Analisis Perbandingan Efisiensi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

2.1.1

Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab, Asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min,

penanggung disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’amman lahu atau
musta’min. At-tamin diambil dari amana yang artinya memberi perlindungan,
ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, seperti yang tersebut dalam QS.
Quraisy (106): 4, yaitu “Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan”.
Pengertian dari at-ta’min adalah seseorang membayar / menyerahkan uang
cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana
yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang
hilang.
Musthafa Ahmad az-Zarqa memaknai asuransi adalah sebagai suatu cara

atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman)
bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan
kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
Ia berpendapat bahwa sistem asuransi adalah sistem ta’awun dan
tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau
musibah- musibah oleh sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa
musibah tersebut. Penggantian tersebut berasal dari premi mereka. (Widyaningsih
at al. 2005)

Universitas Sumatera Utara

Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001 telah mengeluarkan fatwa
mengenai asuransi syariah. Dalam Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 Bagian
Pertama mengenai Ketentuan Umum angka 1, disebutkan pengertian asuransi
syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong- menolong di antara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk
aset dan/ atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat tolong
menolong dan saling melindungi yang disebut “ta’awun”. yaitu prinsip hidup

saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara
sesama anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi risiko.
Oleh sebab itu, premi pada asuransi adalah sejumlah dana yang dibayarkan
oleh peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan tabarru’. Dana Tabungan
adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah dan akan mendapat alokasi bagi
hasil (al-mudharabah) dari pendapat investasi bersih yang diperoleh setiap
tahun.Dana Tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada
peserta apabila peserta mengajukan klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun
klaim manfaat asuransi.
Sedangkan, Tabarru’ adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan
dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jiwa sewaktu-waktu digunakan untuk
membayar klaim atau manfaat asuransi syariah. Dalam asuransi syariah ada
beberapa istilah dari asuransi konvensional yang harus diganti, contohnya istilah

Universitas Sumatera Utara

premi diganti dengan kontribusi, istilah biaya diganti dengan ujrah dan istilah
premi netto dengan tabarru’.

2.1.2 Pengertian Asuransi Konvensional

Kata asuransi itu sendiri diambil dari bahasa Belanda yaitu assurantie.
Dalam hukum belanda disebut dengan verzekering, yang berarti pertanggungan.
Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Pasal 1, yang dimaksud dengan
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupya
seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang
asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246, asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, dari pengertian diatas dapat dipahami pula bahwa dalam
asuransi itu terdapat dua pihak yang terlibat. Pertama, pihak yang mempuyai
kesanggupan untuk menanggung atau menjamin yang selanjutnya disebut dengan
“ Penanggung”.
Kedua, pihak yang akan mendapatkan ganti rugi jika menderita suatu
musibah sebagai akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi, yang
selanjutnya disebut dengan “tertanggung”. Pihak yang pertama bisa berupa
perorangan, badan hukum atau lembaga seperti perusahaan, sedangkan pihak
kedua adalah masyarakat luas.

2.1.3

Perbedaan Antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Konsep asuransi syariah berbeda dengan konsep asuransi konvensional.

Dengan perbedaan konsep ini, tentunya akan memengaruhi operasionalnya yang
dilaksankan akan berbeda satu dengan lainnya. Berikut adalah perbedaan antara
asuransi syariah dan asuransi konensional yang dikemukakan oleh Muhammad
Syakir Sula. Berikut ini adalah perbedaan asuransi syariah dan asuransi

konvensional :
Tabel 2.1
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
No
1.

Prinsip
Konsep

Asuransi Konvensioanal
Perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi,
untuk memberikan pergantian
kepada tertangung.

Asuransi Syariah
Sekumpulan orang yang saling

membantu, saling menjamin, dan
bekerjasama, dengan cara masingmasing
mengeluarkan
dana
tabaru.

Universitas Sumatera Utara

No

Prinsip

Asuransi Konvensioanal

Asuransi Syariah
Dari Al-qidah, kebiasaan suku
Arab jauh sebelum Islam datang.
Kemudian disahkan oleh Rasullah
menjadi hukum islam, bahkan
telah tertuang dalam konstitusi

pertama
didunia
(Konstitu
madina) yang dibuat langsung
rasulullah.

2.

Asal Usul

Dari masyarakat Babilonia
4000-3000 SM yan dikenal
dengan perjanjian Hammurabi.
Dan, tahun 1668 M di Coffe
House
London
berdirilah
Lloyd of london sebagai cikal
bakal asuransi konvensional.


3.

Sumber
Hukum

Bersumber
dari
pikiran
manusia dan kebudayaan.
Berdasarkan hukum positif,
hukum alami, dan contoh
sebelumnya.

4.

5.

6.

Bersumber dari wahyu ilahi.

Sumber hukum dalam syariah
Islam adalah alqur’an, Sunnah
atau kebiasaan Rasul, Ijma, Fatwa
sahabat, Qiyas, Istihsan, Urf
tradisi, dan Mashalih Mursalah.
“Maghrib”
Tidak selaras dengan syariah Bersih dari adanya praktik Maisir,
(Maisir,
Islam karena adanya Maisir, gharar, dan Riba.
Gharar, dan Gharar, dan Riba; hal yang
Riba)
diharamkan dalam muamalah.
DPS (Dewan Tidak ada, sehingga dalam Ada,
yang berfungsi untuk
Pengawas
banyak
praktiknya mengawasi
pelaksanaan
bertentangan dengan kaidah- operasional
Syariah)

perusahaan
agar
kaidah syara’.
terbebas dari parktik-praktik
muamalah yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah
Jaminan/Risk Trasnfer of risk, dimana terjadi Sharing of risk, di mana terjadi
(Risiko)
transfer risiko dari tertanggung proses saling menanggung antara
kepada penanggung
satu peserta dengan peserta
lainnya (ta’awun).

Sumber : Widyaningsih et al (2005)

2.2

Pengertian Efisiensi dan Konsef Efisiensi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efisiensi yaitu tepat atau sesuai


untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang waktu,
tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna,
bertepat guna (http://kamusbahasaindonesia.org/efisiensi).

Universitas Sumatera Utara

Konsep efisiensi berasal dari konsep mikro ekonomi, yaitu teori konsumen
dan

teori

produsen.

Sudut

pandang

teori

konsumen

mencoba

untuk

memaksimalkan kegunaan atau kepuasan individu, sedangkan sudut pandang teori
produsen mencoba untuk memaksimalkan profit atau meminimalkan biaya.
(Ascarya dan Diana Yumanita, 2007:97)
Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran
(output) dan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang
dipergunakan.

Suatu

perusahaan

dapat

dikatakan

efisiensi

apabila

mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah
unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan jumlah output
yang lebih besar. (Permono dan Darmawandalam Priyonggo, 2008 : 34)
Menurut David (1984) Efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita
menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara
matematis efisiensi merupakan rasio antara output dan input.
Namun perhitungan efisiensi di atas masih belum cukup untuk perhitungan
efisiensi suatu organisasi atau perusahaan, yang pada kenyataannya tidak hanya
melibatkan satu macam input dan menghasilkan satu macam output saja. suatu
organisasi atau perusahaan sebenarnya berhubungan dengan bermacam-macam
sumber daya baik input maupun output yang berbeda.
Dikutip dalam Priyonggo (2008), Efisiensi juga bisa diartikan sebagai
rasio sebagai rasio antara input dan output. Ada tiga faktor yang menyebabkan
efisiensi, yaitu (1). Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output
yang lebih besar, (2). Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang lebih

Universitas Sumatera Utara

besar lagi, (3). Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang
lebih besar lagi. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006 : 40).
Menurut Farrel (1957), mengemukakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan
terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) Technical efficiency dan (2) allocative
efficiency. Techinal efficiency mengambarkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input
tertentu.
Technical efficiencyini mengukur proses produksi dalam menghasilkan
sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminal mugkin. Dengan
kata lain, Technical efficiency mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan sejumlah input yang
tersedia.
Sedangkan, allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi
tertentu.
Kombinasi antara Technical efficiency dan allocative efficiency akan
menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara
ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk meghasilkan output
tertentu dengan tigkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang
berlaku.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan
efisien, jika output yang dihasilkan dapat ditingkatkan tanpa meningkatkan input
dan menurutkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi dapat

Universitas Sumatera Utara

dikatakan efisien, jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang
dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu lainnya.

2.3

Pengukuran Efisiensi
Menurut Muharram dan Purvitasari (2007) dikutip dalam Ahmad Iqbal,

2011:24, pengukuran efisiensi bisa dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu :
1.

Pendekatan

Rasio

:

Mengukur

Efisiensi

dengan

cara

menghitung

perbandingan output dan dengan input yang digunakan. Pendekatanrasio akan
dinilai efisien yang tinggi jika memproduksi output yangmaksimal dengan
input yang minimal.
Efficiency =

������
�����

Menurut Chu-Fen Li (2007) melihat pendekatan rasio sebagai ”the
mostcritical limitation of the financial ratio is that they fail to consider
themultiple input-output.” Pendekatan rasio ini mempunyai kelemahan apabila
terdapat banyak input dan banyak output yang dihitung, jika diperhitungkan
serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga
menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Silkman dalam Muharam dan Purvitasari,
2007). Oleh karena itu pendekatan ini belum mampumenilai kinerja lembaga

keuangan secara menyeluruh.
2.

Pendekatan regresi : Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan
sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsidari berbagai tingkat
input tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f X ,X , X , X ,......................X n 1 2 3 4

Universitas Sumatera Utara

Dimana : Y = output, X = input
Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena
hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan
regresi.
3. Pendekatan frontier : Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Pendekatan frontier non parametrik dapat
diukur dengan tes non parametrik yaitu dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) dan Pendekatan frontier parametrik dapat
diukur dengan tes parametrik yaitu Stockhastic Frontier Analysis(SFA) dan
Distribution Free Analysis (DFA). Persamaan perhitungan menggunakan
metode non parametrik dan parametrik yaitu sama sama menggunakan input
dan output sebagai variabel. Dalam penelitian ini digunakan metode non
parametrik Data Envelopment Analysis.

2.4

Pendekatan Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah suatu model pemrograman matematis yang digunkan untuk

menghitung efisiensi relatif suatu unit dibandingkan dengan unit-unit lain
menggunakan berbagai macam input dan output yang sejenis. DEA dapat juga
digunakan untuk melakukan proses benchmarking.
Kebanyakan input dari suatu organisasi berupa data yang sulit untuk
diukur performansi efisiensinya. Akan tetapi akan lebih mudah mengukurnya dari
segi profit tahunan ataupun stok barang dalam organisasi tersebut. Suatu input dan
output dari suatu oranisasi dapat bervariasi jumlah dan jenisnya. Hal ini dapat

Universitas Sumatera Utara

diatasi dengan cara menentukan rasio dari perbandingan total output dengan total
input.
Efisiensi yang ditentukan denagan metode DEA adalah suatu nilai yang
relatif dan bukan merupakan suatu nilai yang mutlak yang dapat dicapai oleh
suatu organisasi. DMU yang memiliki performansi paling baik diberi skor 100%
dan DMU lain yang performansinya berada dibawahnya memiliki skor yang
bervariasi yaitu antara 0% - 100% sesuai perbandingannya denagan DMU yang
terbaik.
Pendektan Non Parametik Metode DEA (Data Envelopment Analysis)
yang akan digunakan sebagai metode analisa dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini untuk mengukur efisiensi Asuransi Syariah dan Asuransi
Konvensional denganmenggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
Dalam buku Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan oleh Zainal
Abidin dkk,2008: 11-12, Metode DEA merupakan salah satu metode frontier
berbasis non parametrik dengan menggunakan program liniear.
Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk mengukur tingkat
efisiensi dari decision-making unit (DMU) relatif terhadap DMU sejenis, ketika
semua unit berada pada atau dibawah “kurva” efisien frontiernya. Metode ini bisa
digunkan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari beberapa objek. Selain
menghasilkan nilai efisiensi masing- masing DMU, DEA juga menunjukkan unitunit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien.
Dalam menggunakan DEA, perlu diperhatikan beberappa hal penting,
yaitu positivity, jumlah DMU, homogeneity, isotonicity, windows analysis dan

Universitas Sumatera Utara

bobot. Karena menggunakan program linier, maka DEA mensyaratkan variabel
input dan outputnya bernilai positif (>0).
Dan

untuk

memastikan

terpenuhinya

degree

of

freedo,

DEA

mensyaratkanjumlah DMU yang dianalisis minimal 3 unit, yang seluruhnya
mempunyai kesamaan input dan outputnya. Isotonicity berarti bahwa setiap
terdapat kenaikan pada variabel input, harus mendapatkan respon berupa kenaikan
setidaknya satu variabel output dan tidak ada variabel output yang mengalami
penurunan. Mengingat bahwa nilai produktivitas DMU seringkali dipengaruhi
oleh waktu, maka perlu dilakukan windows analysis ketika terjadi pemecahan data
DMU (tahunan menjadi triwulan atau bulanan misalnya).
Istilah – istilah yang digunakan pada DEA adalah :
1. Input
Sesuatu yang diolah dan dibutuhkan untuk kemudian diolah menjadi suatu
produk yang bernilai.
2. Output
Sesuatu yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang tersedia.
3. Unit
Sesuatu yang dinilai dan dibandingkan dengan antara input dan output
sehingga diperoleh nilai efisiensi nilai relatifnya.
4. Efisiensi Relatif
Efisiensi suatu unit bila dibandingkan dengan unit-unit lain yang memiliki
input dan output dengan jenis yang sama dalam treatment tertentu.
5. Bobot

Universitas Sumatera Utara

Pemberian nilai untuk suatu faktor yang memberikan makna bahwa faktor
tersebut mempengaruhi efisiensi sebesar nilai bobotnya.
DEA bila diartikan secara bebas berarti analisa data terbungkus. Disebut
demikian karena bila hasil dari perhitungan efisiensi telah didapatkan, dan
kemudian diplot dalam suatu garfik dan nilai- nilai yang terluar dihubungkan,
maka akan melingkupi atau membungkus nilai- nilai tertentu. Nilai- nilai yang
terbungkus inilah yang masih harus ditingkatkan efisiensinya dengan mencari
penyebab yang mungkin ditimbulkan oleh input atau output DMU.
Dalam mengevaluasi dengan metode DEA, perlu diperhatikan :
1.

Kebutuhan nilai input dan output untuk masing-masing DMU.

2.

DMU memiliki proses yang sama, yaitu dengan menggunakan jenis input dan
output yang sama.

3.

Mendefinisikan nilai efisiensi relatif masing- masing DMU melalui rasio
antara penjumlahan bobot output dengan penjumlahan bobot input.

4.

Nilai efisiensi berkisar antara 0 dan 1.

5.

Nilai bobot yang diperoleh dari hasil pemrograman dapat digunakan untuk
memaksimumkan nilai efisiensi relatif.

Beberapa keunggulan serta keterbatasan DEA
Beberapa hal yang menjadi keunggulan Pendekatan DEA adalah :
a. Metode DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk
mengukur efisiensi relative suatu DMU yang menggunakan banyak input dan
output sehingga dapat menhasilkan suatu skor atau nilai.

Universitas Sumatera Utara

b. Metode DEA tidak memerlukkan asumsi hubungan fungsional antara variabel
input dan output.
c. DMU (decision making unit) dapat dibandingkan secara langsung dengan
sesamanya.
d. Satuan pengukuran input dan output dapat berbeda.
Keterbatasan DEA di antaranya adalah :
a. Metode DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat
diukur. Kesalahan dalam memasukkan input dan output akan memberikan hasil
pengukuran yang bias.
b. Nilai-nilai yang dihasilkan dari DEA merupakan nilai relatife bukan nilai
absolute.
c. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
d. Menggunakan perumusan linear programming terpisah untuk tiap DMU
(perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah berskala
besar).

Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Model Pengukuran Efisiensi Dengan Menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA)
Ada dua model yang sering digunakan dalam pendekatan ini, yaitu:
a.

Model CCR (1978)
Disebut CCR karena dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes
(Model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara
penambahan input dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya,
jika ada penambahan input sebesar x kali, maka output juga akan meningkat
sebesar asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah setiap perusahaan
(asuransi) beroperasi pada skala yang optimal (optimum scale).

b.

Model BCC 1984
Model yang dikembangkan oleh Banker, Charnes dan Chooper pada tahun
1984 ini merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan
bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi dalam skala yang optimal.
Persaingan dan kendalakendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan
untuk tidak beroperasi pada skala optimalnya. Asumsi dari model ini adalah
bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variabel return
to scale). Artinya penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan
output meningkat sebesar x kali, bisalebih kecil atau lebih besar dari x kali.
Setiap DMU memerlukan satu model programan linear diatas, dimana

pemrograman linear untuk masing- masing DMU pada dasarnya sama. Suatu
DMU dikatakan efisien secara relatif bila efisiensi bernilai 1(nilai efisiensi sebesar

Universitas Sumatera Utara

100%). Sebaliknya nilai efisiensi kurang dari 1, maka DMU tersebut dianggap
tidak efisien.

2.5

Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi
Menurut Hadad et al (dalam Sufian, 2006 : 38). Terdapat 3 pendekatan

yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis
(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output
dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan.
Pendekatan yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input dan output :
a.

Pendekatan Produksi dimana dalam pendekatan ini bank atau lembaga
keuangan lain sebagai produser dari rekening tabungan dan kredit pinjaman.
Dengan demikian, definisi output pada pendekatan ini adalah penjumlahan
dari rekening-rekening tersebut. Sedangkan inputnya adalah jumlah tenaga
kerja, pengeluaran modal pada aktiva tetap dan materiallainnya. Pendekatan
ini lebih cocok untuk mengevaluasi kinerja efisiensi untuk suatu cabang pada
suatu bank atau lembaga keuangan..

b.

Pendekatan Intermediasi dimana pendekatan ini mendefinisikanbank ataupun
lembaga keuangan seperti industri Asuransi sebagai perantara, yang
mengubah dan mentransfer aset-aset keuangan, dari unit-unit yang kelebihan
dana ke unit-unit yang kekurangan dana. Output dalam pendekatan ini diukur
melalui kredit pinjaman, pendapatan premi dan investasi keuangan, sedang
inputnya adalah biayatenaga kerja dan modal serta pembayaran bunga pada

Universitas Sumatera Utara

deposit, komisi, beban manajemen dan klaim. Pendekatan ini lebih tepat
untuk mengevaluasi kinerja efisiensi bank atau lembaga keuagan sebagai
lembaga intemediasi atau DMU.
c.

Pendekatan Aset dimana pendekatan ini merupakan pengembangan dari
pendekatan intermediasi, yaitu melihat fungsi primer sebuah bank atau
lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman. Sehingga, output dari
pendekatan ini adalah kemampuan perbankan dalam menanamkandana dalam
bentuk kredit, surat-surat berharga dan alternatif asetlainnya. Sedangkan
inputnya adalah harga tenaga kerja, harga dana,dan harga fisik modal.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey, dikutip Muharam dan Pusvitasari
(dalam Arief Setiawan 2013 : 27) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi
merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga
keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial
intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada
deficit unit.

Universitas Sumatera Utara

2.6

Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan dalam hal mengetahui

perbandingan efisiensi asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Beberapa
hasil penelitian menyatakan bahwa asuransi syariah lebih efisien dibandingkan
dengan asuransi konvensional, sedangkan dipenelitian-penelitian lainnya justru
menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil-hasil dari penelitian-penelitian tersebut
penulis rangkum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.2
Tabel Penelitian Terdahulu
No
1

2

3

Nama
Peneliti
Benarda
(2016)

Judul
Penelitian
Tingkat efisiensi
asuransi
jiwa
syariah
menggunkan
pendekatantwo
stage
Data
Envelopment
Analysis

Variabel
penelitian
Input:Aset, beban,
danpembayaran
klaim.
Output:Dana
tabarrudan
pendapatan

Janjua
(2015)

Analisis efisiensi
asuransi syariah
dan konvensional
di
pakistan
periode
20062011

Input:
Tenaga
kerja,
hutang
danjumlah cabang
perusahaan.
Output :Pendapatan
investasi dan net
klaim.
Input: Investasi dan
risiko
Output:Sistem
operasi,bentuk
organisasi, ukuran
perusahaan
dan
pilihan konsumen

Yakob
(2014)

Analisis efisiensi
asuransi syariah
dan konvensional
di malaysidengan
metodetwo stage
DEA

Hasil
Metodologi
Penelitian
Penelitian
Rata-rata hasil analisis
Metode
DEA untuk seluruh
DEA
DMU(Decision
Making Unit) belum
efisien baik secara
teknik
maupun
ekonomis dan rasio
dana
perusahaan
memiliki
pengaruh
positif dan signifikan
terhadap
efisiensi
ekonomis.
Asuransi syariah lebih
Metode
efisienyaitu
77%
DEA
sedangkan
dibandingkan dengan
asuransi konvensional
hanya 67%.
Perusahaan asuransi
syariah menunjukkan
kinerja
manajemen
risiko yang lebih baik.

Metode
DEA

Universitas Sumatera Utara

No

Nama
Peneliti

Judul
Penelitian

Variabel
penelitian

Analisis efisiensi
asuransi
jiwa
konvensional dan
industri syariah di
Bangladesh
Analisis efisiensi
perusahaan
asuransi non jiwa
yang
ada
diindonesia

Input: Komisi dan
biaya manajemen
Output: Premium
dan
pendapatan
investasi
Input:
Aset, beban dan
pembayaran klaim.
Output:
Dana tabarru dan
pendapatan.

4

Rahman
(2013)

5

Abidin
dan
Cabanda
(2011)

6

Ismail et Analisis efisiensi
al.(2011)
asuransi syariah
dan
asuransi
konvensional di
malaysia

Hasil
Penelitian

Metodologi
Penelitian

Total
Factor
Productivity asuransi
jiwa
konvensional
lebih baik daripada
asuransi syariah.
Penelitian
menunjukkan bahwa
perusahaan asuransi
non jiwa berskala
besar lebih efisien
dibandingkan
perusahan perusahan
kecil.
Input
:Tenaga Ada perbedaan yang
kerja, modal dan signifikan
dalam
beban Komisi.
efisiensi teknis antara
industri
syariah
Output: Investasi dengan
asuransi
dan Pendapatan.
konvensional. dalam
penelitian ini asuransi
konvensional
lebih
efisien dibandingkan
asuransi syariah.

Metode
DEA

Metode
DEA

Metode
DEA

Sumber: Benarda (2016), Janjua (2015), Yakob (2014), Rahman (2013) Abidin dan Cabanda (2011)Ismail
et al.(2011)

2.7

Kerangka Konseptual
Pengukuran efisiensi pada lembaga keuangan telah banyak dilakukan

sebagai indikatornya dalam menjalankan usahannya. Pengukuran efisiensi ini
dapat dilihat dari berbagai aspek, namun pada umumnya efisiensi cenderung
dilihat dari sisi teknis dan biaya.
Pengukuran efisiensi teknis terfokus pada penilaian bagaimana hubungan
diantara output dan inputnya, sementara efisien biaya menilai dari segi besarnya
biaya yang dikeluarkan dalam mendapatkan output yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran efisiensi dengan melihat sisi teknis dan biaya dapat
diaplikasikan dalam menilai efisiensi dengan menentukan input dan outputnya
terlebih dahulu.
Dengan memperhatikan hal tersebut dan dengan berlandaskan dengan teori
serta kajian empirik yang ada, maka dapat dibangun sebuah kerangka pikir teoritis
untuk mengukur tingkat efisiensi pada

asuransi syariah maupun asuransi

konvensional sebagai acuan di dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Konseptual penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai
berikut:

Variabel Input:

Variabel Output:

Tenaga Kerja
Premi

Modal
Biaya Tenaga
Kerja

Pendapatan
Investasi

Beban
Komoisi

Pengukuran Efisiensi dengan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan
pendekatan intermediasi

Nilai Efisiensi
Asuransi
Konvensional

Uji Beda

Nilai
Efisiensi
Asuransi Syariah

Independet
Sample ttest
Sumber:Ismail at al (2011)Dimodifikasi

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.8

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan, maka daapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Asuransi Konvensional lebih efisien dibandingkan dengan asuransi syariah

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

8 76 81

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 15 100

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2008-2012)

0 4 168

Analisis Perbandingan Efisiensi antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Surakarta dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data E

0 1 13

Analisis Perbandingan Efisiensi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis

0 0 2

Analisis Perbandingan Efisiensi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis

0 1 9

Analisis Perbandingan Efisiensi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis

1 7 3

Analisis Perbandingan Efisiensi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis

0 1 3

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 1 15

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN

0 0 11