Perkembangan ekonomi pd masa rasul n sah

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Ilmu ekonomi Islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an,
tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu diturunkan melalui Nabi
Muhammad Saw. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi Islami adalah Al Quran dan Hadis
maka pemikiran ekonomi ini munculnya juga bersamaan dengan diturunkan Al Quran dan masa
kehidupan Rasulullah Saw pada abad akhir 6 M hingga awal abad 7 M. Setelah masa tersebut
banyak

sarjana

muslim

yang

memberikan


kontribusi

karya

pemikiran

ekonomi.

Karya- karya mereka sangat berbobot, yaitu memiliki dasar argumentasi relijius dan sekaligus
intelektual yang kuat serta kebanyakan didukung oleh fakta empiris pada waktu itu. Banyak
diantaranya juga sangat futuristik dimana pemikir- pemikir Barat baru mengkajinya ratusan abad
kemudian. Pemikiran ekonomi dikalangan pemikir muslim banyak mengisi khasanah pemikiran
ekonomi dunia pada masa dimana Barat masih dalam kegelapan (dark age). Pada masa tersebut
dunia

Islam

justru


mengalami

puncak

kejayaan

dalam

berbagai

bidang.

BAB II
PEMBAHASAN

I.

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN
RASULULLAH SAW (571-632M).


Munculnya islam membuka zaman baru dalam sejarah kehidupan manusia. Kelahiran
Muhammad SAW adalah suatu peristiwa yangn tiada tandingnya.
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari senin 12 Rabiul awwal / 20 April 571 M[1], di rumah
kakeknya Abdul Muthalib dan dibidani oleh Al-syifa, yaitu ibu dari Abudurrahman bin auf.
Beliau adalah utusan Allah SWT yang berakhir sebagai pembawa kebaikan bagi umat manusia di
muka bumi ini. Pada pemerintahan Rasulullah SAW banyak sekali permasalahan, mulai dari
politik dan urusan konstitusional, dan Rasulullha SAW juga merubah system ekonomi dan
keuangan Negara sesuai dengan ketentuan Al-qur’an dan Hadisnya.
Sebelum islam datang, keadaan masyarakat sangat buruk mulai dari segi masyarakat,
pemerintahan, institusi karena mereka selalu bertentangan dengan prinsip ajaran islam. Para
banker yahudi mulai mewarnai jehidupan islam dengan cengkeraman ribawi[2]. Jauh dari nilainilai qur’an seperti persaudaraan, persamaan, kebebasan, dan keadilan.
Disamping itu, masyarakat selalu dibayang-bayangi oleh peperangan antar suku yang tidak
pernah berhenti sehingga islam hadir di tengah-tengah mereka. Dan belum biasa dimobilisasikan
dalam waktu dekat karena butuh waktu untuk membawa seluruh aspek ke jalan yang lurus.

A.

Awal pemerintahan islam

Pada saat awal didirikanya pemerintah islam, dapat dikatakan kondisi masyarakat madinah masih

sangat tidak menentu dan memprihatinkan . oleh karena itu, Rasulullah SAW memikirkan untuk
mengubah jalan secara berlahan-lahan dengan mengatasi berbagai masalah utama tanpa
tergantung pada factor keuangan. Dalam hal ini, strategi yang digunakan oleh Rasulullah SAW
adalah dengan melakukan langjah-langkah sebagai berikut :
1.

Membangun masjid utama sebagai tempat untuk mengadakan forum bagi para
pengikutnya.

2.

Merehabilitasi muhajjirin mekkah di madinah.

3.

Membuat konstitusi masyarakat.

4.

Menciptakan kedamaian dalam Negara.


5.

Mengeluarkan hak dan kuwajiban bagi warga negaranya.

6.

Menyusun system pertahanan Negara.

7.

Meletakan dasar-dasar system keuangan Negara.

Tidaklah diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad adalah pemikir dan aktivis pertama ekonomi
syariah.[7]Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. berakar dari prinsipprinsip Qur’ani. Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah menetapkan
berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam aktivitas di setiap aspek
kehidupannya, termasuk di bidang ekonomi. Prinsip Islam yang paling mendasar adalah
kekuasan tertinggi hanya milik Allah semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di
muka bumi.


Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Allah Swt adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta (QS.
Al-A’raf [7]: 10).

        
   
10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami
adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur.

2. Manusia hanyalah Khalifah Allah SWT dimuka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah SWT, oleh karena itu,
manusia yang kurang beruntung mempunyai hak sebagian atas kekayaan yang dimiliki
manusia lain yang lebih beruntung.
4.

Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun (QS. Al- Humazah [104]: 1-3).

         
    

1. Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600],
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,

[1600] Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia
menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.

5.

Eksploitasi[8] ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan (QS.

Al- Baqarah [2]: 275).

        
        
         
        
          
  
275. Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175].
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.

[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih
yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu
barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang
menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi
dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang
berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang
kemasukan syaitan.

[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak
dikembalikan.


6.

Menerapkan sistem warisan sebagai media redistribusi[9] kekayaan (QS. An-Nisa [4]:

11-12 dan 176).

           
           
           
            
             
         
        
    
            
             
             
             
           

            
             

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja,
Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masingmasingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas)
sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat

harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai
anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.
jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau
seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli
waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih
berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah.
(Lihat surat An Nisaa ayat 34).
[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.
[274]

Memberi

mudharat

kepada

waris

itu

ialah

tindakan-tindakan

seperti:

a.

Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud mengurangi
harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga
tidak diperbolehkan.

             
                

            
            
176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah
memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia
tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki
mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi
jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudarasaudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak
bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu,
supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
[387] Kalalah Ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.

Menetapkan berbagai bentuk sedekah, baik yang wajib maupun sukarela terhadap

7.

individu yang memiliki kekayaan. [10]

B.

Pemikiran Ekonomi Rasulullah SAW pada masa awal pemerintahan Islam.

Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bertransaksi secara jujur, adil, dan tidak pernah
membuat palangganya mengeluh dan kecewa. Selain itu ada beberapa larangan yang
diberlakukan oleh Rasulullah SAW ntuk menjaga agar seseorang dapat berbuat adil dan jujur,
yaitu :
1.

Larangan najsy.

2.

Larangan bay ba’dh Ala ba’dh.

3.

Larangan tallaqi Al-rukhban.

4.

Larangan ihtinaz dan ikhtikar.

Dari langkah-langkah yang dilakukan Rasulullah SAW sehingga terjadilah aktivitas
mempersaudarakan kaum ansar dan kaum muhajirin dengan menerapkan muzara’ah, sehingga
tumbuh mata pencaharian baru bagi kaum muhajirin. Sampai akhirnya madinah dinyatakan
tempat anti peanggaran antara dua harrashnya ( daerah pegunungan berapi disekitar madinah ),
padang rumputnya tidak boleh dipotong, pepohonanya tidak boleh ditebang dan tidak boleh
membawa senjata untuk perkelahian, kekerasan ataupun peperangan ( M.A. sabzzhwari )

C.

Perkembangan pemikiran ekonomi islam pada masa Nabi Muhammad SAW.

Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
sejarah islam. Pemikiran islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul.
Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan
dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum, politik, dan juga masalah perniagaan
atau ekonomi . masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian utama Rasulullah saw, karena
masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Adapun
perkembangan pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Kebijakan fiskal pada masa nabi Muhammad saw.

Pada zaman Rasulullah saw pemikiran dan mekanisme kehidupan politik dinegara islam
bersumber dan berpijak pada nilai-nilai aqidah.
Lahirnya kebijakan fiskal di dalam dunia islam dipengaruhi oleh banyak factor, salah satunya
karena fiskal merupakan bagaian dari instrument ekonomi public. Untuk itu factor-faktor seperti
social, budaya dan politik termasuk di dalamnya. Tantangan Rasulullah saw sangat besar dimana

beliau dihadapkan pada kehidupan yang tidak menentu baik dari kelompok internal maupun
eksternal, dalam kelompok internal Rasulullah saw harus menyelesaikan masalah bagaimana
menyatukan antara kaum ansar dan kaum muhajirin paska hijrah dari mekkah ke madinah.
Sementara tantangan dari kelompo eksternal yaitu bagaimana Rasul bisa mengimbangi
ronrongan dari kaum kafir quraisy. Akan tetapi Rasulullah saw dapat mengatasi semua
permasalahanya berkat pertolongan Allah swt.
Di dalam sejarah islam keuangan publik berkembang bersamaan dengan pengembangan
masyarakatmudlim dan pembentukan warga Negara islam oleh Rasulullah saw paska hijrah.[3]
2.

Unsur-unsur kebijakan fiskal pada masa pemerintahan Rasulullah saw.

Melihat kondisi yang tidak menentu seperti ini, maka Rasulullah saw malakukan upya-upaya
yang dikenal dengan kebijakan fiskal . baliau sebagai pemimpin di madinah yaitu dengan
melakukan unsure-unsur ekonomi. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a.

System ekonomi.

System ekonomi yang diterapkan Rasulullah saw berakar dari prinsip-prinsip qur’ani. Prinsip
islam yang paling mendasar yaitu kekuasaan tertinggi hanya milik Allah semata dan setiap
manusia diciptakan sebagai khalifahnya di muka bumi.

Dan disini ada beberapa prinsip-prinsip yang pokok tentang kebijakan ekonomi islam yang
dijelaskan Al-qur’an sebagai berikut :
1.

Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah swt.

2.

Manusia hanyalah khlifah Allah swt dimuka bumi.

3.

Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah swt,
oleh karena itu, manusia yang kurang beruntung mampunyai hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki saudaranya.

4.

Kekayaan harus diputar dan tidak boleh ditimbun.

5.

Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba harus dihilangkan.

6.

Menetapkan system warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat
melegimitasi berbagai konflik individu.

7.

b.

Menghilagkan jurang pemisah antara golongan miskin dan kaya.

Keuangan dan pajak

Pada tahun awal sejak dideklarasi sebagai Negara, madinah hampir tidak memiiki sumber
pendapatan ataupun pengeluaran Negara. Seluruh tugas Negara dilkukan secara gotong royong
dan sukarela. Rasulullah saw sendiri adalah seorang kepala Negara yang juga merangkap sebagai
ketua mahkamah agung, mufti besar, panglima perang tertinggi, serta penanggung jawab
administrasi Negara. Ia tidak memproleh gaji dari Negara maupun masyarakat, kecuali hadiahhadiah kecil pada umumnya berupa bahan makanan. Dan pada masa itu juga belum ada tentara
dalam bentuk formal maupun tetap. Setiap muslim yang memiliki fisik yang kuat dan mampu
berperang bisa menjadi tentara. Mereka tidak memperoleh gaji tetap tapi diperbolehkan
mendapat harta dari hasil rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta, dan barang-barang
bergerak lainya.
3.

Sumber-sumber pendapatan Negara.
a.

Berdasarkan jenisnya :


Pendapatan primer.

1.

Ghanimah : pendapatan dari hasil perang.

2.

Fay’i : harta peninggalan suku bani nadhir.

3.

Kharaj : pajak atas tanah yang dipungut kepada non-muslim ketika khaibar

dilakukan pada tahun ke-7 hijriyah, jumlah kharaj dari tanah tetap, yaitu
setengah

dari hasil produksi.

4.

Waqf

5.

Ushr : zakat dari hasil pertanian termasuk buah-buahan

6.

Jizyah : pajak perkepala yang dipungut oleh pemerintah islam dari orang-orang
yang bukan islam sebagai imbalan bagi keamanan diri mereka.

 Pendapatan sekunder.

b.

1.

Uang tebusan.

2.

Pinjaman.

3.

Amwal fadhla.

4.

Nawaib.

5.

Shodaqoh lain seperti qurban dan kaffarat.

6.

Hadiah.

Berdasarkan sumbernya.
1.

Muslim : zakat, ushr, zakat fitrah, waqf, amwal fadhl, nawaib, shodaqoh

lain, dan
khums.
2.

Non-muslim : jizyah, kharaj, ushr ( 5% )

3.

Umum : ghanimah, fay’I, uang tebusan, pinjaman dari muslim atau non-

muslim,
dan hadiah dari pemimpin atau pemerintah.
4.

Pengeluaran Negara di masa Rasulullah saw.

a) Primer :

5.

-

Pembiayaan pertahanan, seperti persenjataan, unta, kuda, dan persediaan.

-

Pembiayaan gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat Negara lainya.

-

Pembayaran upah kepada para sukarelawan.

-

Pembayaran utang Negara.

b)

Sekunder.

-

Bantuan untuk orang belajar agama di madinah.

-

Hiburan untuk delegasi keagamaan.

-

Hiburan untuk para utusan suku dan Negara serta biaya perjalanan mereka.

-

Pembayaran utang untuk orang yang meninggal dalam keadaan miskin.

-

Pembayaran tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah saw.

Baitul maal

Rasulullah saw merupakan kepala Negara pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang
keuangan Negara pada abad ke tujuh, yakni sumua hasil pengumpulan Negara harus
dikumpulkan telebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan Negara. Status
hasil pengumpulan itu adalah milik Negara dan bukan milik individu. Meskipun demikian, dalam
batas-batas tertentu , pemimpin Negara dan para pejabat lainya dapat menggunakan harta
tersebut untuk menculupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan itu disebut baitul maal
atau bendahara Negara.[4] Pada masa pemerintahan Rasulullah saw, baitul maal terletak di
masjid nabawi yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat Negara yang sekaligus sebagai
tempat tinggal Rasulullah saw.

Segala kebijakan Rasulullah saw dalam memimpin pemerintahan selalu berpegangan pada
wahyu Allah swt. Namun Rasulullah saw tidak segan-segan betanya menganai masalah-masalah
tertentu pada para sahabat-sahabatnya. Allah swt memerintahkan kapada Rasulnya untuk
bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka kalau semua diptuskan oleh
Allah swt, maka tidak ada gunanya beliau berfikir.
Rasulullah saw wafat pada hari senin pagi, 12 Rabiul awwal atau 8 juni 632 M, dalam usia 63
tahun 3 bulan.
Setelah wafatnya Rasulullah saw, selanjutnya pemimpin pemrintahan dilanjutkan oleh
khulafaurrasyidin.

II.

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA KHULAFAURRASYIDIN.
A.

Masa kekhalifahan Abu Bakar r.a ( 11-13 H / 632-635 M )

Abu Bakar dilahirkan di mekkah setelah dua setengah tahun dari tahun gajah atau lima puluh
setengah tahun sebelum dimulainya hajrah.
Abu Bakar temsuk suku quraisy dari bani Taim, dan selisih keturunannya sama dengan
Rasulullah saw dari garis ke-7.[5]
Abu Bakar ash-shidiq mendapat kepercayaan pertama dari kalangan muslim untuk menggantikan
Rasulullah saw setelah beliau wafat.
Konon ada beberapa kriteria yang melekat pada diri Abu Bakar r.a sehingga kaum muslimin
mempercayainya untuk menjadikanya pemimpin islam diantaranya adalah tedapat ketaatan dan
keilmuan yang luar biasa, factor kesenioran diantara yang lain, dan factor kesetiaan dalam
mengikuti dan mendampingi Rasulullah saw dalam menyiarkan agama islam.

Kemudian langkah-langkah yang dilakukan oleh Abu bakar r.a dalam menyempurnakan
ekonomi islam adalah :
a.

Melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat.

b.

Abu bakar r.a terkeal dengan keakuratan dan ketelitian dalam mengelola dan
menghitung zakat.

c.

Pengembangan baitul maal dan pengangkatan penanggung jawab baitul maal.

d.

Menerangkan konsep balance budget policy pada baitul maal.

e.

Secara individu Abu Bakar adalah seoarang praktisi akad-akad perdagangan.

Namun yang menarik dari kepemimpinan beliau adalah ketika beliau mendekati wafatnya, yaitu
kebijakan internal dengan mengmbalikan kekayaan kepada Negara karena melihat kondisi
Negara yang belum pulih dari krisis ekonomi. Beliau lebih mementingkan kondisi rakyatnya dari
pada kepentingan individu dan keluarganya.
Abu Bakar r.a meninggal pada 13H/13 agustus 634 M dalam usia 63 tahun, dan kekhalifahanya
berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari . jenazah Abu bakar dimakamkan
disamping makam Rasulullah saw. Berkaitan dengan kebijakan fiskal masa kekhalifahan Abu
Bakar r.a yaitu melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan oleh Rasulullah saw.
Hanya saja ada beberapa kebijakan fiskal beliau yang cukup dominan dibandingkan dengan yang
lainya yaitu pemberlakuan kembali kuwajiban zakat setelah banyak yang membengkangnya.
Kebijakan selanjutnya adalah selektif dan kehati-hatian dalam mengelola zakat sehingga tidak
dapat ditemukan penyimpangan didalamnya.

B.

Masa kekhalifahan Umar bin Khatab r.a.

Umar bi Khatab r.a dilahirkan di mekkah, tahun 40 sebelum hijrah, dan selisihnya dengan garis
keturunan Rasulullah saw pada generasi ke-8.
Sebelum kematian Abu Bakar r.a, Abu Bakar mencalonkan Umar bin Khatab sebagai penerusnya
dan pencalonan tersebut diterima secara aklimasi. Menurut amir Ali, masuknya umar dalam
kekhalifahan adalah nilai yang tinggi bagi islam. Ia adalah seoarang yang memiliki moral kuat,
adil, memiliki energi yang besar dan karakter yang kuat dan memiliki kemampuan administratif.
Umar bin Khatab r.a memerintah hanya selama sepuluh tahun, akan tetapi dalam periode yang
singkat itu banyak kemajuan yang dialami umat islam, kalau boleh dikatakan pemerintahan umar
bin khatab r.a merupakan masa keemasan dalam sejarah islam. Dalam aspek ekonomi, system
ekonomi yang dikembangkan berdasrkan keadilan dan kebersamaan, system tersebut didasarkan
pada prinsip pengembalian sebagian kekayaan orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orangorang miskin.
Kemudian banyak hal dan prestasi yang berhasil dilakukan selama beliau memerintah,
diantaranya yaitu :
1.

Kebijakan Ekonomi.

Dalam sambutan khlifah umar bin khatab r.a ketika diangkat menjadi khalifah, beliau
mengumumkan kebijakan ekonominya yang berkaitan dengan fiskal yang akan dijalankanya ,
yang mana terdapat tiga dasar yaitu :
a.

Negara islam mengambil kekayaan umum dengan benar dan tidak mengambil dari
kharaj atau harata fay’I yang diberikan oleh Allah swt kecuali dengan mekanisme
yang benar.

b.

Negara memberikan hak atas kekayaan umum, dan tidak ada pengeluaran kecuali

sesuai dengan haknya dan Negara menambahkan subsidi serta menutup hutang.
c.

2.

Negara tidak menerima kekayaan dari harta yang kotor.

Unsur-unsur kebijakan fiskal.

Ada beberapa hal penting yang perlu dicatat berkaitan dengan masalah kebijakan fiskal pada
masa umar bin khatab r.a , diantaranya adalah :

C.

a.

Baitul maal.

b.

Kepemilikan tanah.

c.

Zakat.

d.

Ushr.

e.

Sodaqoh untuk orang non-muslim.

f.

Koin.

g.

Klasifikasi pendapatan Negara.

h.

Pengeluaran Negara.

Masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a ( 23-35 H / 644-656 M )

Usman bin Affan r.a atau usan bin affan bin Abi al-As bin Umayah bin Umawy al-quraisyi,
dipanggil Abu Abdullah, dan mendapat gelar zu al-Nuirain ( pemilik dua cahaya ), dan beliau
adalah khalifah yang ke tiga dari pemerintahan khulafaurrasyidin, dan juga beliau adalah seorang
dari beberapa orang terkaya diantara sahabat nabi. Kekayaanya membantu terwujudnya islam
dibeberapa peristiwa penting.
Dalam sejarah, pada awal pemerintahanya hanya melanjutkan dan mengembangkan kebijakan
yang sudah diterapkan oleh khalifah Umar bin khatab r.a. tetapi, ketika menemukan kesulitan,

dia mulai menyimpang dari kebijakan yang telah diterapkan oleh pendahulunya yang terbukti
lebih fatal darinya dan juga bagi islam.
Permasalahan Ekonomi dimasa khalifah Usman bin Affan r.a semakin rumit, sejalan dengan
semakin luasnya wilayah Negara islam. Pemasukan Negara dari zakat, jizyah, dan juga rampasan
perang semakin besar. Pada enam tahun pertama kepemimpinannya, Balkh, Kabul, Ghazni
Kerman, dan Sistan ditaklukan. Untuk menata pendataan baru, kebijakan Umar bin khatab
diikuti. Tidak lama kemudian, islam mengakui empat kontrak dagang setelah Negara-negara
tersebut ditaklukan, lalu tindakan efektif diterapkan dalam rangka pengembangan sumber daya
alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon, buah-buahan ditanam dan keamanan
perdagangan diberikan dengan cara pembentukan organisasi kepolisian tetap.dilaporkan untuk
mengamankan zakat dari gangguan dan masalah pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh
beberapa pengumpul yang nakal, khalifah Usman bin Affan mendelegasikan kewenangan kepada
para pemilik untuk menaksirkan kepemilikanya sendiri. Dalam hubunganya dengan zakat, dalam
sambutan Ramadhan biasanya beliau mengingatkan , “ lihatlah, bulan pembayaran zakat telah
tiba. Barang siapa yang memiliki property dan hutang biarkan dia untuk mengurangi dari pada
yang ia milikinya, apa yang dia hutang dan membayar zakat untuk property yang masih tersisa
‘’, ia juga mengurangi zakat dari pension. Tabri menyebutkan ketika menjadi khalifah, Usman
bin affan menaikan pensiunan sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada rincianya. Dia juga
menambahkan santunan dengan pakaian, selain itu ia memperkenalkan kebiasaan membagikan
makanan di masjid untuk orang-orang menderita, pengembara, dan orang miskin.
Untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan dan kelautan, meningkatkan dana pesiun dan
membangun diwilayah taklukan baru, dibutuhkan dana tambahan. Untuk itu Usman bin affan r.a

membuat beberapa perubahan administrasi tingkat atas dan mengganti guberbur mesir, busra,
Assawad, dan lain-lain digantikan dengan orang-orang baru.
Tidak ada perubahan yang signifikan pada situasi ekonomi secara keseluruhan salama enam
tahun berakhir kekhalifahan Usman bin affan, namun ada hal-hal yang dilakukan oleh khlifah
Usman bin affan, diantaranya adalah :
1.

Pembangunan pengairan.

2.

Pembentukan oraganisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.

3.

Pembangunan gedung pengadilan, guna menegakkan hukum.

4.

Kebijakan pembagian lahan luas milik raja Persia kepada individu dan hasilnya
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Umar bin
khatab r.a dari Sembilan juta menjadi lima puluh juta dirham.

Akhir hyat Usman diawali ketika pada saat barbagai utusan dari khufah, basrah, dan mesir
datang menemui Usman bin affan agar memecat gubernurnya yang notabene adalah kerabatkerabat sendiri, tatapi Usman menolak. Mereka kemudian mengepung rumah Usman dan
menuntut pengunduran diri, dan Usman juga menolak. Pengpungan berjalan sampai beberapa
hari, sebagian dari mereka memaksa masuk ke dalam rumah untuk kemudian membunuhnya. Ini
terjadi pada bulan Dzulhijjah 35 H / 17 juni 656 M, pada usia 82 tahun.

D.

Kekhalifahan Ali bin Abi thalib r.a ( 35-40 H / 656-661M ).

Setelah terbunuhnya Usman, maka anarki di ibu kota Negara dan pada hari kelima, Ali bin abi
thalib dengan suara bulatnya terpilih sebagai khalifah untuk menggantikan Usman bin Affan.
Setelah menjadi khalifah, Ali bin Abi thalib menempatkan kembali kondisi baitul maal di tempat
pada posisi sebelumnya. Antara lain : memecat beberapa pajabat yang diangkat Usman bin affan

r.a, mambagikan tanah yang dibagikan Usman kepada keluarganya tanpa alasan yang benar,
memberikan tunjangan kepada muslimin berupa tunjangan yang diambil baitul maal , mangatur
kembali tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat serta memindah
pusat pemerintahan ke kuffah dari madinah.
Menurut sebuah riwayat, beliau secara sukarela manarik dirinya dari daftar penerima dana baitul
maal, bahkan menurut yang lainya beliau memberikan 5.000 dirham setiap tahunya.[6] Ketika
berkobar peperangan antara Ali bin Abi thalib dengan Muawiyahbin Abi Sufyan, orang-orang
yang dekat disekitar Ali agar mengambil dana dari baitul maal sebagai hadiah dari orang-orang
yang membantunya. Tujuanya untuk mempertahankan diri Ali sendiri dan kaum muslimin.
Khlifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang pemerintahanya, administrasi umum dan
masalah-masalah yang berkaitan denganya. Konsep ini dijelaskan dalam suratnya yang ditujukan
kepada Malik Ashter bin Harith. Surat itu antara lain mendeskripsikan tugas kuwajiban dan
tanggung jawab penguasa, menyusun prioritas dalam melakukan despensasi dalam keadilan,
control atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan kebaikan dan kekurangan jasa, hakim, abdi
hukum, pengiraian pegawai administrasi dan pengadaan bendahara.
Jadi, pada khalifah ali bin abi thalib berkaitan dengan kebijakan yang dilakukanya selama enam
tahun kepemimpinannya adalah :
1.
2.
3.
4.

Pendistribusian seluruh pedapatan yang ada pada baitul maal berbeda dengan umar
yang menyisihkan untuk cadangan.
Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.
Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
Dan hal yang sangat monumental adalah pencetakan mata uang sendiri atas nama
pemerintahan islam, dimana sebelumnya kekhalifahan islam menggunakan mata uang
dinar dari Romawi dan dirham dari Persia.

Pemerintahan Ali bin Abi thalib berakhir dengan terbunuhnya beliau di tangan Ibnu Muljam daei
kelompok khawarij.

DAFTAR PUSTAKA

Anto, M.B. Hendrie. Pengantar Ekonomi Mikro Islam, cet. Ke- I, Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
An-Nadwi, Abul Hasan 'Ali al-Hasan. Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw , Penterjemah:
Muhammad Halabi Hamdi dkk.), cet. Ke- I, Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2005.
Afzalurrman. Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dhaka Bakti Wakaf, 1995.
Hidayat, Mohamad. An Introduction to The Sharia Economic, Jakarta Timur: Zikrul Hakim,
2010.
Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Ialam, edisi ke-III, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.