AIR MINUM PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH

  

P a n d u a n P e n g e l o l a a n D a t a

AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH

  Pa ndua n Pe ng e lola a n Da ta

AIR MINUM

  

& PENYEHATAN

LINGKUNGAN

DI DAERAH

PANDUAN PENGELOLAAN DATA AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH

  Diterbitkan oleh WASPOLA Facility bekerja sama dengan KELOMPOK KERJA AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN, yang terdiri dari : Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Departemen Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan

  Kementerian Perindustrian.

  Pengarah Nugroho Tri Utomo Gary D Swisher

  Editor Sofyan Iskandar

  Tim Penyusun Udi Maadi Nur Apriatman

  Ardi Adji Dormaringan H. Saragih Bambang Pujiatmoko

  

WASPOLA Facility adalah kelanjutan dari proyek WASPOLA (1998-2003) dan WASPOLA 2 (2004-2009). Proyek ini didanai dari bantuan hibah dari

Pemerintah Australia melalui AusAID, yang dilaksanakan oleh 2 institusi, Bappenas dan Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific

(WSP-EAP) World Bank.

DAFTAR SINGKATAN

  AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan AMPL-BM : Air Minum dan Penyehatah Lingkungan Berbasis Masyarakat APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bapeprov : Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi BPM : Badan Pemberdayaan Masyarakat CLTS : Community Led Total Sanitation DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPU : Dinas Pekerjaan Umum

  IPA : Instalasi Pemrosesan Air IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu.

  ISSDP : Indonesia Sanitation Sector Development Programme Jaga : Jamban Keluarga Kabag : Kepala Bagian Kabid : Kepala Bidang Lokalatih : Lokakarya dan Pelatihan PAMSIMAS : Program Nasional Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum Pemkab : Pemerintah Kabupaten Pemkot : Pemerintah Kota Pemprov : Pemerintah Provinsi PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat POD : Pendidikan Orang Dewasa Pokja : Kelompok Kerja Renstra : Rencana Strategis Renstra SKPD : Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, 5 Tahun. RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah, 5 Tahun. RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, 5 Tahun. RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang, 20 Tahun. RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, 20 Tahun. RTL : Rencana Tindak Lanjut SANIMAS : Sanitasi oleh Masyarakat SK : Surat Keputusan SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah

KATA PENGANTAR

  Buku Panduan Pengelolaan Data AMPL ini berisi tentang panduan bagaimana melaku-

kan fasilitasi Pengelolaan Data AMPL dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan

AMPL. Dengan panduan ini, diharapkan diperoleh kejelasan dalam tata cara melakukan

Pengelolaan Data AMPL. Panduan ini khususnya ditujukan bagi pemerintah kabupaten/

kota dalam Pengelolaan Data AMPL di daerahnya. Namun demikian berguna juga bagi

para pelaku pembangunan AMPL yang mendukung kegiatan di tingkat kabupaten/kota.

  Buku panduan ini terdiri dari lima bagian. Pertama adalah Penjelasan Umum, kedua adalah Panduan Pengelolaan Data AMPL, ketiga adalah Panduan Pengumpulan Data AMPL, keempat adalah Panduan Pemrosesan dan Publikasi Data AMPL, dan kelima adalah Penutup.

  Demikian, tidak ada gading yang tak retak, segala masukan akan kami terima dengan senang hati. Selamat membaca dan mempraktekannya.

  Tim Penyusun

DAFTAR ISI

  Daftar Singkatan Kata Pengantar Daftar Isi

Bagian 1 Penjelasan Umum

  03

  53

  3.1 Tahapan Pengumpulan Data

  21

  3.2 Jenis Data

  30

  3.3 Kuisioner dan Cara Pengisian

  30

  3.4 Mekanisme Pengumpulan Data

  48 Bagian 4 Panduan Pemrosesan, Analisis dan Publikasi Data AMPL

  4.1 Pemrosesan Data

  18 Bagian 3 Panduan Pengumpulan Data AMPL

  53

  4.2 Analisis Data

  62

  4.3 Pengertian Indikator

  69

  4.4 Publikasi Data

  71 Bagian 5 Penutup

  75

  1.1 Latar belakang

  21

  2.8 Periode Pendataan

  1.2 Tujuan

  2.2 Kondisi Data dan Pendataan Data AMPL di Daerah

  05

  1.3 Pengguna

  05

  1.4 Sistematika

  06 Bagian 2 Panduan Pengelolaan Data AMPL

  09

  2.1 Latar belakang

  09

  11

  03

  2.3 Tujuan

  12

  2.4 Organisasi Pengelolaan

  13

  2.5 Tahapan Kegiatan

  15

  2.6 Jadwal Pelaksanaan

  18

  2.7 Jenis Data

  18

  1 Penjelasan Umum

1.1. Latar Belakang

  Studi Pengembangan Pengelolaan Data Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang telah dilaksanakan oleh WASPOLA sejak tahun 2006, menemukan beberapa isu penting tentang pengelolaan data AMPL yaitu:

  1. Rendahnya kesadaran daerah akan pentingnya pengelolaan data AMPL yang akurat

  2. Adanya sistem pengelolaan data AMPL di daerah yang kurang terintegrasi

  3. Belum adanya database AMPL yang disepakati di daerah

  4. Rendahnya kapasitas daerah dalam pengelolaan data AMPL Studi yang dilakukan WASPOLA melalui pendekatan diskusi terfokus dalam format lokakarya data daerah, dan kajian literatur, merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: a. Perlu kesamaan pemahaman para pelaku pembangunan AMPL tentang pentingnya data

  AMPL. Hal ini meliputi pemahaman tentang variabel data yang dikumpulkan, untuk apa data dikumpulkan, apa manfaat dari tersedianya data, apa kerugiannya kalau tidak tersedia data, institusi yang melakukan pengumpulan data, sumber daya yang diperlukan, bagaimana data dikumpulkan, dikelola, dan dikomunikasikan, serta frekuensi pengumpulannya

  b. Perlu adanya pemahaman tentang peran dan fungsi instansi pelaku pembangunan AMPL dalam pengelolaan data. Data apa saja yang dikumpulkan oleh masing-masing instansi, untuk keperluan apa data itu dikumpulkan, bagaimana mekanisme pengumpulannya, dan bagaimana data tersebut dapat diakses oleh para aktor pembangunan AMPL lainnya. Dalam hal ini secara khusus perlu dipahami peranan BPS di tingkat kabupaten dalam memperoleh data, apakah melalui pengumpulan data primer, ataukah mendapatkan data sekunder dari instansi teknis terkait. Sehingga ada pemahaman dalam menggunakan data sesuai dengan keperluannya.

  c. Perlu adanya penyepakatan tentang data AMPL yang minimum harus dimiliki oleh daerah untuk kebutuhan perencanaan, serta monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan AMPL, untuk semua tingkatan mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa. Indikator MDGs dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan data AMPL yang minimum harus tersedia.

  d. Perlu adanya penyepakatan tentang mekanisme pengumpulan data AMPL di daerah. Ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu Registrasi dan Survei. Kedua metode ini perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.

  e. Perlu adanya kesepakatan dalam mekanisme konsolidasi data yang dikumpulkan oleh masing-masing instansi di daerah f. Perlu adanya kesepakatan dalam updating (pembaharuan) data, hal ini menyangkut frekuensi updating, mekanisme updating, instansi yang melakukan, serta alokasi sumber daya.

  g. Perlu dikembangkan media publikasi dan diseminasi data yang mudah diakses oleh para pelaku pembangunan AMPL di daerah khususnya, dan pihak yang lebih luas. h. Untuk hal-hal di atas, diperlukan peningkatan kapasitas pengelola data AMPL dalam hal pengelolaan data yang meliputi teknik pengumpulan dan pemrosesan data. i. Pihak pemerintah pusat dan provinsi perlu menyediakan insentif bagi daerah yang telah memiliki sistem pengelolaan data yang baik. j. Perlu dikembangkan panduan pengelolaan data yang mudah diikuti oleh para pengelola data AMPL di daerah. k. Pemerintah pusat dan provinsi perlu mengembangkan advokasi dan pelatihan pengelolaan data AMPL.

  Menindaklanjuti rekomendasi ini, maka disusunlah sebuah buku panduan pengelolaan data AMPL di daerah.

  1.2. Tujuan

  Tujuan penyusunan buku panduan ini adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan panduan fasilitasi kepada Pokja AMPL nasional dan Pokja AMPL Provinsi dalam kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan data AMPL Kabupaten/kota.

  2. Membantu kelompok kerja AMPL Kabupaten/Kota dalam pengelolaan data AMPL yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan, monitoring serta evaluasi pembangunan AMPL.

  1.3. Pengguna

  Pengguna langsung yang dapat memanfaatkan buku Panduan Pengelolaan Data AMPL ini adalah:

  1. Pokja AMPL Provinsi

  2. Pokja AMPL Kabupaten/Kota Selain pengguna langsung tersebut, buku panduan ini juga dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan pembangunan AMPL lain, baik untuk digunakan langsung ataupun sebagai panduan untuk fasilitasi.

1.4. Sistematika

  Buku panduan pengelolaan data AMPL ini disusun dalam 5 bagian, yaitu:

BAGIAN 1 : PENJELASAN UMUM Merupakan pengantar umum buku panduan ini. Menguraikan latar belakang dan tujuan dari buku panduan pengelolaan data AMPL. BAGIAN 2: PANDUAN PENGELOLAAN DATA AMPL Menguraikan tentang organisasi dan tata laksana dalam pengelolaan data AMPL di tingkat Kabupaten/Kota. BAGIAN 3: PANDUAN PENGUMPULAN DATA AMPL Menguraikan tentang proses pengumpulan data AMPL dimulai sejak menyusun kuesioner hingga entry data. BAGIAN 4: PANDUAN PEMROSESAN DAN PUBLIKASI DATA AMPL Menguraikan tentang teknik-teknik pemrosesan data dan bagaimana membuat publikasi data. BAGIAN 5: PENUTUP

  2 Panduan

Pengelolaan

Data Ampl Daerah

2.1. Latar Belakang

  Pembangunan sektor AMPL telah mulai berlangsung sejak PELITA I. Hanya saja pembangunan tersebut tidak disertai dengan pengelolaan data secara baik dan terpadu. Berbagai institusi terkait AMPL memiliki data. Misalnya Departemen Kesehatan, Departemen Pekerjaan Umum, atau Departemen Dalam Negeri memiliki data masing-masing, dimana bisa muncul angka yang berbeda untuk kategori dan kelompok sasaran sama. Kondisi ini bisa dimaklumi mengingat setiap institusi akan lebih fokus terhadap angka pencapaian pembangunan yang dilaksanakan oleh institusi yang bersangkutan. Perbedaan data juga bisa disebabkan oleh adanya perbedaan pada penggunaan definisi, kategorisasi variabel yang digunakan, metode pengambilan data, dan kehandalan sumber daya manusia yang mengolah dan mengelolanya.

  Berbagai jenis data AMPL yang ada di masing-masing institusi tentunya tak bisa disatukan begitu saja. Salah satu data yang ada dan bisa digunakan adalah data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga pemerintah yang berwenang mengeluarkan data. Namun ketersediaan data AMPL di BPS saat ini masih sangat terbatas. Mengapa? Karena data AMPL belum dipandang sebagai variabel yang perlu diperlakukan secara khusus dibanding sektor lain, misalnya survei pertanian atau survei volume penjualan beras. Data AMPL terakhir yang digunakan diambil berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Data hasil SUSENAS tersebut digunakan sebagai acuan khususnya dalam mengevaluasi pencapaian target MDGs.

SUMBER AIR BERSIH TERLINDUNGI SUMBER AIR BERSIH TAK TERLINDUNGI

  Laporan MDGs Laporan MDGs BPS BPS Indonesia Indonesia air kemasan sambungan sambungan

  1.

  1. 1. gerobak dorong 1. (termasuk isi pipa pipa ulang) sumur tak

  2. hidran umum 2. sumur bor 2. air kemasan 2. terlindungi sumur air dari truk mata air tak

  3. sumur bor 3.

  

3.

  3. terlindungi tangki terlindungi sumur mata air sumur tak

  4.

  4.

  

4.

4. sungai terlindungi terlindungi terlindungi

mata air mata air tak lain-lain (danau,

5. 5. air hujan

5.

  5. terlindungi terlindungi waduk, dll) 6. air hujan

  Di dalam pendataan, perbedaan pendefinisian akan mengakibatkan hasil yang berbeda sama sekali. Karena itu, persamaan pendefinisian menjadi hal yang sangat penting sebelum proses pendataan berlangsung, demikian juga standarisasi terminologi dan metodologi. Hal ini seperti yang terjadi dalam penyajian data air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) Indonesia selama ini. Tabel 1 memberikan contoh definisi yang berbeda pada sektor air minum untuk membedakan sumber air yang berkategori baik dan tidak baik antara Laporan Pemantauan MDGs di Indonesia dan BPS (SUSENAS 2002). Definisi yang digunakan untuk sumber air tersebut juga belum tentu sesuai dengan definisi sumber air dan sarana sanitasi yang layak (improved) dan tidak layak (unimproved) yang saat ini digunakan untuk memantau pencapaian MDGs sektor Permukiman dan Perumahan. Selain perbedaan antar-institusi, ada perbedaan di masyarakat. Perbedaan itu menyangkut persepsi antara masyarakat dan pengumpul data. Ini memungkinkan fasilitas yang sama ditempatkan pada kelompok data yang berbeda-beda Kelemahan data AMPL ini secara langsung berakibat pada lemahnya monitoring dan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan berakibat lanjut pada lemahnya perencanaan pembangunan AMPL. Keberadaan data yang bersumber dari BPS saat ini sudah sangat memadai jika untuk mengukur cakupan pelayanan AMPL pada tingkat nasional hingga provinsi, namun tidak memadai jika dimaksudkan untuk membuat landasan perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten/kota. Sebagai contoh, untuk perencanaan pembangunan AMPL di satu kabupaten, maka pemerintah kabupaten bersangkutan memerlukan data tentang jumlah tiap sarana yang masih berfungsi dan tidak berfungsi serta jumlah penduduk penggunanya hingga tingkat desa atau bahkan rumah tangga. Kemudian juga perlu mengetahui kondisi di saat musim penghujan dan musim kemarau.

  Ketersediaan data yang lebih rinci tersebut tentu saja akan sangat tidak efisien jika dilaksanakan terpusat, misalkan oleh BPS sendiri. Lebih lagi data yang rinci tersebut juga menjadi tidak memiliki arti penting bagi pemerintah pusat yang lebih berorientasi pada tingkat perencanaan makro. Pendataan yang rinci untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi hasil pembangunan akan lebih efisien jika dilaksanakan terdesentralisasi.

2.2. Kondisi Data dan Pendataan AMPL Di Daerah

  Aktor atau para pelaku dalam pengelolaan data AMPL di daerah secara umum terdiri dari dinas-dinas yang secara langsung berhubungan dengan sektor AMPL, seperti: z Dinas Kesehatan yang memiliki jalur dari tingkat kabupaten, kecamatan, sampai ke desa. Mekanisme perolehan data dilakukan melalui hasil proses inspeksi sanitasi ditingkat desa yang dilaksanakan secara berkala oleh kader kesehatan lingkungan di setiap desa, selanjutnya direkap oleh petugas sanitarian di tingkat kecamatan, subdin Kesehatan lingkungan di tingkat kabupaten dan selanjutnya diolah bidang Penyehatan Lingkungan di tingkat propinsi. z Dinas Pekerjaan Umum memiliki jalur mekanisme perolehan data melalui telaah usulan yang tertuang dalam DASK, meliputi data tentang jumlah sistem yang terbangun, cakupan penduduk yang mendapatkan sarana dan prasarana yang dibangun serta investasi biaya yang dibutuhkan dalam setiap pembangunan. z Badan Pemberdayaan Masyarakat yang melakukan pengumpulan data dalam mengisi profil desa, dimana mekanisme perolehan data dilakukan melalui pembentukan Pokmas (Kelompok Masyarakat) yang berada disetiap dusun, selanjutnya diolah ditingkat desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi z PDAM yang melakukan pengumpulan data pelanggan air minum yang dilayaninya, dimana Perpamsi melakukan pengelolaan data AMPL yang meliputi data administratif dan teknis PDAM, termasuk cakupan pelayanan, yang dipublikasikan dalam Direktori Perpamsi z Bappeda yang melakukan konsolidasi data yang dikumpulkan oleh dinas terkait, mekanisme perolehan data dilakukan melalui permintaan dari masing-masing instansi terkait menurut bidangnya masing-masing.

  Bappeda berperan sebagai koordinator integrasi data antar sektoral dan mensinergikan pemenuhan data dasar AMPL antar pemangku kepentingan. z BPS melakukan pendataan sektoral berdasarkan permintaan dan kebutuhan. Adapun prosesnya dapat diperoleh langsung dari instansi yang bersangkutan dan untuk data umum perolehannya melalui mekanisme dari tingkat desa melalui profil desa, selanjutnya ke petugas BPS di tingkat kecamatan (Mantri Statistik), kabupaten/kota dan seterusnya ke propinsi

  Dari beragamnya kondisi pendataan diatas, maka dirasakan perlunya kesatuan konsep, definisi dan metodologi pengelolaan data AMPL di daerah, untuk mendapatkan indikator AMPL sampai wilayah terkecil agar data dapat digunakan sebagai perencanaan, monitoring serta evaluasi capaian pelayanan AMPL.

2.3. Tujuan

  Berlandaskan kondisi tersebut di atas, maka buku ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan panduan bagi para pengelola data di tingkat kabupaten dalam pengelolaan data sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) yang terpadu secara nasional dan bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemerintah kabupaten/kota.

2.4. Organisasi Pengelolaan

  Sektor AMPL adalah urusan beragam pemangku kepentingan dan telah diuraikan sebelumnya bahwa pengelolaan datanya juga terjadi pada beberapa pemangku kepentingan dengan fokus masing-masing sesuai tupoksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengintegrasikan dan mensinergikan urusan sektor AMPL ini yang dimulai dari pengelolaan datanya. Seiring dengan persoalan kelembagaan yang ada, maka untuk pengelolaan data AMPL ini sebaiknya dilakukan oleh lembaga yang memiliki fungsi koordinasi yang baik, misalnya, lembaga yang melakukan koordinasi pengelolaan data AMPL adalah Kelompok Kerja (Pokja) AMPL. Belajar dari pelaksanaan uji coba yang telah dilaksanakan di Kab. Bangka dan berbagai kajian di beberapa daerah dan kajian literatur, maka organisasi pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

  PENANGGUNGJAWAB Ketua Pokja AMPL

KETUA PELAKSANA

  Anggota Pokja

TIM PELAKSANA

  Anggota Pokja SUPERVISOR

  Anggota Pokja atau yang Dipandang Mampu

SUPERVISOR LAPANGAN

  Bidan Desa/Aparat Desa

SURVEYOR/ENUMERATOR

  Kader Posyandu/Karang Organisasi Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL

  Pokja AMPL adalah lembaga adhoc di daerah yang dibentuk melalui SK Bupati/Walikota/Gubernur yang anggotanya terdiri atas pemangku kepentingan, baik lembaga atau perorangan, baik pemerintah (SKPD) maupun non pemerintah yang memiliki tupoksi, keterlibatan atau keberpihakan pada sektor AMPL.

  Pembagian Tugas dalam Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL Posisi Pelaksana Tugas Pekerjaan Penanggungjawab seluruh pelaksanaan pengelolaan data

  Penanggungjawab Ketua Pokja AMPL, Mengkoordinasikan instansi terkait Anggota Pokja Ketua pelaksana dan bertanggungjawab terhadap seluruh

  Ketua Pelaksana (SKPD atau indi- pelaksanaan vidu) Mengikuti TOT pengumpulan data Melakukan pelatihan kepada supervisor dan enumerator Menyediakan dan mengatur logistik Mengatur jadwal kegiatan dan pelaksanaannya Melakukan batching (pengelompokan), editing (perbaikan), dan

  Tim Pelaksana Anggota Pokja

coding (pengkodean)

Mengikuti pelatihan entry (pengisian) dan analisis data

Melakukan entry data

Melakukan analisis data Menyusun buku publikasi dan pelaksanaan publikasinya Anggota Pokja Mengikuti TOT pengumpulan data atau yang dipan- Melakukan supervisi dalam pelaksanaan pengumpulan data dang mampu

  Supervisor (misal: sanitarian Memeriksa kelengkapan kuesioner untuk wilayah kerjanya atau aparat keca- sebelum diserahkan ke Tim Pelaksana matan) Mengikuti pelatihan pengumpulan data

  Melakukan supervisi dan pendampingan kepada enumerator Supervisor Bidan Desa atau dalam survei

  Lapangan aparat desa Memeriksa kelengkapan kuesioner dan isiannya sebelum diserahkan ke Supervisor

  Kader Posyandu Mengikuti pelatihan pengumpulan data Surveyor/ atau Karang Ta-

  Enumerator Melakukan survei rumah tangga runa

  Organisasi pelaksanaan dan pelaksana tersebut tidaklah baku, dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing daerah. Yang penting dari pelaksanaan ini bahwa setiap pemangku kepentingan sepakat untuk koordinasi, sinergi dan integrasi dalam pengelolaan data AMPL.

2.5. Tahapan Kegiatan

  Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:

  1. Pertama yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau Pokja AMPL adalah melakukan serangkaian pertemuan koordinasi/ lokakarya dengan seluruh pemangku kepentingan guna (i) mengidentifikasi data dan pendataan yang telah dilakukan oleh masing-masing pemangku kepentingan, (ii) menggali kesepakatan bersama untuk melakukan pengelolaan data yang sinergis dan terintegrasi, dan (iii) menggalang dukungan pimpinan daerah, baik Bupati/Walikota dan DPRD untuk pelaksanaan pengelolaan data AMPL yang sinergis dan terintegrasi.

  2. Kedua adalah menyepakati dan menetapkan Tim Pelaksana dan melakukan kegiatan- kegiatan persiapan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa Tim Pelaksana ini haruslah multistakeholder, tidak hanya dari satu SKPD saja dan idealnya dipilih dari unsur-unsur anggota Pokja AMPL. Setelah Tim Pelaksana terbentuk, selanjutnya Tim Pelaksana melakukan kegiatan-kegiatan persiapan yang meliputi: z Penyiapan sumberdaya; z Pembagian tugas; z Penyusunan rencana kegiatan dan jadwal

  3. Ketiga adalah TOT Tim Pelaksana. Pokja AMPL dan WASPOLA Facility akan memfasilitasi pelaksanaan TOT Tim

  Bagaimana melakukan pengelolaan data AMPL Proses dalam melakukan pendataan AMPL adalah sebagai berikut Pertemuan, koordinasi dan lokakarya

  Survei Rumah Tangga Cleaning & Entry Data Pengolahan & Analisis data Publikasi Data Penetapan tim pelaksana dan persiapan Pelatihan Aparat pendata lapangan Pelatihan Cleaning & Entry dan Analisis data Pelatihan Pengolahan / Analisis data Penyusunan Buku Kondisi AMPL TOT Tim Pelaksana 1. Membangun kesepakatan dan komitmen semua pihak (-SKPD- SKPD) 2. Menggalang dukungan pimpinan 1. Menetapkan Tim Pelaksana dari unsur-unsur Pokja AMPL 2. Menyiapkan sumberdaya dan penyepakatan jadwal 1. ToT pendataan lapangan kepada Tim Pelaksana 2. Perbaikan kuesioner jika diperlukan 1. Survei lapangan oleh Pencacah 2. Supervisi oleh Tim Pelaksana/Pokja AMPL Pelatihan Aparat Pencacah (Enumerator) oleh Tim Pelaksana didampingi Pokja AMPL Nasional dan WASPOLA Cleaning dan Entry Data oleh Tim Pelaksana Pelatihan Pengolahan/Analisis Data Penyusunan Buku Kondisi AMPL Publikasi data, misalnya melalui diskusi publik atau peluncuran buku Pengolahan/Analisis Data Pelatihan Aparat Pencacah (Enumerator) oleh Tim Pelaksana didampingi Pokja AMPL Nasional dan WASPOLA Pelaksana ini. Penjelasan lebih rinci kegiatan ini dapat dicermati pada buku 4 dari Panduan ini. Selesai TOT, selanjutnya Tim Pelaksana segera menyusun rencana persiapan pengumpulan data yang meliputi (i) revisi kuesioner jika diperlukan, (ii) rekrutmen supervisor dan enumerator, (ii) pengumpulan data sekunder untuk perencanaan survei, (iii) perencanaan jadwal pelatihan enumerator dan supervisor, dan (iv) perencanaan jadwal survei.

  4. Keempat adalah pelatihan kepada aparat pendata lapangan (surveyor/ enumerator) dan supervisor pengumpulan data. Pelatihan ini sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana, namun akan diberikan pendampingan dari Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Segala hal yang menyangkut materi dan modul pelatihan disiapkan secara mandiri oleh Tim Pelaksana, karena harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik lokal.

  5. Kelima adalah melakukan survei rumah tangga. Kegiatan ini dilaksanakan setelah pelatihan selesai dan idealnya segera tanpa ada jeda waktu lama.

  Survei dilaksanakan oleh Enumerator dengan supervisi dari Supervisor lapangan. Enumerator dan Supervisor yang tidak mengikuti pelatihan tidak boleh melakukan survei, karena akan mengurangi akurasi dan validitas data. Tim Pelaksana harus pula melakukan supervisi untuk menjamin validitas data sekaligus untuk memahami kondisi-kondisi lapangan berkaitan dengan sektor AMPL.

  6. Setelah semua kuesioner terkumpul di Supervisor, selanjutnya diserahkan ke Tim Pelaksana untuk proses batching dan editing. Diperlukan petugas khusus untuk proses batching dan editing ini, karena memerlukan ketelitian dan ketekunan. Pelaksana supervisi di lapangan dianjurkan terlibat sebagai petugas batching dan editing, karena menguasai persoalan lapangan. Pada proses ini, umumnya diperlukan juga kegiatan kunjungan secara sampel acak ke rumah tangga responden untuk melakukan review dan evaluasi dari pelaksanaan survei melalui Focus

  

Group Discussion (FGD) bersama responden-enumerator-supervisor.

  7. Pelatihan entry data dan cleaning data menjadi kegiatan selanjutnya setelah batching dan editing selesai. Tim Pelaksana akan dilatih tentang hal tersebut oleh Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Umumnya pelatihan dapat dilaksanakan selama 2 hari efektif. Program aplikasi untuk entry data dapat disiapkan oleh Pokja AMPL dan WASPOLA Facility, atau dibuat bersama-sama dengan Tim Pelaksana.

8. Entry data dan proses cleaning data dilaksanakan secara mandiri oleh

  Tim Pelaksana. Umumnya proses entry data dapat dilakukan dengan cepat, karena relatif mudah dan tidak banyak data yang harus diinput dengan rata-rata waktu 5-10 menit per satu buku kuesioner. Cleaning data merupakan proses yang memerluka ketelitian dan dilakukan secara iterasi, mulai dari proses pencermatan sepintas-keseluruhan, identifikasi kesalahan, koreksi data, dan kemudian kembali proses berulang dengan menggunakan kriteria dari kesalahan yang teridentifikasi maupun yang mungkin terjadi.

  9. Pelatihan berikutnya adalah tentang analisis data. Tim Pelaksana akan diberikan pelatihan mengenai analisis data dari Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Umumnya pelatihan ini bisa digabungkan pelaksanaannya dengan pelatihan entry dan cleaning data, tergantung ketersediaan waktu dan materi pelatihan tambahan yang dibutuhkan oleh Tim Pelaksana.

  10. Tim Pelaksana selanjutnya melakukan pemrosesan dan analisis data secara mandiri. Diperkirakan proses analisis membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan.

  11. Penyusunan buku publikasi kondisi AMPL Kabupaten/Kota merupakan proses yang bisa dilaksanakan seiring dengan proses analisis data. Tim Pelaksana menyusun buku ini secara mandiri, sementara Pokja AMPL dan WASPOLA Facility akan membantu mereview buku sebelum dipublikasikan.

  12. Terakhir adalah melakukan publikasi tentang kondisi AMPL melalui lokakarya atau seminar dan penerbitan buku kondisi AMPL. Seluruh pemangku kepentingan perlu diundang dalam kegiatan ini, baik internal dari Kabupaten/Kota, Provinsi bersangkutan maupun daerah lain untuk berbagi pembelajaran, memperoleh masukan, serta membangun komitmen untuk perbaikan data secara khusus, dengan perbaikan sektor secara umum.

  2.6. Jadwal Pelaksanaan

  Jadwal pelaksanaan, dengan menyesuaikan tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengelolaan data AMPL secara umum adalah sebagai berikut:

  Jadwal Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Kegiatan Pertemuan Koordinasi dan Lokakarya Persiapan Penetapan Tim Pelaksana

  I II

  III

  IV I

  II III

  IV I

  II III

  IV I

  II III

  IV I

  II III

  IV I

  II III

  IV Survey Lapangan Pelatihan Pencacah Persiapan Pengumpulan Data TOT Pada Tim Pelaksana Analisis Data Pelatihan Pengolahan & Analisis Cleaning & Entry Data Pelatihan Cleaning & Entry Data Publikasi Buku Penyusunan Buku AMPL

  Jadwal tersebut tentu saja dapat berubah menyesuaikan dengan kesiapan dan ketersediaan sumber daya yang ada di masing-masing daerah.

  2.7. Jenis Data

  Dalam buku panduan ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah data untuk sektor AMPL yang meliputi: a. Sumber Air Minum: Akses dan Sarana

  b. Pembuangan Tinja/Jamban: Akses dan Sarana

  c. Pembuangan Limbah Cair: Akses dan Sarana

  d. Pembuangan Sampah: Akses dan Sarana

  2.8. Periode Pendataan

  Jenis-jenis data di atas, atau data apapun yang telah dikumpulkan, akan sangat kehilangan arti dan manfaatnya jika tidak dilakukan pembaharuan secara periodik. Data yang hanya pada satu saat hanya akan sangat bermanfaat saat itu pula. Perubahan dan perkembangan kondisi lapangan tidak akan diketahui jika tidak dilakukan pendataan ulang. Dianjurkan untuk pendataan ulang dilakukan dengan definisi dan prosedur yang sama, meskipun seringkali diperlukan perubahan definisi oleh karena perubahan standar pelayanan AMPL ataupun akibat perubahan kebutuhan variabel. Pada kondisi diperlukannya perubahan definisi, maka harus diberikan penjelasan pada data yang baru tentang perubahan-perubahan definisi yang dilakukan. Demikian pula jika terjadi perubahan sampling frame pada pengumpulan data yang menggunakan metode survei, maka perubahan- perubahan tersebut juga harus dijelaskan secara rinci untuk menghindari kesalahan atau bias pada saat analisis dan penyimpulan. Tidak ada periode yang baku dalam pendataan ulang. Pertimbangan yang umum digunakan dalam melakukan pendataan ulang umumnya adalah persoalan sumberdaya, baik manusia, waktu dan terutama sekali pembiayaan. Untuk pendataan akses layanan AMPL ini, berlandaskan cepatnya perubahan yang terjadi di lapangan dan faktor permbiayaan, maka idealnya dilakukan sebagai berikut:

  Tahun Ke Sensus Sampel Data Dihasilkan 0 (nol) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data dasar 3 (tiga) Rumah Tangga Sampel Rumah Tangga Sampel Data update untuk monitoring dengan jumlah lebih kecil dan evaluasi 5 (lima) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data update lengkap

  Namun apabila sumberdaya tidak memungkinkan, maka pendataan ulang dapat dilakukan dengan periode berikut:

  Tahun Ke Sensus Sampel Data Dihasilkan 0 (nol) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data dasar 5 (lima) Rumah Tangga Sampel Rumah Tangga Sampel Data update untuk monitoring dengan jumlah lebih kecil dan evaluasi 10 (sepuluh) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data update lengkap

  3 Panduan Pengumpulan Data Ampl Daerah

3.1. Tahapan Pengumpulan Data

  Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:TOT pengumpulan data adalah kegiatan pertama yang dilakukan setelah Tim Pelaksana ditetapkan.

  TOT ini dilaksanakan selama minimal 2 hari efektif dengan pelatih dari Pokja AMPL-WASPOLA Facility. Materi-materi dalam pelatihan meliputi : z Konsep pengelolaan data AMPL z Kuesioner dan cara-cara pengisian z Mekanisme pengumpulan data z Cara-cara wawancara z Simulasi survei z Simulasi pelatihan

  Panduan pengelolaan data ToT Tim Pelaksana pengelolaan Evaluasi kuesioner data Tidak Perbaikan Ya Penyusunan modul pelatihan Supervisor Perbaikan kuesioner dan Enumerator

Rekrutmen Supervisor dan B

Enumerator

  A

  Pelatihan Supervisor dan Enumerator Sosialisasi ke masyarakat Pembagian blok survei dan jumlah kuesioner Survei rumah tangga oleh Enumerator Daftar blok survei dan jumlah kuesioner Perbanyakan kuesioner Penyerahan kuesioner kepada Supervisor Pemeriksaan dan editing oleh Supervisor

  A B D C

  Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Konfirmasi langsung ke Enumerator Survey ulang dengan pendampingan Pemeriksaan dan editing oleh Supervisor Data lapangan (Kuesioner Terisi) Batching dan Editing Lengkap dan benar? Lengkap dan benar? Data valid dan akurat? C

  D Alur Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL

  No Kegiatan Lokasi Pelaksana Output

  8 Pembagian blok survei dan kuesioner Studio Tim Pelaksana Blok survei dengan petugas

  Studio Tim Pelaksana Kuesioner terurut dan sudah memiliki kode rumah tangga

  14 Batching & Editing (selengkapnya lihat pada tahapan pemrosesan data)

  13 Survei ulang oleh Enumerator didampingi Supervisor (jika dibutuhkan) Lapangan Enumerator & Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat

  12 Pengecekan acak Responden oleh Supervisor Lapangan Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat

  11 Pemeriksaan kuesioner oleh Supervisor Lapangan Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat

  Lapangan Supervisor & Enumerator Kuesioner terisi lengkap dan akurat

  10 Survei lapangan (Rumah Tangga) oleh Enumerator & Supervisor

  Calon Responden/Masyarakat terin- formasi tentang survei

  9 Sosialisasi kepada masyarakat/ calon responden Lapangan Tim Pelaksana & Supervisor

  Supervisor, Enumerator dan jumlah kuesionernya

  Pelatih: Tim Pelaksana Peserta: Supervisor & Enumera- tor Supervisor & Enumerator siap melak- sanakan survei

  1 TOT Tim Pelaksana Pengelolaan Data AMPL Studio

  7 Pelatihan Supervisor & Enumerator Kelas & Lapangan

  6 Perbanyakan kuesioner Studio Tim Pelaksana Kuesioner sejumlah yang dibutuhkan untuk survei

  Tim Pelaksana Daftar Supervisor & Enumerator

  5 Rekrutmen Supervisor & Enumerator Studio & Lapangan

  Modul pelatihan Supervisor & Enumerator

  4 Penyusunan modul pelatihan Supervisor & Enumerator Studio Tim Pelaksana

  Data nama & luas wilayah, jumlah rumah tangga & penduduk Jadwal survei

  3 Perencanaan survei Studio & Lapangan Tim Pelaksana

  2 Evaluasi & Revisi kuesioner Studio Tim Pelaksana Final kuesioner

  Pelatih: Pokja AMPL & WASPOLA Peserta: Pokja AMPL daerah (Tim Pelaksana) Draft final panduan survei

  Perencanaan survei adalah kegiatan selanjutnya dari Tim Pelaksana, yaitu membuat rencana-rencana pelaksanaan survei yang meliputi: z Pembagian tugas antar anggota tim pelaksana, diantaranya tugas-tugas logistik, supervisor dan pelatih. z Menyusun rencana pelaksanaan survei, diantaranya pembagian blok survei, jumlah surveyor/enumerator, jadwal pelatihan dan jadwal pelaksanaan survei. z Menyusun rencana pelatihan kepada Supervisor Lapangan dan Surveyor/ Enumerator.

  Penyusunan modul pelatihan untuk Supervisor dan Enumerator menjadi kegiatan selanjutnya Tim Pelaksana. Penyusunan modul harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik daerah, serta rencana pelatihan yang telah disusun.

  Rekrutmen Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator dilakukan setelah perencanaan survei selesai paralel dengan proses penyusunan modul pelatihan. Dalam perencanaan survei sudah harus ditetapkan siapa yang akan ditugaskan sebagai Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator. Bidan Desa dan Kader Posyandu adalah yang paling potensial untuk tugas ini. Pelatihan kepada Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator adalah langkah selanjutnya. Pelatihan dilaksanakan minimal 2 hari efektif dengan pelatih seluruhnya dari Tim Pelaksana yang akan didampingi tim pelatih dari Pokja AMPL-WASPOLA Facility. Materi-materi dalam pelatihan meliputi: z Mekanisme pengumpulan data z Kuesioner dan cara-cara pengisian z Cara-cara wawancara z Simulasi survei z Praktek lapangan

  Pada saat pelatihan, sangat penting untuk menjelaskan tentang tugas dan kewajiban masing-masing Supervisor dan Enumerator. Tugas-tugas dan kewajiban tersebut, namun tidak hanya terbatas pada hal-hal berikut:

  Supervisor:

  z Wajib mengikuti pelatihan bagi Supervisor baru atau refreshing bagi Supervisor lama sebelum bertugas z Menyiapkan base camp untuk tim sebagai tempat kerja, koordinasi, dan pengendalian z Menyiapkan peta lokasi survei z Membuat pembagian wilayah survei dan surveyornya z Membuat daftar buku kuesioner dan surveyor pemegangnya z Menyiapkan logistik: kuesioner, peralatan dan perlengkapan survei z Bertanggungjawab terhadap administrasi dan keuangan tim dan membuat laporannya z Memeriksa isi kuesioner dan kebenarannya dan mengumpulkannya dari seluruh enumerator/surveyor anggota timnya. z Jika ada kuesioner yang meragukan, supervisor harus menanyakan kepada enumerator/surveyor dan melakukan pengecekan lapangan jika diperlukan. z Melakukan pengecekan lapangan secara sampel acak. z Mengisi pengesahan lembar Supervisor pada setiap kuesioner setelah pemeriksaan dan pengecekan selesai. z Melakukan pendampingan survei jika diperlukan. z Menyerahkan seluruh kuesioner hasil survei kepada Tim Pelaksana atau petugas yang ditunjuk.

  Enumerator:

  z Wajib mengikuti pelatihan bagi Enumerator baru atau refreshing bagi Enumerator lama sebelum bertugas. z Melakukan survei/wawancara rumah tangga kepada setiap Rumah Tangga (RT) untuk wilayah surveinya. z Bertanggungjawab terhadap kelengkapan dan kebenaran data/isian seluruh kuesioner hasil surveinya. z Menyerahkan kuesioner hasil surveinya kepada Supervisor. z Meminta bantuan kepada Supervisor apabila ada kesulitan melakukan wawancara dengan Responden.

  Setelah pelatihan, segera dilakukan sosialisasi ke masyarakat tentang akan dilaksanakannya survei AMPL. Sosialisasi dapat dilakukan sendiri oleh Tim Pelaksana dengan dibantu oleh Supervisor atau dapat pula dibantu oleh aparat kecamatan dan desa/ kelurahan. Setelah sosialisasi dan masyarakat mengetahui tentang adanya survei, maka survei lapangan dengan melakukan wawancara ke rumah tangga dapat dilakukan. Pada pelaksanaan survei/wawancara, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: z Buat suasana santai & kekeluargaan z Jelaskan maksud dan tujuan z Konsentrasi dan kesiapan responden z Lakukan Pengumpulan Informasi z Sikap pewawancara:

  − Berpakaian rapi/sesuai

  − Rendah hati dan rasa hormat −

  Ramah dan langsung kepada pertanyaan, tidak bertele-tele atau berbelit-belit −

  Pendengar yang baik − Tidak meremehkan/tidak berprasangka z Perhatikan waktu pertemuan (durasi), karena jika terlalu lama akan membuat responden jengkel dan menjawab dengan asal. z Ucapkan terima kasih dan perjanjian kembali bila masih diperlukan z Mencatat proses wawancara

  − Lama/durasi

  − Sikap dan penerimaan responden z Merapikan kembali hasil wawancara dengan lengkap z Melaporkan hasilnya kepada supervisor z Mendiskusikan hasil dengan sesama pewawancara z Mencari dan mengembangkan cara baru agar lebih efektif z Melaporkan hal-hal yang tidak diharapkan − Gangguan keamanan − intimidasi

  Enumerator harus memeriksa kembali buku kuesioner yang telah selesai dan mengisi daftar isian tentang survei pada halaman cover, yaitu nama, tanggal dan jam mulai, dan tanggal dan jam selesai, serta tanda tangan. Apabila telah selesai, kuesioner selanjutnya diserahkan kepada Supervisor.

  Kuesioner yang telah terisi dari hasil survei para Enumerator selanjutnya dikumpulkan ke Supervisor dan dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan editing jika diperlukan. Supervisor harus memeriksan setiap jawaban pada setiap kuesioner dan jika ditemukan ketidak wajaran atau isian yang kosong atau tidak jelas segera melakukan crosscheck kepada Enumerator dan bahkan seringkali perlu dilakukan pengecekan ulang ke lapangan bersama Enumerator.

  Selain melakukan pemeriksaan terhadap seluruh isian jawaban pada setiap kuesioner, Supervisor juga perlu melakukan pengecekan lapangan secara sampel acak untuk memeriksa akurasi dan validitas Enumerator. Kadang- kadang ada Enumerator yang melakukan kesalahan berulang atau bersifat sistematis, sehingga kontrol Supervisor sangat penting untuk dilakukan. Supervisor harus mengisi daftar isian tentang pemeriksaan buku kuesioner pada buku kuesioner yang telah selesai diperiksa pada halaman cover, yaitu nama, tanggal dan mulai pemeriksaan, tanggal dan mulai selesai, serta tanda tangan. Apabila dilakukan pengecekan lapangan secara sampel acak, juga harus melengkapi daftar isian pada bagian pengecekan lapangan dengan item isian yang sama.

  Setelah seluruh buku kuesioner diperiksa, Supervisor selanjutnya menyerahkannya kepada Tim Pelaksana atau petugas yang ditunjuk. Kegiatan selanjutnya adalah proses batching dan editing oleh Tim Pelaksana yang penjelasannya dapat dicermati pada buku 3 Panduan Pemrosesan, Analisis dan Publikasi Data.

  3.2. Jenis Data

  Dalam buku panduan ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah data untuk sektor AMPL yang meliputi : a. Sumber Air Minum: Akses dan Sarana

  b. Pembuangan Tinja/Jamban: Akses dan Sarana

  c. Pembuangan Limbah Cair: Akses dan Sarana

  d. Pembuangan Sampah: Akses dan Sarana

  3.3. Kuesioner dan Cara Pengisian

3.3.1. Kuesioner Format kuesioner untuk rumah tangga dapat dilihat pada lampiran.

  Format kuesioner disusun berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan bersama dengan Pokja AMPL Kabupaten Bangka. Dengan format kuesioner tersebut sudah teruji bahwa survei dan pemrosesan datanya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Namun, pada buku ini juga disajikan bentuk/format dan cara-cara pembuatan kuesioner sebagai bahan pertimbangan. Bentuk atau format kuesioner bisa berupa: z Tabel z Checklist z Kalimat pertanyaan berurut

  Masing-masing penggunaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudahan pada saat survei dan pemrosesan nantinya. Juga penggunaannya dapat berupa kombinasi dari ketiga bentuk tersebut, tidak harus kaku dengan satu bentuk saja.

  Cara-cara pembuatan pertanyaan dalam kuesioner yang perlu diperhatikan adalah: z Relevansi Pertanyaan; pertanyaan dalam kuesioner harus dibatasi pada yang relevan langsung dengan tujuan studi dan yang relevan dengan calon responden. z Pertanyaan Sensitif; pertanyaan yang sensitif harus dihindari, kecuali memang relevan dengan tujuan studi, misalnya tentang perilaku sex, kelompok minoritas dan lain-lain yang mengundang kemarahan atau kekesalan responden. z Pertanyaan Mengarahkan; pertanyaan yang mengarahkan sehingga responden akan menjawab tertentu harus dihindarkan. Pertanyaan harus disusun dengan kalimat yang netral, sehingga responden terbuka dan bisa menjawab sesuai dengan pendapat atau pengetahuannya. Sebagai contoh pertanyaan berikut: Presiden pada pidato kenegaraan 16 Agustus lalu menyampaikan bahwa kita telah berhasil dalam pembangunan, apakah anda setuju bahwa pembangunan di Indonesia telah berhasil ? z Pertanyaan Berganda; pertanyaan yang menanyakan beberapa hal tidak boleh digunakan, jadi pertanyaan haruslah tunggal tentang suatu masalah. Misalnya: apakah anda BAB di jamban, sementara jika sedang di kebun BAB di tanah dengan menggali? Pertanyaan seperti ini akan menyulitkan responden dalam menjawab dan nantinya juga akan menyulitkan dalam analisisnya. z Pertanyaan Menakut-nakuti; pertanyaan yang sifatnya menakut-nakuti dan akhirnya menyulitkan responden dalam menjawab tidak boleh dipergunakan. Misalnya: Di kampung ini ada orang yang suka menghasut dan mengancam, tolong sebutkan dengan jujur siapa sajakah orang- orang tersebut?

  Bentuk pertanyaan ada tiga, yaitu (i) pertanyaan tertutup, (ii) pertanyaan terbuka dan (iii) kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan dengan jawaban tertutup, yaitu jawaban- jawabannya sudah tertentu dan disediakan dalam kuesioner, meskipun masih berupa pilihan-pilihan. Pertanyaan dengan jawaban tertutup ini memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu:

  Keuntungan dan Kerugian Pertanyaan Tertutup Keuntungan Kerugian Jawaban bersifat standar dan bisa diperbandingkan antar responden.

  Responden memberikan jawaban tebakan, meskipun dia tidak memahami permasalahan/pertanyaan. Jawaban mudah dilakukan coding, bahkan sudah dapat dibuatkan coding sejak pembuatan kuesioner.