Pengaruh Teknik Upright Position Terhadap Regurgitasi pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Regurgitasi adalah bentuk dari gastroesophageal refluk (GER) yang terjadi

pada bayi. GER adalah kembalinya isi lambung ke dalam esophagus secara
involunter tanpa adanya usaha dari bayi untuk mengeluarkannya. Tingkat
pengetahuan ibu terhadap regurgitasi dan cara penanganannya sangat minim.
Kebanyakan orang tua sering tidak terlalu menganggap serius pada bayi yang
sering mengalami regugitasi, padahal regurgitasi yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Regurgitasi

terjadi saat asi dan asam lambung kembali menuju esophagus

(Sodikin, 2011).
Pada umumnya di masyarakat regurgitasi sering disebut dengan istilah
gumoh. Anggapan orang tua terhadap gumoh yang terjadi pada bayi adalah hal

yang biasa dan sering sekali tidak dipedulikan. Ada sebagian ibu yang
berpendapat bahwa bayi yang mengalami regurgitasi akan cepat tumbuh
dibanding bayi lain yang jarang mengalami regurgitasi.
Regurgitasi sebenarnya adalah kejadian yang normal, namun regurgitasi
yang berlebihan dapat menyebabkan komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi bila cairan yang keluar tidak seimbang dengan cairan yang
masuk. Bayi yang mengalami regurgitasi lebih dari 4 kali dalam sehari memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar mengalami gizi kurang dibandingkan dengan yang

1

Universitas Sumatera Utara

2

mengalami regurgitasi kurang dari 4 kali dalam sehari (Aydogan, Kalender,
Yengil, Dokuyucan dan Tutanc (2014).
Regurgitasi dapat terjadi akibat berbagai faktor. Faktor tersebut meliputi
posisi yang salah ketika menyusui, tidak disendawakan stelah bayi diberi asi/susu
formula, menangis berlebihan, volume lambung yang masih kecil, gerak bayi

yang terlalu aktif dan pemakaian gurita yang terlalu ketat (Putra, 2012). Di dalam
laporan Departemen Kesehatan (2010) disebutkan bayi berumur dibawah 4 bulan
mengalami regurgitasi minimal 1 kali dalam sehari sekitar 70%

dan akan

berkurang seiring dengan bertambahnya usia 8-10% pada umur 9-12 bulan dan
sekitar 5% pada umur 18 bulan. Menurut penelitian para ahli hampir 50% bayi
pernah mengalami regurgitasi dalam tiga bulan pertama setelah kelahirannya
(Putra, 2012). Sedangkan menurut Dogra, Lad dan Sirisena (2011) bahwa bayi
mengalami regurgitasi sebanyak 50% pada usia 0-3 bulan, 67% pada usia 4 bulan
dan 5% pada usia 10-12 bulan.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samsuri tahun 2012
tentang hubungan menyendawakan bayi setelah menyusui dengan kejadian
regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga dengan
jumlah responden 50 orang, didapat (90%) dari 30 bayi yang sering disendawakan
sebagian besar jarang mengalami kejadian regurgitasi. Sementara itu dari 20 bayi
yang jarang disendawakan sering mengalami regurgitasi.
Teknik lain mengatasi atau mencegah regurgitasi bayi adalah dengan
memposisikan bayi posisi tegak setelah diberi asi atau susu formula, kepala tidak

boleh lebih rendah dari badan selama masa istirahat (Bernandus, Kliegmen, dan

Universitas Sumatera Utara

3

Ervin 2008). Dengan posisi bayi tegak setelah diberi asi atau susu formula dikenal
dengan upright position.
Upright position diberikan beberapa saat setelah bayi minum asi atau susu
formula. Upright position diberikan selama ±30 menit, karena pada bayi
pengosongan lambung terjadi selama 34,9 menit. Upright Position dilakukan
dengan cara menopang atau menahan bayi dengan posisi satu tangan dibagian
dada dan menahan dagu bayi dengan ibu jari dan jari telunjuk kemudian menahan
bagian punggung bayi dengan jari-jari yang lain. Mengangkat bayi secara
perlahan sampai badannya teregang. Regangan ini dapat membantu mengeluarkan
udara dari dalam perut.
Bayi akan lebih jarang mengalami regurgitasi saat setelah disusui dengan
posisi yang lebih tegak, sehingga asi atau susu formula tidak mengalir kembali
dengan mudah. Untuk megurangi frekuensi regurgitasi pada bayi orang tua dapat
memposisikan bayinya pada upright position selama dan setelah menyusui, pada

posisi ini susu yang masuk ke lambung bayi tidak akan kembali lagi
kekerongkongan karena dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi (Bernadus dan
Lestari, 2012). Meskipun demikian belum diketahui bagaimana pengaruh teknik
upright position terhadap regurgitasi pada bayi baru lahir.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan topik pembahasan diatas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut : Bagaimana pengaruh teknik upright position terhadap regurgitasi pada
bayi baru lahir ?

Universitas Sumatera Utara

4

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh


teknik upright position terhadap regurgitasi pada bayi baru lahir.
1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menggembangkan dan

memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam perawatan bayi, kususnya dalam
hal mengatasi regurgitasi. Sebagai salah satu bahan evaluasi dan masukan dalam
hal penanganan regurgitasi pada bayi baru lahir, sehingga hasil penelitian dapat
dijadikan salah satu pedoman dalam menangani regurgitasi pada bayi baru lahir.

Universitas Sumatera Utara