Analisis Pragmatik Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan suatu hasil karya manusia baik lisan maupun

tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai
estetik (keindahan bahasa) yang dominan. Karya sastra merupakan ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
pesona

denganalat

bahasa

dan

dilukiskan


dalam

bentuk

tulisan.

(http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra).
Menurut Rokhmansyah (2014:11) karya sastra adalah karya seni yang
bermedia atau berbahan utama bahasa. Hal tersebut berarti bahasa merupakan
suatu unsur yang tidak dapat dikesampingkan. Tanpa ada bahasa tidak akan terjadi
sebuah peristiwa sastra.

Bahasa dalam karya sastra dijadikan sebagai piranti

untuk merefleksikan nilai dan jati diri penulisnya sekaligus mempresentasikan
identitas budaya masyarakat yang tinggal disekitarnya. Sastra dilihat dari
kebudayaan yang diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan
gagasannya yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Adapun manfaat sastra
pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan dan masyarakat

pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisah-kisah dan
amanat yang dikomunikasikan kepada para pembaca.

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya
(Semi, 1993:8). Karena sastra bukan seni bahasa belaka, melainkan suatu
kecakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra.
Bahasa merupakan media yang sangat penting untuk berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, sastra dapat diungkapkan melalui banyak
cara. Dalam dunia kesusastraan, karya sastra dapat dibedakan dalam bentuk dan
jenis yang berbeda-beda misalnya drama, puisi, roman, novel dan sebagainya.
Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif;
biasanya dalam bentuk cerita. Novel merupakan karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (http://kbbi.web.id/novel).
Menurut Badudu dan Zain dalam Aziez dan Abdul (2010:2) menjelaskan
bahwa novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang
menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan
sehari-hari tentang suka duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwa para
tokoh.

Novel berfungsi untuk memberikan pandangan kepada pembaca tentang
apa yang terjadi dalam sosial masyarakat, kehidupan, religius dan hal yang
lainnya. Novel dapat memberikan nilai moral ataupun pesan positif dalam suatu
karya sastra. Tak sedikit juga novel memberikan pengaruh buruk kepada pembaca
secara tidak langsung yang disebabkan oleh faktor tema ataupun pola pikir remaja

itu sendiri. Novel menjadi karya sastra yang paling banyak dicari karena selain
menjadi media hiburan juga terdapat nilai-nilai kebaikan.
Berdasarkan konsep novel diatas, novel dapat menggambarkan realitas
kehidupan manusia yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan dapat
memberikan nilai positif dan manfaat kepada pembaca. Dalam hal ini banyak
novel Jepang yang memberikan nilai pendidikan maupun moral yang baik, salah
satunya adalah Novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto.
Novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini memberikan nilai
pendidikan yang baik untuk para pembacanya. Tokoh utama dalam novel ini
digambarkan sebagaisosok yang tegar, bisa menenangkan diri ketika ada masalah
dengan caranya sendiri. Nilai pragmatik dalam novel ini terlihat jelas dari
penggambaran tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lainnya. Beberapa nilai
pragmatik yang penulis temukan saat membaca novel “Kitchen”berulang kali
adalah nilai ketegaran, kesabaran, kepeduliaan, kasih sayang dan kesetiaan yang

ditunjukkan oleh tokoh utama Mikage dan Yuichi yang tidak pernah hilang.
Saling mencintai dan memahami membuat hubungan percintaan mereka kuat dan
tidak goyah.
Kasih sayang dan kepedulian antara Mikage dan Yuichi yang diungkapkan
oleh Banana Yoshimoto dalam novel “Kitchen” dimulai sebelum menjalin
hubungan percintaan dan saat menjalin hubungan percintaan.
Novel ini menceritakan tentang Mikage Sakurai yang berjuang menutupi
perasaan kehilangan setelah kerabat satu-satunya yang tersisa, yaitu neneknya,
meninggal dunia. Bersyukur, ada Yuichi Tanabe yang telah sepakat dengan

ibunya untuk mengajak Mikage tinggal bersama mereka selama gadis itu belum
menemukan apartemen baru. Saat tinggal di keluarga Tanabe inilah, Mikage
menyadari betapa sebuah keluarga adalah anugerah. Tak selalu indah, namun
patut disyukuri.
Keharmonisan hidup Mikage, Yuichi, dan Eriko tak berlangsung lama.
Pada bab kedua diceritakan bahwa Eriko dibunuh. Berita ini tentu saja
mengacaukan perasaan Mikage, terlebih Yuichi sebagai seorang anak. Pada titik
itulah hubungan keduanya diuji. Perlahan masing-masing mulai menyadari bahwa
mereka punya perasaan lain selain perasaan bahwa selama ini mereka adalah
keluarga. Ketika hati tak lagi mampu berbohong, keputusan terbaik harus segera

dibuat. Novel ini Sangat menginspirasi, bahwa dalam hidup dibutuhkan
perjuangan dan kedewasaan dalam menentukan sikap. Nilai-nilai yang
memberikan pendidikan dan termasuk dalam nilai Konfusionisme di Jepang yang
terdapat dalam novel ini adalah kasih sayang dan kesetiaan.
Dalam novel ini terdapat nilai pragmatik mengenai ketegaran, kesabaran,
kepeduliaan dan kasih sayang sebelum menjalani hubungan percintaan dan saat
menjalani hubungan percintaan yang berupa kasih sayang yang semakin kuat dan
tidak pernah pudar. Hal itu terlihat dalam cuplikan-cuplikan yang penulis analisis
dalam skripsi ini. Nilai yang bermanfaat dan mendidik yang penulis dapatkan
tentang ketegaran, kesabaran, kepeduliaan, kasih sayang dan kesetiaan ini sudi
kiranya dicontoh dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketegaran,
kesabaran, kepedulian, kasih sayang dan kesetiaan yang ditunjukkan oleh tokoh
Mikage, Yuichi dan Erikodalam menjalani hubungan percintaan sangat jarang
ditemukan di zaman modern sekarang ini .

Konfusionisme yang mengajarkan tentang akhlak dan moral dalam
kehidupan dapat dicerminkan dalam kehidupan percintaan masyarakat di Jepang.
Hal inilah yang membuat penulis merasa ketegaran, kesabaran, kepedulian,
kesetiaan, kasih sayang dan kesetiaan tokoh Mikage, Yuichi dan Eriko harus
ditiru oleh masyarakat zaman sekarang untuk menambah wawasan dalam

hubungan percintaan.
Uraian di atas melatarbelakangi penulis untuk menganalisis nilai-nilai
pragmatik yang dapat dijadikan pembelajaran oleh pembacanya dalam kehidupan
sehari-hari yang terkandung dalam novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto
melalui tokoh Mikage, Yuichi dan Eriko. Penulis akan menganalisis secara
mendalam nilai-nilai pragmatik tersebut dan menyajikannya dalam skripsi dengan
judul:

ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “KITCHEN” KARYA

BANANA YOSHIMOTO.
1.2

Perumusan Masalah
Novel “ Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini menceritakan bagaimana

seseorang bisa menjalani hidup meski mendapatkan diskriminasi sosial,
menceritakan bagaimana kesungguhan dan ketegaran hidup seorang anak yang
sebatang kara. Novel ini memberikan nilai pendidikan yang bermanfaat untuk
para pembacanya.

Mikage adalah anak yang sebatang kara yang harus tetap melanjutkan
hidup walaupun kesedihan sering menghadang. Kemudian untuk beberapa hari
Mikage tinggal bersama keluarga Tanabe yang adalah seseorang yang belum
kenal dekat dengannya. Namun sejak tinggal dengan keluarga ini hidup mikage

sedikit merasa tenang karena mendapatkan kehangatan dari Eriko dan Yuichi. hal
ini juga membuat perasaan kagum Mikage kepada Yuichi semakin terlihat melalui
perhatian Yuichi kepada Mikage dengan berbagai hal yang Yuichi lakukan mulai
dari

membuatkan

kartu

nama,

memberi

tumpangan


tempat

tinggal

sementara.Selain kepedulian, kesabaran Mikage dan Yuichi juga sering diuji
dengan berbagai masalah yang ada seperti gosip kumpul kebo dari kampus ,
kecemburuan mantan pacar Yuichi, kematian Eriko dan lain sebagainya. Nilainilai yang memberikan pendidikan dan termasuk ke dalam nilai Konfusionisme di
Jepang dalam novel ini adalah kasih sayang dan kesetiaan.
Berdasarkan hal tersebut dan berkaitan dengan pendekatan pragmatik yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan permasalahan
penelitian ini dalam bentuk pertanyaan berikut :
1.

Nilai pragmatik apa sajakah yang terkandung dalam novel “Kitchen”?

2.

Nilai Konfusionisme apa sajakah yang diungkapkan pengarang melalui

tokoh utama dan tokoh pendukung dalamnovel “Kitchen” ini yang dapat

dijadikan cerminan bagi pembaca?
1.3

Ruang Lingkup Pembahasan
Pembatasan masalah diperlukan dalam setiap penelitian agar topik

pembahasan lebih jelas dan tidak meluas keluar dari pembahasan yang
seharusnya. Sehingga pokok permasalahan yang dibahas menjadi lebih jelas dan
lebih fokus.

Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada hal yang
berkaitan dengan nilai pragmatik dannilai konfusionisme yang diungkapkan
pengarang melalui tokoh utama dan tokoh pendukung dalam novel “Kitchen”
karya Banana Yoshimoto.
1.4

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.


Tinjauan Pustaka
Waluyo (2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud

nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara
pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan
cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh
tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal
diantaranya metode, munculnya proses kreatif dalam mengekspresikan apa yang
ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan.
Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas
dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia
erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari
persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya,
kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi dari seorang pengarang tinggal
menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Dalam karya sastra ada yang bersifat fiksi dan non fiksi misalnya puisi, roman,
drama, novel dan lain sebagainya.
Suharianto (1982:27) mengemukakan bahwa novel merupakan karya
sastra yang berbentuk prosa. Salah satu cirinya adalah adanya kesatuan makna


dalam wujud paragraf-paragraf yang membentuk kesatuan yang disebut cerita.
Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana
kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan
nasib tokohnya. Seperti disaat kita membaca novel “Kitchen”ini pembaca bisa
merasakan nilai-nilai yang dapat menjadi cerminan.
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya
sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca.
Pendapat Horatius yang ditulis dalam bukunya Ars Poetica pada tahun 14 SM
menyatakan bahwa tolok ukur sastra ialah utile ‘ bermanfaat’ dan dulce ‘nikmat’.
selain

itu,

ia

pun

sekaligus

mengungkapkan

pendekatan

sastra

yang

menitikberatkan pada peran pembaca (pendekatan pragmatik) dalam pendekatan
teori barat, sering dipermasalahkan urutan utile dan dulce itu, mana yang harus
didahulukan, ‘bermanfaat’ dahulu baru ‘nikmat’ atau justru sebaliknya ‘nikmat’
dulu baru ‘bermanfaat’ masalah antara pendekatan moralitas (manfaat) dan estetik
(nikmat), namun hal ini lebih tepat disebut perbedaan dalam tekanan (estetik baru
tersendiri pada zaman romantik didunia barat). Dalam rangka penelitian sastra,
ada penerapan model pendekatan (teori kritik tertentu) yang dapat diterapkan dan
penerapan model itu sesuai dengan konsep serta tata kerjanya masing-masing.
Menurut Abrams dalam Siswanto (2008:79) terdapat empat kajian sastra
yaitu:
1. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajian terhadap hubungan karya
sastra dengan kenyataan diluar karya sastra disebut pendekatan mimetik.

2. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada peranan pembaca dalam
menerima, memahami, dan menghayati karya sastra disebut pendekatan
pragmatik.
3. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra disebut
pendekatan objektif.
4. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi
perasaan atau tempramen penulis disebut pendekatan ekspresif.
Berdasarkan kajian yang diutarakan oleh Abrams dalam Siswanto ada 4
pendekatan. Jadi penulis menggunakan kajian nomor 2 yaitu pendekatan
pragmatik untuk menganalisis novel “Kitchen”.
2.

Kerangka Teori
Dalam meneliti suatu karya sastra dibutuhkan suatu pendekatan yang

berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya tersebut. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan pendekatan pragmatik sastra dan
pendekatan semiotik, konsep moral dan nilai konfusionisme. Pendekatan
pragmatik sastra yang digunakan penulis sebagai landasan teori dalam
menganalisis novel "Kitchen" adalah pendekatan pragmatik yang dikemukakan
oleh Pradopo. Menurut Pradopo dalam Wiyatmi (2006: 85), pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut
dapat berupa tujuan pendidikan, moral, agama, maupun tujuan lain.

Pendekatan pragmatik mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan
fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama maupun fungsi
sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan agama yang terdapat
dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, maka akan semakin tinggi nilai
dari karya tersebut. Penggunaan teori pragmatik dalam penganalisisan karya sastra
dapat membantu menentukan apa saja fungsi karya sastra dalam kehidupan
masyarakat, bagaimana penyebaran dan perluasan karya sastra tersebut, serta
manfaat yang dihasilkan oleh karya sastra dalam tatanan kehidupan masyrakat.
Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran
tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
tertentu. Menurut Suseno (1987:19 ) kata moral selalu mengacu pada baik dan
buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Moral adalah suatu pengukur apa
yang baik dan apa yang buruk dalam kehidupan suatu masyarakat.
Moral dalam sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya
sastra, makna yang disarankan lewat sastra. Melalui cerita, sikap dan tingkah laku
tokoh -tokoh, pembaca dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang
disampaikan. Moral dalam cerita menurut Kenny dalam Nurgiyantoro(1995:322)
sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat
praktis, yang dapat diambil (ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan dengan
pembaca yang sengaja diberikan pengarang tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku dan sopan
santun dalam pergaulan.

Untuk menganalisis nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Kitchen”
penulis menggunakan teori dari Abrams dalam Jabrohim (1981:67) pendekatan
pragmatik sastra adalah model pendekatan yang melihat karya sastra berdasarkan
sudut pandang pembaca. Pendekatan pragmatik sastra memandang karya sastra
sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti
tujuan pendidikan, moral, agama, atau tujuan pendidikan lainnya. Semakin
banyak nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca, maka
semakin baik karya sastra tersebut.
Untuk menganalisis tentang nilai kasih sayang dan kesetiaan yang terdapat
dalam novel “Kitchen” , penulis juga menggunakan konsep ajaran konfusianisme,
menurut Analects atau disebut juga kitab Lun Yu (Saputra: 2002), Berikut nilainilai ajaran dari Konfusius, yaitu :
1.

Ren (Cinta kasih/kasih sayang)

Menurut konfusius manusia yang bermartabat adalah manusia yang
memiliki “Ren”. Konsep Ren merupakan pusat kualitas moral manusia, intisari
dari cinta terhadap sesama, perikemanusiaan, hati nurani, keadilan, halus
budipekerti, dan kasih sayang. Cinta kasih itu adalah mengendalikan diri pulang
kepada kesusilaan dan tergantung kepada usaha diri sendiri. Seseorang yang
berperi cinta kasih rela menderita lebih dahulu dan membelakangkan keuntungan.
Seseorang yang berperi cinta kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang
lain pun tegak; ingin maju maka berusaha orang lain pun maju. Sikap saling
mengasihi mendasari seseorang yang memiliki Ren pastilah mempunyai
kemampuan yang baik dalam memikirkan keadaan orang lain dan juga mampu

mengetahui apa yang tidak diinginkan oleh orang lain karena ia lebih dahulu
mengetahui hal apa yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya. Ren adalah
kesanggupan untuk mencapai lima hal di dunia, yaitu hormat, lapang hati, dapat
dipercaya, cekatan, murah hati.
2.

Zhong Shu (Setia & Tepa sarira)

Zhong ( 忠 ) terdiri dari huruf ( 中 ) yang berarti tengah, tepat dan juga
bisa berarti perwujudan. Sedangkan ( 心 ) berarti hati, tembusan, sesuai, berlandas
pada hati nurani/ sanu bari. Orang yang berperilaku setia adalah orang yang
memiliki hati tepat di tengah atau hati yang terletak ditempat semestinya. Maka
Zhong artinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara hati nurani dengan
mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak sesuai dengan cinta dan
kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Setia kepada seseorang berarti selalu
membimbingnya. Zhong juga berarti kepatuhan/ketaatan kesetian terhadap
Tuhan, atasan, teman, kerabat, negara. Sedangkan Shu ( 恕) terdiri dari ( 如 )
yang berarti seperti/sama/serupa/menurut dengan ( 心 ) hati nurani/sanu bari. Shu
berdimensi larangan (negatif): jangan melakukan sesuatu kepada orang lain kalau
anda tidak mau orang lain melakukan hal itu terhadap anda. Shu merupakan
tindakan bagaimana mengaktualisasikan Ren sebagai cinta. Perikemanusiaan
mengutamakan sikap tenggang rasa. Jadi Shu artinya sebagai perbuatan tenggang
rasa yang disesuaikan dengan suara hati nurani/ sanu bari. Maka seorang yang
sudah kehilangan hatinya tentu sudah kehilangan kemampuannya untuk tenggang
rasa. Manusia harus melihat dirinya agar dapat mengerti orang lain dan
mengarahkan manusia untuk bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, dengan

tulus menghormati orang lain. Prinsip Zhong-shu sekaligus merupakan prinsip
Ren, sehingga pengalaman Zhong-shu berarti mengamalkan Ren yang
mengakibatkan pelaksanaan tanggungjawab serta kewajiban seseorang dalam
masyarakat.
Dalam ajaran Konfusianisme yang sudah dijelaskan diatas, banyak
terdapat nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jepang dahulu
sampai sekarang. Sosial masyarakat Jepang yang sudah lekat dengan nilai ajaran
konfusius ini hingga sekarang dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari mereka.
Untuk menganalisis novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini penulis
menggunakan ajaran Konfusius sesuai dengan nilai yang akan penulis analisis
yaitu mengenai nilai kesetiaan dan kasih sayang yang juga terdapat dalam
konfusianisme berupa Ren (Cinta kasih/Kasih Sayang) dan Zhong (Setia).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51921/4/Chapter%20II.pdf)
1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis merangkum tujuan
dari penelitian sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui nilai pragmatik yang terdapat dalam novel "Kitchen"

karya Banana Yoshimoto.
2.

Untuk menambah pengetahuan mengenai nilai Konfusionisme yang

diungkapkan pengarang melalui tokoh utama dan tokoh pendukung dalam novel
“Kitchen” karya Banana Yoshimoto

2.

Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang nilai-nilai pragmatik

yang terdapat dalam novel "Kitchen" yang berguna bagi pembaca.
2.

Untuk

menambah

pengetahuan

dan

wawasanmengenai

nilai

Konfusionisme yang diungkapkan pengarang melalui tokoh utama dalam novel
“Kitchen” yang berguna dalam hal menyikapi dan menetukan pilihan hidup, serta
bertindak yang benar jika keadaan yang dialami oleh tokoh utama dan pendukung
dalam novel ini dialami juga oleh pembaca .
3.

Metode Penelitian
Dalam menulis sebuah karya ilmiah dibutuhkan sebuah metode penelitian

sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Metode adalah langkah atau
cara yang tersusun untuk melakukan sesuatu. Metode penelitian yang digunakan
penulis dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Ratna (2004:53) metode deskriptif merupakan suatu metode yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan dengan maksud untuk menemukan unsurunsurnya, kemudian dianalisis bahkan juga diperbandingkan.
Penulis

juga

menggunakan

metode

studi

kepustakaan.

Dalam

mengumpulkan data-data yang berguna untuk mendukung teori, penulis
mengambil dari kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. Sumbersumber kepustakaan tersebut dapat bersumber dari buku-buku, hasil-hasil
penelitian (skripsi), internet dan sumber-sumber lainnya yang dibutuhkan.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data dan referensi atau buku-buku yang berhubungan dengan
objek penelitian.
2. Membaca novel “Kitchen” yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia oleh Dewi Anggraeni.
3. Mencari, mengumpulkan, menganalisis dan mendeskripsikan nilai pragmatik
yang/terdapat dalam novel “Kitchen”.
4. Setelah dianalisis maka hasil penelitian disusun dalam sebuah laporan.