Pengaruh Nilai Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Earning Response Coefficient dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laba
2.1.1.1 Pengertian Laba
Ukuran yang digunakan untuk menilai berhasil atau tidak suatu
perusahaan yaitu dilihat dari laba. Laba merupakan kelebihan total pendapatan
dibandingkan total bebannya. Disebut juga pendapatan bersih atau net earnings
(Horngren, 1997). Harahap (2001:267) juga menyatakan bahwa laba “perbedaan
antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode
tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
itu.
2.1.1.2 Kualitas Laba
Untuk melihat laba suatu perusahaan yaitu pada laporan keuangan.
Bernard dan Strober (1998) menyatakan bahwa “Kualitas laba dapat dikatakan
berkualitas tinggi apabila yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna
(users) untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan utnuk
menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham”. Schipper dan Vincent
(2003) juga mengungkapkan bahwa kualitas laba yang baik berperan penting bagi
stakeholders sebagai penentu pengambilan keputusan. Apabila laba disajikan
dengan tidak sebenarnya maka akan dapat menyesatkan pengguna (users) laporan
keuangan. Schipper dan Vincent (2003) mengelompokkan konstruk kualitas laba
7
Universitas Sumatera Utara
dan
pengukurannya
berdasarkan
cara
menentukan
kualitas
laba,
yaitu
berdasarkan: sifat runtun waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka
konseptual, hubungan laba kas akrual, dan keputusan implementasi. Kelompok
penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan sifat runtun waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi,
prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas.
2.
Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba kas akrual yang dapat diukur
dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan
akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals
(akrual
abnormal/
DA), dan estimasi hubungan akrual kas.
3.
Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual
(Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978).
4.
Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi.
2.1.2 Earning Response Coefficient
2.1.2.1 Pengertian Earning Response Coefficient
Untuk mengetahui kualitas laba maka dapat diukur dengan earning
response coefficient. Koefisien Respon Laba (Earnings Response Coefficient)
menurut Cho dan Jung (1991) yaitu : “Koefisien Respon Laba didefinisikan
sebagai efek setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, dan
biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham
dan unexpected earning”.
8
Universitas Sumatera Utara
Collin dan Kothari (1989) juga menyebutkan bahwa “earning response
coefficient dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran perusahaan
(size), pertumbuhan (growth) , dan profitabilitas (profitability).”
Asumsi yang menjadi landasan penelitian earning respone coefficient
adalah bahwa investor merespon secara berbeda terhadap informasi laba akuntansi
sesuai dengan kredibilitas atau kualitas informasi laba akuntansi tersebut
(Syafrudin, 2004).
2.1.2.2 Alat Ukur Earning Response Coefficient (ERC)
Untuk melihat suatu perusahaan itu baik atau tidak para investor
melihat dari laba. Karena laba mengandung informasi yang sangat penting bagi
pasar modal. Earning response coefficient
(ERC) adalah ukuran besaran
abnormal return suatu saham sebagai respon terhadap komponen laba abnormal
(unexpected earning) yang dilaporkan oleh perusahaan yang mengeluarkan saham
tersebut (Scott, 2003).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Earning Response
Coeffcient (ERC). ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara
proksi respon pasar yang terkandung dalam harga saham dan laba akuntansi
(Belkaoui, 2001). Proksi harga saham yang digunakan adalah cummulative
abnormal return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi adalah unexpected
earning (UE) (Chaney Dan Jater, 1991) . Cummulative Abnormal Return (CAR)
yang dihitung pada ± 3 hari disekitar tanggal pengumuman (t-3, t, t+3). Hal ini
mengacu pada penelitian Suaryana (2005)
9
Universitas Sumatera Utara
1) Menghitung variabel Cumulative Abnormal Return (CAR) dengan rumus :
CARi(-3,+3) = t=-3∑+3 ARit
Dalam hal ini:
CARi(-3,+3): abnormal return kumulatif perusahaan i selama periodepengamatan
kurang lebih 3 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan. (3 hari sebelum, 1
hari tanggal publikasi dan 3 hari setelah tanggal penyerahan laporan keuangan
ke BEI)
ARit
: abnormal return perusahaan i pada hari t
(a) Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model
sesuaian pasar (market adjusted model). Hal ini sesuai dengan Jones
(1999) yang menjelaskan bahwa estimasi return sekuritas terbaik return
pasar saat itu.
Abnormal return diperoleh dari:
ARi,t = Ri,t – Rm,t
Dimana:
ARi,t
=abnormal return perusahaan i pada periode ke- t
Ri,t
= Return perusahaan pada periode ke-t
Rm,t
= return pasar pada periode ke-t
i,t
= standar error
10
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus mencari
Returns saham harian dan Returns pasar harian.
Returns saham harian dihitung dengan rumus :
Rit = (Pit-Pit-1)/Pit-1
Dimana:
Rit
= returns saham perusahaan i pada hari t
Pit
= harga penutupan saham i pada hari t
Pit-1
= harga penutupan saham i pada pada hari t-1.
Returns pasar harian dihitung sebagai berikut :
Rmt = (IHSGt-IHSGt-1)/IHSGt-1
Dimana:
Rmt
= returns pasar harian
IHSGt
= indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1
= indeks harga saham gabungan pada hari t-1.
(b) Unexpected Earnings sebagai variabel independen yang diperhitungkan
dengan model random walk.
11
Universitas Sumatera Utara
Unecpected Earnings (UE) diartikan sebagai selisih laba akuntansi yang
direalisasi dengan laba akuntansi yang diharapkan oleh pasar. UE diukur
sesuai dengan penelitian Kalaapur (1994) :
UE =
�� � –�� � −1
│�� −1│
Dalam hal ini:
UEit
: unexpected earnings perusahaan i pada periode t
EPSit
: earningsper share perusahaan i pada periode t
EPSit-1 : earningsper share perusahaan i pada periode t-1 sebelumnya t (t-1
Pit-1
2.
: harga saham sebelumnya
Earnings Response Coefficient (ERC) akan dihitung dari slope α1 pada
hubungan CAR dengan UE dengan Rit sebagai pengendali (Teets and Wasley
1996) yaitu :
CARit = α0 + α1UEit + α2Rit + εit
Dalam hal ini :
CARit
= abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda amatan+
3 hari dari publikasi laporan keuangan
UEit
= unexpected earnings
εit
= komponen error dalam model atas perusahaan i pada perioda t
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan
perusahaan
yang
sering
dikaitkan
dengan
harga
saham
(Sujoko,2007). Nilai pasar yang tinggi disebabkan harga saham yang tinggi.Para
pemilik perusahaan menginginkan nilai perusahaan mereka tinggi karena akan
menarik perhatian para investor. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan
mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi
perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran
(kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. (Husnan, 2000 : 7)
Menurut Tandelilin (2001) dalam penilaian saham dikenal ada tiga
jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Beberapa konsep nilai
yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah nilai nominal, nilai pasar, nilai
intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum
secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam
neraca perusahaan dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar
adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini
hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai pasar
merupakan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan yang dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan
meningkat. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena
mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Sedangkan nilai buku adalah
nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana
dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah
13
Universitas Sumatera Utara
saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa merupakan
bagian para pemegang saham.
Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price
to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan
kedepan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab
nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi (Soliha dan Taswan, 2002). Rasio PBV dihitung dengan membagi nilai
pasar dari saham dibagi dengan nilai buku dari ekuitas saat ini.
Rasio PBV= Nilai
Harga perlembar saham
buku ekuitas perlembar saham
.
2.1.4 Profitabilitas
2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas menurut Saidi (2004) adalah kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan
adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain.
Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang
diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik.
Menurut Munawir (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
profitabilitas perusahaan, yaitu :
1) Jenis Perusahaan
Profitabilitas perusahaan akan sangat bergantung pada jenis perusahaan, jika
perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa biasanya akan memiliki
14
Universitas Sumatera Utara
2)
3)
4)
5)
6)
keuntungan yang stabil dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi
barang-barang modal.
Umur Perusahaan
Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Umur perusahaan ini
adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan tersebut masih
mampu menjalankan operasinya.
Skala Perusahaan
Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat menghasilkan
produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah tersebut merupakan
cara untuk memproleh laba yang diinginkan.
Harga Produksi
Perusahaan yang biaya produksinya relatif lebih murah akan memiliki
keuntungan yang lebih baik dan stabil daripada perusahaan yang biaya
produksinya tinggi.
Habitat Bisnis
Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan (habitual
basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil dari pada non habitual basis.
Produk yang Dihasilkan
Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok
biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada
perusahaan yang memproduksi barang modal.
Keberhasilan suatu perusahaan tidak dilihat dari besarnya laba yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, tetapi juga harus dihubungkan dengan jumlah
modal yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
2.1.4.2 ROA (Return on Assets)
Rasio yang paling sering digunakan untuk mengukur prfoitabilitas yaitu
return on assets (ROA). Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
ROA
=
Laba Bersih
Total Asset
X100%
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan
bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
15
Universitas Sumatera Utara
rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan
aset yang dimilki secara efektif untuk menghasilkan laba.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yaitu dimana besar kecilnya yang dilihat dari total
aktiva, nilai pasar saham,dll. Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005:
138) yang mengambil pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa :
“Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar
pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek
pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat
umum/general public)”. Perusahaan-perusahaan
yang lebih besar akan lebih
dipandang daripada perusahaan-perusahaan kecil oleh para investor.
Collins dan Kothari (1989)menemukan bahwa ukuran perusahaan
berhubungan negatif dengan laba. Hubungan negatif tersebut terjadi karena
banyaknya informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan-perusahaan
besar, pada saat pengumuman laba, pasar kurang bereaksi. Rumus untuk mencari
ukuran perusahaan sebagai berikut :
SIZE it
= LnTAit
Keterangan :
Sizeit
=Ukuran perusahaan
Ln Tait
= Nilai Logaritma natural dari total aktiva perusahaan i pada tahun
16
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Price to Book Value
(PBV) yang memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
Earnings Response
Coefficient (ERC).
Sedangkan variabel
Corporate Social
Responsibility
Disclosure (CSRI)
dan BETA tidak
memiliki pengaruh
terhadap Earnings
Response Coefficient
(ERC).
Ratna
Leverage dan
Earning
Pengujian pengaruh
Wijayanti DP firm size
Response
antara
leverage
(2013)
terhadap earning Coefficient
dengan
voluntary
response
(ERC)
disclousure
coefficient (ERC) leverage, size, menunjukkan
hasil
dengan voluntary voluntary
yang tidak signifikan
sebagai variabel disclousure
terhadap
pengaruh
intervining
antara
voluntary
disclousure
dengan
earning
response
coeffiient
(ERC)
diperoleh
hasil
pengujian yang positif
signifikan.
Laila
Fitri pengaruh ukuran Earnings
(2013)
perusahaan,
Response
Ukuran perusahaan
kesempatan
Coefficient,
tidak berpengaruh
bertumbuh, dan
Ukuran
signikan terhadap
profitabilitas
Perusahaan,
earning response
terhadap
Kesempatan
coefficient pada
earnings
Bertumbuh,
perusahaan
response
Profitabilitas. manufaktur yang
coefficient
terdaftar di di Bursa
Efek Indonesia pada
Sem Paulus
Silalahi
pengaruh
(2014)
corporate social
responsibility
(csr) disclosure,
beta dan price to
book value (pbv)
terhadap
earnings
response
coefficient (erc)
(studi empiris
pada perusahaan
manufaktur
corporate
social
responsibility,
beta dan price
to book value,
earnings
response
coefficient
17
Universitas Sumatera Utara
tahun 2008-2011.
Kesempatan
bertumbuh tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
earning response
coefficient pada
perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun
2008-2011.
Profitabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
earning response
coefficient pada
perusahaan yang
terdaftar di di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2008-2011.
Muhammad
Arfan,
Ira
Antasari
(2008)
pengaruh ukuran,
pertumbuhan,
dan profitabilitas
perusahaan
terhadap
koefisien respon
laba
pada emiten
manufaktur di
bursa efek
jakarta
Size, growth,
profitability,
and earnings
response
coefficient.
Ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, dan
profitabilitas
perusahaan secara
simultan mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
koefisien respon laba
pada emiten
manufaktur di Bursa
Efek Jakarta.
Secara parsial hanya
pertumbuhan
perusahaan
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap koefisien
respon laba,
sedangkan ukuran
perusahaan dan
profitabilitas
perusahaan tidak
mempunyai pengaruh
18
Universitas Sumatera Utara
Fajar bayu
Pamungkas
(2014)
pengaruh ukuran
kap, ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan leverage
terhadap
koefisien respon
laba
ukuran KAP,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
leverage,
koefisien
respon laba.
Ermaseiawati, Analisis
Profit
Nursiam
pengaruh ukuran, Coefficient
(2014)
pertumbuhan dan Response
profitabilitas
(ERC), the
perusahaan
size, the
terhadap
growth, and
koefisien respon profitability
laba (studi
of the
empiris pada
company.
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bursa
efek indonesia
(bei) tahun 20092011)
yang signifikan
terhadap koefisien
respon laba pada
emiten manufaktur di
bursa Efek Jakarta.
ukuran KAP dan
profitabilitas
berpengaruh secara
statistik signifikan
terhadap koefisien
respon laba,
sedangkan ukuran
perusahaan dan
leverage tidak
berpengaruh terhadap
koefisien respon laba.
Ukuran Perusahaan
berpengaruh terhadap
Koefisien Respon
Laba (ERC).
Pertumbuhan
Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
Koefisien Respon
Laba (ERC).
Profitabilitas
Perusahaan
berpengaruh terhadap
Koefisien Respon
Laba (ERC
19
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Nilai
Perusahaan
Earning
Response
Coefficient
H1
(X1)
(Y)
H2
Profitabilitas
(X2)
H4
H5
H3
Ukuran
Perusahaan
(Z)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
2.4.1
Nilai Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient
Nilai perusahaan adalah nilai yang menunjukkan sejauh mana
kepercayaan investor terhadap harga saham perusahaan. Nilai perusahaan dalam
penelitian ini diproksikan melalui price to book value. Price to book value
menunjukkan bagaimana nilai buku saham jika dibandingkan dengan nilai pasar
saham.
20
Universitas Sumatera Utara
Earning response coefficient menunjukkan bagaimana respon investor
terhadap perubahan laba perusahaan. Semakin tinggi penilaian investor terhadap
harga saham yang diproksikan dengan nilai perusahaan maka perusahaan semakin
dianggap memiliki prospek yang bagus terhadap keuangan perusahaan. Keuangan
perusahaan menunjukkan perubahan laba dalam perusahaan.
H1 : Nilai Perusahaansecara parsial berpengaruh signifikan terhadap
terhadap Earning Response Coefficient
2.4.2 Profitabilitas terhadap Earning Response Coefficient
Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan modal sendiri maupun
modal bersama. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan melalui Return On
Asset (ROA).
mengukur
ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang
digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
Profitabilitas yang tingggi akan berdampak positif pada earning
response coeefficient. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan.
Jika
demikian
maka
perubahan
profitabilitas akan berdampak pada perubahan earning response coefficient.
Earning response coefficient menggambarkan perubahan laba. Selain itu dalam
penelitian Zahroh dan Siddarta (2006:16) menyatakan profitabilitas berpengaruh
terhadap ERC.
21
Universitas Sumatera Utara
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap earning response coefficient
H3 : Nilai Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh terhadap earning
response coefficient
2.4.3 Nilai Perusahaan terhadap Earning Response Coefficient dengan
Ukuran perusahaan sebagai variabel moderating
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan price to book
value. Price to book value menunjukkan bagaimana nilai buku saham perusahaan
jika dibandingkan dengan nilai pasar perusahaan. Price to book value yang tinggi
menunjukkan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Karena harga
saham perusahaan biasanya merupakan respon dari kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan yang dimaksus adalah perubahan laba perusahaan. Price to
book value yang tinggi dapat berdampak pada respon perubahan laba.
Kehadiran
ukuran
perusahaan
sebagai
variabel
moderating
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, biasanya respon
investor akan lebih baik terhadap saham perusahaan. Yang pada akhirnya juga
akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan.
H4 : Nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earning response
coefficient dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.
22
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Profitabilitas terhadap earning response coefficient dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel moderating
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kinerja
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari perubahan laba
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi berdampak positif terhadap earning
response coefficient. Kehadiran ukuran perusahaan sebagai variabel moderating
menjukkan bahwa perusahaan yang besar umumnya memiliki profitabilitas
(kinerja keuangan) yang tinggi. Dengan demikian perusahaan yang besar akan
lebih direspon jika terjadi perubahan laba.
H5 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap earning response
coefficient dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.
23
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laba
2.1.1.1 Pengertian Laba
Ukuran yang digunakan untuk menilai berhasil atau tidak suatu
perusahaan yaitu dilihat dari laba. Laba merupakan kelebihan total pendapatan
dibandingkan total bebannya. Disebut juga pendapatan bersih atau net earnings
(Horngren, 1997). Harahap (2001:267) juga menyatakan bahwa laba “perbedaan
antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode
tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
itu.
2.1.1.2 Kualitas Laba
Untuk melihat laba suatu perusahaan yaitu pada laporan keuangan.
Bernard dan Strober (1998) menyatakan bahwa “Kualitas laba dapat dikatakan
berkualitas tinggi apabila yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna
(users) untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan utnuk
menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham”. Schipper dan Vincent
(2003) juga mengungkapkan bahwa kualitas laba yang baik berperan penting bagi
stakeholders sebagai penentu pengambilan keputusan. Apabila laba disajikan
dengan tidak sebenarnya maka akan dapat menyesatkan pengguna (users) laporan
keuangan. Schipper dan Vincent (2003) mengelompokkan konstruk kualitas laba
7
Universitas Sumatera Utara
dan
pengukurannya
berdasarkan
cara
menentukan
kualitas
laba,
yaitu
berdasarkan: sifat runtun waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka
konseptual, hubungan laba kas akrual, dan keputusan implementasi. Kelompok
penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan sifat runtun waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi,
prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas.
2.
Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba kas akrual yang dapat diukur
dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan
akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals
(akrual
abnormal/
DA), dan estimasi hubungan akrual kas.
3.
Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual
(Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978).
4.
Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi.
2.1.2 Earning Response Coefficient
2.1.2.1 Pengertian Earning Response Coefficient
Untuk mengetahui kualitas laba maka dapat diukur dengan earning
response coefficient. Koefisien Respon Laba (Earnings Response Coefficient)
menurut Cho dan Jung (1991) yaitu : “Koefisien Respon Laba didefinisikan
sebagai efek setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, dan
biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham
dan unexpected earning”.
8
Universitas Sumatera Utara
Collin dan Kothari (1989) juga menyebutkan bahwa “earning response
coefficient dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran perusahaan
(size), pertumbuhan (growth) , dan profitabilitas (profitability).”
Asumsi yang menjadi landasan penelitian earning respone coefficient
adalah bahwa investor merespon secara berbeda terhadap informasi laba akuntansi
sesuai dengan kredibilitas atau kualitas informasi laba akuntansi tersebut
(Syafrudin, 2004).
2.1.2.2 Alat Ukur Earning Response Coefficient (ERC)
Untuk melihat suatu perusahaan itu baik atau tidak para investor
melihat dari laba. Karena laba mengandung informasi yang sangat penting bagi
pasar modal. Earning response coefficient
(ERC) adalah ukuran besaran
abnormal return suatu saham sebagai respon terhadap komponen laba abnormal
(unexpected earning) yang dilaporkan oleh perusahaan yang mengeluarkan saham
tersebut (Scott, 2003).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Earning Response
Coeffcient (ERC). ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara
proksi respon pasar yang terkandung dalam harga saham dan laba akuntansi
(Belkaoui, 2001). Proksi harga saham yang digunakan adalah cummulative
abnormal return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi adalah unexpected
earning (UE) (Chaney Dan Jater, 1991) . Cummulative Abnormal Return (CAR)
yang dihitung pada ± 3 hari disekitar tanggal pengumuman (t-3, t, t+3). Hal ini
mengacu pada penelitian Suaryana (2005)
9
Universitas Sumatera Utara
1) Menghitung variabel Cumulative Abnormal Return (CAR) dengan rumus :
CARi(-3,+3) = t=-3∑+3 ARit
Dalam hal ini:
CARi(-3,+3): abnormal return kumulatif perusahaan i selama periodepengamatan
kurang lebih 3 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan. (3 hari sebelum, 1
hari tanggal publikasi dan 3 hari setelah tanggal penyerahan laporan keuangan
ke BEI)
ARit
: abnormal return perusahaan i pada hari t
(a) Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model
sesuaian pasar (market adjusted model). Hal ini sesuai dengan Jones
(1999) yang menjelaskan bahwa estimasi return sekuritas terbaik return
pasar saat itu.
Abnormal return diperoleh dari:
ARi,t = Ri,t – Rm,t
Dimana:
ARi,t
=abnormal return perusahaan i pada periode ke- t
Ri,t
= Return perusahaan pada periode ke-t
Rm,t
= return pasar pada periode ke-t
i,t
= standar error
10
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus mencari
Returns saham harian dan Returns pasar harian.
Returns saham harian dihitung dengan rumus :
Rit = (Pit-Pit-1)/Pit-1
Dimana:
Rit
= returns saham perusahaan i pada hari t
Pit
= harga penutupan saham i pada hari t
Pit-1
= harga penutupan saham i pada pada hari t-1.
Returns pasar harian dihitung sebagai berikut :
Rmt = (IHSGt-IHSGt-1)/IHSGt-1
Dimana:
Rmt
= returns pasar harian
IHSGt
= indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1
= indeks harga saham gabungan pada hari t-1.
(b) Unexpected Earnings sebagai variabel independen yang diperhitungkan
dengan model random walk.
11
Universitas Sumatera Utara
Unecpected Earnings (UE) diartikan sebagai selisih laba akuntansi yang
direalisasi dengan laba akuntansi yang diharapkan oleh pasar. UE diukur
sesuai dengan penelitian Kalaapur (1994) :
UE =
�� � –�� � −1
│�� −1│
Dalam hal ini:
UEit
: unexpected earnings perusahaan i pada periode t
EPSit
: earningsper share perusahaan i pada periode t
EPSit-1 : earningsper share perusahaan i pada periode t-1 sebelumnya t (t-1
Pit-1
2.
: harga saham sebelumnya
Earnings Response Coefficient (ERC) akan dihitung dari slope α1 pada
hubungan CAR dengan UE dengan Rit sebagai pengendali (Teets and Wasley
1996) yaitu :
CARit = α0 + α1UEit + α2Rit + εit
Dalam hal ini :
CARit
= abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda amatan+
3 hari dari publikasi laporan keuangan
UEit
= unexpected earnings
εit
= komponen error dalam model atas perusahaan i pada perioda t
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan
perusahaan
yang
sering
dikaitkan
dengan
harga
saham
(Sujoko,2007). Nilai pasar yang tinggi disebabkan harga saham yang tinggi.Para
pemilik perusahaan menginginkan nilai perusahaan mereka tinggi karena akan
menarik perhatian para investor. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan
mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi
perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran
(kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. (Husnan, 2000 : 7)
Menurut Tandelilin (2001) dalam penilaian saham dikenal ada tiga
jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Beberapa konsep nilai
yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah nilai nominal, nilai pasar, nilai
intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum
secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam
neraca perusahaan dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar
adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini
hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai pasar
merupakan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan yang dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan
meningkat. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena
mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Sedangkan nilai buku adalah
nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana
dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah
13
Universitas Sumatera Utara
saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa merupakan
bagian para pemegang saham.
Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price
to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan
kedepan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab
nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi (Soliha dan Taswan, 2002). Rasio PBV dihitung dengan membagi nilai
pasar dari saham dibagi dengan nilai buku dari ekuitas saat ini.
Rasio PBV= Nilai
Harga perlembar saham
buku ekuitas perlembar saham
.
2.1.4 Profitabilitas
2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas menurut Saidi (2004) adalah kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan
adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain.
Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang
diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik.
Menurut Munawir (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
profitabilitas perusahaan, yaitu :
1) Jenis Perusahaan
Profitabilitas perusahaan akan sangat bergantung pada jenis perusahaan, jika
perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa biasanya akan memiliki
14
Universitas Sumatera Utara
2)
3)
4)
5)
6)
keuntungan yang stabil dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi
barang-barang modal.
Umur Perusahaan
Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Umur perusahaan ini
adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan tersebut masih
mampu menjalankan operasinya.
Skala Perusahaan
Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat menghasilkan
produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah tersebut merupakan
cara untuk memproleh laba yang diinginkan.
Harga Produksi
Perusahaan yang biaya produksinya relatif lebih murah akan memiliki
keuntungan yang lebih baik dan stabil daripada perusahaan yang biaya
produksinya tinggi.
Habitat Bisnis
Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan (habitual
basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil dari pada non habitual basis.
Produk yang Dihasilkan
Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok
biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada
perusahaan yang memproduksi barang modal.
Keberhasilan suatu perusahaan tidak dilihat dari besarnya laba yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, tetapi juga harus dihubungkan dengan jumlah
modal yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
2.1.4.2 ROA (Return on Assets)
Rasio yang paling sering digunakan untuk mengukur prfoitabilitas yaitu
return on assets (ROA). Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
ROA
=
Laba Bersih
Total Asset
X100%
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan
bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
15
Universitas Sumatera Utara
rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan
aset yang dimilki secara efektif untuk menghasilkan laba.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yaitu dimana besar kecilnya yang dilihat dari total
aktiva, nilai pasar saham,dll. Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005:
138) yang mengambil pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa :
“Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar
pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek
pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat
umum/general public)”. Perusahaan-perusahaan
yang lebih besar akan lebih
dipandang daripada perusahaan-perusahaan kecil oleh para investor.
Collins dan Kothari (1989)menemukan bahwa ukuran perusahaan
berhubungan negatif dengan laba. Hubungan negatif tersebut terjadi karena
banyaknya informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan-perusahaan
besar, pada saat pengumuman laba, pasar kurang bereaksi. Rumus untuk mencari
ukuran perusahaan sebagai berikut :
SIZE it
= LnTAit
Keterangan :
Sizeit
=Ukuran perusahaan
Ln Tait
= Nilai Logaritma natural dari total aktiva perusahaan i pada tahun
16
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Price to Book Value
(PBV) yang memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
Earnings Response
Coefficient (ERC).
Sedangkan variabel
Corporate Social
Responsibility
Disclosure (CSRI)
dan BETA tidak
memiliki pengaruh
terhadap Earnings
Response Coefficient
(ERC).
Ratna
Leverage dan
Earning
Pengujian pengaruh
Wijayanti DP firm size
Response
antara
leverage
(2013)
terhadap earning Coefficient
dengan
voluntary
response
(ERC)
disclousure
coefficient (ERC) leverage, size, menunjukkan
hasil
dengan voluntary voluntary
yang tidak signifikan
sebagai variabel disclousure
terhadap
pengaruh
intervining
antara
voluntary
disclousure
dengan
earning
response
coeffiient
(ERC)
diperoleh
hasil
pengujian yang positif
signifikan.
Laila
Fitri pengaruh ukuran Earnings
(2013)
perusahaan,
Response
Ukuran perusahaan
kesempatan
Coefficient,
tidak berpengaruh
bertumbuh, dan
Ukuran
signikan terhadap
profitabilitas
Perusahaan,
earning response
terhadap
Kesempatan
coefficient pada
earnings
Bertumbuh,
perusahaan
response
Profitabilitas. manufaktur yang
coefficient
terdaftar di di Bursa
Efek Indonesia pada
Sem Paulus
Silalahi
pengaruh
(2014)
corporate social
responsibility
(csr) disclosure,
beta dan price to
book value (pbv)
terhadap
earnings
response
coefficient (erc)
(studi empiris
pada perusahaan
manufaktur
corporate
social
responsibility,
beta dan price
to book value,
earnings
response
coefficient
17
Universitas Sumatera Utara
tahun 2008-2011.
Kesempatan
bertumbuh tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
earning response
coefficient pada
perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun
2008-2011.
Profitabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
earning response
coefficient pada
perusahaan yang
terdaftar di di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2008-2011.
Muhammad
Arfan,
Ira
Antasari
(2008)
pengaruh ukuran,
pertumbuhan,
dan profitabilitas
perusahaan
terhadap
koefisien respon
laba
pada emiten
manufaktur di
bursa efek
jakarta
Size, growth,
profitability,
and earnings
response
coefficient.
Ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, dan
profitabilitas
perusahaan secara
simultan mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
koefisien respon laba
pada emiten
manufaktur di Bursa
Efek Jakarta.
Secara parsial hanya
pertumbuhan
perusahaan
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap koefisien
respon laba,
sedangkan ukuran
perusahaan dan
profitabilitas
perusahaan tidak
mempunyai pengaruh
18
Universitas Sumatera Utara
Fajar bayu
Pamungkas
(2014)
pengaruh ukuran
kap, ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan leverage
terhadap
koefisien respon
laba
ukuran KAP,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
leverage,
koefisien
respon laba.
Ermaseiawati, Analisis
Profit
Nursiam
pengaruh ukuran, Coefficient
(2014)
pertumbuhan dan Response
profitabilitas
(ERC), the
perusahaan
size, the
terhadap
growth, and
koefisien respon profitability
laba (studi
of the
empiris pada
company.
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bursa
efek indonesia
(bei) tahun 20092011)
yang signifikan
terhadap koefisien
respon laba pada
emiten manufaktur di
bursa Efek Jakarta.
ukuran KAP dan
profitabilitas
berpengaruh secara
statistik signifikan
terhadap koefisien
respon laba,
sedangkan ukuran
perusahaan dan
leverage tidak
berpengaruh terhadap
koefisien respon laba.
Ukuran Perusahaan
berpengaruh terhadap
Koefisien Respon
Laba (ERC).
Pertumbuhan
Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
Koefisien Respon
Laba (ERC).
Profitabilitas
Perusahaan
berpengaruh terhadap
Koefisien Respon
Laba (ERC
19
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Nilai
Perusahaan
Earning
Response
Coefficient
H1
(X1)
(Y)
H2
Profitabilitas
(X2)
H4
H5
H3
Ukuran
Perusahaan
(Z)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
2.4.1
Nilai Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient
Nilai perusahaan adalah nilai yang menunjukkan sejauh mana
kepercayaan investor terhadap harga saham perusahaan. Nilai perusahaan dalam
penelitian ini diproksikan melalui price to book value. Price to book value
menunjukkan bagaimana nilai buku saham jika dibandingkan dengan nilai pasar
saham.
20
Universitas Sumatera Utara
Earning response coefficient menunjukkan bagaimana respon investor
terhadap perubahan laba perusahaan. Semakin tinggi penilaian investor terhadap
harga saham yang diproksikan dengan nilai perusahaan maka perusahaan semakin
dianggap memiliki prospek yang bagus terhadap keuangan perusahaan. Keuangan
perusahaan menunjukkan perubahan laba dalam perusahaan.
H1 : Nilai Perusahaansecara parsial berpengaruh signifikan terhadap
terhadap Earning Response Coefficient
2.4.2 Profitabilitas terhadap Earning Response Coefficient
Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan modal sendiri maupun
modal bersama. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan melalui Return On
Asset (ROA).
mengukur
ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang
digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
Profitabilitas yang tingggi akan berdampak positif pada earning
response coeefficient. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan.
Jika
demikian
maka
perubahan
profitabilitas akan berdampak pada perubahan earning response coefficient.
Earning response coefficient menggambarkan perubahan laba. Selain itu dalam
penelitian Zahroh dan Siddarta (2006:16) menyatakan profitabilitas berpengaruh
terhadap ERC.
21
Universitas Sumatera Utara
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap earning response coefficient
H3 : Nilai Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh terhadap earning
response coefficient
2.4.3 Nilai Perusahaan terhadap Earning Response Coefficient dengan
Ukuran perusahaan sebagai variabel moderating
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan price to book
value. Price to book value menunjukkan bagaimana nilai buku saham perusahaan
jika dibandingkan dengan nilai pasar perusahaan. Price to book value yang tinggi
menunjukkan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Karena harga
saham perusahaan biasanya merupakan respon dari kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan yang dimaksus adalah perubahan laba perusahaan. Price to
book value yang tinggi dapat berdampak pada respon perubahan laba.
Kehadiran
ukuran
perusahaan
sebagai
variabel
moderating
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, biasanya respon
investor akan lebih baik terhadap saham perusahaan. Yang pada akhirnya juga
akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan.
H4 : Nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earning response
coefficient dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.
22
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Profitabilitas terhadap earning response coefficient dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel moderating
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kinerja
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari perubahan laba
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi berdampak positif terhadap earning
response coefficient. Kehadiran ukuran perusahaan sebagai variabel moderating
menjukkan bahwa perusahaan yang besar umumnya memiliki profitabilitas
(kinerja keuangan) yang tinggi. Dengan demikian perusahaan yang besar akan
lebih direspon jika terjadi perubahan laba.
H5 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap earning response
coefficient dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.
23
Universitas Sumatera Utara