Makalah Ur TS Landasan Pendidikan

Teori Pokok Pendidikan|1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu bergantung pada kualitas
pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat
yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu pembaruan
pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu
bangsa.
Melalui penataan pendidikan yang baik, upaya peningkatan mutu
pendidikan harus terus dilakukan. Sehingga harapan meningkatkan kualitas
pendidikan dan suasana pendidikan yang adaptif terhadap zaman dapat tercapai
sebagai tujuan dari proses pembaruan dan pengembangan tersebut. Adapun
kurikulum, tenaga kependidikan, dan sistem pendidikan ialah salah satu komponen
sentral yang memegang peranan penting dalam kegiatan pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan agar
pembaruan dan pengembangan pendidikan dapat tercapai. Dan dalam makalah ini,
kami akan meyimpulkan mengenai teori pokok pendidikan menurut Ralph W.

Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang tentang Guru dan Dosen, serta
menganalisis tentang sejauh mana lembaga pendidikan menerapkan teori dan
peraturan perundangan tersebut.

Teori Pokok Pendidikan|2

B. Rumusan Masalah
1. Apa simpulan teori-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler,
Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang tentang
Guru dan Dosen?
2. Seperti apa refleksi lembaga pendidikan dalam menerapkan teori
pokok pendidikan dan perundangan tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler,
Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang tentang
Guru dan Dosen.
2. Mengetahui refleksi lembaga pendidikan dalam menerapkan teori

pokok pendidikan dan perundangan.
D. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini yakni berhubungan dengan materi dari bukubuku (handbooks) Routledge Key Guides, buku undang-undang tentang sistem
pendidikan nasional, dan tentang guru dan dosen, serta berdasarkan hasil
diskusi kelas bersama dosen pengampu.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan makalah ini, penyusun membagi menjadi empat
bagian, sebagai berikut:
1.

Pendahuluan : Mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

2.

Pembahasan : Mengenai penjelasan teori-teori pokok pendidikan,
undang-undang sistem pendidikan nasional, dan undang-undang
guru dan dosen, serta mengenai refleksi lembaga pendidikan.

3.


Penutup : Mengenai simpulan dari isi makalah ini.

Teori Pokok Pendidikan|3

4.

Daftar Pustaka : Mengenai sumber data yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini.

Teori Pokok Pendidikan|4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pendidikan Menurut Ralph W. Tyler
1. Basic Principles of Curriculum and Instructions
Menurut Ralph W. Tyler ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab
dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran, yaitu:
I.


Tujuan apa yang ingin dicapai?

II.

Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?

III.

Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?

IV.

Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?

Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak
terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja,
melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi
atau pengajaran di suatu sekolah. Demikian pula kurikulum, dapat
dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah, kurikulum bidang studi atau

pun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.
Kemudian dari 4 pertanyaan mendasar tersebut, maka disusunlah
langkah-langkah pengembangan kurikulum sebagai berikut :
I.

Menentukan Tujuan.
Jadi pengembangan kurikulum itu harus jelas tujuannya dan tujuan
itu harus bisa tercapai

II.

Menentukan Pengalaman Belajar.
Selain diberikan teori, siswa juga harus dibekali dengan praktek.
Agar pengalaman belajar tersebut dapat mencapai tujuan dari
pengembangan kurikulum.

Teori Pokok Pendidikan|5

III.


Pengorganisasian Pengalaman Belajar.

Teori Pokok Pendidikan|6

IV.

Evaluasi.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah
sudah mencapai tujuan atau belum. Dan juga untuk mengetahui
kelebihan

dan

kekurangan

kurikulum

tersebut.

Pengembangan kurikulum haruslah mempunyai landasan berpijak

yang kokoh. Ini dimaksudkan agar kurikulum yang dibuat dapat menuntun
murid mencapai tujuan jangka pendek yang dapat dijadikan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan jangka panjang. Pengembangan kurikulumjuga
harus berangkat dari kejelasan apa yang dimaksud dengan kurikulum itu
sendiri, dan kejelasan apa fungsi dari kurikulum tersebut.

2. Refleksi Lembaga Pendidikan
Kurikulum pendidikan dibuat agar peserta didik berperilaku mulia.
Karena melalui kurikulum, seorang pengajar dapat “membentuk” karakter
dan sikap seorang peserta melalui pelajaran yang diajarkannya. Kesuksesan
Lembaga Pendidikan dapat dilihat melalui prestasi dan sikap muridnya.
Contoh, melalui ujian/ulangan. Karena ujian merupakan bagian dari evaluasi
yang dengan dasar tujuan untuk mengingat atau mengulang kembali materi
yang sudah diberikan serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
peserta didik. Bila pada akhir kurikulum, peserta didik mendapat prestasi
yang memuaskan, memiliki karakter, dan sikap yang sesuai dengan harapan
pengajar, maka Lembaga Pendidikan telah sukses dalam menerapkan teori
pokok pendidikan tersebut.

Teori Pokok Pendidikan|7


B. Teori Pendidikan Menurut Benjamin S. Bloom
1. Taxonomy of Educational Objectives
Taksonomi adalah suatu sistem klasifikasi khusus, yang berdasarkan
data penelitan ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam suatu TIK dapat dibedakan dua aspek,yaitu aspek jenis
perilaku yang dituntut dari siswa dan aspek terhadap hal apa perilaku itu harus
dilaksanakan. Rumusan TIK sebagai berikut : Suatu tujuan pengajaran yang
konkret dan spesifik yang dia anggap cukup berharga, wajar, dan pantas yang
dapat di realisasi dan bertahan lama yang menunjang tercapainya Tujuan
Instruksional Umum. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi dalam beberapa
ranah diantaranya:
I.

Ranah Kognitif : Mencangkup kemampuan berpikir, penalaran
pengetahuan, penentuan, konseptualisasi, dan pemahaman.
a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge : mencakup ingatan akan
hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan saja.
b) Pemahaman (comprehension) : mencakup kemampuan menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari dengan kata-kata sendiri.
c) Penerapan (application) : mencakup kemampuan untuk menerapkan
suatu prinsip dan konsep dalam situasi yang baru.
d) Analisis (analysis) : mencangkup kemampuan menyelidiki atau
menguraikan informasi, berasumsi, membedakan fakta dan pendapat
dan menemukan hubungan sebab akibat.
e) Sintesis (syntesis): mencangkup kemampuan untuk menghasilan suatu
komposisi, hipotesis, atau teori sendiri dan menyintesiskan
pengetahuan.
f) Penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation)
:
mencangkup
kemampuan untuk berpendapat mengenai informasi dengan
pertanggungjawaban atas hasil analisis.

II.

Ranah Afektif : Mencangkup kemampuan yang berkaitan dengan
persaaan, emosi, sikap, penerimaan atau penolakan terhadap rangsangan.

a) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) :
mencangkup kepekaan dan rangsangan atas kesediaan untuk
menerima dan memperhatikan.
b) Responding (menanggapi) : mencangkup partisipasi aktif dengan
memberikan tanggapan dan respons.

Teori Pokok Pendidikan|8

c) Valuing (menilai/menghargai) :mencangkup kemampuan untuk
memberikan penilaian.
d) Organization (mengatur atau mengorganisasikan):
mencangkup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai dengan
menjadikannya sebagai pedoman dalam keseharian.
e) Characterization by evalue or calue complex (pembentukan pola
hidup) : mencangkup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
dengan menjadikannya sebagai pola hidup.
III.

Ranah Psikomotor : Mencangkup kemampuan yang berupa ketrampilan
fisik (motorik).

a) Persepsi (perception) : mencangkup tentang pengetahuan yang hanya
berdasarkan dari beberapa hal saja melalui pancaindranya.
b) Kesiapan (set) : mencangkup tentang kesiapan fisik dan mental untuk
memulai dan mengikuti rangsangan yang dilalui (meniru).
c) Gerakan Terbimbing (guided response) : mencangkup kemampuan
dalam melakukan sesuatu dengan sesuai (memanipulasi).
d) Gerakan yang Terbiasa (mechanical response) : mencangkup
kemampuan dalam melakukan sesuatu karena dasar kebiasaan
(pengalamiahan).
e) Gerakan Kompleks (complex response) : mencangkup kemampuan
dalam melakukan sesuatu dengan dasar sudah mejadikannya sebuah
keterampilan (artikulasi)
f) Penyesuaian Pola Gerakan (adjustment) : mencangkup kemampuan
untuk mengadakan penyesuaian dan perubahan terhadap pola yang
ada.
g) Kreativitas (creativity) : mencangkup kemampuan untuk melahirkan
atau menciptakan aneka pola baru (inisiatif).

2. Refleksi Lembaga Pendidikan
Klasifikasi di atas menunjukan bahwa Taksonomi tersebut dibuat untuk
merincikan suatu hal dengan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan jelas melalui
pencapaian yang akan dicapainya.
Menerapkan atau tidaknya suatu Lembaga Pendidikan terhadap teori
pokok pendidikan tersebut, dapat dinilai dengan memperhatikan kemampuan
peserta didik pada akhir kurikulum. Bila pada akhir kurikulum, peserta didik
memiliki karakter dan dapat menguasai serta merealisasikannya sesuai
dengan harapan pengajar, maka Lembaga Pendidikan telah sukses dalam
menerapkan teori pokok pendidikan tersebut.

Teori Pokok Pendidikan|9

C. Teori Pendidikan Menurut John Dewey
1. My Pedagogic Creed
Mengenai prinsip-prinsip pendidikan menurut John Dewey ialah
meliputi pendidikan, sekolah, subjek materi pendidikan, sifat metode, serta
sekolah dan kemajuan sosial.
I.

Pendidikan
Menurut Dewey, pendidikan berlangsung dengan partisipasi individu

dalam persaingan kesadaran sosial. Karena pendidikan ialah sebuah proses
kehidupan, bukan sebuah persiapan untuk kehidupan di masa depan. Dan
pendidikan adalah sebuah proses sosial dimana anak dituntut untuk aktif
melalui stimulasi itulah anak tesebut dapat aktif dalam lingkungan sosialnya.
Didalam proses sosial terdapat dua sisi, yaitu Psikolog dan sosiologi. Yang
mana keduanya harus setara dan seimbang.
II. Sekolah
Menurut Dewey, sekolah adalah lembaga sosial. Dengan menjadikan
pendidikan sebagai proses sosial yang merupakan bentuk kehidupan
masyarakat. Dimana ide ide berkembang guna anak tidak hanya mendapatkan
pelajaran saja namun juga dapat mengembangkan diri dengan mengikuti
organisasi dan ekstrakurikuler yang disediakan dari pihak sekolah.
III. Subjek Materi
Menurut Dewey, kehidupan sosial anak adalah dasar dari konsentrasi,
atau korelasi, dalam semua pelatihan atau pertumbuhan. Kehidupan sosial
memberikan kesatuan sadar dan latar belakang dari semua upaya dan semua
pencapaiannya. Karena itu, bahwa pusat sejati korelasi mata pelajaran adalah
kegiatan sosial anak sendiri.
Dewey pun meyakini bahwa pusat dari kurikulum harusnya mencakup
pengalaman anak. Sekolah dan kurikulum juga harus mengajarkan hal yang
berguna bagi anak dalam kehidupannya Dengan kurikulum yang menyajikan
tentang interaksi antar anak serta interaksi pendidik dan anak. Kurikulum
tetap diperlukan lantaran kurikulum adalah mediasi dalam pendidikan formal.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 10

Kurikulum bukanlah pengganti pengalaman anak. Kurikulum adalah sebuah
peta yang mengarahkan anak mencari jati dirinya. Dan nilai serta makna
kurikulum hanya terletak dalam metodenya dan wawasan yang diberikannya.
IV. Sifat Metode
Hukum untuk menyajikan materi adalah hukum implisit dalam sifat
anak itu sendiri. Berikut ini sangat penting untuk menentukan di mana
semangat pendidikan dilakukan:
a) Sisi aktif mendahului pasif dalam perkembangan sifat anak. Anak
tidak semestinya dibangun sikap menerima dan menyerap saja, tetapi
harus aktif.
b) Gambar adalah alat instruksi yang besar. Menjelaskan bahwa melihat
lebih efektif daripada mendengar saja.
c) Minat adalah tanda-tanda dan gejala pertumbuhan kekuatan.
Melanjutkan pembangunan yang telah tercapai anak Dengan
menyalurkan minat-minatnya.
d) Emosi adalah refleks tindakan. Berusaha untuk merangsang dan
membangkitkan emosi untuk memperkenalkan keadaan tidak sehat
dan pikiran sehat.
V. Sekolah dan Kemajuan Sosial
Menurut Dewey, sekolah merupakan tempat pendidikan, sedangkan
pendidikan adalah metode dasar kemajuan sosial dan reformasi.Oleh karena
itu, guru yang terlibat tidak hanya dalam pelatihan individu, tetapi dalam
pembentukan kehidupan sosial yang tepat. setiap guru harus menyadari
martabat panggilannya, bahwa ia adalah seorang pelayan sosial dikhususkan
untuk pemeliharaan tatanan sosial yang tepat dan mengamankan pertumbuhan
sosial yang tepat.

Dalam teori John Dewey, terdapat dua sisi yang harus diperhatikan dalam proses
pendidikan, yakni
a) Psikologis
Merupakan pemberian materi dengan melihat bagaimana keadaan
anak tersebut. Dan dari sinilah awal dimulainya pendidikan.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 11

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 12

b) Sosiologis
Merupakan pemberian materi dengan melihat bagaimana keadaan
sekeliling

anak

tersebut,

sebab

keadaan

sekeliling

dapat

mempengaruhi psikologis anak.
2. Refleksi Lembaga Pendidikan
Menurut
menekankan

saya,

kepada

gagasan
pendidikan

pendidikan
yang

John

berbasis

Dewey,
pada

sejatinya

pengalaman

(experientialeducation), dimana anak mempertanyakan segala sesuatu yang
dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi.
Dalam konteks Indonesia, penerapan gagasan ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan monumen atau candi yang ada untuk pelajaran sejarah.
Kunjungan ke kebun binatang atau cagar alam untuk memahami alam
lingkungan ini beserta isinya. Pembelajaran kinestetik, penggunaan
laboratorium, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, sebagai Lembaga Pendidikan yang berbasis
kompetensi, itu berarti kemampuan khusus, kemahiran, dan kebiasaan masih
dapat diharapkan dan dihasilkan dalam proses pendidikan di Indonesia. Tapi,
proses yang berlangsung sering kali dilumpuhkan oleh sistem pendidikan
yang mekanis. Nilai dan ijazah menjadi dua hal penting ketimbang bakat,
minat dan keterampilan.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 13

D. Teori Pendidikan Menurut Paulo Freire
1. Banking Concept of Education dan Pendidikan Kritis
Pendidikan menurut Paulo Freire merupakan pendidikan yang
dijalankan bersama-sama antara pendidik dan peserta didik sehingga peserta
didik tidak menjadi cawan kosong yang diisi oleh pendidik dimana hal
tersebut merupakan penindasan terhadap potensi dan fitrah peserta didik atau
bisa dikatakan dengan pendidikan gaya bank (Bank Concept Education).
Freire berpendapat, bahwa pengetahuan adalah sejarah. Tidak ada
pengetahuan yang tidak historis dan sosial diproduksi dalam hubungan
politik, budaya, dan ekonomi.
Freire menekankan, peran guru sebagai pekerja budaya kritis. guru
harus berjuang dengan nilai-nilai budaya dominan yang hadir baik di
masyarakat dan di dalam diri mereka untuk memahami fungsi budaya dan
politik mereka. Perjuangan ganda ini dapat menyebabkan guru untuk bekerja
dengan cara refleksif dan transformatif. Dan sekali lagi, pekerjaan
transformatif seperti ini perlu pergi ke luar kelas.
Sementara kegiatan kelas adalah penting untuk reproduksi dan
tranformasi ilmu. Konsepsi Freire tak terhenti hanya dalam kelas, ia
melanjutkan teknik pendidikan dengan pendekatan epistemologi yang mana
menghubungkan pendidikan dengan realitas yang lebih besar dan berusaha
untuk mengubah realitas itu. Dan dalam proses belajar mengajar ini, seorang
guru dan peserta didik bersama-sama berdialog sebagai subyek dalam
memecahkan permasalahan, karena peserta didik adalah partisipan yang aktif
dialog tersebut. Dengan demikian timbulah kreasi peserta didik dalam
menyampaikan realitasnya atas dasar kesadaran kritis yang ditandai dengan
penafsiran masalah yang mendalam, percaya diri dalam berdiskusi, mampu
menolak dan menerima, serta mampu merefleksikan hubungan sebab akibat.
Dan Freire dalam hubungan dialektis antar teori dan praktik selalu didasarkan
pada praktik teoritis yang meyakinkan dan mendalam demi niatnya
membangun sebuah proses pedagogis.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 14

2. Refleksi Lembaga Pendidikan
Menurut saya, sebagian Lembaga Pendidikan di Indonesia sejauh ini
sudah menerapkan teori pokok pendidikan ini, dan masih terus
mengembangkan tentang pola-pola pendidikan yang berpikir kritis serta
refleksif dan transformatif. Meski, tak sedikit pula Lembaga Pendidikan yang
masih menganut Bank Concept. Mungkin karena kualitas tenaga pendidiknya
atau karena tata kelola Lembaga Pendidikannya sendiri, atau juga karena
sarana prasarana yang masih kurang mendukung.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 15

E. Teori Pokok Pendidikan Menurut Undang-undang Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
1.

Sistem Pendidikan Nasional
Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada
Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan
amanat Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31 ayat (3), dan Pasal
32 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang
menimbang bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak lagi memadai
serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Serta

Pemerintah mampu mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa. Pendidikan Nasional
juga harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dengan
melakukan pembaharuan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan
untuk menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Dengan persutujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan
Presiden Republik Indonesia, memutuskan dan menetapkan Undang-Undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdiri atas 22 bab dan 77 pasal:

1.

Bab I

tentang ketentuan umum – pasal 1

Dalam bab ini menjelaskan tentang pengertian dari; Pendidikan,
Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan, Peserta Didik, Pendidik, Tenaga
Kependidikan, Jalur Pendidikan, Jenjang Pendidikan, Jenis Pendidikan, Satuan
Pendidikan, Pendidikan (Formal, Non Formal, Dan Informal), Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Berbasis
Masyarakat, Standar Nasional Pendidikan, Wajib Belajar, Kurikulum,
Pembelajaran, Evaluasi Pendidikan, Akreditasi, Sumber Daya Pendidikan,
Dewan Pendidikan, Komite Sekolah/Madrasah dan Lembaga Pemerintahan
yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 16

2.

Bab II tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan – pasal 2 dan
pasal 3
Dalam bab ini menjelaskan tentang dasar hukum, fungsi, serta tujuan

pendidikan.
3.

Bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan – pasal 4
Dalam bab ini menjelaskan tentang prinsip, sistem, pengembangan, serta

pemberdayaan dari penyelenggaraan pendidikan.
4.

Bab IV tentang hak dan kewajiban warga negara, orang tua,
masyarakat, dan pemerintah – pasal 5 sampai pasal 11
Dalam bab ini menjelaskan tentang pembagian hak-hak serta kewajiban-

kewajiban yang diperoleh setiap Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, serta
Pemerintah terhadap pendidikan.
5.

Bab V tentang peserta didik – pasal 12
Dalam bab ini menjelaskan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban

yang diperoleh Peserta Didik, dengan ketentuan-ketentuan yang berkenaan
dengan satuan pendidikan.
6.

Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan – pasal 13 sampai
pasal 32
Dalam bab ini menjelaskan tentang jalur pendidikan yang terdiri atas

pendidikan formal, nonformal, informal, jenjang pendidikan, dan cangkupan
jenis pendidikan, serta tentang penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
7.

Bab VII tentang bahasa pengantar – pasal 33
Dalam bab ini menjelaskan tentang bahasa pengantar yang digunakan

dalam proses pendidikan, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam pendidikan nasional. Adapun bahasa daerah dan asing dapat digunakan
sebagai bahasa pengantar bila diperlukan.
8.

Bab VIII tentang wajib belajar – pasal 34
Dalam bab ini menjelaskan tentang program wajib belajar dan tanggung

jawab pemerintah dalam menjamin terselenggaranya wajib belajar.
9.
Dalam

Bab IX tentang standar nasional pendidikan – pasal 35
bab

ini

menjelaskan

tentang

standarisasi

pendidikan

nasional,

pengembangan, dengan ketentuan mengenai standar nasional pendidikan.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 17

10. Bab X tentang kurikulum – pasal 36 sampai pasal 38
Dalam bab ini menjelaskan tentang pengembangan, serta muatan
kurikulum. Dan tentang kerangka dasar serta struktur kurikulum.
11. Bab XI tentang pendidik dan tenaga kependidikan – pasal 39 sampai
pasal 44
Dalam bab ini menjelaskan tentang pembagian tugas serta kewenangan
tenaga kependidikan, hak-hak, kewajiban, kualifikasi pendidik.
12. Bab XII tentang sarana dan prasaran pendidikan – pasal 45
Dalam bab ini menjelaskan tentang penyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan dengan ketentuan mengenai penyediaan
sarana dan prasana pendidikan.
13. Bab XIII tentang pendanaan pendidikan – pasal 46 smapai pasal 49
Dalam bab ini menjelaskan tentang tanggung jawab pemerintah, sumbersumber, pengelolaan, pengalokasian mengenai pendanaan pendidikan.
14. Bab XIV tentang pegelolaan pendidikan – pasal 50 sampai pasal 53
Dalam bab ini menjelaskan tentang tata kelola sistem pendidikan dan
satuan pendidikan serta badan-badan hukum sebagai penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan.
15. Bab XV tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan – pasal 54
sampai pasal 56
Dalam bab ini menjelaskan tentang peranan masyarakat yang juga dapat
atau berhak menyelenggarakan, mengembangkan, serta meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan.
16. Bab XVI tentang evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi – pasal 57 sampai
pasal 61
Dalam bab ini menjelaskan tentang evaluasi dan pengevaluasian,
akreditasi, serta sertifikasi terhadap penyelenggara, peserta didik, lembaga, dan
program pendidikan. Serta evaluasi terhadap hasil belajar dan pembelajaran.
17. Bab XVII tentang pendirian satuan pendidikan – pasal 62 sampai
pasal 63
Dalam bab ini menjelaskan tentang syarat-syarat pendirian satuan
pendidikan atas perolehan izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
meliputi isi pendidikan, jumlah, dan kualifikasi pendidik, serta meliputi tenaga

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 18

kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, sistem evaluasi dan
sertifikasi, juga manajemen dan proses pendidikan.
18. Bab XVIII tentang penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara
lain –pasal 64 sampai pasal 65
Dalam bab ini menjelaskan tentang persetujuan Pemerintah Republik
Indonesia mengenai satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh perwakilan
negara asing atau Lembaga pendidikan asing.
19. Bab XIX tentang pengawasan – pasal 66
Dalam bab ini menjelaskan tentang kewenangan Pemerintah, Daerah,
dewan pendidikan, dan komite sekolah/ madrasah melakukan pengawasan
atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
20. Bab XX tentang ketentuan pidana – pasal 67 sampai pasal 71
Dalam bab ini menjelaskan tentang ketentuan hukum pidana penjara dan
pidana denda terhadap penyelenggara jika melakukan pelanggaran terhadap
Pasal 21, Pasal 23, Pasal 25, dan Pasal 62.
21. Bab XXI tentang ketentuan peralihan – pasal 72 sampai pasal 74
Dalam bab ini menjelaskan tentang ketentuan peralihan peraturan
perundangan-undangan seperti yang dimaksudkan dalam pasal 53.
22. Bab XXII tentang ketentuan penutup – pasal 75 sampai pasal 77
Dalam bab ini menjelaskan tentang keberlakuan undang-undang yang
dimulai sejak tanggal diundangkan, serta tentang ketentuan peraturan
perundang-undangan yang harus diselesaikan paling lambat dua tahun sejak
berlakunya undang-undang guna melaksanakan undang-undang.

Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
diselenggarakan secara adil, menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan,

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 19

kultural, dan kemajemukan bangsa yang sistemik dengan sistem terbuka dam
multimakna. Pendidikan diselenggarakan dengan membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan menghitung.
Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat
sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dan
masyarakat berhak berperan serta dalam pendidikan dan didukung oleh
masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraannya
serta bisa berperan dalam peningkatan mutu pendidikan melalui dewan
pendidikan dan komite sekolah/ madrasah.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu dan wajib belajar Orang tua berhak memilih satuan
pendidikan dan wajib memberi pendidikan dasar kepada anaknya. Masyarakat
berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan dan berkewajiban memberikan dukungan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing,
dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan dan berkewajiban memberikan
layanan dan menjamin terselenggaranya pendidikan tanpa diskriminatif.
Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan dan berkewajiban
menjaga norma-norma pendidikan serta menanggung biaya pendidikan kecuali
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut.
Pendidikan

adalah

wahana

yang

dilalui

peserta

didik

untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Yang terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi (formal). Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Dan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 20

Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dengan tugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Yang merupakan tenaga profesional dan
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam
pendidikan nasional. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam

tahap

awal pendidikan

apabila

diperlukan

dalampenyampaian

pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu. Bahasa asing dapat digunakan
sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung
kemampuan berbahasa asing peserta didik.
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,
dan peserta didik.
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab dan dikelola

bersama

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat yang sumber
pendanaan pendidikannya ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 21

dan keberlanjutan yang dikerahkan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik. Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan
tanggung jawab Menteri. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan
standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Dan
pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip
otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan. Serta
pengelolaan satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan. Dan Akreditasi adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Sedangkan Sertifikat yang berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi adalah sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau
penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian dan sertifikat
kompetensi sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan
pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi.
Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib
memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Dan satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, bagi peserta didik warga negara asing, dapat
menggunakan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan atas
persetujuan Pemerintah Republik Indonesia.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 22

2.

Refleksi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Mutu Pendidikan di Indonesia tentu diartikan mutu pendidikan yang:

trampil, serta mampu sesuai dengan tingkat pendidikannya, jujur dan yang
terpenting lagi adalah moralnya terpuji. Meski dalam UU Sisdiknas dijelaskan
tentang Kualifikasi, Manusia dinilai bukan karena sertifikat, ijasah, harta tapi
kemampuannya berbuat, jujur dan moralnya terpuji. Dan menerjemahkan dari
fungsi pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas 2003, maka
langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah menetapkan standar nasional
pencapaian pendidikan. Dengan standar tersebut akan diketahui hal-hal apa
yang harus dicapai oleh lembaga/layanan pendidikan.
Sedikitnya kesempatan pemerataan pendidikan, dan terbatasnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan juga mengenai mahalnya biaya
pendidikan. Indonesia.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 23

F. Teori Pendidikan Menurut Undang-undang Tentang Guru dan Dosen
1. Guru dan Dosen
Melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
negara telah memberikan kerangka yang jelas terhadap pembangunan nasional
dalam bidang pedidikan atas upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan
berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan
dengan amanat Pasal 20, Pasal 22d, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang menimbang bahwa untuk menjamin
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru
dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan, bahwa guru dan
dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan

nasional

dalam

bidang

pendidikan,

sehingga

perlu

dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Dengan persutujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan
Presiden Republik Indonesia, memutuskan dan menetapkan Undang-Undang
tentang Guru dan Dosen yang terdiri atas 8 bab dan 84 pasal:
1.

Bab I tentang ketentuan umum – pasal 1
Dalam bab ini menjelaskan tentang pengertian dari; Guru, Dosen, Guru

Besar atau Profesor, Penyelenggara Pendidikan, Satuan Pendidikan, Perjanjian
atau Kesepakatan Kerja, Pemutusan Hubungan Kerja, Kualifikasi Akademik,
Kompetensi, Sertifikasi, Sertifikat Pendidik, Organsasi Profesi Guru, Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan, Gaji dan Penghasilan, Daerah Khusus,
Masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Menteri.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 24

2.

Bab II

tentang kedudukan, fungsi, dan tujuan – pasal 2 sampai

pasal 6
Dalam bab ini menjelaskan tentang kedudukan dan pengakuan
kedudukan Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional. Juga tentang fungsi
serta tujuan kedudukan Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional.
3.

Bab II tentang prinsip profesionalitas – pasal 7
Dalam bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar prinsip profesionalitas

kedudukan Guru dan Dosen, serta pemberdayaan terhadap profesi Guru dan
Dosen yang diselenggarakan melalui pengembangan diri secara demokratis,
berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan
kode etik profesi.
4.

Bab IV tentang guru – pasal 8 sampai pasal 44
Dalam bab ini menjelaskan :Bagian Kesatu tentang Kualifikasi

Akademik, Kompetensi Guru, dan Sertifikat Pendidik. Serta kewajiban
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam hal penyediaan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi Guru. Bagian
Kedua tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. Juga tentang pengangkatan oleh satuan pendidikan,
penerimaan gaji, penghasilan, serta tunjangan-tunjangan profesi yang diterima
oleh Guru. Bagian Ketiga tentang Ketentuan Wajib Kerja kepada Guru
dan/atau Warga Negara Indonesia lainnya yang memenuhi Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru dan
tentang pengembangan sistem pendidikan Guru Ikatan Dinas, Kurikulum
Pendidikan Guru, Penetapan Pola Ikatan Dinas bagi calon Guru. Bagian
Keempat tentang Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Guru. Bagian Kelima tentang Pembinaan dan Pengembangan Guru yang
meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. Bagian Keenam
tentang Penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan kepada Guru yang
berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus atau
juga bagi Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.
Bagian

Ketujuh

tentang

Kewajiban

Pemerintah,

pemerintah

daerah,

masyarakat, organiasi profesi, dan/atau satuan pendidikan dalam memberikan

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 25

Perlindungan Hukum, Perlindungan Profesi, Serta Perlindungan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja terhadap Guru mengenai pelaksanaan tugas. Bagian
Kedelapan tentang perolehan Cuti bagi Guru sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Bagian Kesembilan tentang Guru yang dapat membentuk
Organisasi Profesi, bersama dengan kewenangan-kewenangan yang dimiliki
oleh Organisasi Profesi.
5.

Bab V tentang dosen – pasal 45 sampai pasal 76
Dalam bab ini menjelaskan : Bagian Kesatu tentang Kualifikasi

Akademik, Kompetensi Dosen, Sertifikat Pendidik, dan Jabatan Akademik.
Juga tentang kewenangan dan kewajiban mengenai profesor serta kesempatan
bagi setiap orang untuk menjadi seorang dosen. Bagian Kedua tentang Hakhak

dan

Kewajiban-kewajiban

Dosen

dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalan. Juga tentang pengangkatan oleh satuan pendidikan tinggi,
penerimaan gaji, penghasilan, serta tunjangan-tunjangan profesi yang diterima
oleh Dosen. Bagian Ketiga tentang Ketentuan Wajib Kerja kepada Dosen
dan/atau Warga Negara Indonesia lainnya yang memenuhi Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Dosen dan
tentang ketentuan Pemerintah yang dapat menentukan Pola Ikatan Dinas bagi
calon

Dosen.

Bagian

Keempat

tentang

Pengangkatan,

Penempatan,

Pemindahan, dan Pemberhentian Dosen. Bagian Kelima tentang Pembinaan
dan Pengembangan Dosen yang meliputi pembinaan dan pengembangan
profesi dan karier. Serta tentang Beban Kerja seorang Dosen. Bagian Keenam
tentang Penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan tinggi kepada
Dosen yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah
khusus atau juga bagi Dosen yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah
khusus. Bagian Ketujuh tentang Kewajiban Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organiasi profesi, dan/atau satuan pendidikan tinggi dalam
memberikan Perlindungan Hukum, Profesi, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja
terhadap Dosen mengenai pelaksanaan tugas. Bagian Kedelapan tentang
perolehan Cuti bagi Dosen sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 26

6.

Bab VI tentang sanksi – pasal 77 sampai pasal 79
Dalam bab ini menjelaskan tentang Pengenaan Sanksi terhadap Guru

yang diangkat oleh Pemerintah, pemerintah daerah atau penyelenggara yang
tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,
Pengenaan Sanksi terhadap Guru berstatus ikatan dinas yang tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dan
Pengenaan Sanksi oleh Organisasi Profesi terhadap Guru yang melanggar kode
etik. Juga tentang Pengenaan Sanksi terhadap Dosen yang diangkat oleh
Pemerintah, pemerintah daerah atau penyelenggara yang tidak menjalankan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pengenaan Sanksi terhadap
Dosen berstatus ikatan dinas yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62, dan Pengenaan Sanksi terhadap Penyelenggara
Pendidikan atau Satuan Pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 34, Pasal 39, Pasal 63
ayat (4), Pasal 71, dan Pasal 75.
7.

Bab VII

tentang ketentuan peralihan – pasal 80 sampai pasal 81

Dalam bab ini menjelaskan tentang Keberlakuan semua peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan guru dan dosen sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan UndangUndang.
8.

Bab VII

tentang ketentuan penutup – pasal 82 sampai pasal 84

Dalam bab ini menjelaskan tentang keberlakuan undang-undang yang
dimulai sejak tanggal diundangkan, serta tentang ketentuan peraturan
perundang-undangan yang harus diselesaikan paling lambat 18 (delapan belas)
bulan sejak berlakunya undang-undang guna melaksanakan undang-undang.

Guru adalah pendidik yang pekerjaan atau kegiatannya dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang tugas utamanya mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 27

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. kedudukan guru sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru memiliki hak dan kewajiban
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan hak untuk kebutuhan hidupnya
yang mendapatkan jaminan atau tunjangan dari pemerintah sesuai perundangundangan. Pemerintah mengembangkan sistem pendidikan guru ikatan dinas
berasrama di lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk menjamin
efisiensi dan mutu pendidikan dengan Kurikulum pendidikan guru pada
lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk untuk memenuhi kepentingan
pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah. Dan
bagi Guru yang berprestasi berhak memperoleh penghargaan.
Guru berhak memperoleh cuti sesuai dengan peraturan perundangundangan dengan tetap memperoleh hak gaji penuh. Dan Guru dapat
membentuk organisasi profesi yang bersifat independen yang berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat dan
guru wajib menjadi anggotanya serta pemerintah dapat memfasilitasinya.
Kode etik berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan yang dibentuk oleh
organisasi profesi guru. Dan Dewan kehormatan dibentuk dan wajib dijalankan
oleh organisasi profesi guru yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan
kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas
pelanggaran kode etik oleh guru.
Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dapat ditempatkan pada jabatan struktural
sesuai dengan peraturan perundang-undangandan yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama serta dilaksanakan

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 28

secara objektif dan transparan. Pengangkatan guru dan hak-haknya yang
diselenggarakan oleh pemerintah oleh Pemerintah atau pemerintah daerah.
Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Sekurangkurangnya 24 jam dalam seminggu. Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi, profesi, dan/atau satuan pendidikan tinggi wajib
memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas. Guru
memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan
hak untuk kebutuhan hidupnya yang mendapatkan jaminan atau tunjangan dari
pemerintah sesuai perundang-undangan.
Pembinaan dan pengembangan guru wajib diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dan wajib memberikan
anggaran.Pembinaan

dan

pengembangan

profesi

meliputi

kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional melalui jabatan fungsional dan karier meliputi penugasan, kenaikan
pangkat, dan promosi. Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan
profesi dan karier guru pada satuan pendidikan diselenggarakan oleh oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan peraturan
Menteri.
Dosen adalah pendidik dan ilmuwan yang pekerjaan atau kegiatannya
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang tugas
utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. kedudukan dosen sebagai tenaga profesional
pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 29

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pemerintah dapat
memberlakukan wajib kerja kepada dosen yang memenuhi ketentuan untuk
melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus. Dan Pemerintah dapat
menetapkan pola ikatan dinas bagi calon dosen untuk memenuhi kepentingan
pembangunan nasional atau daerah. Dan bagi Dosen yang berprestasi berhak
memperoleh penghargaan.
Dosen memperoleh cuti untuk studi dan penelitian atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan memperoleh hak
gaji penuh sesuai peraturan perundang-undangan.
Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat ditempatkan pada jabatan
struktural

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangandan

yang

diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi
yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama serta dilaksanakan secara objektif dan transparan. pengangkatan dan
dan hak-haknya
Beban

kerja

yang diselenggarakan oleh pemerintah oleh Pemerintah.

dosen

mencakup

kegiatan

pokok

yaitu

merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi
pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan
tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat dan
sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 (dua belas) satuan kredit semester
(SKS) dan sebanyak-banyaknya 16 (enam belas) satuan kredit semester.
Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi, profesi, dan/atau
satuan pendidikan tinggi wajib memberikan perlindungan terhadap dosen
dalam pelaksanaan tugas.
Pembinaan dan pengembangan dosen wajib diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dan wajib memberikan
anggaran. Pembinaan dan pengembangan profesi meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional melalui jabatan fungsional dan karier meliputi penugasan, kenaikan
pangkat, dan promosi. Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan
profesi dan karier dosen pada satuan pendidikan tinggi diselenggarakan oleh

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 30

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan
peraturan Menteri.
Guru

dan

Dosen

merupakan

bidang

pekerjaan

khusus

yang

pelaksanaannya berdasarkan 9 prinsip profesional serta pemberdayaannya
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan,
tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi. Dan akan dikenakan sanksi apabila tidak menjalankan kewajiban
sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Refleksi Undang-undang Guru dan Dosen
Kualitas pendidikan akan menjadi baiki, jika saja memperhatikan halhal yang memang menjadi salah satu penyebab utamanya, dan di Indonesia
yakni tentang efektifitas, efisiensi, serta standardisasi pendidikan yang kiranya
masih kurang optimal. Tentang masalah lainya yang menjadi penyebabnya,
yakni tentang terbatasnya sarana fisik, terbatasnya kualitas guru, kurangnya
kesejahteraan guru, serta kurangnya prestasi siswa.

T e o r i P o k o k P e n d i d i k a n | 31

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dalam konteks pendidikan pengertian lembaga mengacu pada ada beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan
pengajaran, menurut pandangan Ralph W. Tyler: (1) Tujuan apa yang ingin dicapai?;
(2) Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?; (3)
Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif? ; (4) Bagaimana
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?. Jika kita mengikuti pandangan Tyler
di atas maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu
bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu
bidang studi atau pengajaran di suatu sekolah.
Dan mengenai penerapan prinsip-prinsip pendidikan menurut John Dewey
yang meliputi tentang penjelasan apa itu pendidikan, sekolah, subjek materi
pendidikan, sifat metode, serta sekolah dan kemajuan sosial. Yang sejatinya
menekankan

kepada

pendidikan

yang

berbasis

pada

pengalaman

(experientialeducation), dimana anak mempertanyakan segala sesuatu yang
dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi.
Serta tidak lagi menerapkan Banking Concept seperti yang sudah dijelaskan
dalam prinsip-prinsip pendidikan menurut Paulo Freire. Bahwa Pendidikan menurut
Paulo Freire bukan merupakan penindasan melainkan pendidikan yang dijalankan
bersama-sama antara pendidik dan peserta didik sebab peserta didik bukanlah cawan
kosong yang harus selalu diisi oleh pendidik. Dan dalam proses belajar mengajar ini,
seorang guru dan peserta didik bersama-sama berdialog sebagai subyek dalam
memecahkan permasalahan, karena peserta didik adalah partisipan yang aktif dialog
tersebut. Dengan demikian timbulah kreasi peserta didik dalam menyampaikan
realitasnya atas dasar kesadaran kritis yang dita