TUGAS KELOMPOK 2 RUANG LINGKUP EKONOMI K

TUGAS KELOMPOK 2

RUANG LINGKUP EKONOMI
KESEHATAN

Dr. Andy Aprianto
Dr. Heryman
Dr. Oki Kurniawan
Harja Sujartodipuro SKM

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

1

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan
2. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Kesehatan


Hal
2
3

2.1 Karakteristik Komoditi Kesehatan

5

2.2 Teori Demand For Health Capital (Grossman, 1972)

6

2.3 Evaluasi Ekonomi dalam Pelayanan Kesehatan

8

3. Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analisis)
3.1 Sejarah dan Pemanfaatannya

9

9

3.2 Langkah – Langkah Analisis Biaya Manfaat

10

3.3 Metode Analisis Biaya Manfaat

11

4. Penutup

14

4.1 Kesimpulan

14

4.2 Daftar Pustaka


15

2

1. Pendahuluan
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran
(supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam
satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan
pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling
mempengaruhi satu sama lain.
Teori asas penawaran dan permintaan (laws of supply and demand)
menyatakan bahwa keseimbangan harga pasar dan kuantitas sesuatu
barang berada pada titik pertemuan antara permintaan pembeli dan
penawaran penjual. Di sini, kuantitas yang ditawarkan sama dengan
kuantitas yang dibutuhkan adalah seimbang. Jika harga berada di bawah titik
keseimbangan di mana pembeli meminta barang dari apa yang akan
dikeluarkan oleh penjual maka disebut kekurangan persediaan barang.
Kekurangan persediaan barang menyebabkan harga naik di mana penjual
akan menaikkan harga sehingga ia mencapai titik keseimbangan. Jika harga
barang berada di atas titik keseimbangan maka berlaku kelebihan

persediaan barang. Penjual akan menurunkan harga sehingga ia mencapai
titik keseimbangan.
2. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Kesehatan
Menurut Asal kata : Ekonomi berasal dari kata oikonomia(yunani)
Oikos = rumah tangga, nomos = aturan. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari daya upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di
masyarakat dan meningkatkan kesejahtraannya. Dalam pengertian yang lain
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari persoalaan memilih
kemungkinan pengggunaan sumber daya yang terbatas agar dapat
memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang tidak terbatas. Menurut
samuelson dalam buku Economic (Macro & Micro) 1995 : Ilmu ekonomi
3

adalah ilmu pilihan yang mempelajari bagaimana orang memilih dengan
mempergunakan sumber daya produksi yang langka/terbatas untuk
memproduksi berbagai komoditi dan mendistribusikannya ke anggotaan
masyarakat untuk dikonsumsi.
INTI MASALAH EKONOMI ; Bagaimana cara menyelesaikan
ketidakseimbangan antara jumlah barang / jasa yang terbatas dengan
kebutuhan yang tidak terbatas.


Tjiptoherijanto (1994), menjelaskan ekonomi kesehatan merupakan
ilmu ekonomi yang diterapkan dalam topik – topik kesehatan. Mills dan
Gillson (1999) mendefnisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori,
konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Ekonomi
kesehatan berhubungan dengan: (1) alokasi sumber daya diantara berbagai
upaya kesehatan; (2) jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan; (3) pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai
pelayanan kesehatan; (4) efsiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai
sumber daya serta (5) dampak upaya pencegahan, pengobatan dan
pemulihan kesehatan pada individu dan masyarakat.
Klarman (1968) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan
aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan
akan berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada empat bidang yang
tercakup dalam ekonomi kesehatan, yaitu : (1) peraturan (regulation;, (2)
perencanaan (planning); (3) pemeliharaan kesehatan (the health
maintenance) dan (4) analisis biaya (cost) dan manfaat (beneft)).
Mengutip tulisan Lubis (2009) tentang Ekonomi Kesehatan, PPEKI
(1989) menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu
ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhi

kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menyikapi
keterbatasan sumber daya yang ada, mendorong masuknya disiplin ilmu
4

ekonomi dalam perencanaan, manajemen dan evaluasi sektor kesehatan.
Ekonomi kesehatan akan menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut : (1)
pelayanan kesehatan apa yang perlu diproduksi; (2) berapa besar biaya
produksinya; (3) bagaimana mobilisasi dana kesehatan (siapa yang
mendanai); (4) bagaimana utillisasi dana kesehatan (siapa penggunanya dan
berapa banyak) serta (5) berapa besar manfaat (beneft) investasi pelayanan
kesehatan tersebut.

2.1 Karakteristik Komoditi Kesehatan
Menurut Tjiptoherijanto (1994), Gani (1994) dan Lubis (2009), aplikasi ilmu ekonomi
pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian terhadap karakteristiknya. Karakteristik tersebut
menyebabkan asumsi – asumsi tertentu

5

dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku apabila diaplikasikan untuk

sektor kesehatan, yaitu :
a. Kejadian penyakit tidak terduga, tidak ada orang yang dapat memprediksi penyakit apa yang
akan menimpanya dimasa yang akan datang, oleh karena itu tidak mungkin dapat dipastikan
pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkan. Ketidakpastian (uncertainty) ini berarti seseorang
menghadapai suatu resiko akan sakit dan oleh karena itu ada juga resiko untuk mengeluarkan
biaya untuk mengobati penyakit tersebut.
b. Consumer ignorance, artinya konsumer sangat tergantung pada penyedia (provider) pelayanan
kesehatan. Ini disebabkan karena umumnya konsumen tersebut tidak tahu banyak tentang jenis
penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini
penyedialah yang menentukan jenis dan volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi
oleh konsumen.
c. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak. Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat
adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi,
terlepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi
pelayanan kesehatan sering kali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan bukan atas dasar
kemampuan membayar (demand).
d. Eksternalitas, efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan adalah dampak positif
atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat dari perilaku seseorang.Imunisasi memberi
dampak makin kecilnya resiko sakit bagiorang lain sedangkan bagi yang diimunisasi dapat
memutuskan mata rantai penularan.

e. Motif non-profit, umumnya pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan motif sosial, namun
sekarang terjadi perubahan orientasi, terutama setelah pemilik modal dan dunia bisnis melihat
sektor kesehatan sebagai peluang investasi yang menguntungkan. Pendapat yang dianut adalah
“Orang tidak layak memperoleh keuntungan dari penyakit orang lain”.

6

f. Padat karya, terdapat kecenderungan spesialis dan superspesialis menyebabkan komponen
tenaga dalam pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen tersebut bisa mencapai 40 – 60%
dari keseluruhan biaya.
g. Mixed output, paket pelayanan merupakan konsumsi pasien, yaitu sejumlah pemeriksaan
diagnosis, perawatan, terapi dan nasehat kesehatan. Paket tersebut bervariasi antar individu dan
sangat tergantung kepada jenis penyakit.
h. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi. Pembangunan sektor kesehatan
sesungguhnya adalah investasi jangka pendek maupun panjang karena orientasi pembangunan
pada akhirnya adalah pembangunan manusia.
i. Restriksi berkompetisi, artinya terdapat pembatasan praktek berkompetisi. Hal ini
menyebabkan mekanisme pasar dalam pelayanan kesehatan tidak bisa sempurna seperti
mekanisme pasar untuk komoditi lain. Pada sektor kesehatan tidak pernah terdengar adanya
promosi discount atau bonus dalam pelayanan kesehatan.

2.2 Teori Demand For Health Capital (Grossman, 1972)
Tjiptoherijanto, dkk.(1994), menyebutkan bahwa teori ini mengacu pada pendekatan
investment models dan mengasumsikan bahwa masing – masing individu melakukan penilaian
manfaat atas pengeluaran untuk kesehatan yang diperbandingkan dengan pengeluaran untuk
komoditi – komoditi lainnya dalam rangka memutuskan status kesehatannya yang optimal.
Dalam hal ini, konsumen diasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya
sendiri, tingkat depresiasi status kesehatannya dan fungsi produksi yang mengaitkan antara
perbaikan kesehatan dengan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan.
Sejalan dengan kerangka fikir teori keputusan investasi yang umum, diasumsikan bahwa
setiap individu akan memaksimumkan fungsi utilitinya yang dibentuk dari flow jasa pelayanan
kesehatan dan dari konsumsi barang lainnya untuk setiap tahun kehidupannya. Maksimasi ini
akan menyebabkan individu tadi menyamakan the marginal return on the asset dengan
marginal costnya. Return kepada individu dari terdiri atas marginal physical return dan
marginal monetary return. Monetary return ditentukan oleh tiga komponen, yaitu : upah harian,
produk marginal kesehatan yang dihitung dalam jumlah hari sehat yang dihasilkan oleh satu
7

unit stok kesehatan dan biaya marginal dari „gross investment‟ dibidang kesehatan yang dibeli
pada periode sebelumnya, termasuk biaya waktu dan uang.
Prinsipnya, Grossman mendukung asumsi ekonomi makro, dimana produk marginal

kesehatan menurun secara asimtomatis menuju nol sejalan dengan peningkatan kesehatan. Hal
ini ditunjukkan oleh Grossman pada return kesehatan yang diukur dengan hari sehat (healthy
days) dan mempunyai batas 365 hari pertahunnya. Return tersebut akan bisa menjawab persoalan
debility (Cullis JG and West PA, 1979, hal.29-32) yang akan mempengaruhi tingkat upah.
Dengan stok kapital kesehatan yang optimal dapat dilakukan uji pengaruh usia dan
income terhadap stok kesehatan. Pertama dengan memperhatikan aspek usia dan mengasumsikan
bahwa tingkat upah, marginal product dari stok kesehatan dan biaya marginal dari gross
investmen adalah independen terhadap usia. Pengaruh yang diasumsikan dari kenaikan usia
adalah meningkatnya tingkat depresiasi kesehatan. Ini tidak berarti bahwa orang yang lebih tua
akan kurang sehat dibandingkan yang muda usia, tetapi untuk orang tertentu tingkat depresiasi
kesehatannya pertahun akan menjadi lebih besar ketika usianya lebih tua. Implikasi asumsi
Grossman adalah peningkatan depresiasi menyebabkan konsumen memilih stok kesehatan yang
lebih rendah dalam rangka meningkatkan produk marginal kesehatan, juga menyamakan hasil
marginal dengan biaya yang lebih tinggi (telah diasumsikan bahwa besarnya produk marginal
kesehatan akan lebih kecil pada tingkat stok kesehatan yang lebih tinggi). Dengan demikian
ketika dihadapkan kepada depresiasi kesehatan yang diketahui sudah cenderung naik, model
Grossman mengatakan bahwa seseorang akan memilih suatu status kesehatan yang lebih rendah
pada setiap tahun berurutan (successive year). Hal ini akan mendorong orang tersebut terpaksa
harus memilih usia hidupnya sendiri, mengingat stok kesehatannya yang optimal pada akhirnya
akan turun hingga dibawah life-supporting minimal yang dia perlukan, dan kalau hal itu sudah

tercapai berarti dia akan mati.
Pengaruh tingkat upah kepada stok kesehatan dan demand pelayanan kesehatan akan
terdiri dari dua unsur. Produk marginal kesehatan, dihitung dari healthy days, jelas akan lebih
berharga pada tingkat upah yang lebih tinggi. Tetapi waktu yang dimiliki konsumen juga
merupakan input bagi pelayanan kesehatan, jika tingkat upah naik maka biaya pelayanan akan
naik.
Penekanan public policy yang dapat ditunjukkan oleh model pendekatan Grossman ini
adalah perlunya penyediaan informasi kesehatan yang memadai bagi konsumen dan sekaligus
8

para penyedia pelayanan kesehatan tentang pengaruh masing-masing input pelayanan kesehatan
dan juga tentang efisiensi dari mengkombinasikan input kesehatan yang diinginkan dari pada jika
hanya informasi tentang pelayanan kesehatan saja.
2.3 Evaluasi Ekonomi dalam Pelayanan Kesehatan
Lubis (2009) menyebutkan bahwa teknik evaluasi ekonomi mampu menyediakan
berbagai cara untuk menanggulangi masalah dengan menggunakan berbagai pertimbangan
pilihan masyarakat. Evaluasi ekonomi mempunyai peranan penting dalam menanggulangi
berbagai masalah manajemen, penekanannya terletak pada penentuan bagaimana penyediaan
pelayanan kesehatan yang terbaik, bukan penentuan prioritas dalam investasi.
Masalah teknis yang selalu terjadi dalam evaluasi ekonomi adalah kurangnya informasi dan
satuan dari dampak pelayanan kesehatan. Masalah lain yang timbul adalah adanya perbedaan
pendapat mengenai teknik yang digunakan dan perbedaan tentang strategi Primary Health Care
(PHC). Secara selektif, PHC dianggap pelayanan yang paling efektif dari segi biaya dengan
menggunakan teknik CBA.
Langkah – langkah yang harus dilalui dalam evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan
adalah : (1) identifikasi berbagai biaya dan berbagai konsekuensinya sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dalam memperhitungkan kebutuhan kesehatan masyarakat dan
konsekuensinya; (2) perhitungan biaya dan konsekuensi tersebut. Hal ini berkaitan dengan
dampak terhadap status kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Pendekatan yang
biasa dipakai adalah penggunaan indikator kesehatan secara umum, yaitu tahun penyesuaian
hidup berkualitas (quality adjusted life years) dan hari kehilangan hidup dalam keadaan sehat (
healthy days of life lost) dan pemilihan unit of effect yang sesuai dengan luaran antara; (3)
penilaian dan pengukuran biaya tersebut serta konsekuensinya dengan konsep opportunity cost
dan teknik shadow pricing dan (4) penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang
berbeda, misalnya program pencegahan yang memiliki dampak yang lama, hasilnya tidak dapat
dilihat langsung seperti program pengobatan penyakit. Untuk itu dilakukan metode discounting
dengan asumsi bahwa orang lebih menyukai manfaat yang cepat diperoleh dari pada yang lama.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan berdasarkan
langkah tersebut adalah: (1) jumlah sumber daya yang tersedia untuk diteliti; (2) adanya suatu
pilihan yang jelas dalam penggunaan sumber daya yang akan dievaluasi; (3) penggunaan
9

teknologi yang cukup dikenal sebagai dasar dalam menentukan pilihan; (4) tersedianya waktu
yang cukup untuk penelitian dan (5) pengambil keputusan diharapkan dapat menerima hasil
penelitian dan tidak berubah – ubah fikiran.
3. Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analisis)
3.1 Sejarah dan Pemanfaatannya
Analisis biaya manfaat merupakan bagian dari analisis ekonomi kesejahteraan modern,
dibangun oleh Hicks (1943) dan Kaldor (1939). Sebelumnya Pareto menyatakan kelayakan
proyek dierima jika kesejahteraan sosial masyarakat meningkat (social improvement) dengan
beberapa orang merasa baik (better off) dan tidak ada yang merasa dirugikan (worse off). Kondisi
tersebut dikenal sebagai Pareto Improvement. Prinsip kompensasi Hicks-Kaldor mengemukakan
gainer dapat mengkompensasi loser untuk mencapai pareto improvement potensial, karena tidak
mungkin seseorang atau masyarakat akan kembali pada keadan semula setelah ada proyek
(Hafidh, 2010).
Kebanyakan ekonom menyatakan bahwa suatu penilaian kurang lengkap bila usaha untuk
melihat penggunaan sumber daya dan hasil yang didapatnya tidak dinyatakan dalam nilai uang.
Analisis biaya manfaat (CBA) merupakan suatu alat yang paling penting untuk membantu
pengambilan keputusan dalam menentukan pilihannya, atau lazimnya metode ini akan menjamin
pengambilan keputusan untuk dapat melakukan allocative efficiency (Mooney, 1986). Sugiyono
(2001) menyebutkan bahwa pemerintah mempunyai banyak program yang harus dilaksanakan,
sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Analisis ini dapat membantu pemerintah dalam
memilih program – program yang memenuhi kriteria efisiensi dengan pertimbangan
kesejahteraan masyarakat. Ada dua pihak yang menaruh perhatian pada analisis ini. Pertama
praktisi teknis dan ekonom yang berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan
data dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kekuasaan eksekutif yang
berwenang untuk membuat peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan publik.
Pada dasarnya CBA menawarkan perbandingan antara seluruh biaya dan manfaat dari
suatu program yang dibiayai dari dana masyarakat. Biaya yang dikeluarkan termasuk juga
rencana pengeluaran yang terlihat dalam anggaran.

10

Sedangkan manfaat diperoleh jika kerugian dimasa datang dapat dicegah karena
keberhasilan program tersebut. Manfaat dari program-program kesehatan tidak lain dari biaya
yang bisa dicegah bila program tersebut berhasil, beberapa penulis menyarankan bahwa nilai
manfaat mungkin saja diperoleh dengan menghitung biaya ekonomi dari suatu penyakit. Oleh
karena efek atau dampak dari suatu program itu baru dapat terlihat setelah beberapa lama, maka
nilai-nilai biaya dan manfaat program tersebut harus disesuaikan mengingat nilainya berubah
menurut perjalanan waktu. Dalam hal ini digunakan cara discounting. Discounting adalah cara
penyesuaian nilai atau uang dengan menghitung berapa nilai uang saat ini dikemudian hari
dengan memperhitungkan bunga pada akhir setiap tahun. Untuk ini dipergunakan discount rate.
Biaya discount rate disesuaikan dengan interest rate atau suku bunga yang berlaku dalam
peminjaman uang. (Tjiptoherijanto,dkk.1994).
3.2 Langkah – Langkah Analisis Biaya Manfaat
Lubis (2009) menjelaskan secara ringkas, langkah-langkah yang dilakukan dalam CBA
adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi para pengambil keputusan
Langkah ini bertujuan untuk menetapkan siapa yang akan dilibatkan dalam proses CBA, terutama
untuk memberikan penilaian terhadap dampak suatu program atau alternativ kebijaksanaan
secara menyeluruh.
b. Identifikasi alternatif
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas alternative-alternatif apa yang tersedia
dihadapan pengambilan keputusan, sehingga dapat dibandingkan baik biaya maupun manfat dari
masing-masing alternatif tersebut.
c. Identifikasi biaya
Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi atau mungkin akan terjadi. Biaya suatu program mencakup biaya itu sendiri dan dampak
yang tidak diharapkan (dis-benefit, maupun “benefit yang hilang” oleh karena sumber daya tidak
dialokasikan kepada alternative lain (opportunity cost). Terdiri atas biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang melekat pada kegiatan dan operasional desa
siaga aktif dan poskesdes, seperti pembentukan, pendirian Poskesdes dan penyediaan alat
kesehatan dan pelatihan bidan desa. Sedangkan biaya tidak langsung meliputi biaya rapat berkala
11

yang diselenggarakan oleh pengurus desa siaga. Jadi biaya total kegiatan tersebut bertindak
sebagai pengukur untuk manfaat yang didapatkan. Dalam suatu perhitungan manfaat-biaya,
perbandingannya adalah antara pengeluaran tambahan yang ditujukan untuk pelayanan kesehatan
dan antisipasi penurunan dari biaya – biaya yang ada.
d. Identifikasi manfaat
Manfaat juga terdiri atas manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat
yang dapat dirasakan masyarakat secara langsung setelah program desa siaga aktif berjalan,
misalnya menurunnya angka kesakitan dan pengurangan biaya operasional. Sedangkan manfaat
tidak langsung adalah manfaat yang dirasakan masyarakat dalam jangka panjang (5-10 tahun)
setelah program ini dijalankan, misalnya peningkatan pendapatan dan produktifitas, karena hari
sehatnya lebih banyak. Untuk menghitung biaya langsung atau manfaat langsung suatu program,
biasanya tidak begitu sulit.
e. Transformasi dampak ke dalam nilai moneter
Semua biaya dan manfaat selanjutnya ditransformasi kedalam bentuk uang. Dalam hal ini
diperlukan data – data pendukung, seperti harga satuan perobatan dan UMR, sehingga nilai
moneternya dapat diestimasi.
f. Discounting
Oleh karena efek (dampak) suatu program biasanya berlangsung lama, maka nilai-nilai biaya dan
manfaat tadi harus disesuaikan. Oleh karena nilainya memang berubah menurut perjalanan
waktu. Hal ini dilakukan dengan tindakan discounting, yakni dengan menggunakan discount rate
yang sesuai. Dalam hal ini mengacu pada tingkat inflasi Mei 2012, berkisar 12 % - 15 %
(Waspada, 2012).
g. Penafsiran hasil cost benefit analysis
Hasil perhitungan biaya dan manfaat selanjutnya ditafsirkan dengan melakukan perhitungan
lebih lanjut. Ada dua cara yang lazim dipakai, yakni menghitung rasio manfaat biaya (benefit
cost ratio) dan menghitung manfaat bersih (net benefit) program bersangkutan dengan
menghitung Net Persent Value ( NPV ) atau menghitung Internal Rate of Return (IRR ).

12

3.3 Metode Analisis Biaya Manfaat
Pelaksanaan analisis pada proyek yang mempunyai umur ekonomis yang relatif panjang
dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat yang berbeda-beda harus
memperhatikan konsep uang. Analisis harus dilakukan dengan menghitung seluruh manfaat dan
biaya dari suatu proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan dihitung dalam nilai
sekarang.
Adanya faktor ketidak pastian tentang hal yang terjadi dimasa datang dan diskonto, maka perlu
ditentukan konsep uang yang akan datang ( future value) dan nilai uang sekarang (present value)
karena hampir semua proyek mempunyai umur yang lebih panjang dari satu tahun dan manfaat
proyek tersebut tidak diterima seluruhnya pada suatu saat. Biaya proyek juga dikeluarkan dalam
waktu yang berbeda-beda selama umur proyek yang bersangkutan. Diskonto biasanya disamakan
dengan tingkat bunga, meskipun dalam analisis manfaat dan biaya faktor diskonto tidak selalu
sama dengan suku bunga.
Konsep nilai uang yang akan datang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Pt =Po ( 1+ i )t
Dimana ;
Pt : nilai uang dimasa datang
Po : nilai uang sekarang
i : tingkat diskonto
t : tahun
Sedangkan konsep nilai uang sekarang, dapat dihitung dengan rumus :
Po = Pt / (1+ i )
Pada dasarnya untuk menganalisis efisiensi suatu proyek langkah-langkah yang harus diambil
adalah : (1) Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan; (2)
Menghitung manfaat dan biaya dalam nilai uang dan (3) Menghitung masing-masing manfaat
dan biaya dalam nilai uang sekarang.
Ada tiga metode untuk menganialisis manfaat dan biaya suatu proyek yaitu nilai bersih sekarang
(NPV =Net Present Value), Internal Rate of Return (IRR) dan perbandingan manfaat biaya (BCR
= Benefit Cost Ratio)
Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari pada biaya yang
diperlukan. Nilai bersih suatu proyek (NPV) merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek
13

dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan
tingkat diskonto yang berlaku. Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPV tertinggi
adalah proyek yang mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan proyek tergantung dari
tingkat diskonto yang dipilih. Pemilihan tingkat diskonto haruslah mencerminkan biaya
oportunitas penggunaan dana.
Metode IRR dapat mencari tingkat diskonto, sehingga menghasilkan nilai sekarang suatu
proyek sama dengan nol. Sedangkan metode BCR memilih proyek dengan kriteria perbandingan
lebih besar dari satu. Metode BCR akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPV,
apabila BCR >1 berarti pula NPV>0. Perbandingan ketiga metode ini dapat dilihat pada table
berikut :

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Analisis Biaya Manfaat Metode Analisis
Biaya Manfaat
NPV
IRR
BCR
Karakteristik Cerminan
Tidak
Tidak
Ya
Skala Proyek
Mudah
Tidak
Ya
Ya
Mengurutkan
Proyek
Mudah
Mudah
Agak Sukar
Mudah
Digunakan
Kelebihan
Berfokus pada
Mencerminkan
Mudah
nilai uang
tingkat
mengurutkan
pengembalian
proyek
Kekurangan
Sukar
Hasil dapat
Bias dalam
mengurutkan
membingungkan operasional
proyek

14

4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Ilmu Ekonomi yang mempelajari bagaimana seseorang/masyarakat membuat pilihan
dengan atau tanpa uang, pada sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai
cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk
keperluan konsumsi sekarang dan masa datang kepada berbagai orang/masyarakat. Penerapan
ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Sesuai dengan batasan tersebut, Ilmu Ekonomi Kesehatan membahas tentang:
1. Alokasi sumber daya dari berbagai program kesehatan
2. Besar sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
3. Pengorganisasian dan pembiayan institusi kesehatan terkait pelayanan langsung dan institusi
penunjang
4. Efisiensi dan efektifivitas sumberdaya kesehatan
5. Efek pelayanan preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap kesehatan penduduk
Penerapan ilmu ekonomi dibidang kesehatan tidak bisa bertujuan Profit
Maximization semata melainkan harus juga mempertimbangkan Equity atau unsur
pemerataan.Hal inilah yang membedakan Ilmu Ekonomi murni dengan Ilmu
Ekonomi Kesehatan. Untuk itu dalam penerapan ilmu ekonomi kesehatan diperlukan Analisis Biaya Pelayanan Institusi Kesehatan yang mengkaji tarif yang layak,
besarnya subsidi yang harus diberikan, biaya yang harus dihilangkan/diperkecil, dll.

15

4.2 Daftar Pustaka
Buku Ekokes untuk Developing Countries, Depkes.
Economic (Macro & Micro) 1995 : Samuelson
http://id.wikipedia.org//ilmu ekonomi [1 Maret 1999]

16

17

18

19

20

21