Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

(1)

ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

0510020031 ASNY OLYFTA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 051000031 ASNY OLYFTA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NIM. 051000031

ASNY OLYFTA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Juni 2010

dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Prof. dr. Nerseri Barus, MPH)

NIP : 194508171973022001 NIP : 195908181985032002 (drh. Rasmaliah, M.Kes)

Penguji II Penguji III

(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH)

NIP : 196404041992031005 NIP : 196501121994022001 (drh. Hiswani, M.Kes)

Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 195310181982032001


(4)

ABSTRAK

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Dari laporan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%

Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 dengan tujuan untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sampel diambil secara porposive yaitu semua anak balita di lingkungan 14 yang berjumlah 110 orang .

Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian diare pada anak balita dalam 1 bulan 38,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi campak (p=0,014; RP=1,916), pemberian ASI eksklusif p=(0,016; RP=5,495) dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,127), jenis kelamin anak balita (p=0,085), status gizi (p=0,131), umur ibu (p=0,808) , pendidikan ibu (p=0,092), pekerjaan ibu (p=0,262), ketersediaan jamban (p=0,136), sanitasi lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.

Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).persamaan regresinya yang diperoleh adalah Y = -4,456 + 1,458 X1.

Disarankan kepada ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari yang mempunyai bayi agar membawa bayinya untuk imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.


(5)

ABSTRACT

Diarrhea has become one of main social problem in Indonesia. It is caused the high number of morbidity and mortality of diarrhea and it has became caused baby and under five age children death. Public Health Center of Tanjung Sari Medan Selayang in 2009 report that diarrhea was the fifth in ten greatest diseases and it proportion 1,977%

Analytical research with cross sectional design was taken place in Tanjung Sari Medan Selayang on 2010, in order to analyze diarrhea in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 59 months in Tanjung Sari, Medan Selayang. The sample was taken by purposive in lingkungan 14.

The results of this research got prevalence of diarrhea in a month are 38,2%. The result of bivariat analysis show a huge relation among measles immunization status (p=0,014; RP=1,916) , exlusive breast milk (p=0,016;RP=5,495) with diarrhea in under five age children. There is no relation among age (p=0,127), sex (p=0,085), nutrition status (p=0,131), mother age (p=0,808), mother educational (p=0,092), mother job (p=0,262), existence of toilet (p=0,136), sanitasi environment sanitation (p=0,792), a ndexistence of pure water (p= 0,643) with diarrhe in under five age children.

The result of multivariat analysis is got factors that most related with diarrhea was measles immunization. The formula was Y = -4,456 + 1,458 X1.

It’s suggested to Public Health Center of Tanjung Sari so that increase measles immunization after their babies have been 9 month.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ”

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU sekaligus sebagai Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Prof. dr Nerseri Barus, MPH, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(7)

5. Ibu drh. Hiswani, M. Kes, selaku Dosen Penguji III, yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik

yang telah memberi bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Lurah Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang dan bapak Hulman Panjaitan yang telah banyak membantu peneliti dalam pengumpulan data di daerah penelitian serta pegawai di kantor Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang

9. Kepada ayahanda tercinta B. Samosir (alm) dan ibunda tercinta J. Hutabarat, abang-abangku Luhut Samosir, Christer Samosir, Mawan Manik, adikku Jimmy Samosir, serta saudaraku semuanya yang tersayang atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman satu kos gang Berkat no. 2 (Ega, Masri, Eli, Herbi, Rini, Melinda, dan lain-lain) yang selalu memberikan dukungan doa, dan semangat dalam kesehariaannya kepada penulis.

11. Sahabat-sahabatku tersayang Sri Septenia, Ellina, Irfani, Yessy, dan Lastiar yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, maupun bantuannya kepada penulis.

12. Teman-teman mahasiswa peminatan epidemiologi FKM USU terutama Sonepid (Erik, Hendra, Sandro, Desnal, b’Doni, Desy, Hesty, Christin,


(8)

Melvida, Nduma, k’Novel, Ester, dan Mena) terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya sampai pengerjaan skripsi ini selesai, serta teman-teman peminatan epidemiologi lain yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih buat dukungan semangat dan doa-doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis

NIM. 051000031 ASNY OLYFTA


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Asny Olyfta

Tempat/Tanggal Lahir : Sidamanik, 12 Februari 1987 Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Nama Ayah : B. Samosir (Alm.) Nama Ibu : J. Hutabarat

Alamat : Jl. Dr. Mansyur gg Berkat no. 2 Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 091409 Sarimatondang : Tahun 1993 - 1999 2. SMP Negeri 1 Sidamanik : Tahun 1999 - 2002 3. SMU Negeri 1 Sidamanik : Tahun 2002 - 2005 4. S-1 Kesehatan Masyarakat USU-Medan : Tahun 2005 - 2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diare ... 6

2.2. Etiologi Diare ... 7

2.3. Epidemiologi Penyakit Diare ... 7

2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Diare ... 7

a. Orang ... 7

b. Tempat ... 9

c. Waktu ... 10

2.3.1. Determinan Penyakit Diare... 10

a. Host (Penjamu) ... 10

b. Agent ... 13

c. Environment (Lingkungan) ... 14

2.4. Mekanisme Penularan ... 15

2.5. Tanda-Tanda dan Gejala ... 16

2.6. Komplikasi ... 17

2.7. Pencegahan Diare ... 18

2.7.1. Pencegahan Primer ... 18

2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 23

2.7.3. Pencegahan Tertier ... 24

2.8. Penatalaksanaan ... 25

2.8.1. Mencegah Terjadinya Dehidrasi ... 25

2.8.2. Mengobati Dehidrasi ... 25

2.8.3. Memberi Makanan ... 25

2.8.4. Mengobati Masalah Lain ... 26


(11)

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

3.2. Defenisi Operasional... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2. Waktu penelitian ... 33

4.3. Populasi dan Sampel ... 34

4.3.1. Populasi ... 34

4.3.2. Sampel ... 34

a. Besar Sampel... 34

b. Tehnik Pengambilan Sampel ... 35

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.4.1. Data Primer ... 33

4.4.2. Data Sekunder ... 33

4.5. Teknik Analisa data ... 33

BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

5.1.1. Geografis ... 38

5.1.2. Demografi ... 38

5.1.3. Sarana dan Prasarana ... 39

5.2. Analisis Univariat ... 40

5.2.1. Kejadian Diare ... 40

5.2.2. Karakteristik Anak Balita ... 41

5.2.3. Karakteristik Ibu dari Anak Balita ... 43

5.2.4. Karakteristik Lingkungan ... 44

5.3. Analisis Bivariat ... 45

5.3.1. Hubungan Umur Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 45

5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 45

5.3.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare ... 46

5.3.4. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Diare ... 47

5.3.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare ... 48

5.3.6. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Diare ... 48

5.3.7. Hubungan Pendididikan Ibu dengan Kejadian Diare ... 49

5.3.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare ... 50

5.3.9. Hubungan Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare ... 50

5.3.10.Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare ... 51

5.3.11.Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare ... 52


(12)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Analisis Univariat ... 56

6.1.1. Prevalens Rate Diare ... 56

6.1.2. Karakteristik Anak Balita ... 58

a. Umur ... 58

b. Jenis Kelamin ... 59

b. Status Gizi ... 60

c. Status Imunisasi ... 61

d. ASI eksklusif ... 62

6.1.3. Karakteristik Ibu dari Anak Balita ... 63

a. Umur Ibu ... 63

b. Pendidikan Ibu ... 64

c. Pekerjaan Ibu ... 65

6.1.4. Karakteristik Lingkungan ... 66

a. Ketersediaan Jamban ... 67

b. Sanitasi Lingkungan ... 68

c. Penyediaan Air Bersih ... 68

6.2. Analisis Bivariat... 69

6.2.1. Hubungan Umur Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 69

6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 70

6.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare ... 72

6.2.4. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Diare ... 73

6.2.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare ... 75

6.2.6. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Diare ... 76

6.2.7. Hubungan Pendididikan Ibu dengan Kejadian Diare ... 77

6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare ... 78

6.2.9. Hubungan Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare ... 80

6.2.10.Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare ... 81

6.2.11.Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare ... 82

6.3. Analisis Multivariat ... 84

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 86

7.1. Saran ... 87 Daftar Pustaka LAMPIRAN Kuesioner Master Data Hasil Output Surat Penelitian


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 39 Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Tanjung Sari Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2010 ... 39 Tabel 5.3. Distribusi Sarana Pendidikan di Tanjung Sari Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.4. Distribusi Prevalens Rate Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan

Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2010... 43 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.8. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Umur Anak Balita di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.9. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita

di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.10. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Gizi Anak Balita di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 46 Tabel 5.11. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Imunisasi di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.12. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.13. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan umur Ibu di Kelurahan

Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.14. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pendidikan Ibu di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 49 Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan


(14)

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 50 Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Sanitasi Lingkungan di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 51 Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 52 Tabel 5.19. Identifikasi Variabel Dominan Penyebab Kejadian Diare Pada Anak

Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 53 Tabel 5.20. Variabel Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare pada Anak Balita


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 28 Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalensi Kejadian Diare Pada Anak Balita di Kelurahan

Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 56 Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 58 Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Jenis

Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 59 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Gizi

di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 60 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status

Imunisasi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 61 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan ASI

Eksklusif di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 62 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur Ibu di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 63 Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pendidikan

Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 64 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan

Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 65 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan

Ketersediaan Jamban di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 66 Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Sanitasi

Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 67


(16)

Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 68 Gambar 6.13. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Umur di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 69 Gambar 6.14. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 70 Gambar 6.15. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 72 Gambar 6.16 Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 73 Gambar 6.17. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 75 Gambar 6.18. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Umur Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 76 Gambar 6.19. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 77 Gambar 6.20. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 78 Gambar 6.21. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 80 Gambar 6.22. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Sanitasi Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 81 Gambar 6.23. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita

Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 82


(17)

ABSTRAK

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Dari laporan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%

Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 dengan tujuan untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sampel diambil secara porposive yaitu semua anak balita di lingkungan 14 yang berjumlah 110 orang .

Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian diare pada anak balita dalam 1 bulan 38,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi campak (p=0,014; RP=1,916), pemberian ASI eksklusif p=(0,016; RP=5,495) dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,127), jenis kelamin anak balita (p=0,085), status gizi (p=0,131), umur ibu (p=0,808) , pendidikan ibu (p=0,092), pekerjaan ibu (p=0,262), ketersediaan jamban (p=0,136), sanitasi lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.

Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).persamaan regresinya yang diperoleh adalah Y = -4,456 + 1,458 X1.

Disarankan kepada ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari yang mempunyai bayi agar membawa bayinya untuk imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.


(18)

ABSTRACT

Diarrhea has become one of main social problem in Indonesia. It is caused the high number of morbidity and mortality of diarrhea and it has became caused baby and under five age children death. Public Health Center of Tanjung Sari Medan Selayang in 2009 report that diarrhea was the fifth in ten greatest diseases and it proportion 1,977%

Analytical research with cross sectional design was taken place in Tanjung Sari Medan Selayang on 2010, in order to analyze diarrhea in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 59 months in Tanjung Sari, Medan Selayang. The sample was taken by purposive in lingkungan 14.

The results of this research got prevalence of diarrhea in a month are 38,2%. The result of bivariat analysis show a huge relation among measles immunization status (p=0,014; RP=1,916) , exlusive breast milk (p=0,016;RP=5,495) with diarrhea in under five age children. There is no relation among age (p=0,127), sex (p=0,085), nutrition status (p=0,131), mother age (p=0,808), mother educational (p=0,092), mother job (p=0,262), existence of toilet (p=0,136), sanitasi environment sanitation (p=0,792), a ndexistence of pure water (p= 0,643) with diarrhe in under five age children.

The result of multivariat analysis is got factors that most related with diarrhea was measles immunization. The formula was Y = -4,456 + 1,458 X1.

It’s suggested to Public Health Center of Tanjung Sari so that increase measles immunization after their babies have been 9 month.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.1

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya-upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pemberantasan penyakit diare yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare. 2

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan karena diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita.


(20)

Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 diare merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia pada anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 17% setelah kematian neonatal 37% dan pnemonia 19%. Pada tahun yang sama, diare di Asia Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur lima tahun dengan Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar 18%.3

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa di Indonesia penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada balita dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 10% setelah penyakit sistem pernafasan (28%) dan gangguan perinatal (26%). Sedangkan dari hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 diketahui bahwa penyakit diare penyebab kematian nomor dua pada balita dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 13,2% setelah penyakit sistem pernafasan. Dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup anak, penanggulangan diare merupakan program prioritas yang diwujudkan melalui penurunan angka kesakitan dan kematian serta penanggulangan Kejadian luar Biasa (KLB). 4

Menurut data di provinsi Sumatera Utara tahun 2005 penyakit diare menyebabkan kematian pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di enam Kabupaten yaitu, kabupaten Deli Serdang dengan Attack Rate (AR) 0,82% dan Case Fatality Rate (CFR) 3,23%, Kabupaten Asahan dengan AR 0,04% dan CFR 4%, Kabupaten Labuhan Batu dengan AR 3,29% dan CFR 1,62%, Kabupaten Simalungun dengan AR 1,16% dan CFR 2,6%, Kabupaten Mandailing Natal dengan AR 1,45% dan CFR 1,25% dan Kabupaten Serdang Bedagai dengan AR 0,01%. 5


(21)

Menurut Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2005 dilaporkan proporsi penderita rawat jalan di puskesmas untuk balita 2,68% yaitu 20.996 penderita dari 780.706 seluruh penderita berbagai jenis penyakit dan lain-lain. Penyakit diare menduduki urutan ke enam pada sepuluh penyakit terbesar di seluruh puskesmas kota Medan. 6

Berdasarkan laporan SP2TP di puskesmas Padang Bulan Selayang II yang wilayah kerjanya adalah Kecamatan Medan Selayang, didapatkan bahwa penyakit diare masuk dalam sepuluh penyakit terbesar yang menduduki peringkat ke sembilan dengan proporsi sebesar 2,44%.7

Hasil laporan dari Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%.8

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

1.2. Perumusan Masalah

` Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.


(22)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengenalisis kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalens rate diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik anak balita (umur dan jenis kelamin, status gizi, status imunisasi dan ASI eksklusif) di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik ibu dari anak balita (umur , pendidikan dan pekerjaan) di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik lingkungan (ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih) anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

e. Untuk mengetahui hubungan faktor anak balita (umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, dan ASI eksklusif) dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010. f. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (umur, pendidikan, dan pekerjaan)

dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.


(23)

g. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih) dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

h. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pembantu Tanjung Sari dalam program pencegahan dan pemberantasan diare.

1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian selanjutnya.

1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Diare

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah dan lendir dalam tinja.9 Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama, dengan temperatur rectal di atas 38°C, kolik, dan muntah-muntah.10

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 11

Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset) yaitu diare akut dan diare kronik. 12 Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.13

Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan meningkatnya frekuansi buang air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus-menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit berat. 13


(25)

2.2. Etiologi Diare12

Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi: 2.2.1. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

2.2.2. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigela sp. (1-1%), Vibrio cholerae, dan lain-lain.

2.2.3. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, Crystosporidium (4-11%).

2.2.4. Keracunan makanan

2.2.5. Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein. 2.2.6. Alergi: makanan, susu sapi

2.2.7. Imunodefisiensi: AIDS

2.3. Epidemiologi Diare

2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Diare a. Menurut Orang

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.9

Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Survei Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. Kejadian


(26)

diare pada golongan balita secara proporsional lebih banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %.14

Berdasarkan Survei Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM-PL) jumlah kasus diare pada tahun 2005 di Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia >5 tahun yaitu sebesar 100.347 kasus sedangkan kematian yang paling banyak terjadi berada pada usia <1 tahun yakni sebanyak 25 kematian. 15

Perbedaan sifat keadaan karateristik personal/individu secara tidak langsung dapat memberikan perbedaan pada sifat/keadaan keterpaparan faktor resiko penyakit diare maupun derajat resiko penyakit diare serta reaksi individu terhadap setiap keadaan keterpaparan, sangat berbeda dan dipengaruhi oleh berbagai sifat karateristik tertentu. Sifat karateristik itu antara lain: umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan, penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga, dan paritas.

Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok umur < 24 bulan16


(27)

b. Tempat

Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju keadaan penyakit diare infeksinya jauh lebih kecil. 10

Berdasarkan Ditjen PPM & PL tahun 2005 bahwa KLB diare yang paling tinggi yang paling besar terjadi pada daerah NTT dengan jumlah penderita 2.194 orang dengan CFR sebesar 1,28% diikuti oleh Kota Banten dengan jumlah pederita 1.371 orang dan CFR 1,9% . Hali ini di sebabkan tingkat sanitasi masyarakat yang msih rendah, dimana pada daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga aktivitas mereka terbatasi dengan minimnya persediaan air. 15

Pada tahun 2004, di Indonesia diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorum dan keracunan makanan. Angka kesakitan diare di Kalimantan Tengah dari tahun 2000-2004 fluktuatif dari 15,87 sampai 23,45. Pada tahun 2005 kasus diare 37,53% terjadi pada balita. 17

Berbagai penelitian tetang diare telah dilakukan di berbagai tempat. Hasil penelitian Kasman di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (2003) dengan desain cross sectional didapatkan proporsi diare pada anak balita sebesar 69,1%. 18


(28)

c. Waktu

Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) diare menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting. Di Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang tahun.12

Angka kesakitan diare tahun 2000 berdasarkan Survei Ditjen PPM-PL adalah 301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita diare yang dilayani dan dilaporkan selama lima tahun terakhir cenderung menurun. Sementara itu jumlah penderita diare yang dapat dihimpun dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa jumlah penderita yang dilaporkan paling tinggi yakni pada tahun 2000 sebesar 4.771.340 penderita, sedangkan jumlah penderita yang dilaporkan paling rendah yakni pada tahun 2004 sebesar 596.050 penderita. 15

2.3.2. Determinan Penyakit Diare a. Host (Penjamu)

a.1. Umur

Survei Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. 14

Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok umur < 24 bulan.16


(29)

a.2. Jenis Kelamin

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.9 Penelitian Efrida Yanthi (2001) di Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Tapanuli Selatan dengan desain cross sectional menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin anak balita dengan kejadian diare dengan nilai p=0,997.19

a.3. Status Gizi

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh terutama penyakit diare.

Hasil penelitian Elmi Haryuni (2005) dengan desain case control di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi balita dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000, OR=3,5. Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok umur < 24 bulan.20

a.4. Status imunisasi

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Untuk itu anak harus segera diberi imunisasi campak ketika berumur 9 bulan sampai anak berusia 1 tahun.


(30)

Hasil penelitian Efrida Yanthi (tahun 2001) di Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Tapanuli Selatan, yang melakukan analisis faktor resiko terhadap kejadian diare yang menggunakan desain penelitian cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Ini berarti balita yang tidak imunisasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita diare. 19 a.5. ASI Eksklusif

Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.

Hasil penelitian Dina Kamalia (2005) tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 1-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I yang menggunakan desain cross sectional, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare diman nilai p=0,003 (p<0,005).21


(31)

b. Agent11

Beberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi : b.1. Peradangan usus oleh:

b.1.1. Bakteri, seperti : Escheria coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolytius, Clostridium perferingens, Campilobacter, Staphilococcus, Streptococcus, Coccidiosis.

b.1.2. Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolyca, Giardia lambia, Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tricura, Vermiccularis, Taenia saginata, Taenia solium), jamur (Candida).

b.1.3.Virus, seperti : Rotavirus, Farvovirus, Adenovirus, Norwalk. b.2. Makanan, yaitu:

b.2.1.Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.

b.2.2. Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri (Clostridium bottulinus, Staphilococcus) atau bahan kimia.

b.2.3. Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu kaleng atau susu sapi.

b.2.4.Kekurangan energi protein (KEP).

b.3. Immunodefisiensi terutama SIg A (secretory immunoglobulin A) yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama Candida.


(32)

b.4. Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

c. Environment (Lingkungan)

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

c.1. Ketersediaan Jamban

Penelitian Dewi Ratnawati dkk ( tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko 2,550 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut dibandingkan dengan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan secara statistik bermakna. 22

c.2. Penyediaan Air Bersih

Penelitian Dewi Ratnawati dkk (tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa penggunaan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko 1,310 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut


(33)

dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih yang memenuhi syarat namun secara statistik tidak bermakna. 22

c.3. Sanitasi Lingkungan

Rendahnya mutu sanitasi lingkungan merupakan keadaan yang potensial untuk menjadi sumber penularan penyakit diare. Hasil penelitian Efrida Yanthi (tahun 2001) yang melakukan analisis hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare yang menggunakan desain penelitian cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000(p<0,05) 19

2.4. Mekanisme Penularan23

Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui:

2.4.1. Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab.

2.4.2. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk memegang makanan.

2.4.3. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya.


(34)

2.5. Tanda dan Gejala 23

Adapun tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat diare: 2.5.1. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:

1) Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari 2) Keadaan umum baik dan sadar

3) Mata normal dan air mata ada 4) Mulut dan lidah basah

5) Tidak merasa haus dan bisa minum

2.5.2. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan, dengan gejala sebagai berikut :

1) Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering 2) Kadang-kadang muntah, terasa haus

3) Kencing sedikit, nafsu makan kurang 4) Aktivitas menurun

5) Mata cekung, mulut dan lidah kering 6) Gelisah dan mengantuk

7) Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung

2.5.3. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan gejala:

1) Frekuensi buang air besar terus-menerus 2) Muntah lebih sering, terasa haus sekali 3) Tidak kencing, tidak ada nafsu makan 4) Sangat lemah sampai tidak sadar


(35)

5) Mata sangat cekung, mulut sangat kering 6) Nafas sangat cepat dan dalam

7) Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba 8) Ubun-ubun sangat cekung

2.6. Komplikasi 11

Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi, yaitu:

2.6.1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.

2.6.2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.

2.6.3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.

2.6.4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.

2.6.5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.

2.6.6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.

2.6.7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran bertambah).


(36)

2.7. Pencegahan Diare

2.7.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu:

a. Pemberian ASI 24

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.

ASI steril berbeda dengan sumber susu lain. Susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol dapat menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare .

Setiap harus diberi ASI saja rgna sampai mereka berumur 6 bulan . Setelah 6 bulan kehidupan, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambah dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu


(37)

botol. Flora usus pada bayi yang sedang menyusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Pemberian Makanan Pendamping ASI24

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

b.1. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun , memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.


(38)

b.2. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih. b.3. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa

makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

c. Menggunakan Air Bersih yang cukup 24

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

c.1. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

c.2. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan: membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber


(39)

yang digunakan, serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.

c.3. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

c.4. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan. d. Mencuci Tangan24

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

e. Menggunakan Jamban24

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

e.1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

e.2. Bersihkan jamban secara teratur.

e.3. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,


(40)

jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

f. Membuang Tinja Bayi yang Benar24

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

f.1. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

f.2. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

f.3. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.

g. Pemberian Imunisasi Campak 24

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terkahir. Hal ini sebagai akibat dari


(41)

penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio.

2.7.2. Pencegahan Tingkat Kedua ( Secondary Prevention) 25

Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit diare. Upaya yang dilkukan adalah:

a. Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin) dan kalau tidak ada berikan air matang. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.

b. Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi. Teruskan pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan.

c. Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau menderita hal berikut yaitu buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, dengan atau tinja berdarah.

d. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.


(42)

2.7.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) 25

Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai betambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh.

Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali.

Upaya yang dilakukan dalam pencegahan tingkat ketiga ini adalah:

a. Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi. Bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan intarvena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan dengan terapi oral.

b. Berikan makanan sebelum serangan diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

c. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua minggu untuk membantu pemulihan penderita.


(43)

2.8. Penatalaksanaan24

Prinsip tata laksana penderita diare yaitu: 2.8.1. Mencegah Terjadinya Dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur dan air sup.

Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada: a. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

b. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok c. Jangkauan pelayanan kesehatan

d. Tersedianya oralit

Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.

2.8.2. Mengobati Dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

2.8.3. Memberikan Makanan

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi


(44)

yang cukup. Bila tidak maka hal ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. 26

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI, anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya, anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit-sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

2.8.4. Mengobati Masalah Lain

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain: infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sitemik lain (sepsis, campak), dan kurang gizi. 26

Apabila ditemukan penderita diare disertai penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai dengan indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.


(45)

2.9. Pemutusan Rantai Penularan23

Upaya yang perlu dilakukan untuk memutuskan rantai penularan diare yaitu: 2.9.1. Penyediaan air bersih dengan memperhatikan syarat-syarat lokasinya,

termasuk cara penyimpanannya untuk mencegah kontaminasi.

2.9.2. Pembuangan air limbah, penggunaan jamban keluarga dan kebersihan perorangan serta rumah tangga ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan masyarakat dengan pesan utama antara lain memasak air minum, membiasakan mencuci tangan sebelum makan.

2.9.3. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam perawatan anak yang berkaitan dengan pencegahan diare.

2.9.4. Perlu promosi penggunaan ASI yang lebih gencar, dan dalam penyuluhan promosi penggunaan ASI ditekankan pula mengenai pemberian makanan pendamping ASI (PASI) setelah bayi berumur 6 bulan.


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Dari teori dan beberapa penelitian terdahulu di susun kerangka teori yang merupakan alur pikir peneliti, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare seperti terlihat di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Ibu:

Umur Pendidikan Pekerjaan

Kejadian diare Faktor Balita:

Umur

Jenis Kelamin Status Gizi Status Imunisasi ASI Eksklusif

Faktor lingkungan: Ketersediaan jamban Sanitasi lingkungan Penyediaan air bersih


(47)

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Kejadian diare yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali dalam sehari yang terjadi pada anak balita dalam 1 bulan terakhir.

3.2.2. Umur anak balita adalah umur dari anak balita termuda pada saat pengumpulan data yang dikelompokkan berdasarkan rumus Sturgess.

Dalam analisa statistik, umur balita dikelompokka n menjadi: 1. <24 bulan

2. ≥24 bulan

3.2.3. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin anak balita, dibedakan atas: 1. Laki-laki

2. Perempuan

3.2.4. Status gizi yaitu keadaan gizi anak balita yang ditentukan dengan pengukuran antropometri berat badan menurut umur (BB/U). Diinterpretasikan menurut WHO NHCS dan dikelompokkan atas atas:

1. Gizi lebih, bila : Z – Score > +2 SD

2. Gizi baik, bila : ≥ -2 SD Z - Score ≤ +2 SD 3. Gizi kurang, bila : < - 2 SD Z - Score ≥ -3 SD 4. Gizi buruk, bila : Z – Score < - 3 SD

Dalam analisa statistik, status gizi balita dikategorikan atas :

1. Status gizi buruk : jika anak mempunyai status gizi kurang dan buruk. 2. Status gizi baik : jika anak mempunyai status gizi baik dan gizi lebih.

3.2.5. Status imunisasi yaitu jenis imunisasi yang sudah didapatkan oleh balita. Dalam hal ini dikhususkan imunisasi campak karena campak sering disertai diare. Waktu pemberian imunisasi campak dimulai pada umur 9 bulan. Dinilai


(48)

dengan cara melihat KMS serta wawancara dengan ibu balita. Dibagi dalam 2 kategori:

1. Tidak, bila anak balita tidak mendapatkan imunisasi campak. 2. Ya, bila anak balita mendapatkan imunisasi campak

3.2.8. ASI Eksklusif adalah tindakan ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif selama 6 bulan kepada bayi yang dikategorikan menjadi :

1. Tidak 2. Ya

3.2.7. Umur ibu adalah umur ibu pada saat pengumpulan data yang dikelompokkan berdasarkan rumus Sturgess.

Untuk analisa statistik, umur ibu dikategorikan berdasarkan nilai median dari umur ibu yaitu:

1. < 30 tahun 2. ≥ 30 tahun

3.2.10. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang telah dicapai oleh ibu yang terbagi atas tingkatan :

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat

3. Tamat SLTP/sederajat 4. Tamat SLTA/sederajat 5. Tamat Diploma/ Sarjana

Untuk analisa statistik, pendidikan ibu dikategorikan menjadi:

1. Pendidikan rendah : jika pendidikan responden tidak sekolah, tamat SD dan SLTP.

2. Pendidikan tinggi : jika pendidikan responden tamatan SLTA, diploma, dan sarjana.


(49)

3.2.11. Pekerjaan adalah aktivitas/ kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh ibu pada saat dilakukan survei, yang di kelompokkan atas :

1. Pegawai Negri 2. Karyawan/buruh 3. Petani

4. Wiraswata

5. Tidak bekerja/Ibu rumah tangga

Dalam analisa statistik, pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi:

1. Bekerja : Pegawai negri, karyawan/buruh, petani, wiraswasta 2. Tidak bekerja : Tidak bekerja/ibu rumah tangga

3.2.10. Ketersediaan jamban yaitu kepemilikan jamban atau ada tidaknya jamban untuk setiap rumah tangga. Pengukuran dilakukan dengan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 5 buah. Jika jawaban A diberi nilai 2, dan jika jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi 10 dan skor terendah 5. Berdasarkan skoring maka ketersediaan jamban dikategorikan: (lihat lampiran instrumen)

1. Buruk : jika responden mendapat nilai <8 2. Baik : jika responden mendapat nilai ≥8

3.2.11. Sanitasi lingkungan yaitu keadaan kebersihan lingkungan rumah. Pengukuran dilakukan dengan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 5 buah. Jika jawaban A diberi nilai 2, dan jika jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi 10 dan skor terendah 5. Berdasarkan skoring maka sanitasi lingkungan dikategorikan: (lihat lampiran instrumen)

3. Buruk : jika responden mendapat nilai <8 4. Baik : jika responden mendapat nilai ≥8


(50)

3.2.12. Penyediaan air bersih yaitu keadan penggunaan dan pengolahan air bersih sebelum dikonsumsi atau dipergunakan untuk kepentingan lain. Pengukuran dilakukan dengan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 4 buah. Jika jawaban A diberi nilai 3, jika jawaban B diberi nilai 2, dan jika jawaban C diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi 12 dan skor terendah 4. Berdasarkan skoring maka penggunaan air bersih dikategorikan: (lihat lampiran instrumen)

1. Buruk : jika responden mendapat nilai <9 2. Baik : jika responden mendapat nilai ≥9


(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dan menggunakan desain cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita di daerah tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2010. Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data serta penyusunan laporan akhir penelitian.


(52)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12-59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang terdiri dari 14 lingkungan dan berjumlah 1.470 balita .

4.3.2. Sampel a. Besar Sampel

Sampel adalah anak balita berusia 12-59 bulan dari keluarga yang tinggal di lingkungan 14 Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

Untuk menghitung besar sampel minimal digunakan rumus sebagai berikut:27 n =

d2

Z21-α/2 p(1-p)

Keterangan :

N = Besar sampel

p = proporsi populasi (0,5)

d = Delta, presisi, absolute atau margi of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (0,1)

Z1-α/2 = Statistik Z (misalnya Z= 1,96 untuk α=0,05)

Maka besar sampel adalah : n = (

0,12 1,96)2 x 0,5 x 0,5

= 0,01

0,96


(53)

Besar sampel minimal biasanya diperoleh dari besar sampel ditambah 10%. Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 106 anak

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti. Oleh karena keterbatasan waktu dan dana maka peneliti memilih lingkungan 14 dengan pertimbangan bahwa lingkungan 14 memiliki jumlah balita yang terbanyak yaitu sebesar 110 orang, memenuhi besar sampel minimal yang di butuhkan, penduduknya mempunyai karakteristik yang sama dengan penduduk di lingkungan lainnya dari segi pekerjaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi. Dalam hal ini semua lingkungan dianggap mempunyai risiko penularan yang sama terhadap kejadian diare.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu anak balita mengenai kejadian diare selama satu bulan terakhir pada anak balita berusia 12-59 bulan dengan menggunakan kuesioner yang meliputi: umur anak balita, jenis kelamin, status gizi balita, status imunisasi, ASI eksklusif, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih. (lihat dalam lampiran).


(54)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari:

a. Puskesmas Pembantu Kelurahan Tanjung Sari tentang laporan kesakitan diare.

b. Data umum, sebagai data demografi dan geografi lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kelurahan Tanjung Sari..

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang sudah terkumpul di olah secara manual dan dilanjutkan dengan bantuan computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang dilakukan adalah:

4.5.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menghitung rasio prevalens. Untuk mengetahui ada tidaknya kemaknaan dilakukan uji Chi-Square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05).

Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus : 28 RP = A/(A+B) : C/(C+D)


(55)

Keterangan :

A/(A+B) = proporsi ( prevalens ) subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami diare

C/(C+D) = proporsi ( prevalens ) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami diare

4.5.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression) untuk mencari faktor risiko yang paling dominan pada beberapa variabel yang dilakukan secara bersama-sama terhadap terhadap kejadian diare. Tahapan analisis multivariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:29

a. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian diare adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25.

b. Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare, variabel yang akan dimasukkan adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,05.

Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan secara serentak variabel independen menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25). Variabel independen tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap (Backward Selection) sampai tidak ada lagi variabel independen yang mempunyai nilai p > 0,05.


(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian30 5.1.1 Geografis

Kelurahan Tanjung Sari terletak di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dengan luas wilayah 520 km2 dan memiliki 14 lingkungan.

Batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Sari adalah :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang Tanjung Selamat.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Medan Selayang I dan Medan Selayang II.

c. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Simpang Selayang dan Sempakata.

5.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di Kelurahan Tanjung Sari sebanyak 27.108 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 13.778 jiwa (48,01%) dan perempuan sebanyak 13.330 jiwa (51,99%). Secara rinci data kependudukan di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat pada di bawah ini :


(57)

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009

5.1.3. Sarana dan Prasarana a. Sarana Kesehatan

Kelurahan Tanjung Sari memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 RS Swasta 2

2 Klinik Bersalin 8

3 Praktek Dokter 4

4 Apotik 6

5 Toko Obat 1

6 Posyandu 9

7 Puskesmas Pembantu 1

Jumlah 31

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang paling banyak adalah posyandu yaitu sebanyak 9 unit, dan yang paling sedikit adalah puskesmas pembantu dan toko obat yaitu masing-masing 1 unit.

No Jenis Kelamin Total

f %

1 Laki 13.778 48,01

2 Perempuan 13.330 51,99


(58)

b. Sarana Pendidikan

Kelurahan Tanjung Sari memiliki beberapa sarana pendidikan. Jumlah sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Sarana Pendidikan di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2009

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 TK 7

2 SD 7

3 SMP 5

4 SMA/SMK 4

5 Perguruan Tingggi 2

Jumlah 25

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tersedia sarana pendidikan berupa Taman Kanak-kanak 7 unit, Sekolah Dasar (SD) 7 unit, SMP 5 unit, SMA/SMK 4 unit, dan Perguruan Tinggi 2 unit.

5.2. Analisis Univariat 5.2.1. Kejadian Diare

Prevalensi kejadian diare pada anak balita dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.4. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kejadian Diare di Kelurahan

Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Kejadian Diare f %

1 2

Diare Tidak Diare

42 68

38,2 61,8

Total 110 100,0

Dari hasil wawancara terhadap 110 ibu yang punya anak balita diperoleh 42 orang anak balita yang menderita diare. Prevalens rate diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010 dalam satu bulan terakhir 38,2%.


(59)

5.2.2. Karakteristik Anak Balita

Karakteristik anak balita meliputi umur anak balita, jenis kelamin anak balita, status gizi anak balita, pemberian imunisasi campak pada anak balita, pemberian ASI eksklusif pada anak balita dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

Karakteristik Anak Balita

Kejadian Diare Total

Diare Tidak diare

f % f % f %

Umur (bulan) : 12-19 20-27 28-35 36-43 44-51 52-59 20 5 4 8 3 2 47,6 11,9 9,5 19,1 7,1 4,8 21 13 11 10 7 6 30,9 19,1 16,2 14,7 10,3 8,8 41 18 15 18 10 8 37,3 16,4 13,6 16,4 9,1 7,2

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 17 25 40,5 59,5 39 29 57,4 42,6 56 54 50,9 49,1

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Status Gizi Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk 1 34 5 2 2,4 81,0 11,9 4,8 5 43 19 1 7,4 63,2 27,9 1,5 6 77 24 3 5,5 70,0 21,8 2,7

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Imunisasi Campak Tidak Ya 12 30 28,6 71,4 7 61 10,3 89,7 19 91 17,3 82,7

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

ASI Eksklusif Tidak Ya 41 1 97,6 2,4 56 12 82,4 17,6 97 13 88,2 11,8


(60)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa anak balita terbanyak pada kelompok umur 12 – 19 bulan yaitu sebesar 37,3%, dan terendah pada kelompok umur 52 – 59 bulan yaitu sebesar 7,2%.

Ratio anak balita laki-laki terhadap anak balita perempuan adalah 56 : 54 = 1,04. Proporsi anak balita laki-laki sebesar 50,9% sedangkan proporsi anak balita perempuan sebesar 49,1%.

Proporsi anak balita dengan yang terbanyak adalah dengan status gizi baik yaitu sebesar 70,0%, dan yang terendah adalah pada anak balita dengan status gizi buruk yaitu sebesar 2,7%.

Proporsi anak balita yang mendapat imunisasi campak yaitu sebesar 82,7% sedangkan proporsi anak balita yang tidak mendapat imunisasi campak yaitu sebesar 17,3%.

Proporsi anak balita yang tidak mendapat ASI eksklusif sebesar 88,2% sedangkan proporsi anak balita yang mendapat ASI eksklusif sebesar 11,8%.


(61)

5.2.3. Karakteristik Ibu dari Anak Balita

Karakteristik ibu meliputi umur ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu anak balita terbanyak pada kelompok umur 27 – 34 tahun yaitu sebesar 50,0%, dan yang terendah pada kelompok umur 43-46 tahun yaitu sebesar 0,9%. Pendidikan terakhir ibu anak balita terbanyak adalah tamatan SLTA/sederajat yaitu sebesar 63,6%, dan yang terendah adalahtidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 1,4%. Pekerjaan ibu anak balita

Karakteristik Ibu Kejadian Diare Total

Diare Tidak diare

f % f % f %

Umur (bulan) : 19-26 27-34 35-42 43-46 10 23 8 1 23,8 54,8 19,0 2,4 20 32 16 0 29,4 47,1 23,5 0 30 55 24 1 27,3 50,0 21,8 0,9

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Pendidikan:

Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat Diploma/Sarjana 1 4 9 23 5 2,4 9,5 21,4 54,8 11,9 1 3 9 47 8 1,5 4,4 13,2 69,1 11,8 2 7 18 70 13 1,8 6,4 16,4 63,6 11,8

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Pekerjaan: Pegawai Negeri Karyawan/buruh Petani

Wiraswasta

Tidak bekerja/ibu rumah tangga 1 3 2 8 28 2,4 7,1 4,8 19,0 66,7 2 4 0 10 52 2,9 5,9 0 14,7 76,5 3 7 2 18 80 2,7 6,4 1,8 16,4 72,7


(62)

terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 72,7% dan yang terendah adalah sebagai petani yaitu sebesar 1,8%

5.2.4 Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan meliputi ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan, dan penyediaan air bersih dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 110 responden didapatkan rumah dengan kategori jamban yang baik yaitu sebesar 90,9%, sedangkan rumah dengan kategori jamban yang buruk yaitu sebesar 9,1%. Sanitasi lingkungan responden terbanyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 89,1% sedangkan 10,9% berada pada kategori buruk. Tingkat penyediaan air bersih responden terbanyak pada kategori baik yaitu sebesar 83,6%, sedangkan 16,4% berada pada kategori buruk.

Karakteristik Lingkungan

Kejadian Diare Total

Diare Tidak diare

f % f % f %

Ketersediaan Jamban : Buruk Baik 6 36 14,3 85,7 4 64 5,9 94,1 10 100 9,1 90,9

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Sanitasi Lingkungan: Buruk Baik 5 37 11,9 88,1 7 61 10,3 89,7 12 98 10,9 89,1

Total 42 100,0 68 100,0 110 100,0

Penyediaan Air Bersih: Buruk Baik 6 36 14,3 85,7 12 56 17,6 82,4 18 92 16,4 83,6


(1)

lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.

7.1.6. Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).

7.2. SARAN

7.2.1. Melalui Puskesamas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi terutama imunisasi campak.

7.2.2. Meningkatkan pengetahuan para ibu tentang pentingnya memberikan ASI Eksklusif kepada bayi karna bayi yang ASI eksklusif akan terbentuk antibodi sehingga tahan terhadap penyakit infeksi seperti diare.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta

2. Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 3. WHO. The World Health Report 2005, 2005.

4. Dinkes, 2004. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2003. Medan. 5. Dinkes, 2006. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2005.

Medan.

6. Dinkes, 2006. Profil Kesehatan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Tahun 2003. Medan.

7. Puskesmas Padang Bulan Selayang II, 2010. Laporan Kegiatan SP2TP di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2009. Medan 8. Pukesmas Pembantu Tanjung Sari, 2009. Profil Kesehatan Puskesmas

Pembantu Tanjung Sari Tahun 2008. Medan.

9. Suharyono, dkk. 1988. Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FK UI.

10.Soegianto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak-Diagnosa dan Penatalaksanaan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

11.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Buku kuliah I. Infomedika. Jakarta.

12.Widoyono. 2008. Penyakit Tropis-Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Penerbit Erlangga. Jakarta.

13.Suharyono, 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorium. Rineka Cipta. Jakarta.

14.Depkes RI, 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1216/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ke-4. Jakarta.


(3)

15.Depkes RI, 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi Ketiga. Ditjen PPM & PL. Jakarta

16. Zulkifli. 2003. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare untuk Menentukan Kebijakan Penanggulangan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Tahun 2003. Magister IKM Pasca Sarjana USU, Medan

17. Dinkes, 2006. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah 2005. Palangkaraya.

18. Kasman. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat Tahun 2003 .www.usu.ac.id

19.Yanthi, Efrida. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi, FKM USU.

20. Haryuni, Elmi. 2005. Strategi Penurunan Insiden Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005. Tesis Program Pasca Sarjana USU, Medan.

21. Kamalia, Dina. 2005. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Tahun 2004/2005. Skripsi, Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. 22. Ratnawati, Dewi dkk. Faktor Resiko Kejadian Diare Akut pada Balita di

Kabupaten Kulon Progo. http:

23. Depkes RI, 1999. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare dalam Repelita VI. Dirjen PPM dan PLP. Jakarta

24. Depkes RI, 2001. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Ditjen PPM & PLP. Jakarta.

25. Pohan, Ikrimah, 2007. Karakteristik Penderita Diare yang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan Tahun 2006. Skripsi FKM USU, Medan.

26. Ranuh, Reza. Dkk, 2004. Managemen Diare pada Bayi dan Anak.


(4)

27. Lwanga.S.K and S. Lemeshow. 1991. Sample Size Determination in Health Studies. WHO. Geneva.

28. Ariawan, Iwan, Tinjauan Statistik Metode Survei Cepat. FKM UI bekerja sama dengan Depkes RI.

29. Miskey and Greenland dalam Yasril, Heru Subaris Kasjono. 2009. Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia

Offset. Yogyakarta

30. Profil Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2008. Medan 2009.

31. Zakaria. 2005. Strategi Penangggulangan Kejadian Diare Berdarah pada Balita dengan Pendekatan Faktor Resiko di Kota Lhokseumawe Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Tesis Program Pasca Sarjana USU, Medan.

32. Mey Yati, S. 2003. Analisis faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kota Sibolga Tahun 2003. Tesis Program Pasca Sarjana Epidemiologi USU, Medan


(5)

KUESIONER

ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

No Var Pertanyaan Kode Nilai

1 No ID

2 Nama Ibu

3 Umur ibu (tahun)

4 Tingkat pendidikan

responden

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat

3. Tamat SLTP/sederajat 4. Tamat SLTA/sederajat 5. Akdemik/ Sarjana

5 Pekerjaan responden 1. Pegawai Negri

2. Karyawan/buruh 3. Petani

4. Wiraswasta

5. Tidak bekerja/ibu rumah tangga

6 Nama balita

7 Umur Balita (bulan)

8 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

9 Berat badan saat ini

(gram)

10 Apakah balita menderita

diare dalam 1 bulan terakhir?

1. Ya 2. Tidak

11 Apakah balita ibu

mendapat imunisasi campak?

1. Ya 2. Tidak

12 Apakah sampai umur 6

bulan, Ibu memberikan ASI saja kepada balita Ibu?

1. Ya 2. Tidak Ketersediaan jamban

13 KJ1 Apakah di rumah Ibu

tersedia jamban?

1. Ya 2. Tidak

2 1

14 KJ2 Jenis jamban apa yang Ibu

pergunakan?

1. Leher angsa 2. Cemplung,cubluk

2 1

15 KJ3 Apakah Ibu dan balita

menggunakan jamban jika buang air besar?

1. Ya, kadang-kadang 2. Tidak

2 1

16 KJ4 Bagaimana keadaan jamban

yang Ibu miliki?

1. Tertutup 2. Terbuka

2 1


(6)

Sanitasi Lingkungan

18 SL1 Dimanakah Ibu dan

keluarga membuang sampah

1. Tong sampah/lobang

sampah/dikumpulkan di suatu tempat lalu dibakar

2. Sungai/kali/parit/sembarang tempat

2

1

19 SL2 Apakah rumah Ibu

memiliki saluran air limbah?

1. Ya 2. Tidak

2 1

20 SL3 Bagaimana keadaan

saluran air tersebut?

1. Tertutup 2. Terbuka

2 1

21 SL4 Apakah pekarangan Ibu

sering dikotori ternak atau hewan yang buang kotoran?

1. Tidak 2. Ya

2 1

22 SL5 Apakah pekarangan rumah

Ibu sering dibersihkan?

1. Ya 2. Tidak

2 1 Penyediaan Air Bersih

23 PAB1 Darimanakah ibu

memperoleh air untuk keperluan memasak?

1. Air PAM 2. Sumur 3. Kali/sungai

2 3 1 24 PAB2 Apakah air tersebut dipakai

bersama sama dengan orang lain?

1. Tidak

2. Kadang-kadang 3. Ya

3 2 1

25 PAB3 Sebelum digunakan,

dimanakah biasanya Ibu menyimpan air tersebut?

1. Selalu dalam wadah tertutup 2. Kadang-kadang dalam wadah

tertutup

3. Selalu dalam wadah terbuka

3 2 1

26 PAB4 Apakah air yang digunakan

untuk keperluan balita itu dimasak hingga mendidih?

1. Ya, selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak

3 2 1