Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SIRKUMSISI PADA ANAK LAKI-LAKI DI KELURAHAN PERINTIS KECAMATAN

MEDAN TIMUR TAHUN 2010

Oleh :

SYAIFUDDIN NASUTION 070100363

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SIRKUMSISI PADA ANAK LAKI-LAKI DI KELURAHAN PERINTIS KECAMATAN

MEDAN TIMUR TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SYAIFUDDIN NASUTION 070100363

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

ABSTRAK

Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia menurut WHO umur yang paling sering adalah 5-12 tahun.dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7juta) dan Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan Negara islam terbesar dan sirkumsisi memilki banyak manfaat salah satunya mencegah AIDS dan kanker serviks.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional.Sampel dalam penelitian ini adalah Orang Tua di Kelurahan Perintis Kecamatan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (>75%), sedang (40-75%), kurang (<40%).

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan orang tua tentang sunat pada anak laki-laki di kelurahan perintis kecamatan medan timur tahun 2010.

Pada penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sunat.orang tua laki-laki baik adalah 8 orang (66,7%) dan yang sedang adalah 20 orang (52,6%) dari 28 orang tua laki-laki dan orang tua perempuan baik 4 orang (33,3%) dan sedang sebanyak 18 orang (47,4%) dari 22 orang tua perempuan

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan orang tua adalah sedang. Untuk itu kepada petugas kesehatan agar lebih banyak lagi membuat penyuluhan dan lebih memperbanyak informasi untuk orang tua.


(4)

ABSTRACT

Medically there is no age limit to perform circumcision. In Indonesia, according to WHO's most frequent age is 5-12 years.dan many boys to perform circumcision was 85% (8.7 million) and Indonesia only 10.2 million (12%) was lower than other countries. Though Indonesia is the largest Islamic country and circumcision has many benefits one of them to prevent AIDS and cervical cancer.

This study is a descriptive design with cross sectional.Sampel in this study were parents at Pioneer Village District. Samples taken using total sampling technique. Data collected by giving questionnaire, then the results tabulated and made processing at each answer. Scores of each were analyzed, the results generated in the form of a percentage, then interpreted by a qualitative scale with both criteria (> 75%), moderate (40-75%), less (<40%).

This study aims to assess the level of parental knowledge about circumcision on male children in a pioneer village district east field in 2010. It was found that the level of parental knowledge about sunat.orang good old boys were 8 persons (66.7%) and the medium is 20 people (52.6%) of 28 elderly male and female parents both 4 people (33.3%) and were as many as 18 people (47.4%) of 22 elderly women.

From these studies can be seen that the level of parental knowledge is moderate. For that to health workers for making education more and more information for parents reproduce


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Erjan Fikri,Sp.B Sp.BA, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Lita Feriyawati, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak Rushendra, S.Sos selaku Kepala Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur.

5. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Darmansya Nasution dan ibunda saya Hj. Farida Hanum serta saudara-saudara saya atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

7. Seluruh Orang Tua yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner pada penelitian ini.


(6)

8. Seluruh teman-teman saya khususnya teman-teman Stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAC ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Defenisi ... 5

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 5

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 6

2.2. Orang Tua... 7

2.3. Anak ... 7

2.4. Sirkumsisi ... 7

2.5. Manfaat dari Sirkumsisi dan Faktor Penghambat dalam Sirkumsisi ... 9

2.6. Indikasi ... 9

2.6.1. Agama ... 9

2.6.2. Medis ... 9

2.7. Kontraindikasi ... 10

2.7.1. Kontraindikasi Mutlak... 10

2.7.2. Kontraindikasi Relatif ... 11

2.8. Prinsip Dasar dalam Melakukan Sirkumsisi ... 11

2.8.1. Persiapan Operator ... 11

2.8.2. Persiapan Pasien... 11

2.8.3. Alat-alat yang diperlukan dalam Sirkumsisi ... 12

2.9. Evaluasi Kelayakan ... 12

2.10. Teknik dalam Sirkumsisi ... 12

2.10.1. Teknik Dorsumsisi ... 13

2.10.2. Teknik Klasik ... 15

2.10.3. Perawatan dalam Sirkumsisi ... 16


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI

OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Defenisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Rancangan Penelitian ... 22

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

4.3. Populasi Penelitian ... 22

4.4. Kriteria Penelitian ... 22

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 23

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.2. Hasil Analisa Data ... 27

5.2.1. Distribusi Pengetahuan Responden ... 27

5.3. Pembahasan ... 31

5.3.1. Tingkat Pengetahuan orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec. Medan Timur ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Jumlah Orang yang Sudah Melakukan SIrkumsisi Berdasarkan

Data WHO ... 8

3.1. Kuesioner Gambaran Pengetahuan Orangtua Tentang Sirkumsisi pada Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis

Kecamatan Medan Timur ... 21

5.1. Distribusi Pendidikan Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak

Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec. Medan Timur ... 25

5.2. Distribusi Agama Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak

Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec. Medan Timur ... 26

5.3. Distribusi Umur Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak

Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec. Medan Timur ... 26

5.4. Distribusi Jenis Kelamin Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada

Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec. Medan Timur ... 27

5.5. Distribusi Frekuensi Persentase Pendidikan Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec.

Medan Timur ... 27

5.6. Distribusi Frekuensi Persentase Agama Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec.

Medan Timur ... 28

5.7. Distribusi Frekuensi Persentase Umur Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis Kec.

Medan Timur ... 28

5.8. Distribusi Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Orangtua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-laki di Kelurahan Perintis

Kec. Medan Timur ... 29

5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 29

5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Defenisi,

Indikasi, dan Kontraindikasi ... 29

5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Pengetahuan


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Dorsumsisi... 14


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti 2. Kuesioner

3. Informed Consent 4. Surat Izin Penelitian 5. Data Induk


(12)

ABSTRAK

Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia menurut WHO umur yang paling sering adalah 5-12 tahun.dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7juta) dan Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan Negara islam terbesar dan sirkumsisi memilki banyak manfaat salah satunya mencegah AIDS dan kanker serviks.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional.Sampel dalam penelitian ini adalah Orang Tua di Kelurahan Perintis Kecamatan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (>75%), sedang (40-75%), kurang (<40%).

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan orang tua tentang sunat pada anak laki-laki di kelurahan perintis kecamatan medan timur tahun 2010.

Pada penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sunat.orang tua laki-laki baik adalah 8 orang (66,7%) dan yang sedang adalah 20 orang (52,6%) dari 28 orang tua laki-laki dan orang tua perempuan baik 4 orang (33,3%) dan sedang sebanyak 18 orang (47,4%) dari 22 orang tua perempuan

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan orang tua adalah sedang. Untuk itu kepada petugas kesehatan agar lebih banyak lagi membuat penyuluhan dan lebih memperbanyak informasi untuk orang tua.


(13)

ABSTRACT

Medically there is no age limit to perform circumcision. In Indonesia, according to WHO's most frequent age is 5-12 years.dan many boys to perform circumcision was 85% (8.7 million) and Indonesia only 10.2 million (12%) was lower than other countries. Though Indonesia is the largest Islamic country and circumcision has many benefits one of them to prevent AIDS and cervical cancer.

This study is a descriptive design with cross sectional.Sampel in this study were parents at Pioneer Village District. Samples taken using total sampling technique. Data collected by giving questionnaire, then the results tabulated and made processing at each answer. Scores of each were analyzed, the results generated in the form of a percentage, then interpreted by a qualitative scale with both criteria (> 75%), moderate (40-75%), less (<40%).

This study aims to assess the level of parental knowledge about circumcision on male children in a pioneer village district east field in 2010. It was found that the level of parental knowledge about sunat.orang good old boys were 8 persons (66.7%) and the medium is 20 people (52.6%) of 28 elderly male and female parents both 4 people (33.3%) and were as many as 18 people (47.4%) of 22 elderly women.

From these studies can be seen that the level of parental knowledge is moderate. For that to health workers for making education more and more information for parents reproduce


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah “sunat” atau “supit”, merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan dan tidak hanya orang islam tetapi orang-orang Yahudi, Nasrani dan agama lainnya sekarang juga banyak yang menjalaninya karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan (Hana,tahun 2008).Sirkumsisi diwajibkan bagi agama islam tetapi dengan banyaknya manfaat dari berbagai penelititan membuat orang-orang yang di luar Islam.

Pengertian sirkumsisi sendiri adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka.Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. (Purnomo, tahun 2003). Sirkumsisi adalah membuang kulit yang menutupi glans penis dengan tujuan menjalankan syari’at Islam ataupun indikasi medis.

Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia menurut WHO umur yang paling sering adalah 5-12 tahun.dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7juta) dan Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan Negara islam terbesar dan sirkumsisi memilki banyak manfaat (WHO,tahun 2007).Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas Islam di lihat dari hasil penelitian WHO Indonesia masih sedikit melakukan sirkumsisi daripada Negara lain berarti tidak adanya informasi yang diberikan kepada masyarakat bahawa sirkumsisi memilki begitu banyak manfaat terutama mencegah AIDS dan kanker serviks dan Indonesia termasuk salah satu angka penyakit seks menular di Asia Tenggara

Sirkumsisi ini bertujuan sebagai pelaksana ibadah/ritual atau bertujuan medis, dan secara medis sirkumsisi ini dimaksudkan untuk:


(15)

1. menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine 2. mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis 3. mencegah timbulnya karsinoma penis.

Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah: 1) fimosis atau parafimosis, 2)

kondiloma akuminata, 3) karsinoma penis, sedangkan kontraindikasinya adalah

1) hipospadia, 2) epispadi, 3) korde, 4) megalouretra; sedangkan kelainan pembekuan darah merupakan kontraindikasi relatif untuk tindakan ini ( Purnomo, tahun 2003) .

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker serviks. Penelitian lanjutan tentu akan semakin membuka mata lebar-lebar dari para praktisi kesehatan bahwa sirkumsisi juga sangat bermanfaat bagi kaum hawa (Hana,tahun 2008). Di lihat dari berbagai manfaat dan berbagai penelitian. Sirkumsisi bermanfaat mencegah AIDS dan kanker serviks yang di mana kedua penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan di seluruh dunia

Walupun sirkumsisi memiliki banyak manfaat tetapi ada juga yang menjadi penghambat bagi orang tua untuk tidak melakukan sirkumsisi pada anak mereka antara lain: 1) Takut terhadap resiko atau komplikasi dalam sirkumsisi, 2) Kepercayaan bahwah prepusium itu di butuhkan, 3) Kepercayaan bahwa sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks (AAP,tahun 2010).

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan sirkumsisi, sehingga sirkumsisi menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing( Hana,tahun 2008).Walaupun banyak hambatan untuk melakukan sirkumsisi tetapi semakin lama ilmu di bidang kesehatan semakin berkembang akan dapat menyelesaikan hambatan dari orang tua untuk melakukan sirkumsisi dengan cara memberikan informasi yang berguna bagi orang tua


(16)

Di lihat dari manfaat sirkumsisi yang begitu banyak terutama mencegah AIDS dan kanker serviks, banyaknya faktor penghambat, dan masih kurangnya kesadaran untuk melakukan sirkumsisi maka penulis tertarik mengambil judul “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sunat Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010“.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: “Sejauh Mana Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak laki-laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010 ?”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang manfaat sirkumsisi

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua untuk indikasi dan kontra indikasi dalam sirkumsisi

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang persiapan dalam melakukan sirkumsisi.

4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dalam melakukan sirkumsisi.

5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang tindakan pasca sirkumsisi

1.4Manfaat Penelitian 1. Bagi Orang Tua

- Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan orang tua tentang sirkumsisi


(17)

- Dengan ada penelitian ini peneliti berharap orang tua mau dan tidak takut lagi agar anaknya disirkumsisi

2. Bagi Peneliti

Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya tentang sirkumsisi dan dapat menerapkannya di masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat melanjutkan penelitian ini lebih sempurna lagi dan memperbaiki kelemahan yang ada dalam penelitian ini


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tau, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007, hal 143).

2.1.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.

3. Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang di dapat (Mubarak, 2006, hal 114)

4. Sumber informasi

Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005, hal 3).


(19)

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara coba salah (Trial dan Error)

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah cara coba-salah “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi-generasi berikutnya.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

4. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.


(20)

b. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan

Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah (Notoadmodjo, 2005, hal 10)

2.2Orang Tua

Orang tua adalah komponen yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantar anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat.

2.3Anak

Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun kecuali berdasarkan UU yang berlaku bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (Konvesi Hak Anak PBB).

2.4 Sirkumsisi

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat ( Purnomo, 2003, hal 240).Di Indonesia, sirkumsisi sebagian besar di lakukan oleh agama. Sirkumsisi merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia orang-orang Yahudi dan Nasranipun sekarang juga banyak yang menjalaninya karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan ( Hana,tahun 2008).

Secara medis tidak ada batasan umur berapa yang boleh di sirkumsisi.Usia sirkumsisi pun dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di


(21)

India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun ( Hermana ,tahun 2000, hal 2).

Tabel 2.1. Jumlah Orang yang Sudah Melakukan Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO Tahun 2007

Negara Jumlah

(Juta)

Jumlah Orang di Luar Islam

Persen (%) Jumlah

(Juta) Angola Australia Canada Indonesia Inggris Nigeria Philipina Afrika selatan Amerika 3.44 8.05 11.79 84.98 24.22 28.75 14.87 24.22 115.56 99 98,5 96,9 12 97,3 50 95 95,5 98 3.4 7.5 11.4 10.2 23.6 17.6 27.3 14.6 113,2

Bisa dilihat dari tabel 2.1 Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan Negara islam terbesar dan sirkumsisi memilki banyak manfaat (WHO,tahun 2007).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker seviks (WHO,tahun 2007) .

Menurut Richard Bailey (2006, dua penelitian terakhir malah berhenti lebih awal, karena menunjukkan keefektifan yang tinggi tentang khitan dibanding kelompok kontrol yang menolak disirkumsisi) ( Hana,tahun 2008).

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan sirkumsisi, sehingga sirkumsisi menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan sirkumsisi sehingga proses sirkumsisi menjadi


(22)

lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing ( Hana,tahun 2008).

2.5Manfaat dari sirkumsisi dan faktor penghambat dalam sirkumsisi

Ada banyak manfaat yang menjadi alasan orang tua untuk melakukan tindakan sirkumsisi adalah:

• Membuat penis menjadi lebih bersih

• Mengurangi resiko terkena HIV

• Mengurangi resiko terkena karsinoma penis

• Mengurangi terjadinya kanker serviks

• Pencegah fimosis.

Dan ada juga yang menjadi faktor penghambat yang membuat orang tua untuk tidak melakukan tindakan sirkumsisi adalah:

• Takut terhadap resiko atau komplikasi dalam sirkmsisi

• Kepercayaan bahwa prepusium di butuhkan

• Kepercayaan bahwa sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks (AAP,tahun 2010).

2.6Indikasi 2.6.1Agama

Sirkumsisi merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang Yahudi dan Nasrani-pun dan sekarang juga banyak yang melakukannya ( Hana,tahun 2008). 2.6.2Medis

1. Fimosis

Fimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat di tarik ke belakang (proksimal)/membuka.Kadang-kadang lubang pada prepusium hanya sebesar ujung jarum, sehingga sulit untuk keluar ( Purnomo, tahun 2003). Pada 95% bayi, kulub masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis.Pada umur 3 tahun anak yang


(23)

Keadaan yang dapat menimbulkan fimosis adalah: 1) Bawaan (kongenital), paling banyak

2) Peradangan ( Purnomo, tahun 2003). 2. Parafimosis

Parafimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat ditarik ke depan (distal)/menutup.Pada keadaan ini, glan penis atau batang penis dapat terjepit oleh prepusium yang bengkak.Keadaan ini paling sering oleh peradangan.Pada parafimosis sebaiknya kita melakukan reduksi sebelum disirkumsisi ( Bachsinar, tahun 1993).

3. Kondiloma Akuminata

Kondiloma Akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada kulit genitalia eksterna.Bentuknya seperti kulit, multiple dan permukaan kasar. Faktor predisposisinya adalah perawatan kebersiahan genitalia yang buruk.Bila lesi meliputi permukaan glands penis atau permukaan dalam (mukosa) prepusium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi untuk mencegah perluasan dan kekambuhan. Lesi ringan dapat dicoba diobati dengan pedofilin topical ( Bachsinar, tahun 1993).

4. Karsinoma penis

Karsinoma penis Ada dua tipe, yaitu papiliformis (bentuk papil), dan ulseratif (bentuk ulcus) ( Bachsinar, tahun 1993).

2.7Kontraindikasi

2.7.1Kontraindikasi mutlak 1. Hipospadi

Kelainan ini merupakan kelainan muara uretra eksterna.pada hipospadi berada di ventral penis mulai dari glans penis sampai perineum.hipospadi terjadi karena kegagalan atau kelambatan penyatuan lipatan uretra digaris tengah. Insiden dari hipospadi 1 per 300 anak.(Ikatan Dokter Anak Indonesia,tahun 2008)


(24)

2. Kelainan Hemostasis

Adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelinan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis lainnya ( Herman ,tahun 2000).

2.7.2 Kontraindikasi relatif

a. Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya b. Infeksi umum

c. Diabetes mellitus ( Bachsinar, tahun 1993).

2.8 Prinsip dasar dalam melakukan sirkumsisi

Dalam melakukan sirkumsisi harus diingat beberapa prinsip dasar, yaitu 1) asepsis, 2) pengangkatan kulit prepusium secara adekuat, 3) hemostasis yang baik, dan 4) kosmetik.

Sirkumsisi yang dikerjakan pada umur neonatus (<1 bulan) dapat dikerjakan tanpa memakai anastesi, sedangakan anak yang lebih besar harus dengan memakai anestesi umum guna menghindari terjadinya trauma psikologis (Purnomo, tahun 2003).

2.8.1 Persiapan operator

1. Operator memakai pakaian yang bersih, jika mungkin baju kamar bedah 2. Mengenakan topi dan masker

3. Mencuci tangan dengan antiseptik 4. Mengenakan sarung tangan steril

5. Operator datang dari sebelah kiri pasien, sesuai dengan posisi operator pada operasi urologi

2.8.2 Persiapan pasien

1. Rambut di sekitar penis (pubes) dicukur

2. Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun

3. Pada pasien anak-anak, sebelum tindakan, perlu diadakan pendekatan agar tidak cemas dan gelisah


(25)

4. Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, penyakit terdahulu dan hal (Bachsinar, tahun 1993).

2.8.3 Alat-alat yang diperlukan dalam sirkumsisi adalah 1. Kain kasa yang steril

2. Cairan disinfekstans, seperti povidon yodium 3. Kain steril untuk mempersempit daerah operasi

4. Tabung suntik beserta jarumnya serta obat anastesi lokal 5. Satu set peralatan bedah minor ( Purnomo, tahun 2003).

2.9 Evaluasi Kelayakan

Untuk menghindari untuk diteliti dengan seksama karena dapat mengakibatkan resiko selama ataupun setelah sirkumsisi.

Hal-hal yang perlu di perhatikan : 1. Hipospadi

Hal-hal yang ditanyakan dan diperhatikan:

• Kelainan bentuk penis

• Arah pancaran air kencing

• Apakah penis melengkung bila ereksi?

Pada pemeriksaan fisik dilihat bentuk penis, meatus uretra eksterna, dan adanya korda ( Hermana ,tahun 2000).

2. Kelainan Hemostasis Hal-hal yang perlu ditanyakan :

• Riwayat perdarahan yang lama setelah luka

• Riwayat kulit mudah membiru jika terkena benturan ringan

• Riwayat gosok gigi sering berdarah ( Herman,tahun 2000). 2.10 Teknik dalam sirkumsisi

Adapun beberapa cara/teknik dalam melakukan tindakan sirkumsisi yaitu: 1) Metode Klasik, 2) Metode Dorsumsisi, 3) Metode Lonceng, 4) Metode Klamp, 5) Metode Laser, 6) Metode Flashcutter.Dan yang paling sering digunakan dalam


(26)

melakukan tindakan sirkumsisi pada sunatan masal adalah dorsumsisi dan klasik. (dr, Abu Hana,tahun 2008)

Pertama sekali yang di lakukan adalah sebagai berikut: 1) Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium 2) Daerah operasi ditutup dengan kain steril

3) Pada anak yang lebih besar atau dewasa ,pembiusan dilakukan dengan memaki anasteri local dengan menyuntikkan obat pada basis penis . obat anastesi disuntikkan dengan cara di bawah kulit dan melingakar basis ilfiltrasi di bawah kulit dan melingkari bawah kulit. Kemudian ditunggu beberapa saat dan dinyakinkan bahwa batang penis sudah terbius.

4) Jika terjadi fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehinggga prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan dari perekatannya dengan glands penis dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain.

5) Pemotongan prepusium ( B Purnomo, tahun 2003). 2.10.1 Teknik dorsumsisi

Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong prepusium pada jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian dilakukan petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis.

Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara

guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil,

sehingga hasil yang didapat juga lebih baik ( Bachsinar, tahun 1993). Keuntungan dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:

1) Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.

2) Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin.

3) Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih kecil.

4) Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah: 1) Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara guilotin 2) Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata


(27)

3) Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan gulotin ( Bachsinar, tahun 1993)

Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah: 1) Prepsium dijepit pada jam 11, 1 dan 6

2) Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis, sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali 3) Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus

4) Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcing(membentuk segitiga) 5) Perdarahan dirawat

6) Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9

7) Lakukan penjahitan frenlum-kulit dengan jahitan berbetuk angka 8.

8) Lakukan penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis ( Purnomo, tahun 2003) Pada dorsumsisi perlu diperhatikan:

1) Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan pada insisi ke lateral.

2) Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan

3) Ikatan plain cat-gut pada perwatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali, untuk mencegah terlepasnya benang dari simpul

4) Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat tumpang tindih ( Purnomo, tahun 2003).


(28)

2.10.2 Teknik klasik

Teknik klasik adalah teknik sirkumsisi dengan cara menjepit prepusium secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dapat dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut.

Cara ini lebih cepat dari cara dorsumsisi, tapi membutuhkan kemahiran tersendiri. Bila operator belum terbiasa, hasilnya akan lambat, karena harus menggunting mukosa atau kulit yang berlebihan. Pendarahan yang terjadi dengan cara ini biasanya lebih banyak, karena insisi prepusium dilakukan sekaligus (Bachsinar, tahun 1993).

Keuntungan dalam menggunakan teknik klasik ini adalah: 1) Tekniknya relatif lebih sederhana

2) Hasil insisi lebih rata

3) Waktu pelaksanaan lebih cepat

Kerugian dalam menggunaka teknik klasik ini adalah

1) Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat berlebihan, sehingga memerlukan insisi ulang

2) Ukuran mkosa-kulit tidak dapat dipastikan

3) Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang berlebihan lebih besat di bandingkan teknik dorsumsisi

4) Perdarahan biasanya lebih banyak ( Bachsinar, tahun 1993) Cara kerja dalam melakukan teknik klasik adalah:

1) Prepusium dijepit pada jam 6 dan 12

2) Klem melintang dipasang pada prepusium, secara melintang dari sumbu panjang penis. Arah klem miring dengan melebihkan bagian yang sejajar frenulum

3) Prepusium di bagian proksimal atau distal dari klem melintang diinsisi 4) Perdarahan dirawat

5) Penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis. ( Purnomo, tahun 2003) Pada metode klasik perlu diperhatikan:

1) Jepitan pada prepusium harus mengerah ke mukosa untuk mencegah mukosa yang berlebihan.


(29)

2) Klem melintang dipasang sedemikian rupa sehingga masih terdapat jarak longgar antara bagian proksimal klem dengan glans penis.

3) Klem melintang dalam posisi miring dengan melebihkan bagian sejajar frenulum, untuk mencegah frenulum terpotong secara berlebihan. 4) Ikatalah perdarahan dan jahitan mukosa-kulit ( Purnomo, tahun 2003)

Gambar 2.2. Teknik Klasik ( Purnomo, tahun 2003)

2.10.3 Perawatan terdapat dalam sirkumsisi

Obat-obatan yang terdapat dalam tindakaan sirkumsisi 1. Antibiotik

Pemberian antibiotik hanya bersifat pencegahandan pada keadaan tertentu bersifat penyembuhan. Obat yang digunakan tetrasiklin adalah ampisilin, amoksilin dan sebagainya.

2. Analgetik

Karna sirkumsisi merupakan daerah sensitif, maka pada sirkumsisi penderita akan merasakan nyeri.

Pemberian analgetik diberikan hari pertama dan kedua, terutama pagi hari. Obat yang digunakan adalah antalgin, asam mefenamat, asam asetilsalisilat.

3. Anti inflamasi

Bila ada terjadi radang maka bisa diberikan obat anti inflamasi (serapeptase dan sebagainya). Dikatakan obat ini meningkatkan daya kerja antibiotik

4. Roboransia

Dapat diberikan vitamin seperti vitamin B kompleks ditambah vitamin C dosis tinggi untuk membantuk penyembuhan. (Bachsinar, tahun 1993)


(30)

2.11 Perawatan Pasca Sirkumsisi

Sirkumsisi sekarang umumnya menggunakan benang modern yang tak perlu dilepas karena sifatnya melebur di kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada yang bisa membuat luka bekas sunat lebih cepat disembuhkan. Walau demikian, Setelah seseorang disirkumsisi, biasanya akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu sampai sepuluh hari agar bekas lukanya kering dan dapat menutup dengan sempurna. Sedangkan untuk dapat melakukan fungsi seksual dengan normal lagi butuh sekitar satu setengah bulan. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi yaitu:

1. Segeralah minum obat Analgesik

segera setelah disirkumsisi sebaiknya minumlah obat analgesik (penghilang nyeri) yang diberikan dokter untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.

Minumlah obat antibiotik secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.

2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering

Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk menghindari gesekan. Apabila sudah kencing, bersihkan ujung lubang kencing secukupnya secara perlahan, usahakan jangan mengenai luka sirkumsisi. Biasanya bercak-bercak darah bekas sirkumsisi juga akan menumpuk dan tampak seperti “borok” yang dapat mengganggu kesehatan. Jadi, sering-seringlah membersihkan penis setelah disirkumsisi. Caranya adalah dengan mengoleskan minyak habbatussauda (jinten hitam) dua kali sehari sehabis mandi. Penggunaan iodine atau rivanol untuk membersihkan luka memuaskan hasilnya.

Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu


(31)

peraslah dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut sampai terlepas.

3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal

Bekas suntikan obat anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.

4. Mengatur Makanan

Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan untuk dimakan” karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering.

Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.

Adapun pedas, mie dan minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain.


(32)

5. Tidak Perlu berlebihan

Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka pasca sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya.Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.

Berbagai cara modern yang dilakukan sekarang untuk proses sirkumsisi seperti laser ternyata bisa berakibat pada luka yang tidak menutup sempurna. Sampai sekarang proses sirkumsisi metode konvensional yang klasik cukup baik disamping juga metode klamp.

6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif

Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai penisnya sembuh total. Jadi, buat orang dewasa yang melakukan sirkumsisi di usia dewasa maka harus puasa dulu selama satu setengah bulan 7. Kontrol dan Melepas Perban

Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.

Lakukan kontrol rutin ke dokter yang mengkhitan pada hari ketiga dan pada hari kelima-ketujuh apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, baby oil atau minyak kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Kulit luka dan perban akan melunak, sehingga mudah dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri ( Hana,tahun 2008).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007, hal 143). Pengetahuan adalah salah satu tingkat di mana kita yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.

Pengetahuan sendiri memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu : 1) Pendidikan, 2) Media Massa, 3) Sosial Budaya dan Ekonomi, 4) Lingkungan, 5) Pengalaman.

Data responden dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu: baik, sedang, kurang. Dengan perincian nilai sebagai berikut :

a. Baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75% atau nilai total 31-38.

b. Sedang : apabila nilai yang diperoleh responden > 50% atau nilai total 21-30.

Gambaran Pengetahuan Orang Tua

Faktor yang mempengaruhi :

• Sumber informasi

• Tingkat pendidikan

• Lingkungan

• Budaya

Sirkumsisi Pada Anak


(34)

c. Kurang : apabila nilai yang diperoleh responden < 50% atau total nilai <20.

Skala ukur : Skala kategorikal yaitu skala ordinal.

Setiap orang tua menjawab kuesioner dengan benar akan diberi nilai 2 sedang kan yang menjawab kuesioner dengan salah akan diberi nilai 1

3.2.2 Orang tua

Orang tua adalah komponen yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga (www.damandiri.or.id). Orang tua adalah orang yang lebih tua dari kita yang menjadi panutan untuk kita. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantar anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat.

3.2.3 Anak

Menurut undang-undang No.23 Tahun 2009, definisi anak pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Undang-undang no.23, tahun 2009). Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan masih belum bisa mengambil keputusan secara sempurna. anak juga mempunyai tahapan-tahapan rentang kehidupan yaitu dari periode prenatal sampai dengan awal masa kedewasaan.

3.2.3 Sirkumsisi

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. (Purnomo, 2003, hal 240). Sirkumsisi adalah membuang prepusium dari ujung galns penis sampai melewati pangkal glans dengan batas tertentu. Sirkumsisi tidak memiliki batasan umur dan untuk di Indonesia sendiri sirkumsisi sudah dillakukan sebanyak 85% (8,7 juta) dari laki-laki umur 15 tahun atau lebih.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional untuk melihat tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi pada anak laki-laki baik manfaat, tindakan, dan lainnya.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur.Penelitian berlangsung pada bulan Maret-Desember dengan pengumpulan data pada bulan Mei-Juni.

4.3 Populasi Peneltitian 4.3.1 Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah orang tua 4.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi pada anak laki-laki di Kelurahan Perintis Kecamtan Medan Timur tahun 2010.

4.4 Kriteria Penelitian 4.4.1 Kriteria Inklusi

• Orang tua yang mempunyai anak laki-laki yang umurnya di antara 5-12 tahun

• Orang tua bertempat tinggal di Kelurahan Perintis Kecamtan Medan Timur 4.4.2 Kriteria Eksklusi

• Mahasiswa kedokteran


(36)

Teknik pengambilan sampel mengunakan non random (non probability) sampling. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sudah menetukan jumlah sampel.

n =

) 1 .( . 2 / 1 ) 1 ( ) 1 .( 2 / 1 . 2 2 2 P P Z d N P P Z N − − +

− −α α −

n = Besar sampel minimum N = Populasi

d = Kesalahan yang dapat ditolerir 2

/ 1 2 −α

Z = Nilai distribusi normal baku

n =

) 1 .( . 2 / 1 ) 1 ( ) 1 .( 2 / 1 . 2 2 2 P P Z d N P P Z N − − +

− −α α −

n =

) 5 , 0 ( ) 5 , 0 ( ) 96 , 1 ( ) 01 . 0 ( ) 201 ( ) 5 , 0 ( ) 5 , 0 ( 96 , 1 202 + ⋅ ⋅ ⋅ ⋅

n = 40 orang

Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak kurang lebih 40atau yang akurat adalah 50orang. Pada penelitian ini, sampelnya ditentukan dengan membagi jumlah populasi sebanyak 202dengan jumlah sampel sebanyak 50 dan hasilnya adalah 4. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel (Wahyuni 2007).

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sampling. Data penelitian ini diambil dengan kuesioner secara lisan dengan memilih orang tua yang memiliki anak laki-laki berumur 5-12 tahun


(37)

4.6 Pengelolahan dan Analisa Data

Data telah di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuisioner akan di olah dengan langkah-langkah, sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden.

2. Coding

Data yang telah diediting dirubah kedalam bentuk angka (kode). Nama responden dirubah menjadi nomor kode responden 01, 02,... 3. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi.

4. Scoring

Memberikan scoring terhadap jawaban-jawaban responden. Pada kuisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelumnya menentukan katagori baik, sedang, buruk sebagai tolak ukur yang akan dijadikan pemantauan pengukuran.

Setelah membuat kuesioner selanjutnya kita menghitung korelasi skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Untuk menentukan apakah suatu kuesioner itu valid atau tidak selain kita menentukan validitas kita juga menentukan berapa reliabilitasnya. Menetukan validitas dan reliabilitasnya peneliti menggunakan program SPSS.


(38)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur. Adapun Batas – batas wilayah dari Kecamatan Medan Timur:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Durian

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kesawan

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Kera Hilir

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sidodadi 5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden

Hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010 “, kuesioner diberikan kepada 50 orang tua yang mempunyai anak laki-laki berumur 5-12 tahun. Hasilnya dapat diterangkan sebagai berikut :

A. Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Sebagian besar orang tua di Kelurahan perintis kecamatan medan timur berpendidikan SMA sebanyak 23 orang (46%), dan sebagian kecil berpendidikan Smp sebanyak 6 orang (12%). Hal ini terlihat di table 5.

Tabel 5.1

Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

SMP 6 12

SMA 23 46

DIPLOMA 7 14

S1 14 28


(39)

B. Distribusi Agama Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Sebagian besar orang tua di Kelurahan perintis kecamatan medan timur beragama Islam sebanyak 30 orang (60%), dan sebagian kecil beragama Budha sebanyak 4 orang (12%). Hal ini terlihat di tabel 5.2

Tabel 5.2

Distribusi Agama Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Agama Frekuensi (n) Persen (%)

Islam 30 60

Kristen 16 32

Budha 4 8

Total 50 100

C. Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Sebagian besar orang tua di Kelurahan perintis kecamatan medan timur berumur 31-35 sebanyak 23 orang (46%), dan sebagian kecil berumur Budha sebanyak 4 orang (12%). Hal ini terlihat di tabel 5.3

Tabel 5.3

Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Umur Frekuensi(n) Persen(%)

25-30 16 32

31-35 23 46

36-40 11 22


(40)

D. Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Sebagian besar orang tua di Kelurahan perintis kecamatan medan timur berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (56%), dan sebagian kecil berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (44%). Hal ini terlihat di tabel 5.4

Tabel 5.4

Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Jenis kelamin Frekuensi (n) Persen(%)

Laki-laki 28 56

Perempuan 22 44

Total 50 100

5.2 Hasil Analisa Data

5.2.1 Distribusi Pengetahuan Responden

Setelah dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner, didapatkan distribusi tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Tabel 5.5

Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Karakteristik Sikap Total

Baik Sedang Kurang

SMP 0 6(15,8%) 0 6 SMA 2(16,7%) 21(55,3%) 0 23 DIPLOMA 1(8,3%) 7(15,8%) 0 8 S1 9(75%) 5(13,2%) 0 14 Total 12(100%) 38(100%) 0 50

Berdasarkan tabel 5.5 S1 memiliki pengetahuan lebih baik daripada semuanya S1 baik sebanyak 9 orang (75%) dan sedang sebanyak 5 orang


(41)

(13,2%). Dan memiliki pengetahuan yang rendah adalah tamatan SMP baik sebanyak 0 dan sedang sebanyak 6 orang (15,8%).

Tabel 5.6

Distribusi Agama Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Karakteristik Sikap Total

Baik Sedang Kurang

Islam 11(91.7%) 19(50.0%) 0 30 Kristen 1(8.3%) 15(39.5%) 0 16

Budha 0 4(10.5%) 0 4

Total 22(100%) 2(100%) 0 50

Berdasarkan tabel 5.6 Agama Islam memiliki pengetahuan lebih ketimbang yang lain baik sebanyak 11 orang (91.7%) dan sedang sebanyak 19 orang (50.0%) dan memiliki pengetahuan rendah adalah budha baik sebanyak 0 dan sedang 4 orang (10.5%)

Tabel 5.7

Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Karakteristik Sikap Total

Baik Sedang Kurang

25-30 4 12 0 16

31-35 5 18 0 23

36-40 3 8 0 11 Total 12 38 0 50

Berdasarkan tabel 5.7 umur 25-30 baik 4 orang dan sedang 12 orang, umur 31-35 baik 5 orang dan sedang 18 orang, dan 36-40 baik 3 orang dan sedang 8 orang.


(42)

Tabel 5.8

Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Karakteristik Sikap Total

Baik Sedang Kurang

Laki-laki 8(66,7%) 20(52,6%) 0 28 Perempuan 4(33,3%) 18(47,4%) 0 22 Total 12(100%) 38(100%) 0 50

Berdasarkan tabel 5.8 Laki-laki berpengetahuan baik 8 orang (66,7%) dan sedang 20 orang (52,6%) dan perempuan berpengetahuan baik 4 orang (33,3%) dan sedang 18 orang (47,4%)

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%) Petugas Kesehatan Media cetak Media elektronik Kegiatan setempat Keluarga Tetangga Lain-lain 5 6 2 15 8 7 7 10 12 4 30 16 14 14

Total 100 100

Sedangkan distribusi frekuensi dan persentase tiap-tiap pertanyaan tingkat pengetahuan dari responden adalah sebagai berikut :

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Defenisi, Indikasi, dan Kontraindikasi

No Pertanyaan Nilai 1 Persen(%) Nilai 2 Persen(%)

1 Anda pernah mendengar/melihat sunat

18 36 32 64

2 Dimana Anda sering melihat

sunat

35 70 15 30

3 Menurut Anda yang dimaksud

dengan sunat adalah

14 28 36 72

4 Apa yang menjadi manfaat dari

sunat


(43)

5 Apa yang menjadi indikasi untuk melakukan sunat

30 60 20 40

6 Orang yang bisa melakukan sunat 21 42 29 58

7 Yang menjadi indikasi medis 23 48 27 54

8 Selain kelainan pada kulit penis, apalagi yang menjadi indikasi medis untuk sunat

24 48 26 52

9 Menurut Anda yang menjadi

kontraindikasi dari sunat

33 66 17 34

10 Kontraindikasi lainnya 37 74 13 26

11 Kelainan letak lubang penis atau hipospadi (Kelainan letak lubang buang air kecil), yang bisa menyunat dalam keadaan ini adalah

13 26 37 74

Tabel tersebut [Tabel 5.9] menunjukkan bahwa responden berpengetahuan sedang masih banyak yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih sedikit mendapat informasi yang baik dan benar.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Pra Sirkumsisi dan Pasca Sirkumsisi

No Pertanyaan Nilai 1 Persen(%) Nilai 2 Persen(%)

12 Sebelum disunat apa yang harus

dilakukan anak pertama kali

34 68 16 32

13 Hal apa yang ditanyakan sebelum melakukan sunat

23 46 27 54

14 Persiapan apa saja yang harus

dilakukan sebelum sunat

21 42 29 58

15 Persiapan apa saja yang harus

dilakukan sebelum sunat

35 70 15 30

16 Makanan apa saja yang menjadi

larangan setelah disunat

31 62 19 38

17 Bagaimana cara membuat agar

penis tetap bersih dan kering

25 50 25 50

18 Berapa lama minum antibiotic 27 54 23 46

19 Kapan kita bisa bersihkan dengan air hangat

32 64 18 36

Tabel tersebut [Tabel 5.9] menunjukkan bahwa responden berpengetahuan sedang masih banyak yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang diberikan pelatihan untuk pra sirkumsisi maupun pasca sirkumsisi.


(44)

5.3 Pembahasan

5.3.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010

Dengan kita mengetahui apakah responden pernah melihat atau mendengar tentang sunat maka kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan responden sebab lebih mudah kita mengingat apabila kita melihat daripada mendengar . sebagian besar responden menjawab benar atau untuk nilai 2 pertanyaan tentang Apakah Anda pernah mendengar/melihat sunat dan yang menjawab melihat sebanyak 32 orang (64%). Sedangkan yang menjawab mendengar atau untuk nilai 1 hanya 18 orang (36%). Ini menunjukkan banyak responden lebih memahami apa itu sunat.

sebagian besar responden menjawab rumah sakit atau puskesmas yang bernilai 1 sebanyak 35 orang (70%). Sedangkan yang menjawab bakti sosial pernah yang bernilai 2 hanya 15 orang (30%) hal ini menunjukan bahwa pada daerah ini masih sedikit dilakukan bakti sosial

Salah satu yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah mengenai pengertian dari maksud sunat itu sendiri. Sebagian besar responden menjawab benar atau bernilai 2 sebanyak 36 orang (72%) yaitu membuang kulit penis sehingga kulit penis menjadi terbuka. Sedangkan yang menjawab salah atau bernilai 1 hanya 14 orang (28%) yaitu memotong kulit penis. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua sudah mengerti apa yang dimaksud dengan sunat dan akan lebih mempercayai anaknya untuk disunat.

Menurut Purnomo 2004 Pengertian sirkumsisi sendiri adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka.

[Pertanyaan 4] menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar atau bernilai 2 sebanyak 29 orang (58%) yaitu dokter dan dukun sunat. Sedangkan yang menjawab salah atau bernilai 1 hanya 21 orang (42%) yaitu dokter atau sunat . Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua sudah mengetahui ke mana saja mereka bisa melakukan sunat untuk

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling


(45)

banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat ( Purnomo, 2003, hal 240).

[Pertnyaan 5] menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar atau bernilai 2 sebanyak 36 orang (72%) yaitu Menjaga penis agar tetap bersih. Sedangkan yang menjawab salah atau bernilai 1 hanya 14 orang (28%) yaitu Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan suami istri atau agama. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua sudah mengetahui dari manfaat penis berarti banyak akan melalukan sunat

Ada banyak manfaat yang menjadi alasan orang tua untuk melakukan tindakan sirkumsisi adalah: Membuat penis menjadi lebih bersih,Mengurangi resiko terkena HIV (AAP,tahun 2010).

Indikasi untuk melakukan sunat juga penting untuk di ketahui responden sebab akan mempermudah responden untuk melakukan sunat kepada anak mereka. sebagian besar responden menjawab kurang tepat atau bernilai 1 sebanyak 30 orang (60%) yaitu Agama, medis dan sosial. Sedangkan yang menjawab benar atau bernilai 2 hanya 20 orang (40%) yaitu Agama dan medis atau agama . Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua belum begitu memahami indikasi mengapa orang melakukan sunat anaknya.

[Pertanyaan 5] menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar atau bernilai 2 sebanyak 27 orang (54%) yaitu Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis). Sedangkan yang menjawab salah atau bernilai 1 hanya 23 orang (46%) yaitu susah buang air kecil atau sudah buang air kecil dan fimosis . Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua sudah mengetahui salah satu indikasi medis dilakukan sirkumsisi artinya orang tua tidak akan ragu lagi anaknya akan di sunat apabila menjumpai kondisi seperti ini

Pada 95% bayi, kulub masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis.Pada umur 3 tahun anak yang fimosis sebanyak 10% (Ikatan dokter Anak Indoneisa,tahun 2008) .

[Pertanyaan 7] menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah atau bernilai 1 sebanyak 33 orang (66%) yaitu penis kecil dan Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis). Sedangkan yang


(46)

menjawab benar atau bernilai 2 hanya 17 orang (34%) yaitu kelainan darah . Hal ini menunjukan bahwa masih banyak orang tua yang tidak tau apa saja menjadi kontra indikasi dari sunat. Di harapkan para petugas kesehatan lebih banyak lagi memberikan informasi kepada orang tua agar tidak ada terjadi sesuatu saat sirkumsisi

Kelainan hemostatis adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelinan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis lainnya ( Herman ,tahun 2000).

[Pertanyaan 14] menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah atau bernilai 1 sebanyak 31 orang (62%) yaitu cuci dengan sabun. Sedangkan yang menjawab benar atau bernilai 2 hanya 19 orang (38%) yaitu menggunakan kain kassa steril dengan air yang hangat . Hal ini menunjukan bahwa masih banyak orang tua yang tidak tahu tindakan yang harus dilakukan untuk membersihkan dan mengeringkan penis pasca sunat dan menunjukan kurangnya pengetahuan akan tindakan setelah di sunat

Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peraslah dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut sampai terlepas (Hana, tahun 2008).


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sunat Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tabel 5.5 S1 memiliki pengetahuan lebih baik daripada semuanya S1 baik sebanyak 9 orang (75%) dan sedang sebanyak 5 orang (13,2%) . Dan memiliki pengetahuan yang rendah adalah tamatan SMP baik sebanyak 0 dan sedang sebanyak 6 orang (15,8%). maka diambil kesimpulan semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuannya

2. Berdasarkan tabel 5.6 Agama Islam memiliki pengetahuan lebih ketimbang yang lain baik sebanyak 11 orang (91.7%) dan sedang sebanyak 19 orang (50.0%) dan memiliki pengetahuan rendah adalah budha baik sebanyak 0 dan sedang 4 orang (10.5%) Dilihat dari agama bisa kita simpulkan agama Islam memiliki pengetahan yang tinggi di sebabkan sunat merupakan indikasi bagi agama Islam

3. Berdasarkan tabel 5.8 umur 25-30 baik 4 orang dan sedang 12 orang, umur 31-35 baik 5 orang dan sedang 18 orang, dan 36-40 baik 3 orang dan sedang 8 orang.dari hasil penelitian bisa kita lihat umur juga memiliki pengaruh untuk pengetahuan dilihat umur 36-40 memiliki pengetahuan yang lebih baik

4. Berdasarkan tabel 5.8 Laki-laki berpengetahuan baik 8 orang (66,7%) dan sedang 20 orang (52,6%) dan perempuan berpengetahuan baik 4 orang (33,3%) dan sedang 18 orang (47,4%). Berdasarkan ini dapat kita simpulkan laki-laki lebih berpengetahuan lebih baik daripada perempuan


(48)

6.2 Saran

1. Disarankan kepada orang tua agar lebih banyak mencari informasi dari berbagai sumber.

2. Kepada petugas kesehatan agar lebih banyak membuat penyuluhan ke setiap daerah.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih banyak lagi membuat sampelnya dan lebih memperbaharui informasi yang ada.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatric, 2010, Circumcision, Available from:

[Accessed 12 March 2010].

Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.

Bachsinar, B, 1993. Sirkumsisi, Edisi Keempat, Penerbit : Hipokrates, Jakarta.

Hana, A, 2010. Mengenal 7 Metode Sunat/Khitan (Sirkumsisi). Available from:

Hermana, A, 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis dan Praktis, Cetakan Pertama, Penerbit : Widya Medika, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.

Pranata, Y, dkk, 2008. Sirkumsisi yang Aman & Efisien, Cetakan Pertama, Penerbit : Sagung Seto, Jakarta.

Purnomo, B, 2003. Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua, Penerbit : Sagung Seto, Jakarta.

Waloyo, J, dkk, 2008. Neonatologi, Edisi Pertama, Penerbit : IDAI, Jakarta.

World Health Organization, 2007. Male circumcision: global trends and

determinants of prevalence, safety and acceptability, Available from :


(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syaifuddin Nasution

Tempar / Tanggal Lahir : P.Siantar / 7 Mei 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Utomo no. 7, Medan 21234

Riwayat Pendidikan : 1. SD Taman Asuha P.Siantar ( 1995-2001 ) 2. Smp Taman Asuha P.Siantar ( 2001-2004 ) 3. SMA Negeri 2 P.Siantar ( 2004-2007 )

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2007-Sekarang )


(51)

Lembar Kuesioner

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sunat Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Perintis Kelurahan Medan Timur Tahun 2010

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jenis Kelamin : (P/L)

Agama :

Alamat :

A. Soal 1-20 Tentang Sirkumsisi

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda centang (√) pada pertanyaan dibawah ini.

1. Apakah Anda pernah mendengar/melihat sunat? ( ) melihat

( ) mendengar

2. Dimana Anda sering melihat sunat? ( ) Puskesmas

( ) Rumah sakit ( ) Bakti Sosial

3. Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah :

( ) Membuang kulit penis sehingga kulit penis menjadi terbuka ( ) Melukai penis

( ) Memotong kulit penis

4. Apa yang menjadi manfaat dari sunat? ( ) Menjaga penis agar tetap bersih

( ) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan suami istri ( ) Agama

5. Apa yang menjadi indikasi untuk melakukan sunat? ( ) Agama, medis dan sosial

( ) Agama

( ) Agama dan medis

6. Orang yang bisa melakukan sunat adalah : ( ) Dokter

( ) Dukun sunat ( ) Keduanya benar


(52)

7. Dibawah ini yang menjadi indikasi medis adalah :

( ) Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis) ( ) Susah buang air kecil

( ) Keduanya benar

8. Selain kelainan pada kulit penis, apalagi yang menjadi indikasi medis untuk sunat?

( ) AIDS ( ) Kutil

( ) Keduanya benar

9. Menurut Anda yang menjadi kontraindikasi dari sunat?

( ) Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis) ( ) Kelainan darah

( ) Karena penisnya kecil

10. Apa lagi yang menjadi kontraindikasi selain di atas? ( ) Kelainan letak lubang penis

( ) Ukuran penis kecil ( ) Keduanya benar

11. Kelainan letak lubang penis atau hipospadi (Kelainan letak lubang buang air kecil), yang bisa menyunat dalam keadaan ini adalah :

( ) Perawat ( ) Dokter bedah ( ) Dukun sunat

12. Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali? ( ) Dibersihkan penisnya

( ) Disuntik ( ) Keduanya benar

13. Hal apa yang ditanyakan sebelum melakukan sunat? ( ) Riwayat penyakit

( ) Bentuk

( ) Keduanya benar

14. Persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum sunat? ( ) Rambut disekitar penis dicukur

( ) Penis dibersihkan dengan air sabun ( ) Keduanya benar

15. Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat? ( ) Daging

( ) Makanan yang pedas ( ) Telur


(53)

16. Bagaimana cara membuat agar penis tetap bersih dan kering setelah? ( ) Cuci dengan sabun

( ) Menggunakan kassa steril dengan air yang hangat ( ) Keduanya benar

17. Berapa lama minum antibiotik? ( ) 1-5 hari

( ) 15-20 hari ( ) 5-10 hari

18. Berapa lama penggantian perban? ( ) 1 hari

( ) 2-3 hari ( ) setelah sembuh

19. Kapan kita bisa bersihkan dengan air hangat? ( ) Setelah selesai sirkumsisi

( ) 5 hari ( ) 2-3 hari


(54)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi di Kecamatan Medan Timur Kelurahan Perintis Tahun 2010” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ... 2010


(55)

DATA INDUK RESPONDEN

No Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Agama

1. Surya Laki-Laki 38 SMA Islam

2. H.Syamsuddin Laki-Laki 38 S1 Islam

3. Harapan Simanjuntak Laki-Laki 30 SMA Islam

4. Desman Laki-Laki 35 SMA Kristen

5. Ratna Jesika Perempuan 32 Diploma Kristen

6. Alin Perempuan 33 S1 Budha

7. Risky Perempuan 29 Diploma Islam

8. Henry Laki-Laki 31 Diploma Kristen

9. Subaidah Perempuan 37 SMP Islam

10. H.Anwar Laki-Laki 35 SMA Islam

11. Subariah Perempuan 35 Diploma Islam

12. Suartimah Perempuan 38 SMA Islam


(56)

14. Diana S Perempuan 27 Diploma Kristen

15. Rahmatsyah Laki-Laki 35 SMP Islam

16. Roni P Laki-Laki 38 Diploma Kristen

17. Andro S Laki-Laki 29 S1 Kristen

18. Rudi S Laki-Laki 27 SMP Kristen

19. Zulhaida Perempuan 30 Diploma Islam

20. Hamdan Laki-Laki 35 SMA Islam

21. Sari P Perempuan 32 SMP Kristen

22. Zulkifli NST Laki-Laki 29 SMP Islam

23. Ameng Laki-Laki 30 S1 Budha

24. Suartinah Perempuan 35 SMP Islam

25. Apao Perempuan 34 S1 Budha

26. Daniel Laki-Laki 28 SMA Kristen

27. Sukarman Laki-Laki 34 S1 Islam

28. Stevani Perempuan 38 SMA Budha

29. Risky Ramadhani LBS Perempuan 35 SMA Islam

30. Mario S Laki-Laki 33 SMA Kristen


(57)

32. H.Ramlan Laki-Laki 32 S1 Islam

33. Erik S Laki-Laki 34 SMA Kristen

34. Yanti Laki-Laki 36 S1 Islam

35. Hamilah Perempuan 34 SMA Islam

36. M Taufik Iskandar Laki-Laki 39 S1 Islam

37. Jafar Harahap Laki-Laki 30 SMA Islam

38. Nasrun Pohan Laki-Laki 29 S1 Islam

39. M Taufik Dalimunte Laki-Laki 28 S1 Islam

40. Dewi Perempuan 35 SMA Kristen

41. Atik Perempuan 38 SMA Islam

42. MHNST Perempuan 36 SMA Islam

43. Sarah H Perempuan 29 S1 Kristen

44. M.Safaruddin Ritonga Laki-Laki 34 SMA Islam

45. Irna Sari Perempuan 29 SMA Islam

46. Fernando Saragih Laki-Laki 36 SMA Kristen

47. H.Anwar Bey Laki-Laki 30 S1 Islam


(58)

50. Jefri silitonga Laki-Laki 29 SMA Kristen

No Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 HUP

1 Surya 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 sedang

2 H.Syamsuddin 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 baik

3 Harapan S 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 sedang

4 Desman 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 sedang

5 Ratna Jesika 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 sedang

6 Alin 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 sedang


(59)

8 Henry 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 sedang

9 Subaidah 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 sedang

10 H.Anwar 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 sedang

11 Subariah 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 sedang

12 Suartimah 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 sedang

13 Anita Dewi S 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 sedang

14 Diana S 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 sedang

15 Rahmatsyah 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 sedang

16 Roni P 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 sedang

17 Andro S 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 baik

18 Rudi S 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 sedang

19 Zulhaida 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 sedang

20 Hamdan 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 baik

21 Sari P 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 sedang

22 Zulkifli NST 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 sedang

23 Ameng 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 sedang


(60)

26 Daniel 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 sedang

27 Sukarman 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 baik

28 Stevani 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 sedang

29 Risky Ramadhani LBS

2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 sedang

30 Mario S 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 sedang

31 Saddam 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 sedang

32 H.Ramlan 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 baik

33 Erik S 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 sedang

34 Yanti 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 baik

35 Hamilah 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 sedang

36 M Taufik Iskandar

1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 baik

37 Jafar Harahap 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 sedang

38 Nasrun Pohan 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 baik

39 M Taufik D 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 baik

40 Dewi 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 sedang

41 Atik 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 sedang


(61)

43 Sarah H 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 sedang

44 M.Safaruddin R 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 sedang

45 Irna Sari 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 sedang

46 Fernando Saragih 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 sedang

47 H.Anwar Bey 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 sedang

48 Nurhayati 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 baik

49 H.Nasir Saragih 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 baik


(62)

Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner

Pengetahuan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 Total

P1 Pearson Correlation

1 -.634* .634* .725* -.761* -.810** .904** .571 .725* -.645* .810** .494 .477 -.810** -.494 -.678* .761* -.725* -.477 -.821**

Sig. (2-tailed) .049 .049 .018 .011 .005 .000 .085 .018 .044 .005 .147 .164 .005 .147 .031 .011 .018 .164 .004

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P2 Pearson Correlation

-.634* 1 -.607 -.674* .933** .753* -.611 -.515 -.828** .873** -.616 -.543 -.564 .582 .292 .725* -.676* .858** .443 .859**

Sig. (2-tailed) .049 .063 .032 .000 .012 .061 .128 .003 .001 .058 .105 .089 .078 .413 .018 .032 .001 .200 .001

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P3 Pearson Correlation

.634* -.607 1 .858** -.676* -.445 .344 .933** .399 -.491 .753* .918** .846** -.445 -.334 -.420 .772** -.521 -.363 -.746*


(63)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P4 Pearson Correlation

.725* -.674* .858** 1 -.718* -.529 .459 .663* .605 -.656* .793** .788** .899** -.529 -.466 -.524 .663* -.579 -.484 -.789**

Sig. (2-tailed) .018 .032 .001 .019 .116 .182 .037 .064 .040 .006 .007 .000 .116 .175 .120 .037 .079 .156 .007

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P5 Pearson Correlation

-.761* .933** -.676* -.718* 1 .879** -.705* -.594 -.856** .885** -.663* -.620 -.617 .724* .320 .843** -.739* .939** .472 .856**

Sig. (2-tailed) .011 .000 .032 .019 .001 .023 .070 .002 .001 .037 .056 .057 .018 .368 .002 .015 .000 .169 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P6 Pearson Correlation

-.810** .753* -.445 -.529 .879** 1 -.787** -.355 -.822** .732* -.475 -.380 -.425 .836** .420 .860** -.509 .940** .540 .777**

Sig. (2-tailed) .005 .012 .198 .116 .001 .007 .315 .003 .016 .165 .279 .221 .003 .227 .001 .133 .000 .107 .008

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P7 Pearson Correlation

.904** -.611 .344 .459 -.705* -.787** 1 .327 .787** -.700* .677* .156 .129 -.787** -.290 -.633* .671* -.688* -.302 -.654*

Sig. (2-tailed) .000 .061 .331 .182 .023 .007 .357 .007 .024 .032 .667 .722 .007 .416 .050 .034 .028 .397 .040


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 21 42.0 42.0 42.0

2 29 58.0 58.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pt15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 70.0 70.0 70.0

2 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pt16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 31 62.0 62.0 62.0

2 19 38.0 38.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 25 50.0 50.0 50.0

2 25 50.0 50.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pt18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 27 54.0 54.0 54.0

2 23 46.0 46.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

pt19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 64.0 64.0 64.0

2 18 36.0 36.0 100.0


(3)

Hasil Pengetahuan

Umur * Hasil Pengetahuan Crosstabulation

Hasil Pengetahuan

Total baik sedang

Umur 27 Count 0 2 2

% within Hasil Pengetahuan .0% 5.3% 4.0%

28 Count 1 1 2

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 2.6% 4.0%

29 Count 3 4 7

% within Hasil Pengetahuan 25.0% 10.5% 14.0%

30 Count 0 5 5

% within Hasil Pengetahuan .0% 13.2% 10.0%

31 Count 1 2 3

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 5.3% 6.0%

32 Count 1 3 4

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 7.9% 8.0%

33 Count 1 2 3


(4)

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 10.5% 10.0%

35 Count 1 7 8

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 18.4% 16.0%

36 Count 1 2 3

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 5.3% 6.0%

37 Count 0 1 1

% within Hasil Pengetahuan .0% 2.6% 2.0%

38 Count 1 5 6

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 13.2% 12.0%

39 Count 1 0 1

% within Hasil Pengetahuan 8.3% .0% 2.0%

Total Count 12 38 50

% within Hasil Pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis Kelamin * Hasil Pengetahuan Crosstabulation

Hasil Pengetahuan

Total baik sedang

Jenis Kelamin laki-laki Count 8 20 28

% within Hasil Pengetahuan 66.7% 52.6% 56.0%


(5)

% within Hasil Pengetahuan 33.3% 47.4% 44.0%

Total Count 12 38 50

% within Hasil Pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0%

Pendidikan * Hasil Pengetahuan Crosstabulation

Hasil Pengetahuan

Total baik sedang

Pendidikan SMP Count 0 6 6

% within Hasil Pengetahuan .0% 15.8% 12.0%

SMA Count 2 21 23

% within Hasil Pengetahuan 16.7% 55.3% 46.0%

Diploma Count 1 6 7

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 15.8% 14.0%

Sarjana Count 9 5 14

% within Hasil Pengetahuan 75.0% 13.2% 28.0%

Total Count 12 38 50

% within Hasil Pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0%


(6)

baik sedang

Agama islam Count 11 19 30

% within Hasil Pengetahuan 91.7% 50.0% 60.0%

kristen Count 1 15 16

% within Hasil Pengetahuan 8.3% 39.5% 32.0%

budha Count 0 4 4

% within Hasil Pengetahuan .0% 10.5% 8.0%

Total Count 12 38 50


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Orang Tua tentang Bullying pada Anak di Kelurahan Bangun Mulia Kecamatan Medan Amplas

8 112 75

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 2 80

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KELURAHAN KEBON JAYANTI KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG.

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 13

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

1 4 10

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 1 3

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Dan Komplikasi Pasca Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Pada Tahun 2015

0 0 33

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA (IBU) TENTANG PERAWATAN LUKA SIRKUMSISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)

0 0 5