Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat melanjutkan penelitian ini lebih sempurna lagi dan memperbaiki kelemahan
yang ada dalam penelitian ini
1.4.4. Bagi Orang Tua
Dengan ada penelitian ini peneliti berharap orang tua akan sadar tentang komplikasi
yang mungkin muncul selepas anaknya disirkumsisi dan bisa melakukan perawatan
pasca sirkumsisi dengan cepat dan tepat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Sirkumsisi

2.1.1. Epidemiologi
Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam
budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian

dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas. Penis
merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran kencing
dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya hubungan
seksual. Penis dibagi menjadi tiga regio: pangkal penis, korpus penis, dan glans penis.
Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis pubis. Korpus
penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah
bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan
bagian “leher” yang terletak antara korpus penis dan glans penis. Kulit yang menutupi penis
menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos dan jaringan areolar yang
memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur dibawahnya. Lapisan

subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe superficial. (David
A, 2012)
Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang merupakan
struktur internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora
cavernosa dan corpus spongiosum. Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut
preputium. Preputium melekat di sekitar corona radiata dan melanjut menutupi glans.
Kelenjar-kelenjar preputium yang terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium
mensekresikan waxy material yang dinamakan smegma. Smegma merupakan media yang
sangat baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di daerah ini,

khususnya bila higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi
problem ini adalah dengan sirkumsisi (Gairdner D, 1959).

Tabel 2.2. Jumlah Orang Yang Sudah Melakukan Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO
Tahun 2007
Negara
Angola
Australia
Canada
Indonesia
Inggris
Nigeria
Philipina
Aprika Selatan
Amerika

Jumlah (Juta)
3.44
8.05
11.79

84.98
24.22
28.75
14.87
24.22
115.56

Jumlah Orang di Luar Islam
Persen (%)
Jumlah (Juta)
99
3.4
98,5
7.5
96,9
11.4
12
10.2
97,3
23.6

50
17.6
95
27.3
95,5
14.6
98
113.2

Bisa dilihat dari tabel 2.1 Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada
negara lain. Padahal Indonesia merupakan Negara islam terbesar dan sirkumsisi memilki
banyak manfaat (WHO, 2007). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sirkumsisi
memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti
AIDS hingga kanker seviks (WHO, 2007) .
Menurut Richard Bailey dua penelitian terakhir malah berhenti lebih awal, karena
menunjukkan keefektifan yang tinggi tentang khitan dibanding kelompok kontrol yang
menolak disirkumsisi.

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama
di bidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Dari sisi agama, budaya

dan dukungan data epidemiologi, sirkumsisi dianggap memiliki pengaruh yang baik bagi
kesehatan reproduksi walaupun hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ahli. Saat ini
telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan
sirkumsisi, sehingga sirkumsisi menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak
menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan
sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Hutson J, 2004).

2.2.

Definisi
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere

berarti “memotong”. Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian
atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara
bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi (Kazim M, 2012).
Sirkumsisi adalah memotong kuit luar (perputium/ prepuce/ foreskin/ kulup) pada
penis yang melingkupi kepala penis (glans penis). Sirkumsisi adalah prosedur kedaruratan
dimana prepusim (foreskin) dari penis dipisahkan dari glans dan porsio dieksisi (Yusuf Ali
M, 2013).

2.3.

Etiologi

2.3.1. Tradisi Agama
Sunat bagi laki-laki atau cowok sebelum menginjak pubertas (remaja) adalah tradisi
dalam beberapa agama. Terutama agama Islam, Yahudi dan juga sebagian kelompok agama
Kristen (Bazmamoun H, 2012).
2.3.2. Fimosis
Fimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat di tarik ke belakang
(proksimal)/membuka. Kadang-kadang lubang pada prepusium hanya sebesar ujung jarum,

sehingga sulit untuk keluar. Pada 95% bayi, kulub masih melekat pada glans penis sehingga
tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis. (Johan F, 2014)
Pada umur 3 tahun anak yang fimosis sebanyak 10%. Keadaan yang dapat
menimbulkan fimosis adalah :
- Bawaan (kongenital), paling banyak.
- Peradangan.
2.3.3. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada kulit genitalia

eksterna. Bentuknya seperti kulit, multiple dan permukaan kasar. Faktor predisposisinya
adalah perawatan kebersiahan genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi permukaan glands
penis atau permukaan dalam (mukosa) prepusium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi
untuk mencegah perluasan dan kekambuhan. Lesi ringan dapat dicoba diobati dengan
pedofilin topical.
2.3.4. Balanitis (Peradangan Kepala Penis)
Penyakit ini bisa disebabkan oleh kebersihan yang buruk atau karena kesulitan
membersihkan smegma akibat fimosis. Penggunaan sabun yang salah juga bisa
menyebabkan iritasi dan memperparah peradangan.
2.3.5. Karsinoma Penis
Karsinoma penis Ada dua tipe, yaitu papiliformis (bentuk papil), dan ulseratif
(bentuk ulcus).
2.3.6. Alasan Kesehatan
Di negara maju mayoritas non-muslim seperti Amerika Serikat, sunat dianjurkan
karena alasan kebersihan dan untuk mencegah infeksi saluran kemih dan kanker serviks.
Penis yang disunat menghasilkan smegma lebih sedikit atau gak ada sama sekali sehingga
lebih mudah dijaga kebersihannya.
2.4.

Kontraindikasi


2.4.1. Kontraindikasi Mutlak
1.

Hipospandi
Kelainan ini merupakan kelainan muara uretra eksterna. Hipospandi berada di
ventral penis mulai dari glans penis sampai perineum. Hipospandi terjadi karena

kegagalan atau kelamabatan penyatuan lipatan uretra digaris tengah. (IDAI,
2008).
2.

Kelainan Hemostasis
Adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi trombosit, faktorfaktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan dikhawatirkan
akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi.
Keadaan tersebut haemophilia, trombositopenia, dan penyakit hemostasis lainya
(AAP, 2012).

2.4.2. Kontraindikasi Relatif
a. Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya.

b. Infeksi umum.
c. Diabetes mellitus (Thomas H.).
2.5.

Perawatan

2.5.1. Perawatan Yang Terdapat Dalam Sirkumsisi (Turner H, 2011)
Obat-obatan yang terdapat dalam tindakan sirkumsisi :
1.

Antibiotik
Pemberian antibiotik hanya bersifat pencegahan dan pada keadaan tertentu
bersifat pemyembuhan. Obat yang digunakan adalah tetrasiklin, ampisilin,
amoksilin dan sebagainya

2.

Analgetik
Karena sirkumsisi merupakan daerah sensitif, maka pada sirkumsisi penderita
akan merasakan nyeri. Pemberian analgetik diberikan hari pertama dan kedua,

terutama pagi hari. Obat yag digunakan adalah antalgin, asam mefenamat, asam
asetisalisilat.

3.

Anti inflamasi
Bila terjadi radang, maka bisa diberikan obat anti inflamasi (serapeptase dan
sebagainya). Dikatakan obat ni meningkatkan daya kerja antibiotik.

4.

Roboransia
Dapat diberikan vitamin, seperti vitamin B kompleks ditambah vitamin C dosis
tinggi untuk membantu penyembuhan.

2.5.2. Perawatan Pasca Sirkumsisi
Sirkumsisi sekarang umumnya menggunakan benang modern yang tak perlu dilepas
karena sifatnya melebur di kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada yang bisa membuat
luka bekas sunat lebih cepat disembuhkan. Walau demikian, setelah seseorang disirkumsisi,
biasanya akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu sampai sepuluh hari agar bekas

lukanya kering dan dapat menutup dengan sempurna. Sedangkan untuk dapat melakukan
fungi seksual dengan normal lagi butuh sekitar satu setengah bulan.
Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi yaitu (Ferry R, 2014) :
1. Segeralah minum obat Analgesik
Segera setelah disirkumsisi sebaiknya minumlah obat analgesik (penghilang
nyeri) yang diberikan dokter untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi
lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu
bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan.
Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantinya
dengan obat Analgesik. Minumlah obat antibiotik secara teratur (umumnya
diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan
menghambat penyembuhan luka khitan.
2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
Usahakan celana yang digunakkan anak lebih longgar untuk menghindari gekan.
Apabila sudah kencing, bersihkan ujung lubang kencing secukupnya secara
perlahan, usahakan jangan mengenai luka sirkumsisi. Biasanya bercak-bercak
darah bekas sirkumsisi juga aka menumpuk dan tampak seperti “borok” yang
dapat menggangu kesehatan. Jadi sering-seringlah membersihkan penis setelah
disirkumsisi. Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh
dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat
lalu peraslah dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut sampai
terlepas.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas)
terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh
tubuh dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan menggangu boleh
dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang
dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa

dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak
mengenai lukanya.
4. Mengatur Makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien
sirkumsisi. Ikan, tlur dan daging bukan suatu “larangan untuk dimakan” karena
hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat.
Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan
tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar cepat
kering. Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang
“alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut
mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol,
dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan
bukan pada saat proses sirkumsisi saja.
5. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak
(oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa
seperlunya, yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti
melompat-lompat atau berlari-lari.
6. Kontrol dan Melepas Perban
Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan
luka khitan. Jika anda sudah mahir, hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah.
Jikan merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.Lakukan kontrol rutin ke
dokter yang mengkhitan pada hari ketiga dan pada hari kelima-ketujuh apabila
luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total.
Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, teteskan baby oil atau minyak kepala
pada perban secukupnya. Kulit luka dan perban akan melunak, sehingga mudah
dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan
anastesi spray untuk mengurangi nyeri.
2.6.

Komplikasi Paska Sirkumsisi
Dalam pelaksanaan sirkumsisi seringkali timbul komplikasi yang tidak kita

inginkan, terkadang hal ini tidak pernah kita duga sebelumnya. Bila terdapat komplikasi
segera tangani dengan baik. (Johan F, 2014)

Hal-hal yang biasanya terjadi pasca khitan :
1. Nyeri
Nyeri adalah hal yang paling sering dan biasanya terjadi. Setelah efek anestesinya
berakhir yang didahului dengan rasa panas pada daerah genitalia. Pada saat
pelaksanaan khitan pertimbangkan penambahan obat penghilang rasa sakit
(analgesik) yang dimasukkan lewat dubur. Setelah pelaksanaan khitan segera
minum analgesik yang diberikan oleh dokter, biasanya analgesik bisa diminum
tiap 6 jam bila sakit, atau menurut petunjuk dokter.
2. Perdarahan
Perdarahan kerap kali terjadi beberapa jam setelah khitan berakhir. Ditandai
dengan darah mengalir dari bagian bawah penis atau menetes dari perban (jika
diperban). Bila perdarahan sedikit (rembes saja) cukup dengan dibersihkan
dengan kasa steril yang sudah dibubuhi povidone iodine.
Bisa juga dengan dibalut dengan perban (kasa steril) untuk menekan sumber
perdarahan

(blood

compressing).

Bila

perdarahan

banyak

dan

aktif

(mengalir/menetes) dicoba dengan menekan sumber perdarahan, lalu segeralah
hubungi dokter yang mengkhitan untuk mendapatkan pemeriksaan dan tindakan
yang diperlukan. Jangan menganggap perdarahan merupakan hal biasa setelah
dikhitan. Perdarahan biasanya timbul pada khitan yang menggunakan metode
konvensional. Jarang pada metode electrocouter, bahkan pada metode klem
(smartklamp).
3. Bengkak (Edema)
Bengkak merupakan kejadian yang normal. Bekas suntikan obat anestesi di
pangkal penis terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan
diserap sendiri oleh tubuh dan mereda hari ke-5 setelah khitan. Jika dirasakan
mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit
dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari.
Perlakuan ini bisa dilakukan mulai hari ke-2 setelah berkhitan dan usahakan air
tersebut tidak mengenai luka khitan. Bengkak ini juga dipicu oleh proses infeksi
awal. Pemberian obat inflamasi dan antibiotik serta menjaga kebersihan untuk
penatalaksanaaannya. Bengkak juga biasa terjadi pada khitan yang menggunakan

metode klem (smartklamp) setelah klem dibuka. Bengkak tidak sakit dan akan
mengempis sendiri.
4. Hematoma (Memar)
Hematoma adalah perdarahan yang terjadi di bawah kulit akibat pecahnya
pembuluh darah. Hal ini terjadi karena efek suntikan anestesi yang mengenai
pembuluh darah. Bila hematoma kecil dan tidak membesar, biarkan saja, nanti
akan diserap oleh tubuh, dalam 1-2 minggu akan menghilang. Bila besar bawalah
ke dokter yang mengkhitan untuk mendapatkan pemeriksaan dan tindakan yang
diperlukan. Jika mengganggu proses penyembuhan akan dilakukan pengangkatan
hematoma dan nanti diberikan obat anti inflamasi untuk membantu penyerapan
hematoma.

5. Infeksi
Infeksi yang terjadi karena kontaminasi dari perlengkapan ataupun lingkungan
yang kurang steril. Ditandai dengan edema (bengkak), adanya nanah pada bekas
khitan, tubuh demam, mengeluh nyeri di sekitar genetalia. Penatalaksanaannya
dengan pemberian obat antibiotik dan obat anti inflamasi dari dokter. Karena itu
obat yang diberikan harus dihabiskan, kemudian dikontrol ke dokter yang
mengkhitan untuk mengevaluasi luka khitan. Rawat luka dengan mengompres
dengan rivanol atau menurut petunjuk dokter. Jaga kebersihan luka.
6. Gland Penis tersayat, tertusuk atau terpotong
Penyulit yang satu ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ketelitian,
kecerobohan atau profesionalisme pelakunya. Kejadian ini umumnya terjadi pada
metode khitan konvensional, sejauh ini jarang ditemukan pada khitan metode
laser dan tidak pernah pada metode smartklamp atau sejenisnya, karena gland
penis terlindung oleh tabung.
7. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik, diakibatkan reaksi alergi tipe cepat, terjadinya segera atau
beberapa saat setelah masuknya allergen, misalnya obat. Pasien menunjukkan
tanda-tanda syok, dikenali tanda-tandanya atau gejalanya diantaranya: pucat,

keringat dingin, lemas, badan terasa melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut
penderita dapat pingsan diikuti hipotensi (tekanan darah rendah/turun) dan
bradikardi (denyut nadi lemah) . Reaksi ini sifatnya individual dan agak sulit
diduga. Kebanyakan terjadi akibat pemberian antibiotik, atau efek samping
pemberian obat bius.
8. Sukar Kencing
Setelah pelaksanaan khitan, kadang-kadang setelah beberapa hari, pasien sukar
atau terhambat pancarannya saat kencing. Hal ini disebabkan oleh adanya
sumbatan pada muara saluran kencing luar oleh bekuan darah. Penatalaksanaan ;
membersihkan sumbatan, bisa dengan menggunakan kasa steril dan air hangat
atau jika lukanya sudah kering bisa berendam dengan air hangat yang sudah
dibubuhi PK (permanganas kalikus) untuk meluruhkan bekuan atau kotoran.

9. Luka yang tidak menutup sempurna
Setelah proses penyembuhan luka khitan, ada beberapa luka yang tidak menutup
dengan baik, bahkan terbuka kembali, sehingga luka lama untuk kering. Hal ini
terjadi oleh karena pemotongan kulit kulup (preputium) terlalu panjang pada
metode khitan smartklamp atau electrocouter yang tidak dijahit. Sehingga setelah
klem dibuka, pada saat ereksi, bekas luka iris khitan membuka kembali, begitu
juga dengan khitan metode electrocouter yang tidak dijahit. Oleh karena itu,
metode khitan smartklamp tidak disarankan pada pasien diatas usia 14 tahun atau
dewasa. Sedangkan pada khitan metode electrocouter disarankan dilakukan
jahitan di atas usia 3 tahun. Penatalaksanaan ; usahakan luka tetap kering, tidak
boleh lembab atau kena air. Luka akan kering dan sembuh, walaupun
membutuhkan waktu lebih lama. Sebaiknya dikonsulkan kembali kepada dokter
yang

mengkhitan

untuk

mendapatkan

obat

yang

mempercepat proses

penyembuhan luka.
10. Preputium (kulup) tumbuh lagi
Preputium (kulup) tumbuh lagi sehingga menutup sebagian atau seluruh gland
penis. Hal ini disebabkan pemotongan kulit & mukosa preputium (kulup) terlalu

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

2 60 80

Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

1 48 110

PENGARUH PERBEDAAN DOSIS ELECTROCAUTERY DAN SCALPEL TERHADAP TINGKAT KESEMBUHAN KLINIS PASCA SIRKUMSISI PADA LAKI-LAKI

0 6 70

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 2 80

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 13

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 1 3

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 33

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA (IBU) TENTANG PERAWATAN LUKA SIRKUMSISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)

0 0 5