Perkembangan Penggunaan Teknologi Informasi pada Perpustakaan

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

Perkembangan Penggunaan Teknologi Informasi pada
Perpustakaan
A. Ridwan Siregar
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara

Abstract
The development in the field of information technology has impacts on services
provided by libraries. Librarian is demanded to keep informed and think how
tobenefit from and adopt the development to meet the library users’ expectation.
Subsequent to automation era and revolution of networked information, libraries are
then faced challenges onfollowing the use pattern of library users. Some aspects of
the technology development and its impacts on library services is discussed on this
paper.
Keywords: information technology, library services
Bertitik-tolak dari harapan, pilihan, dan
kepuasan
pengguna,
banyak

perpustakaan
berupaya
untuk
menyediakan berbagai sumber daya
informasi dan pengetahuan yang dapat
diakses melalui web. Hal itu dilakukan
karena banyak pengguna yang memilih
menggunakan sumber daya tersebutdari
tempat tinggal atau kerja mereka (remote
access), dan menginginkan dapat bekerja
secara
mandiri.
Perkembangan
penggunaan perangkat bergerak juga
mendapat respons dari perpustakaan.
Jumlah perpustakaan yang menyediakan
pelayanan dan penyampaian konten bagi
pengguna perangkat bergerak terus
mengalami peningkatan. Ini merupakan
salah satu tantangan bagi perpustakaan

untuk
mengembangkan
secara
berkelanjutan penggunaan teknologi
informasi untuk memenuhi ekspektasi
pengguna. Berkaitan dengan itu,
spesifikasi pekerjaan pustakawan pun
berkembang
hingga
mensyaratkan
keterampilan
teknologi
informasi,
bahkan
perpustakaan
memerlukan
pustakawan teknologi informasi (IT
Librarian).
Halaman 1 


Pendahuluan
Penggunaan teknologi informasi pada
perpustakaan adalah untuk perbaikan
efisiensi pelayanan pengguna. Setelah
era automasi dan revolusi informasi
berjejaring (Lynch, 2000), fokus
perhatian sekarang ini tertuju pada
perubahan
pola
penggunaan
perpustakaan.
Perubahan
pola
pemerolehan
informasi
merupakan
dampak dari perkembangan teknologi
informasi.Perangkat bergerak (mobile
devices)
telah

mengubah
cara
menyampaikan dan cara mengakses
informasi. Berdasarkan studi yang
dilakukan oleh EDUCASE Center for
Applied Research (ECAR) di Amerika
Serikat pada tahun 2011 (ACRL, 2012)
menunjukkan
bahwa
70%
dari
mahasiswa yang memiliki perangkat
bergerak menggunakannya untuk tujuan
akademik. Bandingkan dengan studi
yang dilakukan oleh lembaga yang sama
pada tahun 2009 yang menunjukkan
bahwa hanya 15% dari mahasiswa
menggunakannya
untuk
tujuan

akademik.
 

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

hybrid;
dan
penekanan
pada
pembelajaran aktif(Johnson, Adams,
&Cummins, 2012). Jejaring sosial dan
pradigma baru cara publikasi seperti
konten
terbuka
(open
content)
merupakan tantangan bagi peran
perpustakaan sebagai kurator.Hal ini
juga memposisikan perpustakaanberada
di

bawah
tekanan
untuk
mengembangkan cara-cara baru untuk
mendukung dan bertindak sebagai
kurator karya akademik.Peran tersebut
juga
termasuk
membantu
para
mahasiswa
untuk mengembangkan
keterampilan literasi media.

Perkembangan Penggunaan
Teknologi Informasi pada
Perpustakaan
Berawal pada akhir tahun 1980an atau
awal tahun 1990an, perpustakaan
pendidikan tinggi dihadapkan pada

perubahan lingkungan yang digerakkan
oleh teknologi informasi.Ini dengan
cepat mengalihkan fokus perhatian dari
automasi ke serangkaian pertanyaan
tentang peran dan misi perpustakaan
dalam era digital.Sejarah penggunaan
teknologi informasi di lingkungan
perpustakaan sudah dimulai sejak
setengah abad yang lalu. Lynch (2000)
membaginya ke dalam empat era yaitu
masa automasi pertama, automasi kedua,
automasi ketiga, dan dilanjutkan dengan
revolusi informasi berjejaring. Masa
automasi pertama ditandai dengan
komputerisasi pengoperasian kegiatan
sehari-hari perpustakaan yang dimulai
pada akhir tahun 1950an atau awal tahun
1960an. Masa automasi kedua ditandai
dengan kemunculan katalog publik
(OPAC) yang berawal pada tahun

1980an. Masa automasi ketiga ditandai
dengan pengalihan konten tercetak ke
bentuk elektronik (proses digitalisasi)
yang terjadi pada tahun 2000an. Dan era
revolusi informasi berjejaring ditandai
dengan inovasi dan transformasi yang
dimulai pada akhir tahun 1990an.

Automasi Perpustakaan
Istilah automasi perpustakaan bermakna
penggunaan mesin otomatis atau
peralatan
pemerosesan
di
perpustakaan.Automasi dapat diterapkan
pada
aktifitas
administratif
perpustakaan, prosedur perkantoran, dan
penyampaian pelayanan perpustakaan

kepada pengguna. Untuk memahami
automasi perpustakaan, kita terlebih
dahulu harus mengenal aktifitas rutin
suatu perpustakaan. Kegiatan
rutin
sehari-hari perpustakaan disebut dengan
istilah kerumah-tanggaan perpustakaan
(library housekeeping). Semua kegiatan
rutin kerumah-tanggaan ditujukan untuk
mengontrol koleksi suatu perpustakaan.
Kerumahtanggaan tersebut mencakup
antara lain kegiatan pengadaan bahan
perpustakaan
(acquisitions),
pengatalogan (cataloguing), pengawasan
sirkulasi
(circulation
control),
pengawasan serial (serials control), dan
katalog publik (web-based online public

access catalog).

Teknologi
terus
berlanjut
menggerakkan pemikiran kita ke masa
depan perpustakaan perguruan tinggi.
Kecenderungan
utama
penggerak
teknologi pendidikan antara lain adalah
keinginan agar informasi dan akses
media sosial dan jaringan dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja;
penerimaan teknologi cloud-based;
kolaborasi; tantangan bahwa informasi
ada
di
mana-mana
(ubiquitous);

paradigma baru pembelajaran online dan

Pengadaan adalah kegiatan berkaitan
dengan
pengadaan
bahan
perpustakaan(pembelian,
pertukaran,
dan hadiah).Termasuk di dalamnya
kegiatan pengecekan bibliografis (preHalaman 2 
 

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

order bibliographical checking) yang
dilakukan sebelum pemesanan dan
penerimaan bahan perpustakaan baru,
pemerosesan faktur, dan pemeliharaan
arsip pengadaan.Pengatalogan adalah
kegiatan
yang
dilakukan
dalam
mempersiapkan deksripsi bibliografis
bahan perpustakaan (catalog record)
yang kemudian digunakan sebagai
sarana temu-balik.Pengawasan sirkulasi
adalah semua kegiatan yang berkaitan
dengan peminjaman, perpanjangan, dan
pengembalian bahan perpustakaan, dan
yang
berkaitan
dengan
keanggotaan.Aktifitas ini merupakan
pengontrolan
peredaran
koleksi
perpustakaan.Pengawasan serial adalah
kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan
pesanan,
penerimaan
dokumen, akses terhadap koleksi,
pengarahan (routing), pengajuan klaim,
peminjaman dan penjilidan terbitan
berkala.Katalog publik online adalah
fasilitas temu-balik koleksi perpustakaan
melalui antar muka web, termasuk
tersedianya fitur perpanjangan
dan
reservasi oleh pengguna.

keanggotaan dan pinjamannya setiap
saat. Perangkat lunak untuk aplikasi
perpustakaan dikenal dengan istilah
integrated library systems (ILS) atau
library
management
systems
(LMS).Selain perangkat lunak aplikasi
automasi perpustakaan komersial, juga
tersedia kategori open source seperti
KOHA dan New Gen Lib.
Repositori Institusi
Repositori institusi atau lebih dikenal
dengan istilah institutional repository
(IR) adalah suatu locus untuk
mengumpulkan,
memelihara,
dan
mendiseminasikan dalam bentuk digital
produkkarya tulis suatu institusi. Pada
perguruan tinggi, IR mencakup antara
lain karya dosen seperti artikel
jurnal/laporan penelitian dan makalah;
karya mahasiswa seperti skripsi, tesis,
dan disertasi; dan aset digital lainnya
yang dihasilkan dalam kehidupan
akademik seperti dokumen administratif
dan bahan perkuliahan. Bahan-bahan
tersebut ada yang melalui proses
digitalisasi untuk karya retrospektif dan
bentuk digital sejak lahir (born-digital
materials). Pengembangan IR bertujuan
antara lain untuk: (1) menyediakan akses
terbuka (open access) terhadap produk
institusi
untuk
memaksimalkan
penggunaannya,
(2)
menciptakan
visibility global terhadap karya insititusi,
(3) mengumpulkan konten pada lokasi
tunggal; dan (4) menyimpan dan
memelihara aset digital institusi,
termasuk
literatur
kelabu
(grey
literature) atau yang tidak diterbitkan
(unpublished) yang mudah hilang.

Dengan dukungan perangkat lunak
aplikasi semua kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan dapat dilakukan
dengan lebih efisien baik dari sisi staf
maupun
pengguna
perpustakaan.
Automasi
perpustakaan
dapat
mengurangi beban kerja klerikal
sehingga staf dapat melakukan pekerjaan
lain yang lebih kreatif dan inovatif.
Manajemen
perpustakaan
dapat
memperoleh berbagai bentuk statistik
dan laporan tentang kinerja perpustakaan
dengan
seketika
(real-time
processing).Di sisi lain, pengguna dapat
lebih mudah melakukan temu-balik,
memperpanjang
pinjamannya,
dan
melakukan
reservasi
jika
bahan
perpustakaan
yang
dibutuhkannya
sedang
dipinjam pengguna
lain.
Pengguna juga dapat memeriksa status

Pengembangan IR perguruan tinggi
dalam bentuk digital juga didorong oleh
tingginya pertumbuhan literatur kelabu
dalam bentuk tercetak yang dihasilkan
setiap tahunnya.Hal ini menimbulkan
berbagai masalah seperti kebutuhan
Halaman 3 
 

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

penting. Indikator tersebut terdiri dari:
Size (S), Visibility (V), Rich Files (R)
dan Scholar (Sc). Ini dilakukan dengan
tujuan
untuk
menyempurnakan
visibilitas repositori institusi dan praktik
yang baik dalam publikasi web.Size
diukur berdasarkan jumlah halaman
web
yang
diekstraksi
dari
Google.Visibility adalah jumlah total
tautan (links) eksternal yang diterima
(backlinks)oleh
domaininstitusiuntuk
tautan yang didapatkan dari database
MajesticSEO dan ahrefs. RichFiles
adalah
jenis
format
berkas
sepertiAdobe Acrobat (.pdf), MS Word
(.doc, .docx), MS Powerpoint (.ppt,
.pptx) and PostScript (.ps & .eps) yang
diekstraksi dari Google.Scholar adalah
kalkulasi
jumlah
tulisan
yang
dinormalisasi antara tahun 2007 dan
2011 menggunakan database Goggle
Scholar. Keempat kriteria peringkat
tersebut digabungkan berdasarkan suatu
formula di mana setiap unsur memiliki
ukuran yang berbeda tetapi menjaga
rasio 1:1antara aktifitas (size) dan
dampak (visibility) (Ranking Web of
Repositories, 2013).

terhadap ruang penyimpanan yang lebih
luas, pemeliharaan dan penanganannya
yang lebih kompleks, dan tentu saja
biaya yang lebih besar.Kendala kapasitas
ruang penyimpanan dan pemeliharaan
seperti itu, solusinya adalah dengan
mengalih-mediakan
bahan-bahan
tercetak tersebut ke dalam bentuk
digital.Penyediaan dan pemeliharaannya
padastorage (disk) berkapasitas besar
jauh lebih murah dibandingkan dengan
penyediaan dan pemeliharaannya pada
ruang fisik konvensional.Selain itu,
publikasi elektronik dengan akses
terbuka melalui web dipandang dapat
mengurangi plagiarisme dan duplikasi
yang berdampak pada peningkatan
kualitas
karya
akademik
yang
dihasilkan.
Perangkat lunak untuk pembangunan
respositori institusi atau perpustakaan
digital banyak yang tersedia secara gratis
seperti DSpace dan Eprints yang sudah
populer
karena
banyak
digunakan.DSpace misalnya memiliki
banyak keunggulan dan fitur seperti:
statistik, standar metadata Dublin Core,
mendukung OAI-PMH (Open Archives
Initiative-Protocol
for
Metadata
Harvesting), yang dapat digunakan
untuk pertukaran metadata secara
otomatis. Selain itu, pengguna DSpace
juga tersebar hampir di seluruh dunia
(lihat
wiki.dspace.org)
dengan
komunitas pengguna yang cukup besar
sehingga
memungkinkan
dilakukannyaberbagi-pakai
(sharing)
informasi sesama komunitas terutama
dalam
hal
penggunaan
maupun
peremajaan (update) sistem. Untuk
mengembangkan
IR
diperlukan
kebijakan administratif dan teknis yang
dapat mendorong baik peningkatan
konten maupun kinerja sistem.
Webometrics
melakukan
pemeringkatan IR yang didasarkan pada
indikator web dari search engines paling

Kurator Dataset
Perpustakaan mulai bertidak sebagai
kurator dataset penelitian untuk tujuan
berbagi-pakai (sharing) data.Inisiatif ini
terutama untuk penelitian yang dibiayai
dari dana publik, agar data penelitian
tersebut tersedia dan dapat diakses
secara luas oleh komunitas peneliti
lainnya (National Science Foundation,
2010).
Pustakawan
dan
pekerja
informasi memilki peran penting dalam
membantu komunitas penelitian dalam
merancang dan mengimplementasikan
suatu perencanaan untuk deskripsi data,
penyimpanan,
pengelolaan,
dan
penggunaannya
kembali.Pustakawan
dapat berkolaborasi dengan para tenaga
ahli dalam bidang repositori untuk
Halaman 4 
 

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

mengembangkannya.Pustakawan dapat
mengkomunikasikan
nilai-nilai
keterampilan yang telah dimilikinya
dalam mengembangkan peran yang
sebelumnya tidak berkaitan dengan
pustakawan.NISO (National Information
Standards
Organization)
mengembangkan suatu rekomendasi
praktik
untuk
penerbit
tentang
pencantuman, penanganan, penyajian,
dan preservasi bahan-bahan seperti itu
(Bruce, 2012).

dan kemampuan manajemen jangka
panjang.Pilihan lisensi dan standar baru
harus diadopsi untuk memfasilitasi
peminjaman
e-book,
menyediakan
statistik, dan portabel antara peralatan
dan platform (ALA, 2011b).
Komunikasi Ilmiah
Model penerbitan atau publikasi baru
sedang dieksplorasi untuk jurnal,
monograf ilmiah, buku teks, dan bahanbahan
digital.Para
pemangku
kepentingan di bidang ini mencoba
melahirkan
model
berkelanjutan.Pengembangan
yang
relevan untuk jurnal termasuk open
access (OA) untuk konten historis, OA
yang dibiayai oleh pengarang untuk
konten baru, dan berlangganan pada
penerbit
besar
(biasanya
sangat
mahal).Sejumlah
perpustakaan
perguruan tinggi telah melakukan peran
aktif dalam perubahan lingkungan
komunikasi ilmiah. Perguruan tinggi
biasanya
menyediakan
pelayanan
repositori
digital,
memberikan
nasehattentang hak cipta pengarang,
pelayanan digitalisasi, dan manajemen
dataset penelitian, pebuatan metadata,
pengatalogan, dan preservasi digital.
Simba Information, sebuah organisasi
penelitian dengan spesialisasi bidang
penerbitan, memperkirakan bahwa pada
akhir
2013,
buku
teks
digital
akanmencapai 11% dari total pasar buku
teks(Schuetze,
2011).Beberapa
perguruan tinggi di Amerika Serikat
menawarkan “The Open Course
Library”, yang membuat buku teks yang
digunakan pada sejumlah mata kuliah
tersedia secara gratis melalui lisensi
Creative Commons (Kelley, 2011).

Pengadaan e-Book
Suatu laporan tentang masa depan
perpustakaan
perguruan
tinggi
mengidentifikasi bahwa PDA (PatronDriven Acquisition) sebagai sebuah
kecenderungan yang tidak dapat
dihindarkan
oleh
perpustakaan
(Kolowich, 2011). Jika sebuah buku
dalam topik yang sama tersedia dalam
format tercetak dan elektronik, maka
pilihan pengguna akan jatuh pada format
elektronik.
Perpustakaan
harus
mengikuti pilihan pengguna tersebut jika
ingin membuktikan bahwa belanja yang
dihabiskan tetap sepadan dengan
nilainya.Apabila suatu saat buku-buku
tercetak sirkulasinya rendah, maka
perpustakaan perguruan tinggi harus
dengan rela membuangnya untuk
mengurangi beban, seperti membuang
muatan ke laut untuk mengurangi
muatan kapal (jettison).
Perjanjian lisensi dari vendor e-book
seharusnya memungkinkan perpustakaan
dapat memilih hanya buku-buku yang
permintaannya tinggi (high demand) saja
untuk dibeli.ALA
mengidentifikasi
keberlanjutan (sustainability) sebagai
prinsip utama untuk koleksi ebook(ALA,
2011a).
Keberlanjutan
mensyaratkan pendanaan yang teratur
dan on-going, solusi teknologi yang
tepat untuk umur panjang rekod kultural,

Perilaku dan Ekspektasi Pengguna
Perpustakaan biasanya tidak lagi sebagai
sumber pertama untuk pemerolehan
Halaman 5 
 

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

informasi.Ketika ditanyakan, responden
melukiskan bahwa perpustakaan “sulit
untuk digunakan”, “tujuan terakhir”, dan
“tidak nyaman”.Kenyamanan adalah
suatu faktor signifikan dalam situasi
perguruan
tinggi
dan
pencarian
informasi dalam kehidupan sehari-hari
(Connaway et al., 2011). Dengan
meluasnya penggunaan Internet dan
search engines seperti Google, individu
hanya menghadapi sedikit atau sama
sekali tidak ada masalah dalam
menemukan sumber-sumber informasi.
Smith dan Pickett (2011) menyatakan
perpustakaan gaya baru seharusnya
didasarkan pada model just-in-time, di
mana akses adalah lebih penting dari
pada sejumlah besar inventaris yang
dekat.

pendekatan kreatif perlu dilakukan untuk
memberikan pelayanan yang sesuai
dengan harapan pengguna,dan melatihulang
para
staf
dan
personil
perpustakaan untuk tujuan tersebut
sangat diperlukan.
Rujukan
ALA (2011a). E-book principles for the
library community.Retrieved from
http://americanlibrariesmagazine.
org/sites/default/files/EbookPrinci
ples-Sept2011.pdf.
ALA(2011b). Talking points on library
lending of e-books.Retrieved from
http://web20kmg.pbworks.com/w/fi
le/fetch/46397972/TalkingPointsEb
ookLending-Sept2011.pdf.
Association of College and Research
Libraries (2012).2012 top ten trends in
academic libraries:
A review of the trends and issues
affecting academic libraries in
higher education.Retrieved from
http://crln.acrl.org/content/73/6/31
1.full
Bruce, K. (2012). LIBValue: Valuing
the academic library. Retrieved
from
http://www.libqual.org/documents/
LibQual/publications/2012/2012_A
LADallas_Kingma_LibValue.pdf.
Connaway, L. S., Silipigni, D. T.,
Timothy J., & Radford,M. L.
(2011). ‘If it is too inconvenient
I’m not going after it:’
Convenience as a Critical Factor in
Information-seeking Behaviors.
Library & Information Science
Research 33, No. 3 (2011): 179–
90.
Johnson, L., Adams, S., and Cummins,
M. (2012).Technology outlook for
Australian tertiary education 20122017.Retrieved from
http://www.nmc.org/pdf/2012technology-outlook-australiantertiary-education-A4.pdf.

Kesimpulan
Walaupun
kecenderungan
pengembangan teknologi informasi pada
perpustakaan yang disajikan dalam
tulisan ini sebagian didasarkan pada
literatur Barat, tetapi materinya relevan
dengan situasi di Indonesia saat ini.
Kondisi perpustakaan perguruan tinggi
kita memang sangat bervariasi antara
satu dengan lainnya, sehingga state of
the art teknologinya juga tentu
berbeda.Kita sering mendengar dari para
mahasiswa kita bahwa mereka tidak lagi
perlu
menggunakan
fasilitas
perpustakaan tetapi cukup dengan
googling untuk mendapatkan sumbersumber informasi yang mereka perlukan
dalam penyelesaian studi mereka.Oleh
karena
itu,
kecenderungankecenderungan seperti diuraikan di atas
perlu
diantisipasi
oleh
setiap
perpustakaan jika tidak ingin tertinggal
di belakang. Pengembangan staf dan
personil perpustakaan menjadi isu
puncak bagi pustakawan perguruan
tinggi untuk menghadapi tantangantantangan baru tersebut. Pendekatan-

Halaman 6 
 

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 2, Desember 2015

funding will soon be required to
submit data management
plans.Retrieved from
http://www.nsf.gov/news/news_sum
m.jsp?cntn_id=116928&org=NSF
&from=news.
Ranking Web of Repositories
(2013).Retrieved from
http://repositories.webometrics.inf
o/en/Methodology.
Schuetze, C. F. (2011).Textbooks finally
take a big leap to digital.The New
York Times, November23,
2011.Retrieved from
http://www.nytimes.com/2011/11/2
4/world/americas/schoolwork-getsswept-up-in-rush-to-godigital.html?pagewanted=all.
Smith, S. E., &Pickett C. (2011)
Avoiding the path to obsolescence:
riches-to-rags tales in the retail
business hold lessons for
libraries.American Libraries 42,
No.9/10 (2011): 38–43.

Kelley, M. (2011).Library with free
online college textbooks makes
debut,the digital shift.Retrieved
from
http://www.thedigitalshift.com/201
1/11/ebooks/library-with-freeonline-college-textbooks-makesdebut/.
Kolowich, S. (2011).P.D.A. in the
library.Retrieved from
http://www.insidehighered.com/ne
ws/ 2011/10/28/e-bookacquisition-based-use-anddemand-could-save-librariesthousands
Lynch, C. A. (2000). From automation
to transformation: Forty years of
libraries and information
technology in higher education.
Retrieved from
http://net.educause.edu/ir/library/p
df/erm0018.pdf.
National Science Foundation
(2010).Scientists seeking NSF

Halaman 7