Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

(1)

SYARIAH DENGAN BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

OLEH :

ARIEF MUNANDAR 110501002

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

Departemen Ekonomi Pembangunan

PERSETUJUAN

Nama : ARIEF MUNANDAR

NIM : 110501002

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Islam

Judul Skripsi :Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di

Indonesia dengan Menggunankan Metode Data

Envelopment Analysis (DEA)

Tanggal. ________________ Ketua Program Studi

Irsyad Lubis. SE. M.Soc.Sc. Ph.D NIP. 19710503 200312 1 003

Tanggal. __________________ Ketua Departemen

Wahyu Ario Pratomo. SE. M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001


(3)

Departemen Ekonomi Pembangunan

PERSETUJUAN

Nama : ARIEF MUNANDAR

NIM : 110501002

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Islam

Judul Skripsi :Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di

Indonesia dengan Menggunankan Metode Data

Envelopment Analysis (DEA)

Tanggal. ________________ Pembimbing

Ilyda Sudarjat. SSi. M.Si NIP. 19550810 1983031 004

Tanggal. __________________ Pembaca Penilai

Wahyu Ario Pratomo. SE. M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001


(4)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara BPR Syariah Dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga. dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin. dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma. kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini. saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan. 16 Juni 2014 Penulis

ARIEF MUNANDAR NIM. 110501002


(5)

i

Konvensional di Indonesia selama periode 2011-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling dengan mengambil 5 sampel BPR Syariah dan 5 sampel BPR

Konvensional. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Variabel

input yang digunakan dalam penelitian adalah aset. dana pihak ketiga dan biaya tenaga kerja. sedangkan variabel outputnya adalah kredit atau pembiayaan dan pendapatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari 10 sampel bank yang diteliti. bank yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2011-2013 yaitu BPR Syariah D.K.I Jakarta, BPR Syariah Sulawesi Selatan, dan BPR Syariah NTB. Untuk kategori kelompok BPR Konvensional yang paling efisien adalah BPR Konvensional Aceh dan BPR Konvensional Sulawesi Selatan. Dan pencapaian rata-rata tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR Konvensional adalah 93.7 % dan 90.1 %.

Kata kunci: Efisiensi. Data Envelopment Analysis. Pendekatan Intermediasi. Aset. Dana Pihak Ketiga. Kredit atau Pembiayaan. Pendapatan. BPR Syariah. BPR Konvensional.


(6)

ii ABSTRACT

The aim of this research is to measure efficiency and analyze the efficiency comparison between BPR Syariah and BPR Conventional in Indonesia during the period 2011-2013 . The data which is used in this research is a secondary data.

collected from financial statements issued by Bank Indonesia.

The sampling technique is used in this research is purposive sampling with taking foreign 5 samples of BPR Syariah and 5 samples of BPR Conventional. Efficiency measurements in this research using the method of Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach . Input variables used in the study are assets . third party funds, and labour cost . while the output variables are loans or finance and revenue.

The results of this research showed that a bank of 10 samples researched . the bank reached a level of efficiency of 100 percent during the period 2011-2013 are BPR Sharia of D.K.I Jakarta, BPR Sharia of Sulawesi Selatan, dan BPR Sharia of NTB. For the category of the most efficient BPR Conventional are BPR Conventional of Aceh, and BPR Conventional of South Sulawesi. And the average achievement level of efficiency between BPR Sharia and BPR Conventional was 93.7 % and 90.1 % .

Keywords: Efficiency. Data Envelopment Analysis. Intermediation Approach Assets. Labor Costs .Credit or Financing. Income. BPR Syariah. BPR Conventional.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu. penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua. ayahanda Marwan.S.H dan ibunda Yusnita Yahya yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Segenap keluarga. saudara-saudara dan teman-teman yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum. M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(8)

iv

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo. S.E. M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution. M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Irsyad Lubis. S.E. M.Soc.Sc. Ph.D selaku ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penasehat Akademi.

6. Bapak Paidi Hidayat. S.E. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan. saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

7. Bapak Wahyu Ario Pratomo. S.E. M.Ec selaku Dosen Pembaca penilai. yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun bagi penulis.

8. Ibu Ilyda Sudarjat selaku Dosen pembimbing saya. yang telah meluangkan waktu. tenaga. dan pikiran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.


(9)

v

10. Seluruh pegawai dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyampaian kelengkapan administrasi penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu. penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang Ekonomi Pembangunan.

Medan. 16 Juni 2014 Penulis

ARIEF MUNANDAR NIM. 110501002


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……….…. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 7

1.3 Tujuan Penelitian ………. 8

1.4 Manfaat Penelitian ………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah ……… 9

2.2 Perbankan Syariah di Indonesia……… 10

2.2.1 Perbankan Syariah di Indonesia……… 10

2.2.2 Karakteristik Perbankan Syariah………... 11

2.2.3 Proposisi Nilai Perbankan Syariah di Indonesia... 13

2.2.4 Pemetaan Konsumen Berdasarkan Orientasi Bank 13 2.3 Konsep Dasar BPRS……… 13

2.3.1 Pengertian BPRS……… 14

2.3.2 Kegiatan Usaha BPRS……… 15

2.4 Konsep Efisiensi ………... 16

2.5 Konsep Pengukuran Efisiensi ………... 17

2.6 Pengukuran Efisiensi ……… 19

2.7 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi ……….... 20

2.8 Penelitian Terdahulu ………. 22

2.9 Kerangka Konseptual ……… 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………. 27

3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel ……… 27

3.3 Metode Pengumpulan Data ………... 28

3.4 Metode Analisis Data ..……….. 29

3.4.1 Metode Data Envelopment Analysis (DEA) …. 30 3.4.2` Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank … 30 3.5 Operasional Variabel Penelitian ……… 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia …….. 37


(11)

vii

4.2.1 Analisis Deskriptif ……… 38

4.2.2 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 5 BPR Syariah dan 5BPR Konvensional di Indonesia Tahun 2011 - 2013 ………..……….. 45

4.3 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode 2011-2013 ……….……… 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….... 58

5.2 Saran ………..……….... 59

DAFTAR PUSTAKA ……….. 60


(12)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Aset BPRS di Indonesia………..… 3 1.2 Jumlah Aset BPRK di Indonesia ……… 5 1.3 Perbandingan Jumlah Kantor BPRS dan BPRK di Indonesia 6 3.1 Daftar Nama Sampel Bank Penelitian ……….….. 28 3.2 Variabel Input-Output .……….. 34 4.1 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset ……… 39 4.2 Perkembangan Jumlah Variabel Input DPK …………... 41 4.3 Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja …. 42 4.4 Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit atau

Pembiayaan ………. 43 4.5 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan ..… 44 4.6 Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 5 BPR Syariah

dan 5 BPR Konvensional di Indonesia ……… 46 4.7 Nilai Actual, Target dan Potential Improvement Input

- Output BPR Syariah dan BPR Konvensional yang

Efisien dan Inefisien pada Tahun 2011 ……….. 47 4.8 Nilai Actual, Target dan Potential Improvement Input

- Output BPR Syariah dan BPR Konvensional yang

Efisien dan Inefisien pada Tahun 2012 ……….. 50 4.9 Nilai Actual, Target dan Potential Improvement Input

- Output BPR Syariah dan BPR Konvensional yang

Efisien dan Inefisien pada Tahun 2013 ……….. 52 4.10 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien

Tahun 2011……… 55 4.11 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien

Tahun 2012……… 56 4.12 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.3 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan……… 6 2.1 Kerangka Konseptual ……….. 25


(14)

i

Konvensional di Indonesia selama periode 2011-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling dengan mengambil 5 sampel BPR Syariah dan 5 sampel BPR

Konvensional. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Variabel

input yang digunakan dalam penelitian adalah aset. dana pihak ketiga dan biaya tenaga kerja. sedangkan variabel outputnya adalah kredit atau pembiayaan dan pendapatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari 10 sampel bank yang diteliti. bank yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2011-2013 yaitu BPR Syariah D.K.I Jakarta, BPR Syariah Sulawesi Selatan, dan BPR Syariah NTB. Untuk kategori kelompok BPR Konvensional yang paling efisien adalah BPR Konvensional Aceh dan BPR Konvensional Sulawesi Selatan. Dan pencapaian rata-rata tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR Konvensional adalah 93.7 % dan 90.1 %.

Kata kunci: Efisiensi. Data Envelopment Analysis. Pendekatan Intermediasi. Aset. Dana Pihak Ketiga. Kredit atau Pembiayaan. Pendapatan. BPR Syariah. BPR Konvensional.


(15)

ii ABSTRACT

The aim of this research is to measure efficiency and analyze the efficiency comparison between BPR Syariah and BPR Conventional in Indonesia during the period 2011-2013 . The data which is used in this research is a secondary data.

collected from financial statements issued by Bank Indonesia.

The sampling technique is used in this research is purposive sampling with taking foreign 5 samples of BPR Syariah and 5 samples of BPR Conventional. Efficiency measurements in this research using the method of Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach . Input variables used in the study are assets . third party funds, and labour cost . while the output variables are loans or finance and revenue.

The results of this research showed that a bank of 10 samples researched . the bank reached a level of efficiency of 100 percent during the period 2011-2013 are BPR Sharia of D.K.I Jakarta, BPR Sharia of Sulawesi Selatan, dan BPR Sharia of NTB. For the category of the most efficient BPR Conventional are BPR Conventional of Aceh, and BPR Conventional of South Sulawesi. And the average achievement level of efficiency between BPR Sharia and BPR Conventional was 93.7 % and 90.1 % .

Keywords: Efficiency. Data Envelopment Analysis. Intermediation Approach Assets. Labor Costs .Credit or Financing. Income. BPR Syariah. BPR Conventional.


(16)

1

Lembaga Keuangan Bank merupakan sebuah institusi yang mempunyai peran penting di dalam proses maupun aktivitas ekonomi masyarakat di Indonesia. Fungsi utama Bank adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali untuk membiayai sektor-sektor produktif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri akhir-akhir ini telah mencapai pertumbuhan yang signifikan. Hal ini telah mendorong sektor perbankan kita untuk menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberi kepuasan dan kemudahan kepada nasabahnya.

Di Indonesia. Bank terdiri dari 2 jenis. yaitu : 1. Bank Umum

2. Bank Perkreditan Rakyat

Seperti halnya Bank Umum. BPR pun dibagi menjadi dua jenis usaha. yaitu Syariah dan Konvensional. Secara umum tidak ada perbedaan fungsi antara BPR syariah dengan BPR konvensional. yaitu sebagai lembaga intermediasi atau intermediary institution yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pinjaman atau fasilitas pembiayaan.Litta Rachmalia (2011 : 2)

BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah


(17)

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) .serta dipertegas dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam sistem perbankan nasional. BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah. BPR Syariah merupakan salah satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah. (Bank Indonesia)

Menurut Litta Rachmalia (2011 : 2) BPR Syariah terfokus untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menginginkan proses mudah. pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha kesehariannya di pasar/toko/rumah.

Di Indonesia terdapat 2.872 BPRS hingga akhir 2013. Secara nasional kinerja BPRS periode 2011-2013 mengalami perkembangan cukup stabil. Berdasarkan data Bank Indonesia selama periode tersebut total aset bertumbuh dari Rp. 3.520 miliar menjadi Rp. 5.833 miliar. atau naik rata-rata 24.73% pertahun. Dana pihak ketiga dari Rp.2.095 miliar pada 2011 menjadi Rp. 3.666


(18)

miliar pada akhir 2013 atau. naik kira-kira 27.26% pertahun. Penyaluran kredit dari Rp. 3.328 miliar menjadi Rp. 5.544 miliar. atau naik rata-rata 24.97% pertahun. Yang menarik jumlah penyaluran kredit melebihi jumlah dana pihak ketiga. hal ini berarti fungsi intermediasi keuangan ternyata berjalan dengan baik.

Namun beberapa tahun terakhir. keberadaan BPRS mengalami tren kenaikan yang cukup signifikan. karena lahan pembiayaan mikro yang menjadi lahan bagi BPR Konvensional kini mulai diambil alih oleh BPRS. Hal ini tentu saja akan memperkuat posisi BPRS dan akan menggusur dominasi BPR di Indonesia. Hal ini mengakibatkan kenaikan jumlah BPRS secara nasional yang dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Aset dan Pembiayaan BPR Syariah di Indonesia (Asset and Financing of Sharia Rural Bank) Miliar Rp (Billion Rp)

Indikator 2011 2012 2013

Aset 3.520 4.699 5.833

Pembiayaan IB 2.676 3.554 4.433

Lancar 2.512 3.335 4.145 Kurang Lancar 49 73 91 Diragukan 45 52 66 Macet 70 94 132

Non Performing Financing (Nominal)

164 219 288

Non Performing Financing (%)

6.11 6.15 6.50 Sumber: Bank Indonesia (Data diolah)

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa aset BPR Syariah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011. jumlah asetnya adalah 3.520 miliar. Namun pada akhir 2013 jumlah asetnya melonjak menjadi 5.833


(19)

miliar. Sedangkan dari sisi pembiayaan. kontribusi BPR Syariah cukup diperhitungkan. Pada tahun 2011. jumlah dana yang disalurkan oleh BPR Syariah mencapai 2.676 miliar yang terus naik menjadi 4.433 miliar pada akhir 2013.

Selain BPR Syariah. di Indonesia terlebih dahulu terdapat BPR Konvensional yaitu salah satu jenis bank pembiayaan yang beroperasi menggunakan prinsip-prinsip ekonomi konvensional pada umumya. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan yang berfungsi tidak hanya sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal kerja. investasi maupun konsumsi tetapi juga melakukan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka. tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

BPR juga dapat menerbitkan cek dan bilyet giro seperti bank umum. Wilayah operasional BPR pun mencakup secara nasional. BPR yang menjalankan fungsinya berdasarkan perbankan pada umumnya. Bagi perbankan konvensional. keuntungan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan. dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. keuntungan bukan diperoleh dari bunga melainkan dari sistem bagi hasil.

Secara khusus. perkembangan BPR Konvensional di Indonesia jug mengalami tren kenaikan jumlah aset yang signifikan yang dapat dilihat pada Tabel 1.2


(20)

Tabel 1.2

Aset dan Pembiayaan BPR Konvensional di Indonesia (Asset and Financing of Conventional Rural Bank) Miliar Rp (Billion Rp)

Indikator 2011 2012 2013

Aset 55.799 67.397 77.376

Kredit 41.100 49.818 59.176

Lancar 38.953 47.450 56.566 Kurang Lancar 495 577 640 Diragukan 420 453 537 Macet 1.231 1.339 1.433

Non Performing Financing (Nominal)

2.146 2.369 2.610

Rasio Non Performing Loan (%)

5.22 4.75 4.41 Sumber: Bank Indonesia (Data diolah)

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa aset BPR Konvensional mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011. jumlah asetnya adalah 55.799 miliar miliar. Namun pada akhir 2013 jumlah asetnya melonjak menjadi 59.176 miliar. Sedangkan dari sisi penyaluran kredit. BPR Konvensional menyalurkan dana sejumlah 41.100 pada tahun 2011. dan terus meningkat menjadi 59.176 pada akhir 2013.

Namun demikian. perkembangan jumlah kantor BPR Syariah dan secara nasional selama periode 2011-2013 mengalami kenaikan secara perlahan daripada BPR Konvensional yang dapat dilihat pada Tabel 1.3:


(21)

Tabel 1.3

Perbandingan Jaringan Kantor BPR Syariah dan BPR Konvensional di Indonesia

Tahun 2011-2013

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (Data diolah)

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa BPR Syariah dan BPR Konvensional mengalami kenaikan jumlah. Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah BPR Syariah dari 155 bank pada tahun 2011. menjadi 163 bank saja saja pada akhir 2013. Sedangkan pada BPR Konvensional jumlah unit banknya mengalami tren penurunan yang cukup drastis. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011 jumlahnya adalah sebanyak 1.669 unit bank saja saja. Namun pada akhir 2013 meningkat menjadi 1.635 kantor di seluruh Indonesia.

Sama halnya dengan BPR Syariah. BPR Konvensional juga harus menghadapi berbagai resiko dalam kegiatan operasionalnya. Menurut Idroes (2008 : 21). pada dasarnya resiko yang dihadapi dapat dibagi atas dua kelompok besar. yaitu resiko finansial dan resiko nonfinansial. Resiko finansial terkait dengan berupa hilangnya sejumlah uang akibat resiko yang terjadi. Pada sisi lain. resiko nonfinansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah uang yang hilang. Dampak finasial dari resiko nonfinansial tidak dapat langsung dirasakan.

Indikator 2011 2012 2013

BPR Syariah

Jumlah Bank 155 158 163 Jumlah Kantor 364 401 402 BPR Konvensional

Jumlah Bank 1.669 1.653 1.635 Jumlah Kantor 4.172 4.425 4.678


(22)

Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan. selain itu ada juga beberapa metode lain. yaitu pendekatan parametrik dan non parametrik Hadad et al..2003 (dalam Arief Setiawan. 2013 : 8) Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA). Distribution Free

Approach (DFA). dan Thick Frontier Approach (TFA). sedangkan yang non

parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis

(DEA).

Pengukuran efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional dalam penelitian ini akan menggunakan metode non-parametrik Data Envelopment

Analysis (DEA). Mengingat pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia

perbankan yang semakin ketat dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional yang beroperasi di Indonesia. maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara BPR Syariah Dengan BPR Konvensional Di Indonesia” menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas. maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi BPR Syariah selama periode 2011-2013? 2. Bagaimanakah tingkat efisiensi BPR Konvensional selama periode

2011-2013?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Syariah selama periode 2011-2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Konvensional selama periode 2011-2013.

3. Untuk mengetahui BPR mana yang lebih efisien selama periode 2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai suatu kesempatan bagi penulis menambah wawasan ilmiah yang berkaitan dengan program studi yang sedang penulis tekuni khususnya mengenai perbandingan tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR Konvensional di Indonesia.

2. Sebagai bahan studi tambahan literature dan informasi bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan dan juga masyarakat yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang topiknya berhubungan dengan penelitian ini.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama. sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. (Otoritas Jasa Keuangan)

Sistem perbankan syariah pada dewasa ini menawarkan solusi keuangan yang sangat bisa dinikmati oleh masyarakat. Dimana tidak adanya penggunaan bunga yang mempunyai sifat spekulatif tentu saja mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat. Sistem bagi hasil itu sendiri merupakan solusi yang ditawarkan oleh system perbankan syariah guna memperoleh keuntungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Di dalam aktivitasnya itu sendiri. para pegiat perbankan syariah baik itu individu maupun institusi benar-benar menawarkan konsep makro serta mikro ekonomi syariah yang anti spekulatif dan sangat manusiawi.

Pada saat ini. perbankan syariah sedang banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti makin menjamurnya institusi perbankan yang menawarkan konsep islami di dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Lembaga-lembaga keuangan seperti bank. leasing. asuransi. dan lain sebagainya yang


(25)

menerapkan ekonomi syariah menawarkan berbagai macam produk yang sangat menarik dan tentunya anti-riba dan spekulatif. Oleh karena itu. seharusnya Pemerintah Indonesia harus benar-benar menggiatkan ekonomi syariah secara luas di pelosok tanah air guna menghindari krisis ekonomi akibat penggunaan bunga di dalam aktivitas ekonomiya.

2.2 Perbankan Syariah di Indonesia 2.2.1 Pengertian Perbankan Syariah

Menurut undang-undang RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. mencakup kelembagaan. kegiatan usaha. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian Bank. Bank Syariah. Bank Umum Syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan dan Unit Usaha Syariah sebagai berikut :

 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

 Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

 Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(26)

 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam l alu lintas pembayaran.  Unit Usaha Syariah. yang selanjutnya disebut UUS. adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. 2.2.2 Karakteristik Perbankan Syariah

Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh karakteristik utama yang menjadi prinsip perbankan syariah di Indonesia. Hal ini tentu saja dapat menjadi landasan utama bagi para nasabah maupun calon nasabah yang akan terlibat di dalam aktivitas perekonomian berbasiskan syariah islam. Ketujuh karakteristik ini adalah sebagai berikut:

1. Universal.

Memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun agama.

2. Adil.

Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya dan melarang adanya


(27)

unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan). gharar. (ketidakjelasan).haram.serta riba.

3. Transparan.

Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat.

4. Seimbang.

Mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan syariah yang mencakup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro. Kecil. dan Menengah).

5. Maslahat.

Bermanfaat dan membawa kabaikan bagi seluruh aspek kehidupan.

6. Variatif.

Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah.tabungan umum.giro. deposito. pembiayaan yang berbasis bagi hasil. jual beli dan sewa. sampai kepada produk jasa custodian.jasa transfer. dan jasa pembayaran (debet card.syariah charge).

7. Fasilitas.

Penerimaan dan penyaluran zakat. infak.sedekah.wakaf. dana kebajikan (qard). memiliki fasilitas ATM. mobile banking. internet


(28)

2.2.3 Proposisi Nilai Perbankan Syariah Indonesia

Berdasarkan analisis BI. bahwa bank-bank syariah di Indonesia memberikan produk-produk layanan sesuai kebutuhan nasabah yang umumnya dibagi ke dalam 3 segmentasi berikut:

a. Segmen Korporasi/institusi. yaitu beberapa bank syariah yang fokus melayani segmen ini sudah menyediakan beberapa produ-produk terkini sebagaimana produk korporasi di perbankan konvensional seperti cash management. eletronic payroll. pembayaran pajak. collecting dan memberikan pembiayaan dengan margin khusus.

b. Segmen Retail Produktif (SMEs). segmen ini merupakan segmen favorit bank syariah. Berbagai produk pembiayaan untuk usaha kecil menengah ini terdapat hampir di semua bank-bank syariah. c. Segmen Retail Konsumtif: peningkatan variasi dan kualitas layanan produk- produk konsumer di perbankan syariah seperti tabungan. deposito. transfer. wealth management. e-money. e-channel melalui internet banking. mobile banking. sms banking. gadai. KPR. KKB. multiguna dan lain-lain semakin berkembang.

2.2.4 Pemetaan Konsumen berdasarkan Orientasi Bank

Hasil riset pengembangan pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersama tahun 2007 bersama MarkPlus.co yang menghasilkan pemetaan segmentasi konsumen bank syariah berdasarkan orientasi bank dibagi berdasarkan segmen dibawah ini:


(29)

a. Syariah Loyalis atau Segmen Pokoknya Syariah yang dalam kondisi apapun akan menggunakan bank syariah. b. Follower. segmen ikut-ikutan yang akan menggunakan

bank syariah jika banyak orang menggunakannya

c. Functional benefit. yaitu segmen nasabah yang akan menggunakan bank syariah. ataupun bank konvensional tergantung fungsi atau keuntungan.

d. Obligatory. segmen terpaksa menggunakan jasa perbankan syariah karena karena sesuatu hal misalnya menerima gaji atau pembayaran transaksi harus melalui bank syariah. e. Essentially conventional. segmen pokoknya konvensional

yang dalam kondisi apapun hanya menggunakan bank konvensional.

2.3 Konsep Dasar Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) 2.3.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Muhammad (dalam Octaviana Anggraeni, 2011 : 34).

Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor :6/17/PBI/2004 yang telah diubah dengan Peraturan Bank


(30)

Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Anita (2009 : 24)

2.3.2 Kegiatan Usaha BPRS

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Bank Perkreditan Rakyat Syariah mempunyai kegiatan usaha adalah sebagai berikut :

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan 2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah

atau musyarakah;

2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah. salam. atau istishna’;

3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;

4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah


(31)

atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya

bittamlik; dan

5. Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. memindahkan uang. baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah. Bank Umum Konvensional. dan UUS; dan

e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

2.4 Konsep Efisiensi

Konsep efisiensi berasal dari konsep mikro ekonomi. yaitu teori konsumen dan teori produsen. Sudut pandang teori konsumen mencoba untuk memaksimalkan kegunaan atau kepuasan individu. sedangkan sudut pandang teori produsen mencoba untuk memaksimalkan profit atau meminimalkan biaya. Ascarya dan


(32)

Diana Yumanita (dalam Vini Sapta Dini Eka Putri Noor, 2013 : 31).

Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Permono dan Darmawan dikutip Priyonggo (dalam Vini Sapta Dini Eka Putri Noor ,2013 : 31). 2.5 Konsep Pengukuran Efisiensi

Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksinya.

Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu:

technical efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan. dan allocative efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi yang optimal. di mana masing-masing inputnya sudah ditentukan tingkat harga dan teknologi


(33)

produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency.

Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana analisisnya berkenaan dengan ruang input. yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented

measures).

Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013 : 23) menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency). efisiensi cakupan (scope efficiency). efisiensi teknik (technical efficiency). dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to

scale). sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu

beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan. sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimal.


(34)

2.6 Pengukuran Efisiensi

Menurut Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013: 24) ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan. yaitu:

1. Pendekatan Rasio

Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin.

Efficiency = Output / Input ... (2.9) Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan banyak output yang akan dihitung. karena jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas. Silkman dikutip oleh Ario dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan 2013: 25)

2. Pendekatan Regresi

Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut:

Y=f (X1. X2. X3. X4...Xn)... (2.10) Dimana:

Y = Output X = Input


(35)

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi.

3. Pendekatan Frontier

Menurut Silkman dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013 : 26). pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya. sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan frontier

parametrik dapat diukur dengan menggunakan metode Stochastic Frontier

Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan

pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

2.7 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Menurut Hadad et al (dalam Sufian, 2006 : 38). terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik

Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA)


(36)

mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu :

1. Pendekatan Aset ( The asset Approach)

Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini. output didefinisikan ke dalam bentuk aset.

2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja. pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainya.

3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey, dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan 2013 : 27) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit. Dengan


(37)

menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya.

2.8 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah banyak dilakukan pada bank-bank asing maupun bank-bank swasta nasional baik domestik maupun luar negeri:

1. Rakhmat Purwanto (2011)

Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010) . Penelitian ini menggunakan total kredit/ pembiayaan dan laba operasional sebagai ouput serta total simpanan. asset. dan biaya tenaga kerja sebagai input.

Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukan bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83.29 persen untuk BUK dan 89.3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent

sample t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi


(38)

2. Rezqi Syahri Rakhmadi (2010)

Penelitian ini berjudul Analisis Efisiensi dan Produktivitas Bank Syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment

Analysis (DEA) periode 2007-2009. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu laba rugi dan neraca sebagai variabel input dan ouput. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Perbankan Syariah di Indonesia mengalami peningkatan produktivitas. dimana peningkatan produktivitas tersebut disebabkan oleh faktor tekhnologi. Selain itu penelitian ini juga menemukan adanya korelasi negative antara aset dengan efisiensi dimana semakin besar aset maka mengakibatkan berkurangnya efisiensi. Serta juga ditemukan adanya korelasi positif antara input dengan ouput dimana semakin bertambah input juga akan meningkatkan ouput.

3. Shafitranata (2011)

Penelitian yang ia lakukan berjudul Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biaya operasional. biaya tenaga kerja. dan jasa bank sebagai variable input dan total simpanan dan deposito sebagai variabel ouput.

Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi tahunan Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah Mandiri. dan Bank Mega Syariah sudah mencapai ketetapan efisiensi suatu bank kecuali Bank Mega


(39)

Syariah yang memiliki rata-rata tahunan kurang dari tetapan suatu efisiensi.

4. Vini Sapta Eka Dini Putri Noor (2013)

Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah simpanan. jumlah aktiva tetap. dan jumlah beban operasional lainnya sebagai input. Sedangkan variabel ouputnya adalah jumlah pembiayaan/kredit.

Hasilnya menunjukkan bahwa pada periode 2008-2011. perhitungan efisiensi menggunakan asumsi Variable Return to Scale

(VRS) memberikan hasil perhitungan efisiensi secara rata-rata pada BUS sebesar 84.73. Sedangkan pada BUK sebesar 75.55 sehingga dapat disimpulkan kinerja efisiensi Bank Syariah lebih baik daripada Bank Konvensional.

5. Arief Setiawan (2013)

Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah simpanan. aset. dan biaya tenaga kerja sebagai variabel input. Sedangkan variabel ouputnya adalah pembiayaan dan pendapatan.

Hasil penelitian ini adalah bahwa Rata-rata pencapaian efisiensi baik bank konvensional maupun bank syariah mengalami fluktuasi selama


(40)

periode 2008-2012 dengan rata-rata efisiensi bank konvensional sebesar 88,74 persen dan bank syariah sebesar 92,56 persen.


(41)

Pengukuran Efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi

Tingkat Efisiensi BPR Konvensional Tahun 2011 - 2013

Tingkat Efisiensi BPRS Tahun 2011 - 2013

2.9 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Aset

Dana Pihak Ketiga

Pembiayaan atau Kredit

Pendapatan Data Keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional

Tahun 2011 - 2013

Laporan Tahunan Bank Indonesia

Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Perbankan Indonesia


(42)

27

Ruang lingkup penelitian ini meliputi menganalisis efisiensi teknik dan data yang digunakan adalah data kuantitatif. yaitu penelitian yang menganalisa data yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam jangka waktu tiga tahun. dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan melihat laporan keuangan tahunan dari Bank Indonesia di dalam Statistik Perbankan Indonesia dan mengambil sampel BPR Syariah dan BPR Konvensional.

3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah BPR Syariah dan BPR Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2011-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu.

Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. BPR Syariah dan BPR Konvensional yang beroperasi di Indonesia selama periode pengamatan tahun 2011 – 2013.

2. Sampel penelitian yaitu 5 BPR Syariah berskala provinsi dan 5 BPR Konvensional berskala provinsi yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2013.


(43)

3. Masing-masing 5 sampel BPR Syariah dan 5 sampel BPR Konvensional yang konsisten dengan perkembangan jumlah aset secara signifikan selama periode pengamatan 2011-2013.

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan. maka terdapat 5 sampel penelitian yang dapat mewakili masing-masing kelompok bank yaitu 5 BPR Syariah berskala provinsi dan 5 BPR Konvensional berskala provinsi. Sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Daftar Nama Sampel Bank Penelitian

BPR Syariah BPR Konvensional

BPR Syariah Aceh BPR Konvensional Aceh

BPR Syariah Sumatera Utara BPR Konvensional Sumatera Utara BPR Syariah D.K.I Jakarta BPR Konvensional D.K.I Jakarta BPR Syariah Sulawesi Selatan BPR Konvensional Sulawesi Selatan BPR Syariah NTB BPR Konvensional NTB

Sumber: Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Perbankan Indonesia 2014 3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode dokumentasi. yaitu metode yang menghimpun informasi dan data melalui metode studi pustaka. eksplorasi literatur-literatur dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. yaitu data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan. gambaran pelengkap untuk diproses lebih lanjut. Data sekunder penelitian ini didapat dari hasil penelitian lembaga seperti BI yang diperoleh dari laporan publikasi Bank Indonesia dalam bentuk Statistik Perbankan


(44)

Indonesia selama periode pengamatan 2011-2013. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Total Aset diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank yag bersangkutan selama periode pengamatan.

b. Dana Pihak Ketiga diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank yang bersangkutan selama periode pengamatan.

c. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank asing dan bank swasta nasional bersangkutan selama periode pengamatan. d. Total kredit dari neraca dalam laporan keuangan bank yang bersangkutan

selama periode pengamatan.

e. Total Pendapatan diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank yang bersangkutan selama periode pengamatan.

3.4 Metode Analisis Data

Menurut penelitian oleh peneliti BI yaitu Hadad et all. (2003: 1) dengan menggunakan pendekatan parametrik maupun DEA. tujuan dari penelitian mengenai efisiensi perbankan adalah untuk memperoleh suatu frontier yang akurat. Namun demikian. kedua metode menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan ini. Pendekatan parametrik menghasilkan stochastic cost

frontier sedangkan pendekatan DEA menghasilkan production frontier.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan non parametric yakni metode Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini akan menggunakan bantuan software MaxDEA versi 6.0.


(45)

………...……... (3.1) 3.4.1 Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Menurut Muhammad Afif Amirillah (2010 : 9) Data Envelopment

Analysis merupakan prosedur yang dirancang khusus untuk mengukur

nilai efisiensi yang menggunakan banyak input dan banyak output. dimana penggabungan input dan output tersebut tidak dapat dilakukan. Skor efisiensi Data Envelopment Analysis relatif tergantung pada tingkat efisiensi dari unit -unit bank syariah maupun konvensional lain didalam sampel. Data Envelopment Analysis mampu memberikan rekomendasi faktor-faktor apa saja yang harus dilakukan perubahan untuk mencapai efisiensi.

3.4.2 Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank

Efisiensi teknik perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output dan inputnya. DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda Miller dan Noulas, dikutip Sutawijaya dan Lestari (dalam Arief Setiawan, 2013 : 48)

Dimana:

hs = efisiensi bank s

m = output bank s yang diamati

n = input bank s yang diamati

yis = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s xjs = jumlah input j yang digunakan oleh bank s ui = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s

vj = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan i dihitung dari 1 ke m serta


(46)

, Untuk r = 1, ……, N……….. (3.2) Penggunaan satu variabel input dan satu output ditunjukkan dalam persamaan 3.1. Rasio efisiensi (hs). kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut :

Dimana ui dan vj ≥ 0... (3.3) Persamaan 3.2 menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam sampel dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1. sementara pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien. apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen. sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA. setiap bank dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobotnya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Sutawijaya dan Lestari (2009 : 57).

Metode analisis pada persamaan 3.1 dan 3.2 juga dapat dijelaskan bahwa efisiensi sejumlah bank sebagai UKE (n). Setiap bank menggunakan

n jenis input untuk menghasilkan m jenis output. apabila xjs merupakan jumlah input j yang digunakan oleh bank sedangkan yis > 0 merupakan jumlah output i yang dihasilkan oleh bank. Variabel keputusan (decision


(47)

variable) dari penjelasan tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada setiap input dan output bank. Vj merupakan bobot yang diberikan pada input

j oleh bank dan ui merupakan bobot yang diberikan pada output i oleh bank. sehingga vj dan ui merupakan variabel keputusan. Nilai variabel ini ditentukan melalui iterasi program linear. Kemudian diformulasikan pada sejumlah s program linear fraksional (fractional linear programs). Satu formulasi program linear untuk setiap bank dalam sampel. Fungsi tujuan dari setiap program liniear fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang di bagi rasio input tertimbang (total weighted output/total

weighted input) dari bank. Muharam dan Pusvitasari (2007 : 46)

Model pengukuran teknik bank berdasarkan asumsi pendekatan

frontier dibagi menjadi dua jenis. yaitu :

a. Model DEA CCR (Charnes-Cooper-Rhodes. 1978)

Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Charnes. Coopers dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978 yang disebut dengan model CCR. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output

adalah sama (constant return to scale atau CRS). Artinya. jika ada tambahan input sebesar x kali. maka output juga akan meningkat sebesar x kali. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan (ie. bank) beroperasi pada skala yang optimal (optimum scale). Endri (2011 : 15)


(48)

………... (3.4)

………... (3.5)

…..………... (3.6) Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Constant Return

to Scale (CRS). Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam

program ordinary liniear secara primal atau dual. sebagai berikut: Maksimisasi

Fungsi batasan dan kendala:

Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank s. Kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu untuk bank s. sedangkan kendala untuk semua bank yaitu output yang dibobot dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti bahwa semua bank akan berada atau di bawah referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong sumbu origin. Sutawijaya dan Lestari (2009 : 58).

b. Model DEA BCC (Bankers. Charnes dan Cooper. 1984)

Model BCC ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Persaingan dan kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak beroperasi pada


(49)

skala optimalnya. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale atau VRS). Artinya penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali. bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Endri (2011 : 15)

3.5 Operasional Variabel Penelitian

Adapun penentuan variabel-variabel input dan output dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2

Variabel Input-Output

Pendekatan Input Ouput

Aset

Intermediasi Dana Pihak Ketiga Pembiayaan Biaya Tenaga Kerja Pendapatan Sumber: Hasil Olah Data Input-Output

Dalam penelitian ini terdapat definisi dari operasional variabel yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Input

Variabel input adalah variabel yang mempengaruhi variabel output. Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel.

a. Aset

Aset (I2) adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas. giro pada Bank Indonesia. penempatan pada bank lain. surat berharga yang dimiliki. pembiayaan atau kredit. dan aktiva tetap yang dimiliki.


(50)

b. Dana Pihak Ketiga

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan. “dana pihak ketiga bank (I2). untuk selanjutnya disebut DPK. adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sector riil melalui penyaluran kredit. Wajriyo dikutip Fransiska dan Siregar (dalam Febry Amithya Yuwono, 2011 : 21)

c. Biaya Tenaga Kerja

Menurut Mulyadi (2000 : 343). tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja (I3) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia.

2. Variabel Output

Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian. dalam penelitian ini variabel output yang digunakan adalah total kredit atau pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2).

a. Total Kredit atau Pembiayaan

Total kredit atau pembiayaan (O1) merupakan produk utama bank sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit).


(51)

b. Pendapatan

Pendapatan (O2) merupakan pendapatan hasil dari kegiatan operasional maupun non operasional bank yang tergolong bank asing maupun bank swasta nasional.


(52)

37

Perkembangan perbankan syariah selama tiga tahun terakhir. sampai dengan bulan desember 2013 (yoy) cukup menggembirakan. Perbankan syariah mampu tumbuh ± % sehingga total asetnya menjadi Rp 242.27 triliun. Pembiayaan telah mencapai Rp 233.34 triliun dan penghimpunan dana menjadi Rp204.57 triliun.

Penghimpunan dana masyarakat terbesar dalam bentuk deposito Mudharabah yaitu Rp 107.811 Triliun diikuti oleh Tabungan Mudharabah sebesar Rp 57.200 triliun dan Giro Wadiah sebesar Rp18.242 triliun (11.22%). Penyaluran dana pada akhir sebesar Rp184.120 triliun diikuti non performing financing yang sebesar Rp 4.828 triliun dan Rasio Non Performing Loan sebesar 2.62% pada akhir 2013.

Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakkan sektor riil telah mendapat perhatian tinggi dari perbankan syariah. Sebesar 80.85% dari total penyaluran dana perbankan syariah atau Rp135.58 triliun diinvestasikan ke dalam aktivitas pembiayaan. lalu Penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk Surat Berharga Bank Indonesia Syariah (SBIS). giro dan Fasilitas Bank Indonesia (FASBI) sebesar Rp18.52 triliun (11.04%). kemudian penempatan pada Surat Berharga yang dimiliki sebesar Rp7.82 triliun (4.66%) serta penempatan pada Bank Lain sebesar Rp5.16 triliun (3.08%). (Outlook Perbankan Syariah 2013 oleh Bank Indonesia)


(53)

4.2 Hasil dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan penjelasan diatas. objek penelitian yang akan digunakan 5 BPR Syariah. yaitu BPR Syariah Aceh. BPR Syariah Sumatera Utara. BPR Syariah D.K.I Jakarta. BPR Syariah Sulawesi Selatan. dan BPR Syariah Nusa Tenggara Barat. serta 5 BPR Konvensional. yaitu BPR Konvensional Aceh. BPR Konvensional Sumatera Utara. BPR Konvensional D.K.I Jakarta. BPR Konvensional Sulawesi Selatan. dan BPR Konvensional Nusa Tenggara Barat.

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan

microsoft excel windows 8. dan MaxDEA versi 6 untuk dapat mengolah data dan

memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. MaxDEA digunakan untuk menganalisis efisiensi bank-bank yang diteliti yakni BPR Syariah BPR Konvensional dengan menggunakan tiga variabel input. yaitu: Aset. Dana Pihak Ketiga (DPK). dan Biaya Tenaga Kerja (TK). Sedangkan Variabel outputnya. yaitu: Pembiayaan/Kredit dan Total Pendapatan.

Variabel pertama dalam penelitian ini adalah aset. Yaitu dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro. deposito berjangka. sertifikat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu Kasmir (dalam Arief Setiawan, 2013 : 60)


(54)

Tabel 4.1

Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)

Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)

Nama Bank Tahun

2011 2012 2013

BPR Syariah Aceh 86.236 93.669 95.261

BPR Syariah Sumatera Utara

96.219 101.420 99.583

BPR Syariah D.K.I Jakarta

31.894 35.594 29.970

BPR Syariah Sulawesi Selatan

113.554 122.832 145.275

BPR Syariah NTB 103.672 135.162 119.044

BPR Konvensional Aceh 125.000 138.000 161.000

BPR Konvensional Sumatera Utara

763.000 877.000 967.000

BPR Konvensional D.K.I Jakarta

1.341.000 1.579.000 1.625.000

BPR Konvensional Sulawesi Selatan

669.000 925.000 1.064.000

BPR Konvensional NTB

716.000 840.000 940.000

Jumlah Aset 4.045.575 4.847.677 5.246.133

Pertumbuhan 28.61% 34.28% 37.10%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 ; Data Diolah

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah aset 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional dalam penelitian ini terus mengalami kenaikan dari tahun 2011- 2013. Kenaikan itu sendiri merupakan sebuah langkah maju bagi BPR di dalam


(55)

merumuskan kebijakan perbankan yang mempunyai fungsi di dalam menyalurkan pembiayaan/kredit bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil dan menengah maupun sektor umkm yang menjadi prioritas BPR itu sendiri.

Variabel input kedua adalah dana pihak ketiga. yaitu penghimpunan dana yang dilakukan baik oleh BPR Syariah maupun BPR Konvensional. Berdasarkan Tabel 4.2. persentase pertumbuhan dpk pada 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 2011-2013. Meningkatnya jumlah dpk tersebut menunjukkan bahwa 10 sampel bank yang diteliti memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah penghimpunan dana yang terjadi pada 2011-2013.


(56)

Tabel 4.2

Perkembangan Jumlah Variabel Input Dana Pihak Ketiga (DPK) (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)

Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)

Nama Bank Tahun

2011 2012 2013

BPR Syariah Aceh 45.373 53.611 54.984

BPR Syariah Sumatera Utara

61.975 62.274 62.644

BPR Syariah D.K.I Jakarta

6.323 8.846 10.025

BPR Syariah Sulawesi Selatan

44.402 61.977 77.683

BPR Syariah NTB 54.368 81.450 69.385

BPR Konvensional Aceh

55.000 61.000 80.000

BPR Konvensional Sumatera Utara

538.000 612.000 690.000

BPR Konvensional D.K.I Jakarta

837.000 1.063.000 1.001.000

BPR Konvensional Sulawesi Selatan

366.000 476.000 497.000

BPR Konvensional NTB

452.000 521.000 602.000

Jumlah DPK 2.460.441 3.001.158 3.144.721

Pertumbuhan 28.58% 34.87% 36.53%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 ; Data Diolah

Variabel input ketiga adalah biaya tenaga kerja Tabel 4.3 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja pada 10 sampel bank yang diteliti terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kenaikan itu sendiri merupakan persentase dari


(57)

kebutuhan akan upah yang layak bagi pegawai BPR itu sendiri yang disebabkan oleh kenaikan kebutuhan ekonomi.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Variabel Input Biaya Tenaga Kerja (TK) (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)

Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)

Nama Bank Tahun

2011 2012 2013

BPR Syariah Aceh 6.654 7.944 8.539

BPR Syariah Sumatera Utara

4.338 5.789 5.916

BPR Syariah D.K.I Jakarta

1.819 1.915 1.804

BPR Syariah Sulawesi Selatan

5.887 6.586 7.897

BPR Syariah NTB 3.288 4.375 5.444

BPR Konvensional Aceh 4.206 7.075 11.980

BPR Konvensional Sumatera Utara 34.091 54.484 71.114 BPR Konvensional D.K.I Jakarta

35.335 57.119 77.607

BPR Konvensional Sulawesi Selatan

9.184 15.019 22.986

BPR Konvensional NTB

27.647 43.556 55.076

Jumlah Aset 132.449 203.862 268.363

Pertumbuhan 21.90% 33.71% 44.38%


(58)

Selanjutnya adalah variabel output. variabel output pertama adalah kredit atau pembiayaan. Kredit itu sendiri mempunyai fungsi untuk menyalurkan dana kepada masyarakat guna membiayai kebutuhan hidupnya maupun untuk menggerakkan laju pertumbuhan ekonomi melalui sektor-sektor ekonomi yang kekurangan akan modal.

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit atau Pembiayaan (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)

Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)

Nama Bank Tahun

2011 2012 2013

BPR Syariah Aceh 53.970 57.787 64.384

BPR Syariah Sumatera Utara

61.334 67.341 74.108

BPR Syariah D.K.I Jakarta

24.373 27.166 22.837

BPR Syariah Sulawesi Selatan

80.314 86.369 100.345

BPR Syariah NTB 63.274 72.458 76.931

BPR Konvensional Aceh

90.000 100.000 118.000

BPR Konvensional

Sumatera Utara

541.000 649.000 714.000

BPR Konvensional D.K.I Jakarta

700.000 882.000 981.000

BPR Konvensional Sulawesi Selatan

546.000 790.000 931.000

BPR Konvensional NTB

541.000 633.000 709.000

Jumlah Pembiayaan

2.701.265 3.365.121 3.791.605

Pertumbuhan 27.40% 34.13% 38.46%


(59)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwasanya tingkat pembiayaan yang dilakukan oleh 10 sampel penelitian bank mengalami kenaikan setiap tahunnya. Ini menandakan telah terjadinya fungsi intermediasi bank yang sangat baik. Dengan tersalurnya kredit maupun pembiayaan kepada masyarakat tentu akan mendorong kenaikan persentase tingkat kesejahteraan melalui segala aktivitas ekonomi sehari-hari. Variabel output selanjutnya adalah total pendapatan. yaitu seluruh pendapatan bank yang diterima baik pendapatan bunga. pendapatan operasional. dan pendapatan non-operasional sebelum dikurangi pajak. Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah pendapatan 10 bank yang diteliti periode 2011-2013 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. meskipun persentasenya mengalami fluktuasi.

Tabel 4.5

Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)

Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)

Nama Bank Tahun

2011 2012 2013

BPR Syariah Aceh 12.684 15.481 17.602

BPR Syariah Sumatera Utara 14.974 16.442 18.070

BPR Syariah D.K.I Jakarta 6.264 7.036 6.732

BPR Syariah Sulawesi Selatan

35.785 34.105 27.593

BPR Syariah NTB 13.904 20.097 22.139

BPR Konvensional Aceh 22.670 26.664 21.247

BPR Konvensional Sumatera Utara


(60)

BPR Konvensional D.K.I Jakarta

298.277 335.183 257.785

BPR Konvensional Sulawesi Selatan

63.609 99.877 138.827

BPR Konvensional NTB 91.986 142.477 175.817

Jumlah Pendapatan 751.820 920.821 871.297

Pertumbuhan 29.55% 36.19% 34.24%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 ; Data Diolah

Tingkat pendapatan yang mengalami kenaikan tentu akan menguntungkan bank. Hal ini akan memberi dampak akan kenaikan aset yang sudah tentu akan memberikan kesehatan yang baik kepada bank. Dengan tingkat kesehatan yang baik, maka segala biaya operasional maupun non-operasional akan dapat tersedia sehingga bank tidak perlu meminjamnya melalui Bank Indonesia.

4.2.2 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional di Indonesia Tahun 2011-2013

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant

Return to Scale) dengan menggunakan Software MaxDEA. dapat dilihat tingkat

efisiensi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional di Indonesia pada tabel 4.6 hasil yang didapat menggambarkan pencapaian nilai efisiensi pada masing-masing bank.


(61)

Tabel 4.6

Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional di Indonesia

Tahun 2011-2013 (Persen)

Nama Bank Tahun

2011 2012 2013

BPR Syariah Aceh 100 100 97

BPR Syariah Sumatera Utara

94 100 100

BPR Syariah D.K.I Jakarta

100 100 100

BPR Syariah Sulawesi Selatan

100 100 100

BPR Syariah NTB 100 100 100

BPR Konvensional Aceh 100 100 100

BPR Konvensional

Sumatera Utara 85 55 48

BPR Konvensional D.K.I Jakarta

58 100 100

BPR Konvensional Sulawesi Selatan

100 100 100

BPR Konvensional NTB 100 66 56

Pencapaian rata-rata 93.7 92.1 90.1

Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 6)

Statistik pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terdapat tujuh bank yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien). BPR Syariah yang efisien tahun ini yaitu terdapat BPR Syariah Aceh, BPR Syariah D.K.I Jakarta, BPR Syariah Sulawesi Selatan, dan BPR Syariah NTB. Sedangkan pada BPR Konvensional terdapat BPR Konvensional Aceh, BPR Konvensional Sulawesi Selatan dan BPR Konvensional NTB.Sedangkan pada


(1)

Purwanto,

Rakhmat. 2011. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum

Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia

dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010

”.Semarang

Rachmalia, Litta

. 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara BPR

Konvensional dengan BPR Syariah di Indonesia”.Jawa Timur

Rakhmadi, R.S

. 2010. “Analisis Efisiensi dan Produktivitas Perbankan Syariah

Indonesia ”.Jakarta

Setiawan, Arief

. 2013. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan

Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis

(DEA) (Periode 2008-

2012)”Ja

karta

Shafitranata. 2011. “Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) dengan

Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”.Jakarta

Sufian, Fadzlan.

2007. “The Efficiency Of Islamic Banking Industry In Malaysia:

Foreign vs Domestic Bank”.

Humanomics

. Volume 23 Nomor. 3 hal

174-192.

Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009.

“Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia

Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”.

Jurnal Ekonomi Pembangunan

. Volume 10 Nomor 1.

Yuwono,

F.A. 2012. “Analisis Pe

ngaruh Dana Pihak Ketiga Loan to Deposit

Ratio. Capital Adequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio. Non Performing

Loan. Return on Assets. dan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Jumlah

Penyaluran Kredit”.Semarang


(2)

LAMPIRAN 1

INPUT-OUTPUT 5 BPR SYARIAH DAN 5 BPR KONVENSIONAL

1. Tahun 2011

2. Tahun 2012

3. Tahun 2013

Kode Bank

I1

I2

I3

O1

O2

BPRSA

86,236

45,373

6,654

53,970

12,684

BPRSU

96,219

61,975

4,338

61,334

14,974

BPRSJKT

31,894

6,323

1,819

24,373

6,264

BPRSSLWSLTN

113,554

44,402

5,887

80,314

35,785

BPRSNTB

103,672

54,368

3,288

63,274

13,904

BPRKA

125,000

55,000

4,206

90,000

22,670

BPRKSU

763,000

538,000

34,091

541,000

191,667

BPRKJKT

1,341,000

837,000

35,335

700,000

298,277

BPRKSLWSLTN

669,000

366,000

9,184

546,000

63,609

BPRKNTB

716,000

452,000

27,647

541,000

91,986

Kode Bank

I1

I2

I3

O1

O2

BPRSA

93,699

53,611

7,944

57,787

15,481

BPRSU

101,420

62,274

5,789

67,341

16,442

BPRSJKT

35,594

8,846

1,915

27,166

7,036

BPRSSLWSLTN

122,832

61,977

6,586

86,369

34,105

BPRSNTB

135,162

81,450

4,375

72,458

20,097

BPRKA

138,000

61,000

7,075

100,000

26,664

BPRKSU

877,000

612,000

54,484

649,000

223,459

BPRKJKT

1,579,000

1,063,000

57,119

882,000

335,183

BPRKSLWSLTN

925,000

476,000

15,019

790,000

99,877

BPRKNTB

840,000

521,000

43,556

633,000

142,477

Kode Bank

I1

I2

I3

O1

O2

BPRSA

95,261

54,984

8,539

64,384

17,602

BPRSU

99,583

62,644

5,916

74,108

18,070

BPRSJKT

29,970

10,025

1,804

22,837

6,732

BPRSSLWSLTN

145,275

77,683

7,897

100,345

27,593

BPRSNTB

119,044

69,835

5,444

76,931

22,139

BPRKA

161,000

80,000

11,980

118,000

21,247


(3)

(4)

LAMPIRAN 1

INPUT-OUTPUT 5 BPR SYARIAH DAN 5 BPR KONVENSIONAL

1. Tahun 2011

Benchmark(Lambda)

BPRKA(1.000000)

BPRKA(0.458284); BPRKNTB(0.469459);

BPRKSLWSLTNn(0.061430);BPRSJKT(0.010827)

BPRKNTB(1.000000)

BPRKSLWSLTN(1.000000)

BPRKA(0.108925);BPRKNTB(0.830419);BPRKSLWSLTN(0.060656)

BPRSA(1.000000)

BPRSJKT(1.000000)

BPRSNTB(1.000000)

BPRSSLWSLTN(1.000000)

BPRSJKT(0.244069); BPRSNTB(0.312589); BPRSSLWSLTN(0.443342)

NO DMU Score PM(I1 ) Projection (I1 ) PM(I2) Projection (I2)

PM(I3) Projection (I3)

PM(O1) Projection (O1)

PM(O2) Projection (02)

1 BPRKA 1 0 125000000 0 55000000000 0 4206000 0 9000000000 0 226700000

2 BPRKJKT 0.58153

-561166265.1

779833734.9

-35025813864

48674186136

-14786584.62

20548415.38 0 7000000000 0 642625439.6

3 BPRKNTB 1 0 716000000 0 45200000000 0 27647000 0 5410000000 0 919860000

4 BPRKSLWSLTN 1 0 669000000 0 36600000000 0 91840000 0 5460000000 0 636090000

5 BPRKSU 0.85029

-114225574.9

648774425.1 -8054175527 45745824473 -5103622.638

28987377.36 0 5804073961 0 827145113

6 BPRSA 1 0 86239000000 0 45373000 0 6654 0 53970000 0 12684000000

7 BPRSJKT 1 0 31894000000 0 63230000 0 1819 0 24373000 0 6264000000

8 BPRSNTB 1 0 103672000000.00 0 54368000 0 3288 0 63274000 0 13904000000

9 BPRSSLWSLTN 1 0 113554000000.00 0 44402000 0 5887 0 80314000 0 35785000000

10 BPRSSU 0.94092

-5684706557

90534293443.07

-3661539.705


(5)

Benchmark(Lambda)

BPRKA(1.000000)

BPRKJKT(1.000000)

BPRKA(0.231620); BPRKJKT(0.386082); BPRKSLWSLTN(0.340889);BPRSJKT(0.041409)

BPRKSLWSLTN(1.000000)

BPRKA(0.231417); BPRKJKT(0.416949); BPRKSLWSLTN(0.326712); BPRSJKT(0.024922)

BPRSA(1.000000)

BPRSJKT(1.000000)

BPRSNTB(1.000000)

BPRSSLWSLTN(1.000000)

BPRSSU(1.000000)

2 BPRKJKT 1 0 1579000000 0 10630000000 0 57119000 0 88200000000 0 33518300000

3 BPRKNTB 0.66148 -2843607716 5556392284 -17637138336 34462861664 -14744783.06 28811216.94 0 63300000000 0 53455076310

4 BPRKSLWSLTN 1 0 9250000000 0 47600000000 0 15019000 0 79000000000 0 99877000000

5 BPRKSU 0.55723 -3883121742 4886878258 -27097725270 34102274730 -24124059.86 30359940.14 0 64900000000 0 52952255127

6 BPRSA 1 0 93669000000 0 53611000 0 7944 0 57787000 0 15481000000

7 BPRSJKT 1 0 35594000000 0 88460000 0 1915 0 27166000 0 7036000000

8 BPRSNTB 1 0 135162000000 0 81450000 0 4375 0 72458000 0 20097000000

9 BPRSSLWSLTN 1 0 122832000000 0 61977000 0 6586 0 86369000 0 34105000000


(6)

3. Tahun 2013

NO DMU Score PM (I1 ) Projection (I1 )

PM(I2) Projection

(I2)

PM(I3) Projection (I3)

PM(O1) Projection (O1)

PM (O2) Projection (O2

1 BPRKA 1 0 1610000000 0 800000000000 0 119800000 0 118000000000 0 2124700000

2 BPRKJKT 1 0 1625000000 0 100100000000 0 776070000 0 981000000000 0 2577850000

3 BPRKNTB 0.56742

-4066246973

5333753027

-260412838061

341587161939

-238247466.3

312512533.7 0 807897341148 0 2407535562

4 BPRKSLWSLTN 1 0 1064000000 0 497000000000 0 229860000 0 931000000000 0 1388270000

5 BPRKSU 0.48417

-4988083529

4681916471

-355923230068

334076769932

-366827892.5

344312107.5 0 832181094930 0 2339517923

6 BPRSA 0.97192

-2675089147

92585910853 -1544043 53439956.77 -239.789486 8299.210514 0 64384000 0 17602000000

7 BPRSJKT 1 0 29970000000 0 10025000 0 1804 0 22837000 0 6732000000

8 BPRSNTB 1 0 119044000000 0 69385000 0 5444 0 76931000 0 22139000000

9 BPRSSLWSLTN 1 0 145275000000 0 77683000 0 7897 0 10345000 0 27593000000

10 BPRSSU 1 0 99583000000 0 62644000 0 5916 0 74108000 0 18070000000

Benchmark(Lambda)

BPRKA(1.000000)

BPRKJKT(1.000000)

BPRKJKT(0.211751); BPRKSLWSLTN(0.644647); BPRSJKT(0.143602)

BPRKSLWSLTN(1.000000)

BPRKJKT(0.260085); BPRKSLWSLTN(0.619801); BPRSJKT(0.120114)

BPRKJKT(0.000004); BPRKSLWSLTN(0.000003); BPRSJKT(0.309685); BPRS NTB(0.647318);

BPRSSLWSLTN(0.042989)

BPRSJKT(1.000000)

BPRSNTB(1.000000)

BPRSSLWSLTN(1.000000)

BPRSSU(1.000000)


Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 15 100

Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Surakarta dengan Menggunakan Metode Data Envelop- Ment Analysis (DEA) (Periode April 2011 – Maret 2013)

0 5 18

Analisis Perbandingan Efisiensi antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Surakarta dengan Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ( Periode Tahun 201

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ( Periode Tahun 2011.4 - 2013.3 ).

0 1 11

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ( Periode Tahun 2011.4 - 2013.3 ).

2 43 31

Analisis Perbandingan Efisiensi antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Surakarta dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data E

0 1 13

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah - Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 0 18

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 0 8

Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 0 13