Religiusitas pada Lansia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Religiusitas
1.

Pengertian Religiusitas

Menurut Drikarya (dalam Widiyanta, 2005), kata ‘religi’ berasal dari bahasa latin
‘religio’ yang berarti mengikat. Maksudnya dari kata ini adalah suatu kewajibankewajiban atau aturan-aturan yang harus dilaksanakan yang kesmeuanya itu berfungsi
untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam
hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia, serta alam sekitarnya. Istilah religi
atau agama sering dibedakan dengan istilah religiusitas. Agama menunjuk pada aspek
formal, yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan
religiusitas lebih menunjuk pada pada aspek religi yang telah dihayati oleh individu per
individu didalam hatinya. Glock & Stark memahami religiusitas sebagai kepercayaan
individu tentang ajaran-ajaran agama tertentu yang dianut dan dampak dari ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari (dalam Pujiono, 2006).
Religiusitas adalah istilah yang mengacu pada individu yang mencurahkan
perhatian yang lebih besar pada agama yang dianutnya (Corsini, 2001). Manusia religius
adalah manusia yang struktur mental keseluruhannya secara tetap diarahkan kepada

pencipta nilai mutlak, mumuaskan dan tertinggi, yaitu Tuhan.

9

Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas
adalah penghayatan manusia akan ajaran, kewajiban dan aturan agama yang dianutnya
serta diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.

Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark (2003), mengemukakan beberapa dimensi dari religiusitas, yakni:
a. Dimensi Ideologis
Dimensi ideologis merupakan bagian dari keberagaman yang berisi kepercayaan
atau doktrin agama yang harus dipercayai, Misalnya kepercayaan umat Islam
terhadap Nabi Muhammad SAW dan kepercayaan umat Kristian terhadap
ketuhanan Kristus.
b. Dimensi Ritualistik
Dimensi ritualistik berkaitan dengan perilaku,maksudnya perilaku yang mengacu

pada perilaku-perilaku khusus yang ditetapkan agama, seperti tata cata beribadah,
perpuasa, pengakuan dosa dan lain sebagainya.
c. Dimensi Eksperensial
Dimensi eksperensial berkaitan dengan perasaan keagamaan ayng dimiliki
seseorang. Psikologi menamainya religious experiences atau sering disebut
dengan pengalaman religius. Pengalaman keagamaan ini misalnya kekhusukan
dalam shalat dan ketenangan batin saat berdoa.

10

d. Dimensi Intelektual
Dimensi intelaktual yaitu informasi khusus tentang suatu agama yang harus
diketahui oleh penganutnya. Dimensi ini berhubungan erat dengan pengathuan
tentang agama yang dianut oleh seseorang.
e. Dimensi Konsekuensial
Dimensi konsekuensial ini menunjukkan akibat ajaran dalam perilaku umum.
Dimensi ini merupakan efek ajaran agama pada perilaku individu dalam
kahidupan sehari-hari.

B. Lansia

1.

Pengertian Lansia

Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah periode perkembangan yang bermula pada usia
60 tahun yang berakhir seiring dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri
atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, masa pensiun
dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial (Santrock, 2009).
Lansia merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia,
Usia tahap ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: orang tua muda (young old) yang
berkisar dari rentang usia 65-74 tahun, orang tua tua (old old) yang berkisar dari rentang
usia 75-84 tahun, dan orang tua yang sangat tua (oldest old) yang berusia 85 tahun keatas
(Papalia, 2007). Sementara Newman membagi masa lansia kedalam dua periode, yakni
periode masa dewasa akhir (later adulthood), usia 60-75 tahun dan usia yang sangat tua

11

(very old age), usia 75 tahun sampai dengan meninggal dunia (Newman & Newman,
2006).
Penuaan juga dikatakan sebagai perubahan kumulatif pada mahluk hidup,

termasuk tubuh, jaringan dan sel yang mengalami kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerasi pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, syaraf dan jaringan tubuh lainnya (Hasan, 2006). Penuaan
terbagai atas penuaan primer (primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging).
Pada penuaan primer tubuh melemah dan mengalami penurunan karena proses normal
yang alamiah. Pada penurunan sekunder terjadi proses penuaan karena faktor-faktor
ekstrinsik seperti lingkungan atau perilaku.

2. Ciri-ciri Lansia
Sama seperti periode sebelumnya dalam rentang kehidupan manusia, usia
seseorang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut
menentukan, sampai sejah mana seorang pria atau waita usia lanjut akan melakukan
penyesuaian diri secara baik atau buruk (Hurlock, 1999):
a. Periode Kemunduran
Kemunduran yang dialami individu usia lanjut adalah berupa kemunduran fisik
dan mental. Kemuduran itu sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian datang
dari faktor psikologis. Penyebab kemunduran fisik ini merupakan suatu
kemunduran pada sel-sel tubuh, bukan karena penyakit khusus tetapi karena

12


proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis, sikap
tidak senang terhadap diri sendiri, ornag lain, pekerjaan dan kehidupan.
b. Perbedaan individual pada efek menua
Individu menjadi tua secara berbeda karena mereka mempuyai sifat bawaan yang
berbeda, sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang berbeda serta pola
hidup yang berbeda. Perbedaan terlihat diantara individu-individu yang
mempunyai jenis kelamin yang sama, yang semakin nyata bila pria dibandingkan
dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masingmasing jenis kelamin. Bila perbedaan-perbedaan tersebut bertambah sesuai
dengan usia, maka perbedaan-perbedaan tersebut akan membuat individu
bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama.
c. Berbagai stereotip pada lanjut usia
Banyak stereotip orang lanjut usia dan banyak kepercayaan tradisional tentang
kemampuan fisik dan mental, Stereotip dan kepercayaan tradisional ini timbul
dari berbagai sumber, ada yang melukiskan bahwa usia lanjut sebagai usia yang
tidak menyenangkan, ditambah lagi pendapat klise yang telah dikenal masyarakat
tentang usia lanjut adalah dimana pria dan wanita yang dalam keadaan fisik
maupun mentalnya lemah, usang, pikun dan sulit hidup dengan berdampingan
dengan siapa pun, karena hari-harinya yang penuh dengan manfaat sudah lewat.
Padahal stereotip ini pada kenyataannya tidaklah sepenuhnya benar.


13

d. Menua membutuhkan perubahan peran
Sama seperti individu berusia madya yang harus belajar untuk memainkan
peranan baru, demikian juga bagi yang berusia lanjut. Pengaruh kebudayaan
dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik
sangat dihargai, mengakibatkan orang yang berusia lanjut sering dianggap tidak
ada gunanya lagi. Lansia tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih
muda dalam bidang tertentu, sehingga sikap sosial seringkali menjadi kurnag
menyenangkan.

Individu yang memasuki masa lanjut usia juga mengalami perubahan-perubahan
sebagai berikut:
a. Perubahan Fisik
Adapun beberapa perubahan fisik yang terjadi sewaktu memasuki usia tua,
antara lain:
-

Perubahan pada sistem kekebalan atau immunologi, dimana tubuh menjadi

rentan terhadap penyakit dan alergi

-

Konsumsi energik turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah
energi yang dikeluarkan oleh tubuh

-

Kadar air dalam tubuh menurun secara signifikan karena bertambahnya selsel mati yang diganti oleh bentuk lemak maupun jaringan konektif

14

-

Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan
mencerna makanan serta penyerapan menjadi lamban dan kurang efisien,
gerakan peristaltik usus menurun sehingga terjadi konstipasi

-


Perubahan

pola

sistem

metabolik,

yang

menyebabkan

gangguan

metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun
-

Sistem syaraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat,
kepekaan terhadap bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang,

pendengarah berkurang, reaksi menjadi lambat, fungsi mental menurun serta
ingatan visual yang juga ikut berkurang

-

Perubahan pada sistem pernafasan akibat menurunnya elastisitas paru-paru
yang kemudian mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan
munculnya rasa sesak dan tekanan darah yang meningkat

-

Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian diikuti tulang yang mulai
keropos

b. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit
selalu mengancam, sering bingung, panik dan mengarah ke depresif. Hal ini
disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
Ketergantungan sosial finansial pada waktu pensiun membawa serta kehilangan
rasa bangga, kewibawaan, hubungan sosial dan sebagainya. Rasa kesepian juga

bisa muncul disebabkan anak yang telah meninggalkan rumah dan makin

15

sedikitnya teman akra yang sebaya. Kecemasan dan mudah marah merupakan
gejala yang umum dapat menyebabkan keluhan sulit tidur.

c. Perubahan emosi dan kepribadian
Setiap ada kesempatan, lansia akan selalu melakukan introspeksi diri. Terjadi
proses pematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender yang
terbalik. Para wanita lansia bisa menjadi lebih tegar dibandingkan lansia pria,
apalagi dalam memperjuangkan hak mereka. Sebaliknya, pada lansia, banyak
pria tidak segan-segan memerankan peran yang sering distrereotupkan sebagai
pekerjaan wanita, seperti mengasuh cucu, menyiapkan sarapan, membersihkan
rumah dan sebagainya. Persepsi tentang kondisi kesehatan berpengaruh pada
kehidupan psikososial, dalam hal memilih bidang kegiatan yang sesuai dan cara
menghadapi persoalan hidup.

Demikian pula Mubin (2006), mengemukakan mengenai perubahan-perubahan yang
umumnya terjadi pada fase lanjut usia, yaitu:

a. Perubahan Fisik:
-

Kekuatan fisik dan motorik yang menjadi sangat berkurang. Terkadang ada
sebagian fungsi organ tubuh yang tidak dapat dipertahankan lagi

-

Kesehatan sangat menurun sehingga sering sakit-sakitan

16

b. Perubahan Psikis
-

Munculnya rasa kesepian, yang mungkin disebabkan anak-anaknya yang
sudah besar dan berkeluarga sehingga tidak tinggal serumah lagi. Lansia
biasanya suka turut serta dalam memelihara cucu-cucunya untuk mengatasi
rasa kesepian tersebut

-

Berkurangnya kntak sosial dan tugas-tugas sosial akibat kondisi fisik yang
menurun

-

Lekas merasa jenuh dan terkadang menjadi cerewet

-

Mengalami penurunan dalam hal ingatan, pengelihatan, pendengaran dan
kadang-kadang menjadi pikun

-

Suka bercerita atau bernostalgia tentang kehebatannya dimasa lampau

-

Kehidupan keagamaan menjadi sangat baik, terutama dalam hal ibadah dan
beramal, karena segi usia rata-rata lansia sudah mendekati kematian yang
pasti datang menjemputnya

3.

Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Robert Peck, tahap akhir dari perkembangan Erikson yaitu ‘Integrity vs
Despair’ dapat digambarkan dengan tiga tugas-tugas perkembangan atau isu-isu yang
dihadapi pria dan wanita pada saat mereka tua, yakni:
a. Differentiation vs Preoccupation
Individu dewasa lanjut harus mendefinisikan nilai diri dalam istilah berbeda dari
peran-peran kerja. Indivisu dewasa lanjut perlu mengejar serangkaian aktivitas

17

yang bernilai sehingga dapat mengisi waktu yang sebelumnya diisi dengan
pekerjaan dan mengasuh anak.
b. Body Transcendence vs Body Preoccupation
Merupakantugas perkembangan dimana individu dewasa lanjut harus mengalami
kondisi penurunan kesehatan fisik. Seiring dengan proses menua, individu
dewasa lanjut mungkin menderita penyakit kronis dan tentu saja penurunan
kapasitas fisik. Bagi pria dan wanita yang identitasnya berkisar di sekitar
kesehatan fisik, penurunan

kesehatan dan kerusakan kapasitas fisik akan

menghadirkan beberapa ancaman bagi identitas diri dan perasaan akan kepuasan
hidup. Namun beberapa individu lansia menikmati hidup melalui hubunganhubungan antar manusia yang memberi kesempatan untuk keluar dari kesibukan
dengan tubuhnya.
c. Ego Transendence vs Ego Preoccupation
Merupakan tugas perkembangan dimana individu lanjut usia harus menyadari
bahwa saat kematian tidak dapat dihindari dan mungkin waktunya tidak terlalu
lama, merasa tentram dengan dirinya dengan menyadari individu lansia telah
memberikan sumbangan untuk masa depan melalui pengasuhan yang kompeten
terhadap anak-anak atau melalui pekerjaan dan ide-ide yang dimiliki oleh lansia.

18