PERENCANAAN KAWASAN TUJUAN WISATA BATIK

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

PERENCANAAN KAWASAN TUJUAN WISATA BATIK DESA
TANJUNGBUMI, MADURA.
Rangga Paramayoga1)dan M. Yusak Anshori2)
1)
Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia
e-mail: rangga_paramayoga@yahoo.com
2)
Magister Management Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopenber
Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia
e-mail: yusak.anshori@gmail.com
ABSTRAK
Batik Tanjungbumi, Madura merupakan kawasan sentra batik yang konsisten hingga saat
ini. Kawasan tersebut terkenal dengan motif batik flora dan fauna serta kebudayaan
masyarakat sekitar dengan ciri khas proses pewarnaan gentongan. Mata pencarian
penduduk Tanjungbumi sebagian besar adalah nelayan dan pembatik. Permasalahan yang
terjadi yaitu adanya kesenjangan antara perajin dan pengusaha batik sehingga produktivitas
menurun dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Pengembangan kawasan tujuan

wisata batik memberikan manfaat dari segi penghasilan dan pengembangan usaha batik
yang berdampak multiplier efek terhadap sektor lain. Perumusan masalah pada studi ini
yaitu “bagaimana mengembangkan kawasan Desa Tanjungbumi, Madura sebagai tujuan
wisata batik”. Untuk pengembangan kawasan tujuan wisata batik dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan yaitu pendekatan persepsi pasar, pendekatan lintas batas dan pendekatan
klaster kepariwisataan. Berbagai stakeholder terlibat dalam pengembangan kawasan tujuan
wisata yang diorganisir oleh organisasi pengelola destinasi. Organisasi pengelola destinasi
atau Destination Management and Marketing Organization (DMMO) pada dasarnya
merupakan bentuk otoritas pengelolaan destinasi yang terkoordinasi dalam satu otoritas
manajemen yang mencakup keseluruhan fungsi pengelolaan terhadap elemen-elemen
pembentuk suatu destinasi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis gap antara kepuasan
dan kepentingan, untuk mengetahui data eksisting sekarang yang kemudian hasilnya
dimasukkan ke dalam analisa SWOT. Hasil penelitian yaitu diperlukan pembentukan
DMMO untuk pengembangan kawasan wisata batik Tanjungbumi, didampingi ulama
sebagai tokoh masyarakat. Tourism Marketing 3.0 digunakan untuk manajemen pemasaran
agar pengunjung mendapatkan pengalaman dan terlibat secara langsung serta dapat
menciptakan pertukaran pengetahuan dan asimilasi kebudayaan.
Kata kunci: Batik Tanjungbumi, pengembangan kawasan wisata batik, Destination
Managemen&Marketing Organization.


ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-1

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata di dunia mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Negara-negara Asia Tenggara menjadi kawasan tercepat dalam dua tahun terakhir pada
tahun 2012 dan 2013 sebesar 11% untuk kedatangan wisatawan internasional. Indonesia
sebagai negara anggota ASEAN menawarkan pesona keanekaragaman alam dan budaya
yang berpadu bersama masyarakat ramah dan mampu memberikan kesan mendalam. Jawa
Timur sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki berbagai tujuan wisata diantaranya
adalah wisata alam, pantai, gunung, seni dan budaya. Pulau Madura yang terdapat di dalam
propinsi Jawa Timur sebagian besar masyarakatnya merupakan keturunan dari pelautpelaut sejati, yang senang berbantal ombak dan berselimut angina samudra. Bagi bangsa
ini, laut merupakan gantungan harapan masa depan dan cermin perlambang kebebasan jiwa
petualangan serta wadah pelampiasan rasa kemerdekaan. Desa Tanjungbumi, Bangkalan
terkenal dengan kerajinan batik tulis dengan proses pewarnaan gentongan. Potensi batik
meningkat tetapi terdapat permasalahan yaitu terjadi kesenjangan antara perajin dan
pengusaha batik, sehingga terjadi penurunan produktivitas serta infrastruktur yang kurang
memadai. Oleh karena itu perlu dibentuknya kawasan wisata batik yang memberikan

multiplier efek terhadap sektor lain.
Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan kawasan desa Tanjungbumi untuk
dijadikan sebagai kawasan wisata batik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan studi
literatur meliputi kawasan, wisata, tujuan wisata dan pengembangan tujuan wisata.
Pendekatan utama pengembangan destinasi wisata yaitu dengan pendekatan persepsi pasar,
lintas batas dan klaster kepariwisataan. Organisasi pengelolaan destinasi atau Destination
Management&Marketing Organization (DMMO), merupakan bentuk otoritas pengelolaan
destinasi yang terkoordinasi dalam satu otoritas manajemen yang mencakup keseluruhan
fungsi pengelolaan terhadap elemen-elemen pembentuk suatu destinasi. Penelitian
terdahulu mengenai DMMO yang dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu
Longjit&Pearce (2013) mengenai konseptual kerangka manajemen destinasi yang
diaplikasikan pada pantai Pattaya, Thailand dan Adeyinka-Ojo, Lattimore, Nair (2014)
mengenai konseptual kerangka DMMO pada kawasan wisata pedesaan.
METODE
Secara garis besar penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu penyebaran kuesioner,
analisa data, hasil dan analisa data untuk solusi. Penyebaran kuesioner terbagi menjadi dua
yaitu masyarakat Tanjungbumi meliputi atraksi, amenitas, akses, citra, lingkungan, dan
pengunjung Tanjungbumi yang meliputi manajemen pemasaran, produk destinasi dan
manajemen lingkungan. Setelah mendapatkan hasil kuesioner maka data tersebut dianalisa
untuk menemukan gap antara kenyataan yang meliputi produk wisata dengan ekspektasi

wisatawan. Hasil tersebut dimasukkan ke dalam SWOT internal dan eksternal faktor.
Variable weakness diambil dari beberapa hasil analisa gap dengan tingkat kepuasan “cukup
puas” (CP) sampai dengan tidak puas (TP) dengan rentang gap -1,20 ≤ Gap < 1,80.
Variabel strength diambil dari beberapa hasil analisa gap dengan tingkat kepuasan sangat
puas (SP) sampai dengan puas (P) dengan rentang gap > 0,00 dan -0,6≤ Gap < 0,00.
ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-2

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Variable threats diambil dari beberapa hasil analisa gap dengan tingkat kepuasan “cukup
puas” (CP) sampai dengan “tidak puas” (TP) dengan rentang gap -1,20 ≤ Gap < 1,80.
Variabel opportunities diambil dari beberapa hasil analisa gap dengan tingkat kepuasan
“sangat puas” (SP) sampai dengan “puas” (P) dengan rentang gap > 0,00 dan -0,6≤ Gap <
0,00.

Gambar 1. Peran DMMO
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari pengalahan data gap berdasarkan masing-masing indikator mencakup
pihak internal (masyarakat) dan pihak eksternal (pengunjung) yaitu:

Tabel 1. Pihak internal:
Tidak Puas - Cukup Puas
Program
wisata,tersedianya
tenaga perencanaan wilayah,
kontraktor, ahli bangunan,
fasilitas
Atraksi
(terminal,penginapan,workshop.

Amenitas

Sangat Puas - Puas
Bangunan fisik tempat
ibadah,
kultur
masyarakat
baik
(bertutur
kata

halus&hormat, terbuka
terhadap
wisatawan,
teratur&bersih,
suka
menolong),
terdapat
wisata reliji, pantai,
pelabuhan tradisional
dan pegunungan,.
Fasilitas penginapan, penunjuk Kantor pos, bank,
jalan, pemandu wisata, rumah kantor polisi, kuliner,
sakit umum.
souvenir, toko retail,

ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-3

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015


Citra/Image

Biro
perjalanan,
informasi&system transportasi,
kualitas jalan raya.
Transportasi, akomodasi, mahir
mengembangkan daerah.

Manajemen
Lingkungan

Tarian daerah, seni pertunjukan,
toilet umum, sumber dana
pemerintah,
transportasi,
fasilitas kesehatan.

Akses/Transportasi


rasa aman.
Infrastruktur
&
kenyamanan pelabuhan
dan feri.
Lalu lintas, wisata
keluarga, kuliner, rasa
aman, cuaca nyaman,
wisata
belanja,
masyarakat lokal yang
suka menolong.
Tempat ibadah, air
bersih, batik, rasa
aman,
masyarakat
(terbuka & membuka
diri
terhadap

wisatawan),
mata
pencarharian
petani,
pedagang,
buruh,
nelayan
dapat
mendukung kawasan
wisata.

Tabel 2. Pihak eksternal:

Manajemen Pemasaran

Tidak Puas - Cukup Puas
Fasilitas
penginapan,
tempat makan, produk
wisata, fasilitas fisik

yang bersih, masyarakat
teratur & bersih, tingkat
layanan, keinginan untuk
berkunjung.

Kondisi

Sangat Puas - Puas
Pengetahuan
&
ketrampilan masyarakat,
souvenir,
masyarakat
(dapat dipercaya, jujur,
mudah
ditemui
&
dihubungi,
sopan,
bertutur

kata
halus,
hormat, layanan handal
& konsiten, memahami
kebutuhan
wisatawan,
pendengar yang baik &
mengerti satu sama lain),
biaya yang dikeluarkan
lebih
dari
yang
diharapkan,
mendapat
pengalaman lebih dari
yang
diharapkan,
pemilihan wisata yang
tepat, wisata yang murah.
jalan, Souvenir.

ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-4

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Produk Destinasi

transportasi
umum,
kemudahan menjangkau
lokasi, atraksi, akses.
Toilet
umum,
pemukiman
bersih,
tumpukan
sampah,
hewan ternak.

Pemukiman layak huni,
respon masyarakat dalam
Manajemen Lingkungan
pengembangan
wisata
(siap membuka diri), air
bersih,
kerajinan
&
ketrampilan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi produk destinasi Tanjungbumi
memiliki tingkat kepuasan paling kecil jika dibandingkan dimensi lainnya. Kondisi jalan
dan sitem transportasi merupakan prioritas utama untuk dibenahi. Dalam hal atraksi,
Tanjungbumi memiliki potensi besar untuk dikembangkan yaitu untuk wisata batik pesisir
dan wisata religi yang sudah melekat. Pengembangan kelembagaan wisata batik, diperlukan
peranan ulama sebagai kaum elite yang memiliki massa. Sehingga dalam prosesnya diiringi
dengan ulama sebagai peran penting. Hal tersebut bertolak-belakang dengan citra wisata
dengan masyarakat yang terbuka. Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat,
menyatakan bahwa karakter masyarakat Tanjungbumi terbuka dikarenakan kultur
masyarakat sebagai pedagang asal tetap didampingi ulama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan intepretasi data yang telah diuraikan dengan
mengacu pada beberapa teori dan hasil penelitian, maka hasil penelitian pihak internal:
a. Atraksi
Program wisata dapat dirancang wisatawan membatik di Tanjungbumi, dengan
demikian wisatawan mendapatkan pengalaman dan terlibat secara langsung serta
dapat menciptakan pertukaran pengetahuan serta asimilasi kebudayaan.
b. Amenitas
Adanya penginapan sangat diperlukan dalam hal amenitas/akomodasi di
Tanjungbumi. Penginapan dapat dibangun berdasarkan tingkatan, mulai dari
homestay, hotel non bintang, hotel bintang, maupun jenis akomodasi khusus seperti
resort, rumah panggung ataupun tenda untuk kebutuhan berkemah.
c. Akses
Perbaikan jalan raya, system transportasi dan tersedianya biro perjalanan merupakan
prioritas utama untuk dibenahi.
d. Image/citra
Citra transportasi yang nyaman memerlukan pembenahan karana memiliki gap
tertinggi. Diiringi dengan pembangunan citra wisata batik pesisir yang sudah
melekat pada masyarakat Tanjungbumi. Wisata batik pesisir dapat menjelaskan
bahwa daerah tersebut juga memiliki pantai.
Hasil penelitian pihak eksternal:
a. Manajemen Produk

ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-5

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Yang menjadi prioritas utama perbaikan dalam manajemen produk yaitu kondisi
jalan menuju Tanjungbumi baik, selanjutnya yaitu perancangan program wisata
batik, yang didalamnya terdapat aktifitas wisatawan membatik dan konsep batik
ramah lingkungan.
b. Manajemen Lingkungan
Pembangunan toilet umum untuk wisatawan perlu dilakukan yang selanjutnya
diikuti dengan sistem kebersihan lingkungan yang terkoordinir.
c. Manajemen Pemasaran
Dikarenakan belum adanya fasilitas penginapan wisatawan maka sulit untuk
memasarkan kawasan tersebut sebagai wisata batik. Pemasaran wisata batik dapat
dilakukan berdasarkan Tourism Marketing 3.0 yaitu pemasaran suaru kawasan
wisata yang berfokus pada human spirit turis, yaitu ketertarikan khusus dari setiap
pribadi terhadap hal-hal yang mampu menjawab kekhawatiran dan hasrat (anxiety
and desire).
Saran
Hal utama untuk perbaikan dalam pengembangan wisata batik di Tanjungbumi yaitu:
1. Pembentukan Destination Management & Marketing Organization untuk wisata
batik di Tanjungbumi.
2. Manajemen pemasaran kawasan wisata melakukan Tourism Marketing 3.0
dikarenakan konsep tersebut dapat diaplikasikan terhadap wisata batik.
3. Peranan Ulama untuk mendampingi dalam proses pengembangan wisata batik
sangat dibutuhkan di Tanjungbumi.
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti secara terpisah untuk elemen destinasi,
peran DMMO, manajemen pemasaran destinasi, manajemen lingkungan dan manajemen
produk agar lebih fokus dan terperinci. Objek penelitian harus dipersempit, karena peran
DMMO atau perencanaan kawasan wisata Tanjungbumi sangat luas dan mengkaitkan
stakeholder yang banyak antara lain yaitu pelaku bisnis wisata, pelaku bisnis batik, tokoh
masyarakat, pemerintah daerah, propinsi dan nasional serta peran biro perjalanan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R., (2010), Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang, Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta
Anshori, Y., dan Kusrianto A., (2011), Keeksotisan Batik Jawa Timur, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Anshori, Y., (2010), Tourism Board Strategi Promosi Pariwisata Daerah, CV. Putra Media
Nusantara, Surabaya.
Adeyinka-Ojo, S.F, Khoo-Lattimore, C., Nair, V., (2014), A framework for rural tourism
destination management and marketing organisations, School of Hospitality 5th
Asia Euro Conference, Selangor, hal. 151-163.
Bank Indonesia, (2013), Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan
ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-6

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
IV-2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter,
Surabaya.
Bank Indonesia&CBIS Universitas Surabaya, (2010), Potensi Daerah Bangkalan
Madura; Penelitian Dasar Potensi Daerah Dalam Rangka Pengembangan
Komoditas Unggulan UKM Jawa Timur, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah IV Divisi Kajian Moneter, Surabaya.
Carter, R., Fabricius., M., UNWTO Consultans, (2007), Creating competitive advantage
for your destination, UNWTO Conference, Budapest.
Faruk, U., (2013), Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Kabupaten Bangkalan Terkait Dengan Pemasaran Batik Tanjungbumi Pasca
Asean China Free Trade Agreement (ACFTA), Universitas Pembangunan
Nasional, Surabaya.
Herrera, A., (2013), Heritage Tourism, Identity and Development in Peru, Universidad de
los Andes, Bogota.
Kartajaya, H., Nirwandar, S., Tourism Marketing 3.0, Turning Tourism to Advocate,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Longjit, C., Pearce, D.G., (2013), Managing a mature coastal destination: Pattaya,
Thailand, Elsevier Journal of Destination Marketing&Management, hal. 165-175.
Morrison, A., (2013), Destination Management and Destination Marketing:The Platform
for Excelence in Tourism Destinations, Vol. 28, A Journal of the National Social
Science Foundation of China.
Muljadi, A.J dan Warman, H.A, (2014), Kepariwisataan dan Perjalanan, Edisi Revisi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Scholte, J.A, (2007), Defining Globalization, University of Warwick, Warwick.
Sedarmayanti, (2014), Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan Industri Pariwisata,
Edisi Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung.
Sulaiman, S., Kusherdayana, (2013), Pengantar Statistika Pariwisata;Aplikasinya dalam
Bidang: Pariwisata, Usaha Perjalanan dan Perhotelan, CV. Alfabeta, Bandung.
Sunaryo, B., (2013), Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata; Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, Gava Media, Yogyakarta.
US Agency for Internation Development, (2013), Tourism Destination Management;
Achieving Sustainable and Competitive Results, Washington.
ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-7

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Utama, I.G.B.R dan Mahadewi, N.M.E, (2012), Metodologi Penelitian Pariwisata dan
Perhotelan, CV. Andi Offset, Yogyakarta.
World Tourism Organization (2013). Annual Report. Spain: World Tourism Organization
(UNWTO), Madrid, Spain.
World Tourism Organization. (2014). Tourism Highlights. UNWTO Publications.
World Tourism Organization. (2007). A Practical Guide to Tourism Destination
Management. UNWTO Publications, Madrid.
World Economic Forum, (2013), The Travel&Tourism Competitiveness Report.
Yin, R. K. (2013). Studi Kasus, Desain & Metode. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

ISBN: 978-602-70604-2-5
A-1-8