BAB I BAB V docx
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alat musik merupakan gambaran dari ungkapan jiwa seseorang. Saat ini alat
musik tidak hanya dijadikan media untuk hiburan saja, tetapi saat ini
kebanyakan masyarakat di berbagai daerah menjadikan alat musik sebagai
sumber mata pencaharian sehari-hari.
Kebanyakan masyarakat diberbagai daerah memilih sebagai alat pengrajin
musik tentunya karena banyak alasan. Selain untuk memenuhi faktor ekonomi,
para pengrajin ini ingin terus berkarya untuk melestarikan alat musik ini dan
mengenalkan kepada masyarakat tentang alat musik terutama perkusi atau
jimbe yang nada-nadanya dapat member ketenangan pada jiwa. Dalam karya
tulis ilmiah ini kami akan membahas tentang produktivitas masyarakat pembuat
jimbe di kawasan Kota Blitar.
Oleh sebab itu penelitian kami mengambil judul “Peningkatan Kualitas
Produk Perkusi di Desa Santren, Kelurahann Tanggung, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dari penelitian tersebut
adalah
a. Apa yang dimaksud dengan peningkatan kualitas produksi?
b. Apa yang disebut sebagai perkusi?
c. Apa yang menjadi sebab utama para penduduk memilih menjadi produsen
perkusi atau jimbe?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah maka diperoleh tujuan penelitian, yaitu:
Untuk mengetahui peningkatan kualitas produk perkusi di Desa
Santren, Kelurahan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
Untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat penghasil perkusi
di Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota
Blitar.
Dan untuk mengetahui penyebab utama para penduduk memilih
sebagai produsen perkusi
1
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
Bagi peneliti:
Peneliti dapat mengetahui apa sebab utama masyarakat memilih
sebagai produsen perkusi atau jimbe dan untuk menambah wawasan
serta pengetahuan dalam hal musikalitas tentang perkusi atau jimbe.
Bagi Masyarakat:
Masyarakat dapat mengetahui bagaimana perkembangan
perekonomian masyarakat penghasil perkusi atau jimbe dan penelitian
ini juga dapat berguna sebagai acuan masyarakat lainnya untuk
meniru kesuksesan desa tersebut.
Bagi Pembaca:
Tentunya penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai bacaan
yang menginspirasi bagi semua orang.
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Peningkatan Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap
perusahaan jika ingin yang dihasilkan dapat bersaing di pasar untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dewasa ini sebagian besar konsumen semakin
kritis dalam mengkonsumsi suatu produk. Konsumen selalu ingin mendapatkan
produk yang berkualitas sesuai dengan harga yang dibayar, meskipun ada sebagian
masyarakat berpendapat bahwa, produk yang mahal adalah produk yang
berkualitas.
Adapun arti dari kualitas oleh Philip Kotler (1992 : 55 ) sebagai berikut:
Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that
bear on its ability to satisfy stated or implied needs. Maksud dari definisi di atas
adalah kualitas produk merupakan keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang
berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
dinyatakan maupun yang tersirat.
Sedangkan menurut Adam and Eberts (1992 : 511) Product quality is the
appropriateness of design specification of function and use as well the degree
specification. Definisi di atas menjelaskan bahwa kualitas produk merupakan
spesifikasi rancangan yang tepat atau yang layak untuk digunakan sebaik mungkin
sesuai dengan spesifikasi.
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang
menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu
diproduksi. Kualitas ditentukan oleh “sekumpulan kegunaan” (bundle of utilities).
Fungsinya termasuk di dalam daya tahan, ketidak – tergantungan pada produk atau
komponen lain, eksklusivitas, kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk,
pembungkusan, dan sebagainya) dan harga yang ditentukan oleh biaya produk.
(Handoko, 1990 : 25 )
Kualitas adalah suatu konsep yang sulit untuk dikemukakan atau dideteksi.
Para konsumen sering tidak dapat mengungkapkan bila ada perbedaan kualitas.
Langganan tidak dapat menyebutkan mana yang terbaik. Pencampuran perbedaan
– perbedaan karakteristik produk seperti halnya perbedaan harga semakin
mempersempit perbandingan ini. Disamping itu, kadang – kadang para langganan
tidak dapat melihat perbaikan – perbaikan kualitas secara langsung karena mereka
lebih memperhatikan harga yang lebih rendah daripada kualitas lebih tinggi untuk
harga lama.
Dari sudut pandang konsumen, kualitas didefinisikan sebagai sesuatu yang
diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh insinyur, bukan oleh pemasaran atau
manajemen umum. (Feigenbaum, 1996 : 6) Kualitas sebagai keseluruhan ciri sifat
atau sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi
3
kebutuhan dan keinginan konsumen baik yang dinyatakan maupun yang tersirat
(Kotler, 1995 : 64) Kualitas sebagai faktor – faktor yang terdapat dalam suatu
barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan. (Assauri,
1993 : 221 )
Dari 3 definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah
sejumlah atribut atau sifat – sifat yang dideskripsikan di dalam produk dan yang
digunakan untuk memenuhi harapan – harapan pelanggan. Kualitas adalah sesuatu
yang diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh insinyur, bukan pula oleh pemasaran
atau manajemen umum.
Kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan, terhadap produk,
yang diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut. Dengan demikian
kualitas produk harus didasarkan pada kehendak konsumen yang selanjutnya
diterjemahkan dalam rancang bangun produksi, pelaksanaan proses produksi dan
selanjutnya diproduksi. Jadi kualitas produk dalam kegiatan proses produksi harus
dikendalikan sedemikian rupa agar produk yang dihasilkan benar - benar sesuai
dengan spesifikasi yang dikehendaki pelanggan juga bermanfaat menekan
tingginya tingkat kepuasan produk yang terjadi.
2.2
Instrumen Musik Perkusi
Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat
menghasilkan suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan
cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen
perkusi biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam
suatu permainan musik.
Antropolog dan sejarawan umumnya berpendapat instrumen musik perkusi
merupakan alat bantu bermain musik pertama yang pernah diciptakan, sementara
suara manusia merupakan alat musik pertama yang digunakan manusia. Instrumen
perkusi seperti tangan, kaki, tongk`at, batu, dan batang kayu sangat mungkin
masuk sebagai generasi selanjutnya dalam evolusi musik.
Banyak literatur, termasuk dalam "Teaching Percussion" oleh Gary Cook dari
Universitas Arizona, mulai meneliti karakteristik fisik dari instrumen dan cara suara
dihasilkan. Paradigma ini dianggap sebagai metode yang paling dapat diterima
secara keilmuan dan memudahkan untuk membuat model penamaan dibandingkan
dengan paradigma lain yang lebih bergantung pada sejarah dan lingkungan sosial
yang ada.
2.3
Sebab Utama Mayarakat Menjadi Produsen Jimbe atau Perkusi
Sebab utama masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan
Kepanjen Kidul, Kota Blitar menjadi produsen jiimbe atau perkusi karena didaerah
tersebut terdapat hutan-hutan yang cocok sebagai sumber atau bahan baku untuk
perkusi atau jimbe, kayu yang dihasilkan dari hutan tersebut sangatlah berlimpah
sehingga mudah sekali untuk mengambil bahan baku dari hutan tersebut.
4
Selain itu sebab lainnya yaitu karena didaerah tersebut kurang adanya tokotoko yang memproduksi bahan lain maupun pabrik yang memproduksi bahan
industrinya (contoh: bahan-bahan dapur, furniture dll),menjadi produsen jimbe atau
perkusi juga membawa untung banyak dalam hal perekonomian tentunya. Jimbe
atau perkusi ini sangat diminati banyak masyarakat luar negeri maupun dalam
negeri itu sendiri.
Menjadi produsen jimbe atau perkusi berarti juga bisa melestarikan kebudayaan
nenek moyang kita. Sehingga menjadi produsen jimbe atau perkusi dapat
memberikan dampak positif juga bagi remaja masa kini agar dapat mengenal dan
melestarikan budayanya.
5
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Setting Penelitian
Penelitian untuk karya tulis ilmiah ini dilakukan di Desa Santren,
Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
3.2
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada saat kegiatan Project Based Learning
di Kota Blitar pada Sabtu, 13 Desember 2014.
3.3
Instrumen Penelitian
Mempersiapkan rancangan pertanyaan yang akan di tanyakan
kepada beberapa narasumber.
Mencatat jawaban dan penjelasan dari para narasumber.
Merekam obrolan dari para narasumber dengan peneliti.
3.4
Pengumpulan Data
Dari hasil Tanya jawab yang kami lakukan kepada beberapa
narasumber yang merupakan masyarakat Desa Santren, Kelurahann
Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar , kami mendapat jawaban
dari pokok permasalahan yang sedang kami teliti kemudian kami
kembangkan ulang serta membuat laporan tersebut menjadi semakin
detail atau terperinci.
6
3.5
Teknik Analisis Data
Kami menggunakan teknik observasi yaitu, memperlihatkan
sesuatu dengan mempergunakan mata. Atau observasi juga disebut
pengamatan, meliputi kegiatan pemusat perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh panca indra
Data yang didapat dari beberapa narasumber, yaitu:
Sebab atau factor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa
Santren, Kelurahann Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
Solusi untuk menaikkan tingkat produktivitas jimbe atau perkusi di
Desa Santren, Kelurahann Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar .
7
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Hasil Penelitian
Menurut hasil penelitian kami, masyarakat yang menjadi produsen
jimbe atau perkusi di Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar merupakan salah satu pelancar kestabilan ekonomi di
Indonesia khususnya Kota Blitar. Maka dari itu pemerintah seringkali
mencoba untuk meningkatkan pendapatan di Kota Blitar, yaitu dengan cara:
• Memperluas lahan untuk penanaman kayu atau pohon di
daerah sekitar desa penghasil jimbe atau perkusi.
• Mendirikan toko atau ruko yang digunakan sebagai tempat
untuk memamerkan hasil karya masyarakat penghasil jimbe atau
perkusi yang sudah jadi.
• Mengekspor hasil karya masyarakat penghasil jimbe atau
perkusi ke berbagai negara.
Masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul,
Kota Blitar merupakan contoh dari sekian banyak masyarakat yang sukses dalam
bidangnya. Hasil karya masyarakat sudah banyak sekali yang mengikuti pameran di
berbagai kota atau daerah dan banyak sekali mendapat penghargaan dari
pemerintah. Kerjasama antar perusahan luar negeri pun juga tidak main-main.
Banyak Negara yang menjadi konsumtor desa penghasil jimbe atau perkusi ini,
misalnya seperti Bali, Jepang, Amerika, Jamaica, dan lain sebagainya.
Peningkatan kualitas produk hasil karya juga sangat diperhatikan karena
kepuasan pelanggan sangat diutamakan, agar pelanggan tidak kecewa para
produsen menggunakan bahan yang berkualitas pula namun harganya pun juga
tidak terlalu mahal. Selain itu keindahan motif dari jimbe atau perkusi tersebut juga
menjadi salah satu daya tarik dari karya tersebut.
8
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Rencana peningkatan kualitas produk jimbe atau perkusi di Desa
Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar yang
sudah direncanakan pemerintah dan tokoh masyarakat tentunya sangat
diharapkan oleh semua warga karena sudah bisa dipastikan bahwa
peningkatan kualitas produk tersebut dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat desa tersebut.
Masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar memilih menjadi produsen perkusi bukan hanya karena
ingin memenuhi pendapatannya saja namun juga karena mereka ingin
mengenalkan atau melestarikan jimbe atau perkusi.
5.2
Saran
Sebaiknya pemerintah lebih matang lagi untuk merencanakan dan
melaksanakan kebijakan untuk peningkatan kualitas produk atau karya
masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul,
Kota Blitar. Selain itu, diharapkan masyarakat sekitar atau pembaca karya
tulis ilmiah ini dapat termotivasi dan terinspirasi sehingga memberikan
semangat untuk memajukan jiwa kewirausahaannya.
9
1.1
Latar Belakang
Alat musik merupakan gambaran dari ungkapan jiwa seseorang. Saat ini alat
musik tidak hanya dijadikan media untuk hiburan saja, tetapi saat ini
kebanyakan masyarakat di berbagai daerah menjadikan alat musik sebagai
sumber mata pencaharian sehari-hari.
Kebanyakan masyarakat diberbagai daerah memilih sebagai alat pengrajin
musik tentunya karena banyak alasan. Selain untuk memenuhi faktor ekonomi,
para pengrajin ini ingin terus berkarya untuk melestarikan alat musik ini dan
mengenalkan kepada masyarakat tentang alat musik terutama perkusi atau
jimbe yang nada-nadanya dapat member ketenangan pada jiwa. Dalam karya
tulis ilmiah ini kami akan membahas tentang produktivitas masyarakat pembuat
jimbe di kawasan Kota Blitar.
Oleh sebab itu penelitian kami mengambil judul “Peningkatan Kualitas
Produk Perkusi di Desa Santren, Kelurahann Tanggung, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dari penelitian tersebut
adalah
a. Apa yang dimaksud dengan peningkatan kualitas produksi?
b. Apa yang disebut sebagai perkusi?
c. Apa yang menjadi sebab utama para penduduk memilih menjadi produsen
perkusi atau jimbe?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah maka diperoleh tujuan penelitian, yaitu:
Untuk mengetahui peningkatan kualitas produk perkusi di Desa
Santren, Kelurahan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
Untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat penghasil perkusi
di Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota
Blitar.
Dan untuk mengetahui penyebab utama para penduduk memilih
sebagai produsen perkusi
1
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
Bagi peneliti:
Peneliti dapat mengetahui apa sebab utama masyarakat memilih
sebagai produsen perkusi atau jimbe dan untuk menambah wawasan
serta pengetahuan dalam hal musikalitas tentang perkusi atau jimbe.
Bagi Masyarakat:
Masyarakat dapat mengetahui bagaimana perkembangan
perekonomian masyarakat penghasil perkusi atau jimbe dan penelitian
ini juga dapat berguna sebagai acuan masyarakat lainnya untuk
meniru kesuksesan desa tersebut.
Bagi Pembaca:
Tentunya penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai bacaan
yang menginspirasi bagi semua orang.
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Peningkatan Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap
perusahaan jika ingin yang dihasilkan dapat bersaing di pasar untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dewasa ini sebagian besar konsumen semakin
kritis dalam mengkonsumsi suatu produk. Konsumen selalu ingin mendapatkan
produk yang berkualitas sesuai dengan harga yang dibayar, meskipun ada sebagian
masyarakat berpendapat bahwa, produk yang mahal adalah produk yang
berkualitas.
Adapun arti dari kualitas oleh Philip Kotler (1992 : 55 ) sebagai berikut:
Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that
bear on its ability to satisfy stated or implied needs. Maksud dari definisi di atas
adalah kualitas produk merupakan keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang
berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
dinyatakan maupun yang tersirat.
Sedangkan menurut Adam and Eberts (1992 : 511) Product quality is the
appropriateness of design specification of function and use as well the degree
specification. Definisi di atas menjelaskan bahwa kualitas produk merupakan
spesifikasi rancangan yang tepat atau yang layak untuk digunakan sebaik mungkin
sesuai dengan spesifikasi.
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang
menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu
diproduksi. Kualitas ditentukan oleh “sekumpulan kegunaan” (bundle of utilities).
Fungsinya termasuk di dalam daya tahan, ketidak – tergantungan pada produk atau
komponen lain, eksklusivitas, kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk,
pembungkusan, dan sebagainya) dan harga yang ditentukan oleh biaya produk.
(Handoko, 1990 : 25 )
Kualitas adalah suatu konsep yang sulit untuk dikemukakan atau dideteksi.
Para konsumen sering tidak dapat mengungkapkan bila ada perbedaan kualitas.
Langganan tidak dapat menyebutkan mana yang terbaik. Pencampuran perbedaan
– perbedaan karakteristik produk seperti halnya perbedaan harga semakin
mempersempit perbandingan ini. Disamping itu, kadang – kadang para langganan
tidak dapat melihat perbaikan – perbaikan kualitas secara langsung karena mereka
lebih memperhatikan harga yang lebih rendah daripada kualitas lebih tinggi untuk
harga lama.
Dari sudut pandang konsumen, kualitas didefinisikan sebagai sesuatu yang
diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh insinyur, bukan oleh pemasaran atau
manajemen umum. (Feigenbaum, 1996 : 6) Kualitas sebagai keseluruhan ciri sifat
atau sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi
3
kebutuhan dan keinginan konsumen baik yang dinyatakan maupun yang tersirat
(Kotler, 1995 : 64) Kualitas sebagai faktor – faktor yang terdapat dalam suatu
barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan. (Assauri,
1993 : 221 )
Dari 3 definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah
sejumlah atribut atau sifat – sifat yang dideskripsikan di dalam produk dan yang
digunakan untuk memenuhi harapan – harapan pelanggan. Kualitas adalah sesuatu
yang diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh insinyur, bukan pula oleh pemasaran
atau manajemen umum.
Kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan, terhadap produk,
yang diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut. Dengan demikian
kualitas produk harus didasarkan pada kehendak konsumen yang selanjutnya
diterjemahkan dalam rancang bangun produksi, pelaksanaan proses produksi dan
selanjutnya diproduksi. Jadi kualitas produk dalam kegiatan proses produksi harus
dikendalikan sedemikian rupa agar produk yang dihasilkan benar - benar sesuai
dengan spesifikasi yang dikehendaki pelanggan juga bermanfaat menekan
tingginya tingkat kepuasan produk yang terjadi.
2.2
Instrumen Musik Perkusi
Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat
menghasilkan suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan
cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen
perkusi biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam
suatu permainan musik.
Antropolog dan sejarawan umumnya berpendapat instrumen musik perkusi
merupakan alat bantu bermain musik pertama yang pernah diciptakan, sementara
suara manusia merupakan alat musik pertama yang digunakan manusia. Instrumen
perkusi seperti tangan, kaki, tongk`at, batu, dan batang kayu sangat mungkin
masuk sebagai generasi selanjutnya dalam evolusi musik.
Banyak literatur, termasuk dalam "Teaching Percussion" oleh Gary Cook dari
Universitas Arizona, mulai meneliti karakteristik fisik dari instrumen dan cara suara
dihasilkan. Paradigma ini dianggap sebagai metode yang paling dapat diterima
secara keilmuan dan memudahkan untuk membuat model penamaan dibandingkan
dengan paradigma lain yang lebih bergantung pada sejarah dan lingkungan sosial
yang ada.
2.3
Sebab Utama Mayarakat Menjadi Produsen Jimbe atau Perkusi
Sebab utama masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan
Kepanjen Kidul, Kota Blitar menjadi produsen jiimbe atau perkusi karena didaerah
tersebut terdapat hutan-hutan yang cocok sebagai sumber atau bahan baku untuk
perkusi atau jimbe, kayu yang dihasilkan dari hutan tersebut sangatlah berlimpah
sehingga mudah sekali untuk mengambil bahan baku dari hutan tersebut.
4
Selain itu sebab lainnya yaitu karena didaerah tersebut kurang adanya tokotoko yang memproduksi bahan lain maupun pabrik yang memproduksi bahan
industrinya (contoh: bahan-bahan dapur, furniture dll),menjadi produsen jimbe atau
perkusi juga membawa untung banyak dalam hal perekonomian tentunya. Jimbe
atau perkusi ini sangat diminati banyak masyarakat luar negeri maupun dalam
negeri itu sendiri.
Menjadi produsen jimbe atau perkusi berarti juga bisa melestarikan kebudayaan
nenek moyang kita. Sehingga menjadi produsen jimbe atau perkusi dapat
memberikan dampak positif juga bagi remaja masa kini agar dapat mengenal dan
melestarikan budayanya.
5
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Setting Penelitian
Penelitian untuk karya tulis ilmiah ini dilakukan di Desa Santren,
Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
3.2
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada saat kegiatan Project Based Learning
di Kota Blitar pada Sabtu, 13 Desember 2014.
3.3
Instrumen Penelitian
Mempersiapkan rancangan pertanyaan yang akan di tanyakan
kepada beberapa narasumber.
Mencatat jawaban dan penjelasan dari para narasumber.
Merekam obrolan dari para narasumber dengan peneliti.
3.4
Pengumpulan Data
Dari hasil Tanya jawab yang kami lakukan kepada beberapa
narasumber yang merupakan masyarakat Desa Santren, Kelurahann
Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar , kami mendapat jawaban
dari pokok permasalahan yang sedang kami teliti kemudian kami
kembangkan ulang serta membuat laporan tersebut menjadi semakin
detail atau terperinci.
6
3.5
Teknik Analisis Data
Kami menggunakan teknik observasi yaitu, memperlihatkan
sesuatu dengan mempergunakan mata. Atau observasi juga disebut
pengamatan, meliputi kegiatan pemusat perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh panca indra
Data yang didapat dari beberapa narasumber, yaitu:
Sebab atau factor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa
Santren, Kelurahann Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.
Solusi untuk menaikkan tingkat produktivitas jimbe atau perkusi di
Desa Santren, Kelurahann Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar .
7
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Hasil Penelitian
Menurut hasil penelitian kami, masyarakat yang menjadi produsen
jimbe atau perkusi di Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar merupakan salah satu pelancar kestabilan ekonomi di
Indonesia khususnya Kota Blitar. Maka dari itu pemerintah seringkali
mencoba untuk meningkatkan pendapatan di Kota Blitar, yaitu dengan cara:
• Memperluas lahan untuk penanaman kayu atau pohon di
daerah sekitar desa penghasil jimbe atau perkusi.
• Mendirikan toko atau ruko yang digunakan sebagai tempat
untuk memamerkan hasil karya masyarakat penghasil jimbe atau
perkusi yang sudah jadi.
• Mengekspor hasil karya masyarakat penghasil jimbe atau
perkusi ke berbagai negara.
Masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul,
Kota Blitar merupakan contoh dari sekian banyak masyarakat yang sukses dalam
bidangnya. Hasil karya masyarakat sudah banyak sekali yang mengikuti pameran di
berbagai kota atau daerah dan banyak sekali mendapat penghargaan dari
pemerintah. Kerjasama antar perusahan luar negeri pun juga tidak main-main.
Banyak Negara yang menjadi konsumtor desa penghasil jimbe atau perkusi ini,
misalnya seperti Bali, Jepang, Amerika, Jamaica, dan lain sebagainya.
Peningkatan kualitas produk hasil karya juga sangat diperhatikan karena
kepuasan pelanggan sangat diutamakan, agar pelanggan tidak kecewa para
produsen menggunakan bahan yang berkualitas pula namun harganya pun juga
tidak terlalu mahal. Selain itu keindahan motif dari jimbe atau perkusi tersebut juga
menjadi salah satu daya tarik dari karya tersebut.
8
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Rencana peningkatan kualitas produk jimbe atau perkusi di Desa
Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar yang
sudah direncanakan pemerintah dan tokoh masyarakat tentunya sangat
diharapkan oleh semua warga karena sudah bisa dipastikan bahwa
peningkatan kualitas produk tersebut dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat desa tersebut.
Masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar memilih menjadi produsen perkusi bukan hanya karena
ingin memenuhi pendapatannya saja namun juga karena mereka ingin
mengenalkan atau melestarikan jimbe atau perkusi.
5.2
Saran
Sebaiknya pemerintah lebih matang lagi untuk merencanakan dan
melaksanakan kebijakan untuk peningkatan kualitas produk atau karya
masyarakat Desa Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul,
Kota Blitar. Selain itu, diharapkan masyarakat sekitar atau pembaca karya
tulis ilmiah ini dapat termotivasi dan terinspirasi sehingga memberikan
semangat untuk memajukan jiwa kewirausahaannya.
9