah
begitujugatentangdefinisifilsafatilmu.Beberapaahlimemberikandefinisi
tentangfilsafatilmuinidiantaranyaadalahsebagaiberikut:
a. Michael V. Berry, filsafat ilmu adalah “The study of inner logic of
scientific theories, and the relations between experiment and theory,
i.e. of scientific method”. Menurut Berry filsafat ilmu adalah
penelaahantentanglogikainterndanteori-teoriilmiah,danhubunganhubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang dipakai untuk menelaah
tentang logika, teori-teori ilmiah, serta upaya pelaksanaannya untuk
menghasilkansuatumetodeatauteoriilmiah.
2. May Brodbeck, ia memberikan definisi filsafat sebagai: “the ethically
and philosophically neutral analysis, description and clarification of the
foundations of science”. Filsafat ilmu bagi Brodbeck adalah suatu
analisisnetral yangsecaraetisdanfalsafi,pelukisandanpenjelasan
mengenailandasan-landasanilmu.BagiBrodbeck,ilmuituharusbisa
menganalisis,menggali,mengkajidanbahkanmelukiskannyasesuatu
secaranetral,etis,danfilosofis,sehinggailmuitudapatdimanfaatkan
secarabenardanrelevan.
3. The Liang Gie, merumuskan filsafat ilmu merupakan segenap
pemikiranreflektifterhadappersoalan-persoalanmengenaisegalahal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat ilmu bukan hanya
dipahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan analisis
terhadap ilmu-ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang
dalam
mengkaji
perenungan
yang
persoalan-persoalan
mendalam
agar
yang
dapat
muncul
melalui
diketahui
duduk
persoalannya secara mendasar, sehingga dapat dimanfaatkan dalam
kehidupanmanusia.(Susanto,2014:48).
3. Objek Filsafat Ilmu
MenurutSuriasumantri(1999:2)tiap-tiappengetahuanmemilikitiga
komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang
dis
ENGERTIAN FILSAFAT, FILSAFAT ILMU DAN RUANG LINGKUNYA
DISUSUN OLEH:
KELOMOK I
AKHSRULLAH : 105031 0013 14
RISMAN JAYA : 105031 0003 14
ALFIAN NURSYAM : 105031 0012 14
ROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI UBLIK
ASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015
KATA ENGANTAR
engan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah menciptakan manusia
danalamseisinyauntukmakhluknyasertamengajarimanusiatentangAlqur’an dan kandungannya, yang dengan akal pikiran sebagai potensi
dasar bagi manusia untuk menimbang sesuatu itu baik atau buruk,
menciptakan hati nurani sebagai pengontrol dalam tindak tanduk, yang
telah menciptakan fisik dalam sebagus bagusnya rupa untuk
mengekspresikan amal ibadah kita kepada-Nya. Shalawat dan salam
selalutercurahkankepadaRasulullahSAW.BerkatlimpahandanrahmatNyapenyusunmampumenyelesaikantugasmakalahinigunamemenuhi
tugasmatakuliahFilsafatIlmudanKemuhammadiyahan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yangpenulishadapi.Namunpenulismenyadaribahwakelancarandalam
penyusunanmateriinitidaklainberkatbantuan,dorongan,danbimbingan
orang tua, dan teman-teman kelompok sehingga kendala-kendala yang
penulishadapiteratasi.
Makalahinidisusunagarpembacadapatmemperluasilmutentang
Filsafat, Filsafat Ilmu dan Ruang Lingkupnya, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan
berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnyamakalahinidapatterselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswaPascasarjanaAdministrasiPublikUniversitasMuhammadiyah
Makasssar.Kamisadarbahwamakalahinimasihbanyakkekurangandan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampuh mata kuliah
kamimemintamasukannyademiperbaikanpembuatan makalahkamidi
masa-masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
parapembaca.
Akhirnya kami mengucapkan jazakumullahu khaeran katsiran,
billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat
Wassalamu‘alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Makassar,15Januari2015
Penyusun,
Kelompok I
DAFTAR ISI
KataPengantar ...................................................................................... i
DaftarIsi................................................................................................. iii
BABI
PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. LatarBelakang ................................................................ 1
B. RumusanMasalah........................................................... 3
C. TujuanPenulisan ............................................................. 3
BABII
PEMBAHASAN ..................................................................... 5
A. KonsepFilsafat ................................................................ 5
1. PengertianFilsafat ..................................................... 5
2. ObjekFilsafat ............................................................. 8
3. Cabang-cabangFilsafat ............................................. 10
4. BidangKajianFilsafat ................................................ 17
B. KonsepFilsafatIlmu ........................................................ 20
1. HakikatIlmudanPengetahuan .................................. 20
2. PengertianFilsafatIlmu ............................................. 24
3. ObjekFilsafatIlmu ..................................................... 25
4. RuangLingkupFilsafatIlmu....................................... 26
BABIII
PENUTUP ............................................................................. 29
A. Simpulan.......................................................................... 29
DAFTARPUSTAKA ............................................................................... 31
BAB I
ENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiranmanusiasecarakritisdandijabarkandalamkonsepmendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan
yangtepatuntuksolusitertentu.Akhirdariproses-prosesitudimasukkan
kedalamsebuahprosesdialektika.Untukstudifalsafi,mutlakdiperlukan
logikaberpikirdanlogikabahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam
matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu
yangpadasisi-sisitertentubercirieksakdisampingnuansakhasfilsafat,
yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga
bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang
biasanyatidaktersentuholehdisiplinilmulaindengansikapskeptisyang
mempertanyakansegalahal.
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan
pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya
pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan
agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa
diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya.
Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut
wilayahdanmenurutlatarbelakangagama.Menurutwilayah,filsafatbisa
dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah.
Sementara,menurutlatarbelakangagama,filsafatdibagimenjadi:filsafat
Islam,filsafatBudha,filsafatHindu,danfilsafatKristen.
Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari
kebenaran telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang
kesadaran,kemauan,dankemampuanmanusiasesuaidenganposisinya
sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan untuk di
aplilkasikandalamkehidupan.
Secaraumum,mempelajarifilsafatbertujuanuntukmengendalikan
manusia yang susila, bermoral, bermartabat, dan mempunyai etika
bahkan estetika yang baik. Secara khusus, filsafat mengajarkan
bagaimana “cara berpikir”. Berpikir secara sungguh-sungguh untuk
mencari kebenaran.filsafat menekankan aspek akal (rasio) dalam
menemukankebenaransuatukebenaran.
Secara kodrati, manusia dianugerahi akal, daya pikir, yang tidak
diperoleh makhluk lain. Akal ini seyogyanya dapat dipergunakan
semaksimal mungkin untuk kemampuan berpikir tersebut. Menurut
Purwanto (1990:43), berpikir adalah daya yang paling utama dan
merupakancirrikhasyangmembedakanmanusiadenganhewan.
Padasetiapaktivitaskehidupanmanusiapenerapanberpikirsangat
diperlukansekalidanpadaakhirnyaakanmenentukanhasilyangdicapai,
sama halnya dengan pentingnya perencanaan sebelum melakukan
sesuatu. Bukankah Allah SWT, sangat menganjurkan hambanya untuk
senantiasa berpikir. Banyak ayat yang menyatakan tentang pentingnya
berpikir ini dengan kata-kata ‘apala ta’ qilun’, ‘apala tafakkarun’, ‘la
ya’lamun’, ‘ullil albab’,danlain-lainyangkesemuanyamengajakmanusia
untuk berpikir. Dari perintah-perintah Allah SWT yang tersurat dalam
wahyunya itu mengisyaratkan bahwa dengan mengoptimalkan proses
berpikir, memungkinkan seseorang akan dapat memperoleh ilmu
pengetahuanyangbanyakdanbergunabagikehidupanmanusiadengan
cara banyak membaca, dan menganalisis serta mengadakan riset
(penelitian).
Berdasarkan uraian singkat dari latar belakang di atas, maka
penulis membahas ke dalam sebuah makalah yang berjudul “Pengertian
Filsafat,FilsafatIlmudanRuangLingkupnya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan singkat dari latar belakang di atas, maka
penulismerumuskanpermasalahanpada:
1. Apayangdimaksuddenganfilsafatdanfilsafatilmu?
2. Apasajaruanglingkupfilsafatilmu?
C. Tujuan enulisan
Berdasarkan hasil dari rumusan masalah di atas, maka adapun
tujuandaripenulisaniniadalahsebagaiberikut:
1. Untukmengetahuiapayangdimaksuddenganfilsafatdanfilsafatilmu
2. Untukmengetahuiruanglingkupfilsafatdanfilsafatilmu
BAB II
EMBAHASAN
A. Konsep Filsafat
1. engertian Filsafat
KatafilsafatberasaldaribahasaYunaniyangterdiridariduasuku
kata yaitu ‘philos’ dan ‘Sophia’. Philos biasanya diterjemahkan dengan
istilah gemar, senang, atau cinta. Sedangkan Sophia dapat diartikan
kebijaksanaan atau kearifan (Siagian, 2003:2). Hal tersebut, senada
dengan penjelasan dari Susanto (2014:1), yang mengatakan bahwa kata
filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa Yunani) diartikan dengan
‘mencintai kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat
disebut dengan istilah ‘philosophy’ dan dalam bahasa Arab disebut
dengan istilah ‘falsafah’, yang biasanya diterjemahkan dengan ‘cinta
kearifan’.
Istilahphilosophiamemilikiakarkataphilien yangberartimencintai
dan sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah philosophia berarti
mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta
pengetahuandisebutdenganfilsufataufilosof.Sumberdarifilsafatadalah
manusiadalamhaliniakaldankalbumanusiayangsehatyangberusaha
keras dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya
memperolehkebenaran.
Proses mencari kebenaran itu melalui berbagai tahap. Tahap
pertama,manusiaberspekulasidenganpemikirannyatentangsemuahal.
Tahap kedua, dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah
pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran tadi menjadi
titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang
didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan,
seperti;matematika,fisika,hukum,politik,danlain-lain.(Susanto,2014:1).
Lebih lanjut menurut Plato (dalam Suhartono, 2008:34), filsafat
digambarkan sebagai pengetahuan atau pemikiran kritik terhadap
pendapat-pendapat yang sedang berlaku. Jadi, kearifan atau pengertian
intelektual diperoleh melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis,
diskusidanpenjelasanmengenaigagasan-gagasan.Sedangkanmenurut
muridnya,Aristoteles,filsafatadalahilmuyangmenyelidikitentanghalada
sebagai hal yang berbeda dengan bagian-bagiannya yang satu atau
lainnya.
AlFarabi(dalamAtjeh,1970:10),filsafatadalahilmupengetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan untuk menyelidiki hakekatnya
yang sebenarnya. Sedangkan menurut Immanuel Kant (dalam Anshari,
1985:83), filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yangmencakupdidalamnya4(empat)persoalan,yaitu:
a) Apakahyangdapatkitaketahui?
(dijawabolehmetafisika)
b) Apakahyangbolehdikerjakan?
(dijawabolehetika)
c) Sampaidimanakahpengharapankita?
(dijawabolehagama)
d) Apakahyangdinamakanmanusia?
(dijawabantropologi)
Banyaknya definisi dan rumusan tentang filsafat yang berbedabeda dari para ahli disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada
tokoh-tokoh itu sendiri, karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut
mereka pun berbeda-beda. Perbedaan itu juga dapat muncul karena
perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan beberapa
pengetahuankhususmemisahkandiridarifilsafat.(Tafsir,2002:11).
Berdasarkanbeberaparumusanfilsafatyangdikemukakandiatas,
terlihat jelas bahwa ilmu filsafat didefinisikan berbeda oleh satu tokoh
dengantokohlainnya.Halinijugasekaligusmenunjukkanbahwa,filsafat
merupakanilmuyangmahapentinguntukdikajidandikembangkan.Dari
waktu ke waktu orang terus mengkaji dan mendalami ilmu filsafat ini di
berbagai belahan penjuru dunia. Selain itu, tidak seperti disiplin ilmu
lainnya, ilmu filsafat itu sangat sulit diberikan batasan secara ketat dan
pasti. Dengan demikian, masing-masing orang atau tokoh memberikan
maknadandefinisiyangberbedaterhadapistilahfilsafatini.
Menurut Saebani (2009:21), perbedaan definisi yang dikemukakan
oleh para tokoh tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu; (a) Setiap
tokoh hidup dalam kurun waktu yang berbeda; (b) Setiap tokoh tumbuh
danberkembangdalamlingkunganhidupyangberbeda;(c)Setiaptokoh
dengan kapasitas keilmuwan dan lain-lain memiliki konotasi dan kesan
makna yang berbeda tentang definisi filsafat; (d) Karena perkembangan
filsafatitusendiri.
2. Objek Filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Objek adalah
sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu penalaahan atau
penelitian tentang pengetahuan. Dan setiap ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek, baik objek yang bersifat materiil maupun objek formal
(Susanto, 2014:11). Objek yang dipikirkan oleh filosof adalah segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek yang diselidiki oleh
filsafatinimeliputiobjekmaterildanobjekformal.
Objek materiil dari filsafat ini adalah suatu kajian penalaahan atau
pembentukan pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkinada.Objekmateriilfilsafatinimencakupsegalahal,baikhal-hal
yangkonkretataunyatamaupunhal-halyangabstrakatautidaknampak.
MenurutPoedjawijatna(2002:8),objekmateriilfilsafatialahyangadadan
yang mungkin ada. Objek filsafat materiil ini meliputi segala dari
keseluruhan ilmu yang menyelidiki segala sesuatu. Hampir senada
dengan Poedjawijatna, Mohammad Noor (dalam Susanto, 2014:12),
berpendapat bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek materiil dan
non material. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek non materiil
meliputihal-halyangabstrak,danpsikis.Termasukjugaobjeknonmateriil
ini menurut Mohammad Noor (dalam Susanto, 2014:12), adalah
pengertianabstrak-logis,konsepsional,spiritual,nilai-nilai,danlain-lain.
Tentang objek materiil filsafat ini banyak sama dengan objek
materiil sains, namun bedanya dalam dua hal, yaitu pertama, sains
menyelidiki objek materiil yang empiris, sementara filsafat menyelidiki
bagian objek yang abstraknya. Kedua, ada objek materiil filsafat yang
memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu
objek materiil yang selamanya tidak empiris. Jadi, dengan melihat dari
beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini, dapat dipahami bahwa
objekfilsafatmeliputiberbagaihal,ataudengankatalainobjekfilsafatini
tidak terbatas yang dalam pandangan Louis O. Kattsoff (dalam Salam,
1997:39), bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu
meliputisegalapengetahuanmanusiasertasegalasesuatuapasajayang
ingin diketahui manusia. Begitu luasnya kajian atau objek filsafat ini
menyangkuthal-halyangfisikatautampakmaupunyangpsikisatauyang
tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik
yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam
kemungkinan. Hal-hal yang fisik ini juga meliputi alam semesta, semua
keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia. Sedangkan hal-hal
yangpsikisataunonfisikiniadalahmasalahTuhan,kepercayaan,normanorma,nilai,keyakinan,danlainnya.
Sedangkanobjekformal,yaitusifatpenelitian.Objekformaladalah
penyelidikan yang mendalam. Kata mendalam berarti ingin tahu tentang
objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia
hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris.
Objekpenelitiansainsadalahpadabatasdapatdiriset,sedangkanobjek
penelitian filsafat ada pada daerah tidak dapat di riset, tetapi dapat
dipikirkansecaralogis.
Selanjutnya dapat dikemukakan objek formal filsafat menurut
Lasiyo dan Yuwono (1985:6), adalah sudut pandang yang menyeluruh
secara umum, sehingga dapat mendapai hakikat dari objek materiilnya.
Jadi, objek formal filsafat ini membahas objek materiilnya sampai ke
hakikatatauesensidariyangdibahasnya.
3. Cabang-cabang Filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan (The
Mother Of Science), sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari
filsafatitusendiri.Filsafatmerupakanbidangstudiyangmemilikicakupan
yangsangatluas,sehinggadiperlukanpembagianyanglebihkecillagi.
Meskipundemikian,dalamhalpembagianlapangan-lapanganatau
cabang-cabang filsafat ini masing-masing tokoh memiliki metode yang
berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap lapangan-lapangan
pembicaraan kefilsafatan. Plato (dalam Susanto, 2014:19), misalnya
membagi lapangan filsafat ke dalam tiga macam bidang, yaitu dialektika,
fisika, dan etika. Dialektika adalah cabang filsafat yang membicarakan
persoalan ide-ide atau pengertian umum. Adapaun fisika merupakan
cabang filsafat yang di dalamnya atau membicarakan persoalan materi.
Sedangkan etika adalah cabang filsafat yang di dalamnya mengandung
ataumembicarakanpersoalanbaikdanburuk.
Sedangkan menurut Aristoteles (dalam Susanto, 2014:19),
pembagian filsafat itu digolongkan ke dalam empat cabang, yaitu logika,
filsafat teoritis, filsafat praktis dan filsafat poetika. Logika adalah ilmu
pendahuluanbagifilsafat,ilmuyangmendasaridalammemahamifilsafat.
Filsafat teoritis atau filsafat nazariah di dalamnya tercakup ilmu-ilmu lain
yang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu
metafisika. Bagi Aristoteles ilmu metafisika inilah yang menjadi inti atau
bagian yang paling utama dari filsafat. Sedangkan filsafat praktis atau
filsafat alamiah, di dalamnya tercakup tiga macam ilmu yang tidak kalah
pentingnya yaitu: (a) Ilmu etika, yang mengatur kesusilaan dan
kebahagiaan dalam hidup perorangan; (b) Ilmu ekonomi, yang mengatur
kesusilaandankemakmurandalamkeluarga(rumahtangga),dan(c)Ilmu
politik yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam negara. Lebih
lanjut filsafat poetika merupakan filsafat kesenian, yakni filsafat yang
membicarakan tentang keindahan, pengertian seni, penggolongan seni,
nilaiseni,alirandalamseni,danteoripenciptaandalamseni.
Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Kattsoff (dalam Susanto,
2014:20), menggolongkan cabang-cabang filsafat ini secara lebih
terperinci,sehinggapembagiancabangfilsafatinidapatdikategorikanke
dalamurutan-urutanyangumummenjadisemakinmenurunkepadayang
lebih khusus. Penggolongan lapangan-lapangan filsafat menurut Kattsoff
inimenjadicabang-cabangfilsafatsebagaiberikut:
1. Logika, adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk
memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Logika
terbagikedalamduacabangutama,yaknilogika deduktifdanlogika
induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang
dapat dipergunakan untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan
yang berifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih.
Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling
mudah ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi
tersebut.Logikayangmembicarakansusunanproposisi-proposisidan
penyimpulan yang sifatnya keharusan berdasarkan susunannya,
dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal. Adapun logika
induktif, mencoba untuk menarik kesimpulan dari susunan proposisiproposisi yang spesifik dengan memperhatikan sifat-sifat dari bahan
yangdiamati.Logika induktifmencobauntukbergerakdari:(1)Suatu
perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada
pernyataanyangbersifatumummengenaisemuafaktayangbercorak
demikian,atau(2)Suatuperangkatakibattertentukepadasebabatau
sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut. Bila logika deduktif atau
suatu perangkat aturan yang dapat diterapkan hampir-hampir secara
otomatis, bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang demikian,
kecualihukum-hukumprobabilitas.
2. Metodologi, ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan,
yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan
khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi dapat membahas
metode-metode yang lain, misalnya metode-metode yang dipakai
dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi,
hipotesis,hukum,teori,susunaneksperimen,dansebagainya.
3. Metafisika, yaitu hal-hal yang terdapat sesudah fisika, hal-hal yang
terdapat di balik yang tampak. Metafisika oleh Aristioteles disebut
sebagai ilmu pengetahuan yang mengenai yang ada sebagai yang
ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan
atau yang ada sebagai yang dijumlahkan. Kita dapat mendefinisikan
Metafisika sebagai bagian pengetahuan manusia yang berkaitan
dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.
Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini
menyangkut persoalan kenyataan sebagai kenyataan, dan berasal
dari perbedaan yang cepat disadari oleh setiap orang, yakni
perbedaan antara yang nampak (apperence) dengan yang nyata
(reality).
4. Ontology dan Kosmologi. Ontology membicarakan asas-asas yang
rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan asasasas rasional dari yang ada yang teratur. Ontology berusaha
megetahuiesensiyangterdalamdariyangada,sedangkankosmologi
berusahauntukmengetahuiketertibansertasusunannya.
5. Epistimologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula,
susunan, metode-metode dan sah nya pengetahuan. Terdapat dua
pertanyaan berkaitan dengan epistimologi. Pertama, perangkat yang
mengacu pada sumber pengetahuan kita; pertanyaan-pertanyaan ini
dapat dinamakan pertanyaan-pertanyaan epistimologi kefilsafatan,
dan erat kaitannya dengan ilmu jiwa. Kedua, pertanyaan-pertanyaan
yang lain merupakan masalah-masalah semantik, yakni menyangkut
hubungan antara pengetahuan kita dengan objek pengetahuan
tersebut. Secara singkat, epistimologi dapat diartikan dengan
bagaimanacarakitauntukmengetahuisesuatu.
6. Biologi kefilsafatan, membicarakan persoalan-persoalan mengenai
biologi. Biologi kefilsafatan mencoba untuk menganalisis pengertianpengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai pengertian-pengertian hidup, adaptasi, teologi,
evolusi, dan penurunan sifat-sifat. Biologi
kefilsafatan juga
membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka sesuatu, dan arti
pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat
hidup kita. Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan
hanyaterhadapistilah-istilahbiologi,melainkanjugaterhadapmetodemetode serta teori-teorinya. Gambaran yang kita buat mengenai
kenyataan tidak boleh bertentangan dengan fakta-fakta biologi yang
sudahditetapkandenganbaik.
7. Psikologi kefilsafatan, memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi
yangmeliputiapakahyangdimaksuddenganjiwa,nyawa,ego,akal,
perasaan, dan kehendak. Pertanyaan dapat dijelaskan oleh psikologi
sebagai ilmu, namun psikologi kefilsafatan membantu tingkat
kehakikiandaripenjelasantersebut.
8. Antropologi
kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
tentang manusia. Apakah hakikat terdalam dari manusia itu? Yang
manakah lebih mendekati kebenaran? Ada pilihan penafsiran apa
sajakah mengenai hakikat manusia itu? Antropologi kefilsafatan juga
membicarakan tentang makna sejarah manusia. Apakah sejarah
manusia itu dan kemanakah arah kecenderungannya? Apakah
sejarah manusia tergantung pada apakah manusia itu, dan apakah
manusiaitudapatdipahamiberdasarkansejarahnya?
9. Sosiologi
kefilsafatan,
mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakikat masyarakat serta hakikat Negara. Kita ingin
mengetahui lembaga-lembaga yang terdapat di dalam masyarakat,
dan kita ingin menyelidiki hubungan antara manusia dengan
negaranya. Apakah makna serta bagaimanakah cara penggunaan
istilah-istilah seperti proletariat, kebebasan, massa, individu, dan
sebagainya. Pada saat ini pertanyaan-pertanyaan tersebut, menjadi
pertanyaan-pertanyaanyangsangatmendesak,karenakeputusankita
serta hari depan kita menanti pilihan kita mengenai ideologi politik
sertaideologisosial.
10. Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan
buruk. Cabang filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan
tentang istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan
sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-predikat kesusilaan
(etik), dan merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan
tanggapan-tanggapan mengenai tingkah laku yang betul yang
mempergunakansebutan-sebuatantersebut.
11. Estetika,adalahcabangfilsafatyangmembicarakandefinisi,susunan,
dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni. Estetika menggali
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan; Apakah keindahan itu? Apakah
hubungan antara yang indah dengan yang benar dan yang baik?
Apakahadaukuranyangdapatdipakaiuntukmenanggapisuatukarya
seni dalam arti yang objektif? Apakah fungsi keindahan dalam hidup
kita? Apakah seni itu sendiri? Apakah seni itu hanya sekedar
reproduksi alam, kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan
seseorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam pernyataan yang
terdalam?
12. Filsafat agama,adalahcabangfilsafatyangmembicarakanjenis-jenis
pertanyaan berbeda mengenai agama. Pertama-tama ia mungkin
bertanya; Apakah agama itu? Apa yang anda maksud dengan istilah
“Tuhan”?Apabukti-buktitentangadanyaTuhan?Bagaimanacarakita
mengetahui adanya Tuhan? Apa makna “eksistensi” bila istilah ini
dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan? Filsafat agama
tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau
tidakmauharusmenaruhperhatiankepadamaknaistilah-istilahyang
dipergunakan, ketentuan diantara kepercayaan-kepercayaan, bahanbahan bukti kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama
dengankepercayaan-kepercayaanyanglain.
4. Bidang Kajian Filsafat
Filsafat merupakan telaahan yang ingin menjawab berbagai
persoalan secara mendalam tentang hakikat sesuatu, atau dengan kata
lainfilsafatadalahusahauntukmengetahuisesatu.Kegiatanpenelaahan,
penalaran,atauargumentasisecaramendasartentangmasalah-masalah
tertentu disebut ber-filsafat, dan pendalamannya ditekankan pada bidang
yanglebihdiminatidaripadamasalah-masalahlain.
Secara umum bidang kajian filsafat cukup luas dan meliputi
berbagai jenis bidang kajian. Menurut Titus (dalam Poedjiadi, 1987:4),
cabang-cabang tradisional yang dibahas dalam filsafat meliputi logika,
metafisika, epistimologi, dan etika. Sedangkan menurut Arifin (2003:16),
ruanglingkupkajianfilsafatmeliputibidang-bidangsebagaiberikut:
a. Kosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang
berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan
hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan
perkembanganhidupmanusiadialamnyatadansebagainya.
b. ontology, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam
semesta,darimanadankearahmanaproseskejadiannya.
c. Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentag jiwa dan
bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang
kebiasaanberkehendakmanusia,dansebagainya.
d. Epistimologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber
pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran
rasionalisme), dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dari
ide-ide(aliranidealism),ataudariTuhan(aliranteologisme),termasuk
jugapemikirantentangvaliditaspengetahuanmanusia,artinyasampai
dimanakebenaranpengetahuankita.
e. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai,
termasuknilai-nilaitinggidariTuhan.Misalnyanilaimoral,nilaiagama,
dan nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian
lebih luas daripada etika atau haigher values of life (nilai-nilai
kehidupanyangbertaraftinggi).
Menurut Suriasumantri (2003:33), secara garis besar filsafat
memiliki tiga bidang kajian utama yaitu ontology, epistimologi, dan
aksiologi.Pertama ontology,ontologyberasaldaribahasaYunani“ontos”
yang berarti “yang ada” dan “logos” yang berarti “penyelidikan tentang”.
Jadi, ontology membicarakan asas-asas rasional dari “yang ada”,
berusahauntukmengetahui(“penyelidikan tentang”)esensiyangterdalam
dari “yang ada”. Ontology sering kali disebut sebagai teori hakikat yang
membicarakan pengetahuan itu sendiri. Sementara Langeveld (dalam
Susanto, 2014:27), menamai ontology ini dengan teori tentang keadaan.
Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, kebenaran sebenarnya
sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu dan
bukan keadaan yang berubah. Dengan ontology, diharapkan terjawab
pertanyaan tentang “apa”. Misalnya; Objek apa yang ditelaah ilmu? Apa
wujud yang hakiki dari objek tersebut? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapatkan ilmu? Apa yang disebut kebenaran
itu?Apakriterianya?Tehnikapayangmembantukitamendapatkanilmu?.
Bidang kajian filsafat ontology ini terbagi menjadi beberapa aliran, yaitu
materialism,idealism,dualism,skeptisisme,danagnotisme.
Kedua, epistimologi. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode, dan status sahnya
pengetahuan. Epistimologi membicarakan sumber-sumber pengetahuan
dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut. Epistimologi
juga disebut sebagai teori pengetahuan, itulah sebabnya kita sering
menyebutnya dengan filsafat pengetahuan, karena ia membicarakan halhalyangberkenaandenganpengetahuan.Istilahepistimologiinipertama
kalimunculdandigunakanolehJ.Ferrierpadatahun1854M.
Pengetahuan manusia itu ada tiga macam, yaitu pengetahuan
sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan ini
dapatdiperolehmanusiamelaluiberbagaicaradandenganmenggunakan
berbagai alat. Melalui epistimologi diharapkan pertanyaan tentang
“bagaimana”. Misalnya; Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang
berupailmu?Bagaimanaprosedurnya?Bagaimanacarakitamengetahui
bila kita mempunyai pengetahuan? Bagaimana cara kita membedakan
antara pengetahuan dengan pendapat?. Epistimologi ini terbagi atas
beberapaaliran,yaituempirisme,rasionalisme,danintuisionisme.
Ketiga, aksiologi.Aksiologiadalahilmupengetahuanyangmenyelidiki
hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Namalaindaribidangkajianaksiologiiniadalahdisebutdenganteorinilai.
Teorinilaiinimembahasmengenaikegunaanataumanfaatpengetahuan.
Untukmenggunakankegunaanfilsafat,kitadapatmelihatnyadaritigahal:
a. Filsafatsebagaikumpulanteori
b. Filsafatsebagaipandanganhidup,dan
c. Filsafatsebagaimetodepemecahanmasalah.
B. Konsep Filsafat Ilmu
1. Hakikat Ilmu dan engetahuan
Definisifilsafatilmuterdiridariduakata,yaitukatafilsafatdankata
ilmu. Masing-masing memiliki makna yang berbeda dan hakikat yang
berlainan. Kata filsafat, sebagaimana telah disinggung pada penjelasan
sebelumnya diartikan sebagai pengetahuan tentang kebijaksanaan
(Sophia), prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis,
mendalam dan tuntas (radikal) dalam memperoleh kebenaran. Kata
filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari akar kata
‘philos’yangberarticinta,dan‘Sophia’yangberartikebijaksanaan.
Adapunkatailmu(Science)diartikansebagaipengetahuantentang
sesuatu,ataubagiandaripengetahuan.MenurutBadudu(1996:528),ilmu
adalah: Pertama, diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang
yangdisusunsecarasistematis;contoh:ilmuagama,berartipengetahuan
tentang ajaran agama atau teologi, ilmu bahasa berarti pengetahuan
tentang hal ikhwal bahasa atau tata bahasa, linguistik dan lain-lain.
Kedua, ilmu diartikan sebagai “kepandaian” atau “kesaktian”. Sebagai
contoh dalam penggunaan kata yang kedua ini adalah: ‘sudah lama ia
menuntut “ilmu” atau “kesaktian” dari jago tua itu’.Danorangyangbanyak
memiliki ilmu pengetahuan mengenai suatu ilmu disebut ‘ilmuan’ atau
orangyangahlidalambidangtertentu.
Sedangkan Maufur (2008:30), menjelaskan bahwa ilmu adalah
sebagian dari pengetahuan yang memiliki dan memenuhi persyaratan
tertentu, artinya ilmu tentu saja merupakan pengetahuan tetapi
pengetahuan belum tentu ilmu. Karena pengetahuan untuk dapat
dikategorikan sebagai ilmu harus memenuhi beberapa persyaratan.
Beberapasyaratyangperludipenuhiolehsuatupengetahuanuntukdapat
masukkategorisebagaiilmupengetahuan,menurutMaufur(2008:32-34)
adalahsebagaiberikut:
a. Sistematis, adalah ada urutan dari awal hingga akhir, dan ada
hubungan yang bermakna antara bagian-bagian atau fakta satu
denganlainnyayangtersusunsecararuntut.Hubunganyangbersifat
sistematik vertikal diusahakan juga dengan saling mempertemukan,
dengansekoherenmungkin,agardapatkepastiandengankadaryang
tinggi.
2. General, yaitu keumuman sifat yang bisa berlaku dimanapun (lintas
ruang dan waktu dengan keterbatasannya) berkaitan dengan kadar
mutu yang standar. Dapat juga disebut universal, karena dapat
dikomunikasikan kapan dan dimanapun, paling tidak di bumi ini.
Semisal hukum-hukum fisika yang berlaku di Amerika, maka berlaku
juga di Indonesia, Inggris, Belanda, dan Afrika. Baik untuk saat
sekarang maupun yang akan datang, dengan catatan kondisi-kondisi
yang relevan (tempat dan waktu) sama. Akan tetapi, mungkin saja
tidakberlakudiplanetlainapalagidiluartatasuryakita.
3. Rasional,maksudnyaadalahbahwailmusebagaipengetahuanilmiah
bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah
logika. Pengujian atas pengetahuan ilmiah adalah penalaran yang
betul-betuldanperbincanganyanglogistanpamelibatkanfaktor-faktor
nonrasional, seperti emosi sesaat dan kesenangan pribadi. Dengan
demikian,ilmupengetahuanmerupakanhasilpemikiranyangrasional
dan memenuhi kaidah-kaidah logika. Kaum rasional berpandangan
bahwapengetahuanyangdapatdiandalkanbukanlahyangditurunkan
dari dunia pengalaman melainkan melalui dunia pikiran, dunia yang
kitaketahuidenganmetodeintuisirasionaldandunianyata.
4. Objekltif, adalah apa adanya mengungkap realitas yang sahih bagi
siapa saja. Sesuatu sebagai sasaran yang dijadikan objek untuk
diketahui. Suatu pengetahuan disebut objektif bila pengetahuan itu
dibimbing, baik pada tahap proses pembentukannya maupun pada
tahapsesudahselesaisebagaiprodukpengetahuan,olehobjekkajian
atau penelitian, dan bukan oleh berbagai tipe prasangka dari subjeksubjek tertentu termasuk yang melaksanakan pengkajian atau
penelitian. Meskipun kita sadari hampir semua yang ada di alam ini
merupakan hasil kesepakatan, yang dipelopori oleh individu-individu
atau kelompok-kelompok yang dipandang memiliki otoritas dalam
suatu bidang tertentu, yang kemudian diikuti oleh masyarakat secara
luas. Terutama pada hasil penelitian kualitatif, subjektivitas peneliti
cukupberpengaruh,sehinggahasilnyaseringdiragukan.
5. Menggunakanmetodetertentudalammempertanyakanobjektertentu,
mencari dan menemukan sesuatu sebagai kebenaran, dan secara
terus menerus. Karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang
ketika ditemukan jawaban sekaligus memunculkan pertanyaan
susulan,danterusdicarijawabannyalagi.Demikianseterusnya.
6. Dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan argumentasi
logis rasional, apalagi jika telah melalui eksperimen yang berulang
kali.
Adasebagianahliyangberpandanganbahwapengetahuandengan
ilmu tidaklah berbeda. Pengetahuan (knowledge) bagi mereka tak
ubahnyasebagaiilmu(science),sehingailmudenganpengetahuantidak
berbeda.Sebagianlagimemahamibahwapengetahuanberbedadengan
ilmu atau ilmu pengetahuan atau pegetahuan ilmiah. Sebagaimana
pendapat Thoyibi (1994:35), pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ‘a
higher level’ dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum
sebagaimana kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurutBahtiar(2005),pengetahuanmerupakanhasilprosesdariusaha
manusiauntuktahu.
2. engertian Filsafat Ilmu
Merumuskan pengertian atau definisi tertentu tidaklah mudah
begitujugatentangdefinisifilsafatilmu.Beberapaahlimemberikandefinisi
tentangfilsafatilmuinidiantaranyaadalahsebagaiberikut:
a. Michael V. Berry, filsafat ilmu adalah “The study of inner logic of
scientific theories, and the relations between experiment and theory,
i.e. of scientific method”. Menurut Berry filsafat ilmu adalah
penelaahantentanglogikainterndanteori-teoriilmiah,danhubunganhubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang dipakai untuk menelaah
tentang logika, teori-teori ilmiah, serta upaya pelaksanaannya untuk
menghasilkansuatumetodeatauteoriilmiah.
2. May Brodbeck, ia memberikan definisi filsafat sebagai: “the ethically
and philosophically neutral analysis, description and clarification of the
foundations of science”. Filsafat ilmu bagi Brodbeck adalah suatu
analisisnetral yangsecaraetisdanfalsafi,pelukisandanpenjelasan
mengenailandasan-landasanilmu.BagiBrodbeck,ilmuituharusbisa
menganalisis,menggali,mengkajidanbahkanmelukiskannyasesuatu
secaranetral,etis,danfilosofis,sehinggailmuitudapatdimanfaatkan
secarabenardanrelevan.
3. The Liang Gie, merumuskan filsafat ilmu merupakan segenap
pemikiranreflektifterhadappersoalan-persoalanmengenaisegalahal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat ilmu bukan hanya
dipahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan analisis
terhadap ilmu-ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang
dalam
mengkaji
perenungan
yang
persoalan-persoalan
mendalam
agar
yang
dapat
muncul
melalui
diketahui
duduk
persoalannya secara mendasar, sehingga dapat dimanfaatkan dalam
kehidupanmanusia.(Susanto,2014:48).
3. Objek Filsafat Ilmu
MenurutSuriasumantri(1999:2)tiap-tiappengetahuanmemilikitiga
komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang
dis