14 BAB 04 - KAK_02_RDTR SARIBUDOLOK

(1)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 1 dari 20

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

DAN PERATURAN ZONASI

KWS PERKOTAAN

SARIBU DOLOK

KECAMATAN SILIMAKUTA

, KABUPATEN SIMALUNGUN

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ruang dilihat sebagai wadah interaksi sosial, ekonomi dan budaya antara manusia dengan manusia lainnya, ekosistem dan sumber daya buatan. Interaksi ini tidak dengan sendirinya berlangsung secara seimbang dan saling menguntungkan berbagai pihak karena adanya perbedaan kemampuan, kepentingan serta perkembangan ekonomi yang dinamis dan akumulatif. Oleh karena itu ruang perlu ditata agar dapat memelihara keberlanjutan lingkungan dan memberikan dukungan terhadap kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Sesuai pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang dan peraturan zonasinya. Bagian dari wilayah yang akan disusun rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota, atau kawasan strategis kabupaten.

Kawasan perkotaan pada hakekatnya adalah pusat kegiatan ekonomi yang berfungsi mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, dengan demikian maka kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan ruang

Berdasarkan RTRW Kabupaten Simalungun, Kawasan Perkotaan Saribu Dolok adalah bagian yang perlu diperinci penataan ruangnya. Maka dalam upaya pengendalian pembangunan yang lebih terinci perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasinya.

Oleh karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun disebutkan bahwa Kawasan Perkotaan Saribu Dolok adalah kawasan yang masih memerlukan rencana detail tata ruang, maka disusunlah rencana detail tata ruang yang dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan ini adalah menyiapkan perwujudan ruang dan menjaga keserasian perkembangan kawasan perkotaan, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah:

- Menciptakan keseimbangan dan keserasian penggunaan ruang - Menciptakan kelestarian lingkungan pemukiman dan kegiatan kota


(2)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 2 dari 20 - Meningkatkan daya guna dan hasil pelayanan

- Mengarahkan pembangunan kota yang lebih tegas dalam rangka upaya pengendalian pengawasan pelaksanaan pembangunan.

- Menetapkan pedoman bagi tertib bangunan dan tertib pengaturan ruang

Sementara manfaat tersusunnya RDTR dan Peraturan Zonasi ini, bagi Pemerintah Daerah adalah:

- Sebagai pedoman untuk memberikan Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR); - Sebagai pedoman untuk mengesahkan site plan (Rencana Tapak); - Sebagai pedoman bagi pengaturan intensitas bangunan setempat; - Sebagai pedoman bagi pelaksanaan program pembangunan. 3. Sasaran

Terwujudnya kawasan perencanaan yang berkualitas, serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan, kondisi sosial masyarakat yang mengacu pada RTRW kabupaten, pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

4. Lokasi

Lokasi pekerjaan adalah pada kawasan perkotaan Saribu Dolok, Kecamatan Silimakuta

Kabupaten Simalungun. 5. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan kegiatan ini berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Simalungun Tahun 2012

6. Nama dan Organisasi Pengguna Barang/Jasa

Nama dan Organisasi Pengguna Barang/Jasa adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun.

II. DATA PENUNJANG 7. Data Dasar

Kabupaten Simalungun memiliki luas total sebesar 4.386,60 km2, yang terdiri dari 32 kecamatan, 22 kelurahan dan 387 nagori/desa. Kabupaten Simalungun dengan ibu kota Pamatang Raya adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, yang secara geografis letaknya diapit oleh 8 (delapan) kabupaten/kota yaitu Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Toba Samosir, Samosir, Asahan, Batu Bara dan Pematangsiantar dengan letak astronomisnya antara 02˚36′ - 03˚18′ Lintang Utara dan 98˚32′ - 99˚15″ Bujur Timur Di wilayah ini telah ditetapkan 2 (dua) Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Danau Toba dan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

Kecamatan Silimakuta dengan ibukotanya Saribu Dolok memiliki luas wilayah 77,50 km²,.

Secara geografis, sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Dolok Silau, sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Pamatang Silimakuta, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Purba. Kecamatan ini terdiri dari 7 (tujuh) nagori/desa dan 1 (satu) kelurahan. Kecamatan SIilimakuta merupakan Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Kecamatan ini juga merupakan Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Silmalungun dari sudut kepentingan ekonomi yaitu : Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan di wilayah kabupaten simalungun. untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, Untuk mempercepat pengembangan wilayah ini juga perlu didorong dengan pengembangan peternakan dan pengembangan minapolitan.


(3)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 3 dari 20 8. Standar Teknis

Beberapa standar teknis yang digunakan dalam menyusun rencana tata ruang ini adalah: 1. Peraturan Manteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

7. Permen PU No.11/PRT/M Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya.

8. Permen PU No. 41 / PRT / M Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.

9. Permen PU No. XX / PRT / M Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

9. Studi Terdahulu:

1. Penyusunan RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2029. 2. RTRW Kabupaten Simalungun 2011-2031

10. Referensi Hukum

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; - Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

- Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

- Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

- Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kab./Kota;


(4)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 4 dari 20 - Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan;

- Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 11. Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup perencanaan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan

Saribu Dolok meliputi wilayah yang mencakup kawasan yang mencirikan areal perkotaan, sedangkan diliineasi wilayah perencanaan adalah bagian dari wilayah perkotaan tersebut.

11.a Lingkup Kegiatan

Secara garis besar lingkup kegiatan dalam pekerjaan ini terdiri atas : 1. Penentuan deliniasi Kawasan Perencanaan RDTR:

- Penentuan batas-batas kawasan serta Kecamatan yang termasuk didalamnya. - Penentuan luas kawasan.

- Penentuan area-area inti dan area pendukung. 2. Pengumpulan data sekurang-kurangnya meliputi:

- data wilayah administrasi; - data fisiografis;

- data kependudukan;

- data ekonomi dan keuangan;

- data ketersediaan prasarana dan sarana dasar; - data penggunaan lahan;

- data peruntukan ruang;

- data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan

- data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata masa bangunan

- peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan; dan - Peta Citra Satelit kawasan perencanaan tahun terakhir. 3. Tahap Analisis yang meliputi:

- Analisis karaktiristik wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:

 Kedudukan dan peran bagian wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih luas (kabupaten/kota)

 Keterkaitan antar wilayah dan antara bagian wilayah yang lebih luas (kabupaten/kota)

 Keterkaitan antarkomponen yang diwilayah perencanaan  Karakteristik fisik social kependudukan

 Karakteristik perekonomian

 Karakteristik kemampuan keuangan daerah

- Analisis potensi dan masalah pengembangan wilayah perencanaan, sekurang-kurangnya meliputi:

 Analisis kebutuhan ruang

 Analisis perubahan pemanfaatan ruang - Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan


(5)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 5 dari 20  Peluang dan tatangan pengembangan

 Kecenderungan perkembangan

 Perkiraan kebutuhan pengembangan diwilayah perencanaan

 Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung (termasuk prasarana/infrastrktur maupun utilitas)

 Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan bangunan - Analisis pemanfaatan lahan perumahan, yang mencakup:

 Identifikasi kebijakan perijinan yang sudah diterbitkan  Plotting area sesuai perijinan yang sudah diterbitkan

 Kondisi eksisting dan rencana penggunaan sesuai ijin yang diterbitkan  Sinkronisasi perencanaan antar kawasan permukiman, baik pemanfaatan

lahan maupun jaringan sarana dan prasarana.  Optimalisasi pemanfaatan lahan

 Interkoneksitas dengan jaringan sarana dan prasarana yang telah ada (termasuk dengan permukiman tidak tertata)

- Analisis Transportasi

- Analisis penanganan banjir

- Analisis penanganan kawasan pemukiman

- Analisis penanganan masalah sosial (pengangguran, keamanan, masyarakat miskin, dan penyakit masyarakat lainnya).

Dimana dari analisis ini akan dihasilkan:

- Potensi dan masalah penataan ruang kawasan.

- Peluang dan tantangan penataan ruang kawasan, termasuk di dalamnya prospektif pertumbuhan/perkembangan ekonomi dan pelayanan masyarakat. - Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan yang meliputi sistem prasarana

dan sarana pada kawasan secara umum dan pada area-area inti pengembangan. - Daya dukung dan daya tampung kawasan.

Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya. Teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya ditinjau baik dari kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam, teknologi tinggi, dan/atau daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang ditentukan melalui kajian lingkungan hidup strategis.

4. Perumusan Konsep RDTR

Perumusan konsepsi rencana detail dilakukan dengan: a. Mengacu pada RTRW Kabupaten/kota

b. Mengacu pada Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang c. Memperhatikan RPJP dan RPJM kabupaten/kota

Konsep RDTR dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternative konsep pengembangan, yang berisi: - Tema dan prinsip penataan ruang wilayah perencanaan

- Penjabaran konsep pengembangan kabupaten/kota kepada wlayah perencanaan.


(6)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 6 dari 20 11.b MUATAN RENCANA

Muatan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan terdiri atas:

1. Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dirumuskan dengan mempertimbangkan:

a. keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota; b. fungsi dan peran wilayah perencanaan;

c. potensi investasi;

d. kondisi sosial dan lingkungan wilayah perencanaan;

e. peran masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan; dan f. prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran tujuan tersebut. 2. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang berfungsi:

a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah perencanaan;

b. sebagai dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;

c. sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; d. sebagai dasar penyusunan rencana jaringan prasarana RDTR.

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas: a. Zona Lindung yang meliputi:

- zona Hutan Lindung;

- zona yang memberikan perlindungan terhadap zona bawahannya, yang meliputi zona bergambut dan zona resapan air;

- zona perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, zona sekitar mata air;

- zona ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan pemakaman;

- zona suaka alam dan cagar budaya;

- zona rawan bencana alam, yang antara lain meliputi zona rawan tanah longsor, zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; Zona ini digambarkan dalam peta terpisah;

- zona lindung lainnya b. Zona Budidaya yang meliputi:

- zona perumahan yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya;

- zona perdagangan dan jasa yang meliputi perdagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya;

- zona perkantoran yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta;

- zona sarana pelayanan umum yang meliputi sarana pelayanan umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana pelayanan umum sosial budaya, sarana pelayanan umum peribadatan;

- zona industri yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, industri kecil, dan aneka industri;


(7)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 7 dari 20 - zona Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);

- zona khusus (yang selalu ada di wilayah perkotaan namun tidak termasuk ke dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 6) meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pengolahan Akhir (TPA), dan instalasi penting lainnya; dan

- zona lainnya (yaitu: zona yang tidak selalu ada di kawasan perkotaan) antara lain seperti pertanian, pertambangan, dan pariwisata.

3. Rencana Jaringan Prasarana

Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur RTRW Kabupaten/Kota. Materi dari rencana jaringan prasarana RDTR meliputi :

a. Rencana Jaringan Pergerakan

Rencana jaringan pergerakan dalam RDTR merupakan seluruh jaringan primer dan jaringan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi: jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan,dan jaringan jalan lain nya yang tidak termasuk dalam jaringan pergerakan yang direncanakan dalam RTRW, terdiri atas:

- jaringan jalan arteri primer dan sekunder; - jaringan jalan kolektor primer dan sekunder; - jaringan jalan lokal primer dan sekunder; - jaringan jalan lingkungan sekunder; - jaringan jalan lainnya yang meliputi :

i. jalur kereta api termasuk kereta bawah tanah,monorail,dan stasiun

ii. jalur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai, danau, penyebrangan, dan pelabuhan/ dermaga pada wilayah perencanaan (jika ada);

iii. jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal orang/ penumpang sesuai ketentuan yang berlaku (terminal tipe A, B dan C hingga pangkalan angkutan umum);

iv. jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk dan keluarnya terminal barang/ orang hingga pangkalan angkutan umum dan halte); jalan masuk dan keluar parkir;

v. sistem jaringan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda. b. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan

Rencana pengembangan jaringan energi/listrik menjabarkan tentang jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan prakiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah perencanaan yang terdiri atas:

1) jaringan subtransmisi yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber daya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di wilayah perencanaan (jika ada);

2) jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, SUTT) berfungsi menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringandistribusi sekunder, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusiprimer meliputi : i. gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi


(8)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 8 dari 20 ii. gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi; jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/ menghubungkan

3) daya listrik tegangan rendah ke konsumen, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi sekunder adalah gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan sekunder(220v/380 v);

4) penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, di wilayah perencanaan (jika ada); (sesuai UU no.20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan,Kepmen ESDM no.865 tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan)

c. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi

Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi terdiri atas:

1) rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa lokasi pusat automatisasi sambungan telepon;

2) kebutuhan penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel (dari jari ngan kabel primer hingga jaringan kabel sekunder), termasuk penyediaan:

i. stasiun telepon otomat; ii. rumah kabel;

iii. kotak pembagi;

3) kebutuhan penyediaan telekomunikasi telepon selular, termasuk penyediaan infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base Transceiver Station (BTS);

4) rencana sistem televisi kabel seperti stasiun transmisi dan jaringan kabel distribusi;

5) rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi dan rencana jaringan serat optik.

d. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum

Rencana pengembangan jaringan air minum berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum, yang terdiri atas:

1) sistem penyediaan air minum wilayah perencanaan mencakup sistem jaringan perpipaan;

2) bangunan pengambil air baku;

3) seluruh pipa transmisi air baku dan instalasi produksi; 4) seluruh pipa unit distribusi hingga persil;

5) seluruh bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan 6) bak penampung.

ten/Kotadur Penyusunan

RDTR dane. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase

Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas:

1) sistem jaringan drainase untuk mencegah genangan di wilayah perencanaan; 2) rencana kebutuhan sistem drainase, terdiri atas: rencana jaringan primer,

sekunder, tersier, dan lingkungan di wilayah perencanaan; dan

3) kondisi topografi di wilayah perencanaan yang berpotensi terjadi genangan maka perlu dibuat:

i. kolam retensi

ii. sistem pemompaan iii. pintu air


(9)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 9 dari 20 f. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

Prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat (onsite) dan atau terpusat (offsite)

Sistem pembuangan air limbah terpusat,terdiri atas: 1) seluruh saluran pembuangan

2) bangunan pengolahan air limbah

Sistem pembuangan air limbah setempat, terdiri atas: 1) bak septik (septic tank)

2) IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja) g. Penyediaan prasarana lainnya.

Direncanakan melalui penyediaan dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan wilayah perencanaan, contoh: wilayah perencanaan yang memiliki kawasan rawan bencana wajib menyediakan rencana jalur evakuasi bencana yang terdiri atas :

1) jalur evakuasi bencana (escape way) untuk skala kabupaten/kota, kawasan, maupun lingkungan dan direncanakan untuk segala jenis bencana yang mungkin terjadi;

2) jalur evakuasi bencana dapat dengan memanfaatkan jaringan jalan yang sudah ada dengan memperhatikan kapasitas jalan.

Rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Peta rencana jaringan prasarana memuat:

1) jaringan jalan yang terdiri dari beberapa kelas dan tingkat jalan yang terdapat dalam wilayah perencanaan;

2) sistem prasarana wilayah lainnya digambarkan pada satu lembar peta wilayah perencanaan secara utuh dan dapat digambarkan masingmasing pada peta tersendiri;

3) sistem jaringan prasarana jalan harus digambarkan mengikuti trase jalan yang sebenarnya.

b. Rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketelitian peta skala minimum 1:5.000

c. Penggambaran peta rencana jaringan prasarana bagian dari wilayah kabupaten/kota harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait pepemetaan rencana tata ruang sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang ditentukan oleh instansi yang berwenang dan mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait lainnya;

d. Pada kawasan perkotaan di kabupaten yang secara fisik, ekonomi, dan social sudah mendekati kriteria kota otonom, maka wilayah perencanaan yang disusun rencana detailnya harus dibagi menjadi beberapa wilayah perencanaan sesuai dengan fungsi kawasan (homogenitas fungsi);

e. Penyusunan RDTR pada wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud huruf d bisa dilakukan keseluruhan wilayah perencanaan atau parsial pada tiap wilayah perencanaan.

11.c Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penanganannya Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan.


(10)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 10 dari 20 Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya berfungsi untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/ atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan bagian dari wilayah perencanaan lainnya; sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya; sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR.

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya minimum harus memuat:

a. Lokasi

Lokasi adalah tempat bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya. Lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganan nya perlu digambarkan dalam peta. Batas delineasi lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:

1. batas fisik, seperti blok dan sub-blok;

2. fungsi kawasan, seperti masing-masing zona dan sub-zona;

3. wilayah administratif, seperti RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan wilayah perencanaan/desa;

4. penentuan secara kultural tradisional (traditional cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong, dan nagari;

5. penentuan berdasarkan kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional; dan

6. penentuan berdasarkan jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan,kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

b. Tema Penanganan

Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, dapat meliputi: 1. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan; contohnya melalui penataan

lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kampung), perbaikan desa pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan,serta pelestarian kawasan;

2. pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan; contoh nya melalui peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi danrekonstruksi kawasan pascabencana;

3. pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui pembangunan kawasan permukiman (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun-Berdiri Sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbatasan, dan pembangunan kawasan pengendalian ketat (high-control zone);

4. pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pengendalian kawasan pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian kawasan rawan bencana. 11.d Arahan Pemanfaatan Ruang

Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR kabupaten/kota merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program penataan ruang/pengembangan untuk wilayah perencanaan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun


(11)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 11 dari 20 masa perencanaan. Arahan pemanfaatan ruang ini bersifat optional dalam penyusunannya dan tergantung oleh kebutuhan daerah masing-masing

Program dalam rencana pemanfaatan ruang apabila dibuat dalam dokumen RDTR Kabupaten/Kota memuat:

a. Program Pemanfaatan Ruang Utama, merupakan program-program pengembangan wilayah perencanaan yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan sesuai tujuan penataan ruang wilayah perencanaan. Program pemanfaatan ruang ini dapat memuat kelompok program sebagai berikut:

1. perwujudan rencana pola ruang di wilayah perencanaan, meliputi: i.perwujudan zona lindung pada wilayah perencanaan; dan

ii. perwujudan zona budi daya pada wilayah perencanaan, dapat meliputi: (a) perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di wilayah

perencanaan;

(b) perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap jenis pola ruang (zona) jika peraturan zonasi terpisah dari dokumen RDTR;

(c) perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan (d) perwujudan tata massa bangunan.

2. program perwujudan rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan, meliputi:

i. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di wilayah perencanaan; dan

ii. perwujudan sistem jaringan prasarana untuk wilayah perencanaan, yang mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional di dalam wilayah perencanaan, dapat meliputi:

(a) perwujudan sistem jaringan pergerakan di wilayah perencanaan; (b) perwujudan sistem jaringan energi;

(c) perwujudan sistem jaringan kelistrikan; (d) perwujudan sistem jaringan telekomunikasi; (e) perwujudan sistem air minum;

(f) perwujudan sistem drainase; (g) perwujudan sistem air limbah; dan

(h) perwujudan sistem jaringan lainnya sesuai kebutuhan wilayah perencanaan. 3. perwujudan penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan

penanganannya, dapat meliputi:

i. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan

ii. pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan;

iii. pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan;dan iv. pelestarian/pelindungan blok/kawasan

b. Lokasi, tempat dimana usulan program akan dilaksanakan.

c. Besaran, merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.

d. Sumber Pendanaan,yang dapat berasal dari APBD kabupaten/kota,APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat.

e. Instansi Pelaksana, yang merupakan pihak-pihak pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masingmasing pemerintahan), swasta, serta masyarakat.

f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan, usulan program direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai


(12)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 12 dari 20 kebutuhan. Penyusunan program utama disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP Daerah Kabupaten/kota.

11.e Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi berfungsi sebagai: a. kelengkapan rencana detail tata ruang;

b. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;

c. rujukan teknis dalam pengembangan/ pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat;

d. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;

e. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang; serta f. acuan dalam pengenaan sanksi.

Peraturan Zonasi bermanfaat dalam:

1. menjamin dan menjaga kualitas lokal minimum yang ditetapkan;

2. menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan kegunaan/penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; serta

3. meminimalkan gangguan/dampak negatif terhadap zona. a. Komponen Materi Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi memuat ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimum, ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, teknik pengaturan zonasi, ketentuan pelaksanaan dan ketentuan perubahan peraturan zonasi.

b. Pengelompokkan Materi

Pengelompokan materi terdiri atas materi wajib dan materi optional. Materi wajib adalah materi yang harus ada dalam peraturan zonasi. Materi optional adalah materi yang dapat dimasukkan dalam peraturan zonasi apabila dianggap perlu.

Komponen dari materi wajib berupa:

o Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan; o Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; o Ketentuan tata masa bangunan;

o Ketentuan prasarana dan sarana minimum; o Ketentuan pelaksanaan;

o Ketentuan perubahan peraturan zonasi. Komponen dari materi optional berupa: o Ketentuan tambahan;

o Ketentuan khusus; o Standar teknis;

o Tenik pengaturan zonasi.

b.1 Komponen dari materi wajib yaitu:

a.Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan ruang yang diperbolehkan, bersyarat secara terbatas, diperbolehkan bersyarat dan tidak diperbolehkan pada suatu zona.

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam peraturan bangunan setempat dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan/komponen yang dikembangkan, misalnya pompa bensin, base transceiver station dan sebagainya.


(13)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 13 dari 20 Komponen Ketentuan Teknis Zonasi, terdiri dari :

Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan Sifatnya sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah Kabupaten/Kota terhadap pemanfaatan tersebut.

Klasifikasi T = Pemanfaatan Bersyarat secara Terbatas Pemanfaatan bersyarat secara terbatas mengandung arti bahwa pemanfaatannya mengandung batasan-batasan sebagai berikut:

1) pembatasan pengoperasian,baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang diusulkan;

2) pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, atau pun ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan pemerintah kota/ kabupaten dengan menurunkan nilai maksimum dan meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang dalam peraturan zonasi;

3) pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada serta mampu melayani dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah zona perumahan yang telah cukup jumlah fasilitas peribadatannya) maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diijinkan atau diijinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.

Klasifikasi B = Pemanfaatan Bersyarat Tertentu Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan bersyarat tertentu, berarti untuk mendapatkan ijin, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini berupa bersyarat umum dan bersyarat spesifik.

Contoh untuk bersyarat umum antara lain: 1) penyusunan dokumen AMDAL;

2) penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanmantauan Lingkungan (UPL);

3) penyusunan Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN)

4) mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan/atau aturan disinsentif lainnya.

Contoh untuk bersyarat spesifik yaitu mendapatkan persetujuan dari tetangga sekitarnya/ketua RT dan lain sebagainya.

Klasifikasi X = Pemanfaatan yang Tidak Diperbolehkan Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan disekitarnya.

Penentuan I,T,B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi didasarkan pada:

1) Pertimbangan Umum

Pertimbangan Umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara lain yaitu : kesesuaian dengan arahan dalam rencana tata ruang kabupaten/kota, keseimbangan antara kawasan lindung dan budidaya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara dan ruang bawah tanah), toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan yang ditetapkan, kesesuaian dengan kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota diluar rencana tata ruang yang ada.

2) Pertimbangan Khusus


(14)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 14 dari 20 lahan,kegiatan atau komponen yang akan dibangun dan dapat disusun berdasarkan rujukan terhadap ketentuan maupun standar yang berkait dengan pemanfaatan ruang, rujukan terhadap ketentuan dalam peraturan bangunan setempat dan rujukan terhadap ketentuan khusus bagi unsur bangunan/komponen yang dikembangkan.

b.Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona berdasarkan batasan:

1) Koefisien Dasar bangunan Maksimum (KDB Maksimum)

Penetapan Koefisien Dasar Bangunan Maksimum didasarkan pada pertimbangan tingkat pengisian/peresapan air (KDH Minimum), kapasi sitas drainase, jenis Penggunaan Lahan.

2) Koefisien Lantai Bangunan Maksimum (KLB Maksimum)

Penetapan besar KLB Maksimum didasarkan pada pertimbangan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan) dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan serta ekonomi dan pembiayaan.

3) Ketinggian Bangunan Maksimum

4) Koefisien Dasar Hijau Minimum (KDH Minimum)

Koefisien dasar Hijau Minimum adalah koefisien yang dapat digunakan untuk mewujudkan Ruang Terbuka Hijau dan diberlakukan secara umum pada suatu zonasi. Pertimbangan besar KDH Minimum didasar kan pada pertimbangan tingkat pengisian/peresapan air, kapasitas drainase.

Beberapa aturan lain dapat ditambahkan dalam Intensitas Pemanfaatan Ruang, antara lain :

1) Koefisien Tapak Basement Maksimum (KTB Maksimum)

Koefisien Tapak Basement Maksimum didasarkan pada batas KDH Minimum yang ditetapkan

2) Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum (KWT Maksimum)

Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB tetapi dalam unit blok (bukan persil)

3) Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum

Kepadatan Bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan faktor kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya mata hari, aliran udara dan ruang antar bangunan), faktor sosial (ruang terbuka privat, privasi, perlindungan dan jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan), faktor teknis (resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk bangunan/rumah), faktor ekonomi (biaya lahan, ketersedi aan dan ongkos penyediaan pelayanan dasar)

4) Kepadatan Penduduk Minimum c.Ketentuan Tata Masa Bangunan

Ketentuan tata masa bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan dan tampilan bangunan pada suatu zonasi.

Komponen ketentuan tata masa bangunan minimum terdiri atas : garis sempadan bangunan minimum dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan estetika, tinggi bangunan maksimum atau minimum yang ditetapkan dengan mempertimbangkan ke selamatan, resiko kebakaran, teknologi,estetika dan parasarana dan jarak bebas antar bangunan minimum yang harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukkan dan ketinggian bangu nan serta tampilan bangunan (optional) yang


(15)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 15 dari 20 mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan,tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan serta keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

d.Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum

Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman dengan menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.

Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, bongkar muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan serta kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.

Materi aturan merujuk pada ketentuan prasarana yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait.

e.Ketentuan Pelaksanaan

Ketentuan pelaksanaan terdiri dari:

1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kelu wesan aturan yaitu yang mengatur kelonggaran yang diberikan untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan tanpa perubahan berarti pada peraturan zonasi. 2) ketentuan insentif/ disinsentif yaitu ketentuan yang memberikan insentif bagi

pembangunan yang sejalan dengan tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas serta ketentuan disinsentif bagi pembangunan yang menyimpang dan memberikan dampak nega tif bagi masyarakat luas.

Altenatif bentuk insentif antara lain adalah kemudahan izin,keringanan pajak, kompensasi, imbalan, pola pengelolaan, subsidi prasarana, pengalihan hak membangun dan ketentuan teknis lainnya,sedangkan alternatif bentuk disinsentif antara lain adalah perpanjangan prosedur, perketat persyaratan, pajak tinggi, restribusi tinggi, denda,pembatasan prasarana dan lain sebagainya.

3) ketentuan untuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi dimana penggunaan lahan tersebut sudah ada sebelum peraturan zonasi ditetapkan.

Ketentuan ini dapat diberlakukan bila penggunaan lahan yang tidak sesuai tersebut terbukti memiliki izin yang sah, diperbolehkan untuk tidak sesuai untuk jangka waktu tertentu atau dibatasi perkembangannya atau ditarik izinnya dengan memberikan ganti rugi sesuai dedengan peraturan perundangan yang berlaku.

b.2 Komponen dari materi optional yaitu: a. Ketentuan Tambahan

Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu zonasi dan belum terakomodasi dalam aturan dasar yang ditujukan untuk melengkapi aturan dasar yang sudah disusun.Ketentuan tamba han berfungsi memberikan penyelesaian pada kondisi yang spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.

b. Ketentuan Khusus

Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang


(16)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 16 dari 20 digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.

Komponen Ketentuan Khusus dapat terdiri dari : 1) Zona Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP); 2) Zona Cagar Budaya/Adat;

3) Zona Rawan Bencana; 4) Zona Militer;

5) Zona Pusat Penelitian; 6) Zona Pengembangan Nuklir; 7) Zona PLTA, PLTU;

8) Zona Gardu Induk Listrik; 9) Zona Sumber Air Baku; 10) Zona BTS.

Aturan khusus terkait komponen diatas merujuk pada aturan teknis yang diterbitkan oleh instansi terkait atau peraturan daerah setempat.

c. Standar Teknis

Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/ standar/ ketentuan teknis yang berlaku dan berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan standar teknis adalah memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona. Standar Teknis dirumuskan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau ketentuan-ketentuan lain yang bersifat sektoral dan lokal serta berdasarkan hasil penelitian untuk aspek yang belum diatur dalam standar.

d. Teknik Pengaturan Zonasi

Teknik pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional yang dikembangkan untuk memberikan keluwesan dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dilapangan dan penerapan peraturan zonasi dasar.

Teknik pengaturan zonasi berfungsi dalam memberikan keluwesan pada penerapan peraturan dasar yang disesuaikan dengan karakteristik, tujuan pengembangan dan permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu dan memberikan pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengembangan zona.

Ketentuan yang diberlakukan harus merujuk kepada referensi, literatur, kesepakatan dan penelitian khusus sesuai kebutuhan. Teknik pengaturan zonasi ini bersifat optional dalam penyusunannya tergantung oleh kebutuhan daerah masing-masing. 12. Keluaran

Keluaran dari kegiatan ini adalah berupa Dokumen Detail Tata Ruang Kawasan Perencanaan Kota Saribu Dolok Kabupaten Simalungun serta zoning regulation Inti Kawasan Perencanaan yang mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun.

13. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Kuasa Pengguna Anggaran

a. Keluaran kegiatan-kegiatan sebelumnya berupa hasil studi, perencanaan, peta dasar, serta program yang terkait dengan kegiatan ini.


(17)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 17 dari 20 c. Staf pengawas / Staf Teknis

Dalam pelaksanaan tugas, penyedia jasa akan diawasi dan didampingi oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau staf yang diangkat oleh PPTK dalam pelaksanaan jasa konsultasi.

14. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultan a. Instrumen Survey

b. Alat-alat Presentasi c. Data dan Peta Dasar

15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa Konsultan 1. Persiapan

Pada tahap ini pelaksanaan pekerjaan melakukan persiapan yang berkaitan dengan pekerjaan. Persiapan yang dilakukan meliputi:

 Persiapan Administrasi

Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah kelengkapan administrasi yang harus disediakan sesuai dengan kebutuhan administrasi pekerjaan baik berupa dokumen pekerjaan maupun surat menyurat.

 Persiapan Teknis

Pada tahapan ini yang perlu dilakukan adalah persiapan yang berkaitan dengan teknis pekerjaan termasuk pembuatan jadwal pekerjaan dan mobilisasi tenaga pelaksana pekerjaan.

2. Survey

Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan mulai melakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan baik dari instansi terkait maupun peninjauan ke lapangan.

Metoda yang dapat dipergunakan dalam tahapan ini dapat berupa survey guna mendapatkan data primer atau dengan menggunakan studi literatur baik dari produk sejenis yang sudah ada maupun bahan bacaan lainnya sehingga dapat mempertajam hasil pekerjaan.

3. Kompilasi Data

Pada tahap ini kegiatan pekerjaan merupakan pekerjaan studio dimana pelaksana pekerjaan melakukan pemilihan dan pemilahan data yang telah didapat dilapangan dan merupakan data terbaru hasil survey yang telah dilakukan.

4. Tahap Analisa

Tahap ini merupakan lanjutan dari hasil kompilasi data yang telah dilakukan dimana pelaksana pekerjaan melakukan proses analisis terhadap permasalahan yang terjadi di wilayah perencanaan serta melakukan analisis terhadap kebutuhan pengembangan kawasan serta kondisi sosial dan perekonomian masyarakat di wilayah perencanaan dimasa mendatang.

Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya.


(18)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 18 dari 20 Pada tahap ini pelaksana pekerjaan melakukan kegiatan menyusun RDTR dan Zonasi yang terdiri dari:

a. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan; b. Rencana Pola Ruang;

c. Rencana Jaringan Prasarana;

d. Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penangnganannya;

e. Arahan Pemanfaatan Ruang; f. Peraturan Zonasi

16. Perkiraan Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

17. Personil

Posisi Tenaga Ahli: Kualifikasi Pendidikan

Pengalama n

(Tahun)

Jumlah Orang/Bulan Team Leader/Perencanaan Wilayah S2. Planologi 7 1/4

Ahli Sosial Ekonomi S1. Ekonomi 5 1/3

Ahli Teknik Arsitektur S1. Arsitektur 5 1/2

Ahli Teknik Prasarana Wilayah S1. T. Sipil 5 1/3

Ahli Sistim Informasi Geografis

S1.

Geogafi/Geodesi

5 1/3

Ahli Kelembagaan Hukum S1 Hukum 5 1/2

Ass. Ahli Perencanaan S1 Planologi 4 1/2

Ass. Ahli Lingkungan S1 T. Lingkungan 4 1/2

Ass. Pertanian S1 Pertanian 4 1/1

Posisi Pendukung:

Draftman 2/4

Surveyor 6/3

Administrasi 1/4

Operator Komputer 1/4

18. Jadwal setiap Tahapan Pekerjaan

No Tahapan Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV 1 Persiapan 2 Penyusunan Lap. Pendahuluan 3 Survey dan Kompilasi Data 4 Penyusunan Lap. Data dan

Analisa

5 Penyusunan Lap. Draft Rencana 6 Penyusunan Lap. Rencana 7 Penyusunan Lap. Bulanan


(19)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 19 dari 20

IV. LAPORAN

19. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan merupakan laporan awal yang memuat gambaran awal kegiatan serta metodologi pelaksanaan pekerjaan. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 7(tujuh) buku.

20. Laporan Data dan Analisis

Laporan ini memuat hasil pengumpulan data serta analisis data yang merupakan fakta dan analisis kawasan perencanaan, dilampiri data hasil survey. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 7 (tujuh) buku.

21. Draft Laporan Rencana dan Draft Ranperda

Sebelum menyusun Laporan Rencana dan Ranperda, maka konsultan diwajibkan menyusun Draft Laporan Rencana dan Draft Ranperda sebagai bahan diskusi dan persentase konsultan kepada pemberi kerja dan instansi terkait. Laporan ini memuat konsep dan alternatif rencana pengembangan dan pola ruang kawasan strategis di terbitkan dalam ukuran A4 sebanyak 10 (sepuluh) buku.

22. Laporan Rencana dan Ranperda

Laporan Rencana dan Ranperda merupakan penyempurnaan dari Draft Laporan Rencana dan Draft Ranperda setelah dilakukan presentasi atau diskusi. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4 dan album gambar warna uk. A1. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku.

Semua Laporan dan peta dimasukan ke format DVD/CD, yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir, Ranperda, Data-data hasil survey dan data lainnya. DVD/CD harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buah.

V. HAL-HAL LAIN

23. Produksi Dalam Negeri

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan kak ini harus dilakukan di dalam wilayah negara republik indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 kak dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

24. Persyaratan Kerjasama

Karena ruang lingkup pekerjaan merupakan pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan tekologi tinggi maka tidak ada persyaratan kerjasama.

25. Pedoman Pengumpulan Lapangan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Pedoman Observasi (Pengamatan)

- Penentuan Lokasi Berbasis GPS - Data Dokumentasi

- Data Lainnya 26. Alih Pengetahuan


(20)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 20 dari 20 Penyedia jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil Kuasa Pengguna Anggaran Bidang Penataan Ruang.

27. Tambahan

- Dalam penyusunan Laporan, acuan utama adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Simalungun.

- Laporan dituliskan pada kertas ukuran A4, dengan Spasi 1,5 dan margin 3 cm. - Ditulis dengan menggunakan jenis tulisan standart (mudah dibaca).

- Demikian kerangka acuan kerja (Term of Reference) ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pamatang Raya, 12 Juni 2012 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Simalungun

Pejabat Pembuat Komitmen

Ir. JAN WANER SARAGIH, M.Si HENRY TAMPUBOLON, SH


(1)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 15 dari 20 mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan,tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan serta keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

d.Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum

Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman dengan menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.

Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, bongkar muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan serta kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.

Materi aturan merujuk pada ketentuan prasarana yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait.

e.Ketentuan Pelaksanaan

Ketentuan pelaksanaan terdiri dari:

1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kelu wesan aturan yaitu yang mengatur kelonggaran yang diberikan untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan tanpa perubahan berarti pada peraturan zonasi. 2) ketentuan insentif/ disinsentif yaitu ketentuan yang memberikan insentif bagi

pembangunan yang sejalan dengan tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas serta ketentuan disinsentif bagi pembangunan yang menyimpang dan memberikan dampak nega tif bagi masyarakat luas.

Altenatif bentuk insentif antara lain adalah kemudahan izin,keringanan pajak, kompensasi, imbalan, pola pengelolaan, subsidi prasarana, pengalihan hak membangun dan ketentuan teknis lainnya,sedangkan alternatif bentuk disinsentif antara lain adalah perpanjangan prosedur, perketat persyaratan, pajak tinggi, restribusi tinggi, denda,pembatasan prasarana dan lain sebagainya.

3) ketentuan untuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi dimana penggunaan lahan tersebut sudah ada sebelum peraturan zonasi ditetapkan.

Ketentuan ini dapat diberlakukan bila penggunaan lahan yang tidak sesuai tersebut terbukti memiliki izin yang sah, diperbolehkan untuk tidak sesuai untuk jangka waktu tertentu atau dibatasi perkembangannya atau ditarik izinnya dengan memberikan ganti rugi sesuai dedengan peraturan perundangan yang berlaku.

b.2 Komponen dari materi optional yaitu: a. Ketentuan Tambahan

Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu zonasi dan belum terakomodasi dalam aturan dasar yang ditujukan untuk melengkapi aturan dasar yang sudah disusun.Ketentuan tamba han berfungsi memberikan penyelesaian pada kondisi yang spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.

b. Ketentuan Khusus

Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang


(2)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 16 dari 20 digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.

Komponen Ketentuan Khusus dapat terdiri dari : 1) Zona Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP); 2) Zona Cagar Budaya/Adat;

3) Zona Rawan Bencana; 4) Zona Militer;

5) Zona Pusat Penelitian; 6) Zona Pengembangan Nuklir; 7) Zona PLTA, PLTU;

8) Zona Gardu Induk Listrik; 9) Zona Sumber Air Baku; 10) Zona BTS.

Aturan khusus terkait komponen diatas merujuk pada aturan teknis yang diterbitkan oleh instansi terkait atau peraturan daerah setempat.

c. Standar Teknis

Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/ standar/ ketentuan teknis yang berlaku dan berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan standar teknis adalah memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona. Standar Teknis dirumuskan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau ketentuan-ketentuan lain yang bersifat sektoral dan lokal serta berdasarkan hasil penelitian untuk aspek yang belum diatur dalam standar.

d. Teknik Pengaturan Zonasi

Teknik pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional yang dikembangkan untuk memberikan keluwesan dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dilapangan dan penerapan peraturan zonasi dasar.

Teknik pengaturan zonasi berfungsi dalam memberikan keluwesan pada penerapan peraturan dasar yang disesuaikan dengan karakteristik, tujuan pengembangan dan permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu dan memberikan pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengembangan zona.

Ketentuan yang diberlakukan harus merujuk kepada referensi, literatur, kesepakatan dan penelitian khusus sesuai kebutuhan. Teknik pengaturan zonasi ini bersifat optional dalam penyusunannya tergantung oleh kebutuhan daerah masing-masing. 12. Keluaran

Keluaran dari kegiatan ini adalah berupa Dokumen Detail Tata Ruang Kawasan Perencanaan Kota Saribu Dolok Kabupaten Simalungun serta zoning regulation Inti Kawasan Perencanaan yang mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun.

13. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Kuasa Pengguna Anggaran

a. Keluaran kegiatan-kegiatan sebelumnya berupa hasil studi, perencanaan, peta dasar, serta program yang terkait dengan kegiatan ini.


(3)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 17 dari 20 c. Staf pengawas / Staf Teknis

Dalam pelaksanaan tugas, penyedia jasa akan diawasi dan didampingi oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau staf yang diangkat oleh PPTK dalam pelaksanaan jasa konsultasi.

14. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultan a. Instrumen Survey

b. Alat-alat Presentasi c. Data dan Peta Dasar

15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa Konsultan 1. Persiapan

Pada tahap ini pelaksanaan pekerjaan melakukan persiapan yang berkaitan dengan pekerjaan. Persiapan yang dilakukan meliputi:

 Persiapan Administrasi

Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah kelengkapan administrasi yang harus disediakan sesuai dengan kebutuhan administrasi pekerjaan baik berupa dokumen pekerjaan maupun surat menyurat.

 Persiapan Teknis

Pada tahapan ini yang perlu dilakukan adalah persiapan yang berkaitan dengan teknis pekerjaan termasuk pembuatan jadwal pekerjaan dan mobilisasi tenaga pelaksana pekerjaan.

2. Survey

Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan mulai melakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan baik dari instansi terkait maupun peninjauan ke lapangan.

Metoda yang dapat dipergunakan dalam tahapan ini dapat berupa survey guna mendapatkan data primer atau dengan menggunakan studi literatur baik dari produk sejenis yang sudah ada maupun bahan bacaan lainnya sehingga dapat mempertajam hasil pekerjaan.

3. Kompilasi Data

Pada tahap ini kegiatan pekerjaan merupakan pekerjaan studio dimana pelaksana pekerjaan melakukan pemilihan dan pemilahan data yang telah didapat dilapangan dan merupakan data terbaru hasil survey yang telah dilakukan.

4. Tahap Analisa

Tahap ini merupakan lanjutan dari hasil kompilasi data yang telah dilakukan dimana pelaksana pekerjaan melakukan proses analisis terhadap permasalahan yang terjadi di wilayah perencanaan serta melakukan analisis terhadap kebutuhan pengembangan kawasan serta kondisi sosial dan perekonomian masyarakat di wilayah perencanaan dimasa mendatang.

Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya.


(4)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 18 dari 20 Pada tahap ini pelaksana pekerjaan melakukan kegiatan menyusun RDTR dan Zonasi yang terdiri dari:

a. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan; b. Rencana Pola Ruang;

c. Rencana Jaringan Prasarana;

d. Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penangnganannya;

e. Arahan Pemanfaatan Ruang; f. Peraturan Zonasi

16. Perkiraan Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

17. Personil

Posisi Tenaga Ahli: Kualifikasi Pendidikan

Pengalama n

(Tahun)

Jumlah Orang/Bulan Team Leader/Perencanaan Wilayah S2. Planologi 7 1/4

Ahli Sosial Ekonomi S1. Ekonomi 5 1/3

Ahli Teknik Arsitektur S1. Arsitektur 5 1/2

Ahli Teknik Prasarana Wilayah S1. T. Sipil 5 1/3 Ahli Sistim Informasi Geografis

S1.

Geogafi/Geodesi

5 1/3

Ahli Kelembagaan Hukum S1 Hukum 5 1/2

Ass. Ahli Perencanaan S1 Planologi 4 1/2

Ass. Ahli Lingkungan S1 T. Lingkungan 4 1/2

Ass. Pertanian S1 Pertanian 4 1/1

Posisi Pendukung:

Draftman 2/4

Surveyor 6/3

Administrasi 1/4

Operator Komputer 1/4

18. Jadwal setiap Tahapan Pekerjaan

No Tahapan Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

1 Persiapan

2 Penyusunan Lap. Pendahuluan 3 Survey dan Kompilasi Data 4 Penyusunan Lap. Data dan

Analisa

5 Penyusunan Lap. Draft Rencana 6 Penyusunan Lap. Rencana 7 Penyusunan Lap. Bulanan


(5)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 19 dari 20

IV. LAPORAN

19. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan merupakan laporan awal yang memuat gambaran awal kegiatan serta metodologi pelaksanaan pekerjaan. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 7(tujuh) buku.

20. Laporan Data dan Analisis

Laporan ini memuat hasil pengumpulan data serta analisis data yang merupakan fakta dan analisis kawasan perencanaan, dilampiri data hasil survey. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 7 (tujuh) buku.

21. Draft Laporan Rencana dan Draft Ranperda

Sebelum menyusun Laporan Rencana dan Ranperda, maka konsultan diwajibkan menyusun Draft Laporan Rencana dan Draft Ranperda sebagai bahan diskusi dan persentase konsultan kepada pemberi kerja dan instansi terkait. Laporan ini memuat konsep dan alternatif rencana pengembangan dan pola ruang kawasan strategis di terbitkan dalam ukuran A4 sebanyak 10 (sepuluh) buku.

22. Laporan Rencana dan Ranperda

Laporan Rencana dan Ranperda merupakan penyempurnaan dari Draft Laporan Rencana dan Draft Ranperda setelah dilakukan presentasi atau diskusi. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4 dan album gambar warna uk. A1. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku.

Semua Laporan dan peta dimasukan ke format DVD/CD, yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir, Ranperda, Data-data hasil survey dan data lainnya. DVD/CD harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buah.

V. HAL-HAL LAIN

23. Produksi Dalam Negeri

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan kak ini harus dilakukan di dalam wilayah negara republik indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 kak dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

24. Persyaratan Kerjasama

Karena ruang lingkup pekerjaan merupakan pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan tekologi tinggi maka tidak ada persyaratan kerjasama.

25. Pedoman Pengumpulan Lapangan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Pedoman Observasi (Pengamatan)

- Penentuan Lokasi Berbasis GPS - Data Dokumentasi

- Data Lainnya 26. Alih Pengetahuan


(6)

KAK RDTR SARIBU DOLOK , Halaman 20 dari 20 Penyedia jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil Kuasa Pengguna Anggaran Bidang Penataan Ruang.

27. Tambahan

- Dalam penyusunan Laporan, acuan utama adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Simalungun.

- Laporan dituliskan pada kertas ukuran A4, dengan Spasi 1,5 dan margin 3 cm. - Ditulis dengan menggunakan jenis tulisan standart (mudah dibaca).

- Demikian kerangka acuan kerja (Term of Reference) ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pamatang Raya, 12 Juni 2012 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Simalungun

Pejabat Pembuat Komitmen

Ir. JAN WANER SARAGIH, M.Si HENRY TAMPUBOLON, SH