Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi Lansia Beragama Islam Di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN
TINGKAT DEPRESI LANSIA BERAGAMA ISLAM DI
PANTI TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep)

Oleh
Runingga Andami Nafa
1111104000010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M/1436 H

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Thesis, July 2015

Runingga Andami Nafa, NIM: 1111104000010
The Relationship Between The Level Reliogiosity And Level Depression On
Elderly Moeslim In PSTW Budi Mulia 4 Margaguna South Jakarta
Xi + 87 pages + 11 tables + 1 chart + 13 attachment
ABSTRACT
One of the problem faced by elderly people is depression. Generally, elderly
people depression ranged from 20 % and in PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan around 30 – 40 %. Depression caused various problem such as suicide, decrease
body function and accelerate of dead. One of handled for decrease of depression were
increased religious activities such as pray. The purpose of this research is to find out
relationship between religiosity level and depression level. This research has been
conducted at PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Research used
quantitative analytical research with cross sectional research design. Total of respondent
are 61 people used sampling purposive technic. . The data was taken by instruments
questionnaires Geriatric Depression Scale 30 items to measured depression level and
questionnaire religiosity to measured religiosity level. Data analyzed by univariat and
bivariat analysis ( Spearman Rank Correlation tested). The result of this research was
shown that religiosity11,0 % level is good category, 65.5% is medium category and
16.4 is low category. While for 60,7 % depression level including in normal category,
27,9 % is low depression and 11,5 % is heavy depression. There is relation between

religiosity level with depression level at PTSW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan (p value =0,000, r=0.558). It can used spirituality approach for decrease
depression value with assisting elderly people in terms spirituality and religious
foundations cooperation.
Keywords: Religiosity Level, Depression Level, Elderly

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Runingga Andami Nafa, NIM: 1111104000010
Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi Lansia Beragama Islam
Di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
Ix + 87 Halaman + 10 Tabel + 1 Bagan + 13 Lampiran

ABSTRAK
Depresi salah satu masalah yang dialami lansia. Lansia didunia yang mengalami
depresi berkisar 20% dan depresi lansia di panti sebesar 30-40%. Depresi dapat

menimbulkan dampak seperti bunuh diri, penurunan fungsi tubuh, dan mempercepat
kematian. Penanganan untuk mengurangi depresi salah satunya dengan cara kegiatan
agama seperti beribadah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
religiusitas dengan tingkat depresi. Penelitian ini dilaksanakan pada lansia di Panti
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Responden berjumlah
61 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan kuesiener Geriatric
Depression Scale 30 item dan untuk mengukur tingkat religiusitas menggunakan
kuesioner religiusitas 22 item. Analisis data mengunakan analisis univariat dan bivariat
(uji Korelasi Spearman Rank). Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk tingkat
religiusitas 11,0% termasauk ke dalam kategori baik, 65,6% kategori sedang dan 16,4%
kategori buruk. sedangkan untuk tingkat depresi, 60,7% termasuk ke dalam normal,
27,9% depresi ringan, dan 11,5% depresi berat. Ada hubungan antara tingkat religiusitas
dengan tingkat depresi lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (p
value = 0,000, r = 0,558).
Kata Kunci: Tingkat Religiusitas, Tingkat Depresi, Lansia
Referensi: 53

iv


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama

: Runingga Andami Nafa

Tempat, tanggal Lahir

: Pasaman Barat, 25 Juni 1992

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status


: Belum Menikah

Alamat

: Depan Simpang MAN Rambah Jorong Ampek
Koto Kinali Kabupaten Pasaman Barat
Sumatera Barat

HP

: +6285210575615

Email

: runinggagalileo@yahoo.com

Fakultas/Jurusan

: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan


PENDIDIKAN
1. Taman Kanak-Kanak Bakti V Rambah

1998-1999

2. Sekolah Dasar EL- MA‟ARIF Jambak Selatan

1999-2005

3. SMP Negeri 2 Kinali

2005-2008

4. SMA Negeri 1 Pasaman

2008-2011

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


2011-Sekarang

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta
pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung
kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku
bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.
Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan
proposal skiripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat
Depresi Terhadap Lansia yang Beragama Islam di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulya 04 Margaguna Jakarta Selatan”.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian di instansi
terkait.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan
memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.
6. Ibu Ns. Eni Nur‟aini Agustini, S.Kep, Msc dan Ibu Ns.Gusrina Komara,

ix

S.Kep, MSN selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya
untuk beliau


yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan

bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tuaku, Ibu Asmi dan Bapak Rismanto yang telah mendidik,
mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan
penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada
penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Abang, kakak
dan adik-adik penulis Riski Andami Nafa ,RoyaFitrah Andami Nafa, Raditya
Andami Nafa dan Iin Lidia Purtama Mursal, yang selalu memberikan
semangat, insiprasi, canda tawa

selama penulis menyelesaikan proposal

skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Deti Dwi Lestari, Anggita Puspita Delianty, Denok Ariska
yang memberikan masukan, tempat berbagi pendapat, yang telah menghibur,

menghilangkan kejenuhan, dan memberikan dukungan selama proses
menyelesaikan proposal skripsi ini.
10. Teman-teman PSIK 2011 yang selama 4 tahun ini yang sama- sama
berjuangan, berbagi pendapat selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,
namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Wassalamu’alaykum. Wr. Wb
Ciputat,

Juli 2015

Runingga Andami Nafa

x

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... I
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. Ii

ABSTRACT...................................................................................................... iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... Vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... Vii
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Pertanyaan Penelitian........................................................................
D. Tujuan Penelitian...............................................................................
1. Tujuan Umum................................................................................
2. Tujuan Khusus...............................................................................
E. Manfaat Penelitian............................................................................
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian....................................................
2. Bagi Pendidikan Keperawatan.......................................................
3. Bagi Peneliti...................................................................................
D. Ruang Lingkup...................................................................................

1
7
8
8
8
8
9
9
9
9
10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi............................................................................................... 11
1. Pengertian Depresi........................................................................... 11
2. Etiologi Depresi............................................................................... 12
3. Tingkat Depresi............................................................................... 13
4. Gejala-Gejala Depresi..................................................................... 15
B. Lansia............................................................................................... 18
1. Pengertian Lansia........................................................................... 18
2. Perubahan-Perubahan Pada Lansia................................................ 18
3. Faktor-Faktor Pencetus Depresi Pada Lansia................................ 28
4. Dampak Depresi............................................................................. 29
5. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia........................................... 31
6. Pengukuran Tingkat Depresi.......................................................... 33
C. Religiusitas........................................................................................ 34
1. Pengertian Religiusitas.................................................................... 32
2. Dimensi Religiusitas....................................................................... 35
xi

3. Perspektif Islam Tentang Religiusitas............................................
4. Konsep dari Dimensi-dimensi Religiusitas.....................................
5. Fungsi Religiusitas..........................................................................
6. Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas.......................................
D. Kerangka Teori..................................................................................

37
39
42
44
46

BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep.............................................................................. 47
B. Hipotesis Penelitian........................................................................... 48
C. Definisi Operasional......................................................................... 49
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian............................................................................... 52
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 52
C. Populasi dan Sampel......................................................................... 52
1. Populasi........................................................................................... 52
2. Sampel............................................................................................ 53
3. Besar Sampel.................................................................................. 54
D. Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 54
1. Metode Pengambilan Data............................................................. 54
2. Instrumen Penelitian........................................................................ 55
3. Uji Instrumen.................................................................................. 56
a. Uji Validitas............................................................................... 56
b. Uji Reabilitas.............................................................................. 57
E. Pengolahan Data............................................................................... 58
F. Analisis Data..................................................................................... 60
G. Etika Penelitian................................................................................. 61
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................
1. Sejarah Panti Werdha.....................................................................
B. Hasil Uji Validitas Konstruk Data....................................................
C. Hasil Uji Normalitas.........................................................................
D. Hasil Analisis Univariat....................................................................
1. Gambaran Demografi Lanjut usia di PSTW 4 Margaguna
JakartaSelatan..................................................................................
2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................
3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................
E. Hasil Analisis Bivariat.......................................................................

xii

63
63
64
65
66
67
68
70
72

BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat.......................................................................
1. Gambaran Demografi Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................
2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan...............................................
3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................
B. Pembahasan Bivariat.........................................................................
C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................

74
74
76
78
82
84

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian....................................................
2. Bagi Keperawatan..........................................................................
3. Bagi Peneliti....................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran

xiii

85
86
86
86
86

Daftar Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional...............................................................................
Tabel 5.1 Tabel Hasil Analisis Kontruk Validitas Intrument
Tabel 5.1 Tabel Uji Normalitas..............................................................................
Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Usia Responden di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.........................................................................
Tabel 5.3 tabel distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................................
Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan responden di
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan....................................................
Tabel 5.5 Tabel Distribusi frekuensi Tingkat Religiusitas Responden di
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan....................................................
Tabel 5.6 Tabel Presentase Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas...........
Tabel 5.7 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi responden di PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan..............................................................
Tabel 5.8 Tabel presentase jumlah jawaban item pertanyaan Tingkat Depresi......
Tabel 5.9 Tabel Analisis Univariat..........................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Lembar Informed Consent

Lampiran 2.

Kuesioner Tingkat Religiusitas

Lampiran 3.

Kuesioner Tingkat Depresi

Lampiran 4.

Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas Kuesioner Tingkat
Religiusitas

Lampiran 5.

Hasil Uji Normalitas Data

Lampiran 6.

Hasil Olahan Data Analisis Univariat

Lampiran 7.

Hasil Olahan Data Analisis Bivariat

Lampiran 8.

Presentase Jumlah Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas

Lampiran 9.

Presentase Jumlah Jawaban Item Pertanyaan Tingkat Depresi

Lampiran 10. Transkip Percakapan
Lampiran 11. Jadwal Wawancara
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian
Lampiran 13. Surat Studi Pendahuluan

xv

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas. Berdasarkan sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012
proporsi penduduk lansia dari tahun 1980 sampai tahun 2020 mengalami
perkembangan. Tahun 1980 proporsi penduduk lansia sebesar 5,45 %, tahun
1990 sebesar 6,29 %, tahun 2000 sebesar 7,18 %, tahun 2010 sebesar 9,77
dan tahun 2020 sebesar 11,34 %.hal tersebut merupakan cerminan dari
semakin tingginya rata-rata usia harapan hidup (UHH). Harapan hidup
meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya UHH dijadikan sebagai indikator
keberhasilan pencapaian pembangunan dibidang kesehatan. Menurut Badan
Pusat Statistik (2013) harapan hidup penduduk Indonesia naik dari 70,1
tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035.
Seiring dengan peningkatan harapan hidup pada lansia sesungguhnya
lansia menghadapi berbagai perubahan yaitu fisik, mental,dan psikososial.
Kesemua

perubahan

tersebut

membutuhkan

adaptasi

yang

pada

perjalanannya, proses adaptasi tersebut menimbulkan berbagai masalah.
Perubahan pada fisik meliputi penurunan massa otot dan densitas tulang yang
menyebabkan osteoporosis sehingga menyebabkan penurunan aktivitas atau
gerak, pada kulit terjadi penurunan elastisitas dan kekeringan sehingga

`1

2

meningkat resiko cedera dan infeksi, penurunan produksi keringat dan
penurunan ketebalan lemak menyebabkan gangguan regulasi suhu, penurunan
peristaltik usus disertai hilangnya tonus lambung menyebabkan pengosongan
lambung menurun sehingga lansia akan meresa penuh setelah makan meski
dalam jumlah sedikit dan terjadinya konstipasi, penurunan fungsi kandung
kemih menyebabkan peningkatan frekuensi miksi, nuktoria dan retensi urine,
penurunan efisiensi kerja neuron reaction time akan melambat, perubahan
keseimbangan, perubuhan istirahat dan kognisi merupakan fungsi vital yang
mempengaruhi kemampuan pemenuhan ADL. Penurunan fungsi sensorik
seperti perubahan indera penglihatan menyebabkan terganggu pemenuhan
kebutuhan ADL, penurunan fungsi pendengaran, penurunan indera perasa
sehingga lansia tidak peka terhadap rasa (Dewi,2014).
Selain perubahan fisik lansia juga mengalami perubahan psikologis.
Perubahan psikologis short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan,
takut menghadapi kematian, kecemasan dan depresi (Maryam et al,2008).
Lansia juga mengalami perubahan psikososial. Perubahan psikososial yang
paling umum adalah perubahan gaya hidup dan status sosial. Perubahan
meliputi pensiun, kematian pasangan pindahnya anak atau cucu dan pindah ke
lingkungan yang tidak dikenal. Kesedihan, kesepian, dan depresi bisa terjadi
akibat hal-hal diatas (Bastable,2002).
Perubahan-perubahan pada lansia menimbulkan berbagai masalah,
salah satu lansia banyak mengalami depresi. Menurut American Association
for Geriatric Psychiatric tahun 2008 prevalensi lansia di dunia yang

3

mengalami gangguan kesehatan mental berkisar 20% dan menurut Geriatric
Mental Helath Foundation tahun 2008 15-20% lansia diatas 65 tahun
mengalami depresi (CDC Health Program,2009). Adapun prevalensi depresi
pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 3040%. 5-15% pasien lanjut usia yang mengunjungi klinik diduga menderita
depresi (Santoso dan Ismail,2009).
Menurut World Health Organization (WHO) (2012) depresi adalah
gangguan mental yang umum, ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat
atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah, susah tidur
atau nafsu makan, perasaan kelelahan, dan kurang konsentrasi. Depresi
menyerang hampir semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras, dan
budaya. Depresi terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius pada
lansia

meskipun pemahaman kita tentang penyebab dan perkembangan

pengobatan

farmakologis

dan

psikoterapi

sudah

sedemikian

maju

(Stanley&Gauntlett,2007).
Menurut Black (1990) dalam Tamher & Noorkasiani (2009) gejala
utama depresi terjadi pada sekitar 10 sampai 15% dari semua orang yang
berusia lebih dari 65 tahun yang tidak diinstitusikan. Gejala gejala depresif ini
sering berhubungan dengan penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan
dalam hidup dan stresor-stresor dan penyakit fisik. Angka depresi meningkat
secara drastis pada lansia yang berada diinstitusi sekitar 50 sampai 75%. Jadi
kejadian depresi lebih banyak terjadi di Panti Werdha.

4

Depresi banyak dialami oleh lansia dikarena beberapa faktor. Seiring
bertambahnya usia pada lansia, terjadi beberapa perubahan pada lansia,
seperti perubahan fisik, kehilangan pekerjaan karena pensiun, kehilangan
tujuan hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari
lingkungan dan kesepian (Irawan,2013). Berdasarkan hasil penelitian Rezki
dkk (2014) pada 50 responden lansia tentang faktor-faktor mempengaruhi
tingkat depresi terhadap pasien lansia di panti sosial disimpulkan bahwa
kehilangan dan kecemasan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat depresi.
Depresi pada lansia dapat membawa dampak yang serius, seperti
bunuh diri, penurunan fungsi keseharian yang dapat mempercepat kematian,
dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan (Blazer,1983 dalam
Arjadi,2012). Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut
yaitu mendorong aktvitas-aktivitas seperti aktivitas keagamaan, melakukan
interaksi sosial atau hubungan baru, mengkomunikasikan perhatian,
modalitas

kelompok

dan

penanganan

dengan

terapi

obat

(Stanley&Guantlett,2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sehanto (2013) tentang
tingkat depresi pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang disimpulkan bahwa lansia dengan interaksi sosial
kurang mengalami depresi berat sejumlah 71,4% sedangkan lansia dengan
interaksi sosial sedang mengalami depresi berat sejumlah 31,4%, dan lansia
dengan interaksi sosial baik mengalami depresi berat sejumlah 12,5%. Ini

5

menunjukan bahwa semakin baik lansia dalam interaksi sosial maka semakin
kecil kemungkinannya mengalami depresi berat. Syukra (2012) melakukan
penelitian tentang religiusitas dan depresi di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Kabupaten Padang Pariaman dengan 50 responden. Penelitian ini mengukur
depresi dengan kuesioner GDS 15 item dan religiusitas menggunakan skala
religiusitas yang disesuaikan dengan ajaran agama islam. Hasil penelitian
menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat religiusitas seseorang dengan
tingkat depresi. Semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan semakin
rendah depresi, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka depresi yang
dialami semakin meningkat (tinggi).
Religiusitas adalah sebuah ekpresi spritual seseorang yang berkaitan
dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual. Religiulitas
berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya religure yang berarti
mengikat (Driyarkara,1978 dalam Ismail,2009). Ini mengandung makna
bahwa dalam religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya
dan semua itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Religiusitas menunjukan pada tingkat keterikatan individu terhadap
agamanya. Hal ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan
menginternalisikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala
tindakan dan pandangan hidupnya (Ismail, 2009). Dimensi religiusitas
menurut Stark and Glock (1968) terdapat lima dimensi religiusitas adalah

6

dimensi: dimensi keyakinan, praktik keagamaan, pengalaman religiusitas,
dimensi pengetahuan, dan dimensi konsekuensial (Ancok,2004).
Menurut Stanley & Gauntlett (2007) religiusitas adalah derajat dan
jenis ekspresi dan partisipasi religius dari lansia. Kehilangan fungsi tubuh dan
kapasitas mental sering kali tidak diseimbangkan oleh pencapaian sosial dan
spiritual yang baik. Kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu penyakit
kronis dan bahkan banyak di antaranya yang menderita lebih dari satu. Halhal tersebut menyebabkan angka depresi, ansietas, alkohol, dan bunuh diri
banyak terjadi di kalangan lansia dengan berbagai ketidakmampuan fisik.
Berduka, nyeri, dan kontrol kehilangan kendali mempengaruhi integritas
lansia. Dampak ini dapat di netralisir atau dihilangkan dengan kehidupan
spritual yang kuat (Stanley dan Gauntlett,2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Park & Roh tahun 2013
pada 200 responden lansia korea tentang pengalaman spritual, dukungan
sosial dan depresi mengatakan bahwa kehidupan spiritual penting untuk
mengurangi tingkat depresi pada lansia. Ji-Eun, et al juga melakukan
penelitian tahun 2013 pada 284 pasien dengan kanker payudara tentang
agama, depresi dan kualitas hidup disimpulkan bahwa religuisitas memainkan
peran penting dalam keadaan emosional dan kualitas hidup wanita Korea
dengan kanker payudara. Dari kedua penelitian disimpulkan religiusitas dapat
mengurangi tingkat depresi pada lansia maupun terhadap wanita yang
mengalami cancer.

7

Dilihat dari latar belakang ada banyak faktor pencetus terjadi depresi
pada lansia seperti kehilangan, kesepian, interaksi sosial dan lain lain dan
memiliki dampak yang serius pada lansia. Salah satu penanganan nya yaitu
lansia

melakukan

aktivitas-aktivitas

bermanfaat

termasuk

akitivitas

keagamaan. Untuk itu perawat dapat melakukan asuhan keperawatan
spritualitas

atau

religiulitas

pada

lansia

yang

dapat

membantu

mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien lansia termasuk
kesehatan mental depresi. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang “Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi pada Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha“
B. Rumusan Masalah
Depresi merupakan salah satu masalah yang dialami lansia. menurut
Geriatric Mental Health Foundation (2008) 15-20% lansia mengalami depresi
dan 50-75% lansia mengalami depresi di panti. Depresi pada lansia
menimbulkan dampak serius seperti bunuh diri, penurunan fungsi tubuh, dan
mempercepat kematian. Penanganan yang dilakukakan untuk mengurangi
depresi seperti melakukan interaksi sosial, mengkomunikasikan perhatian,
modalitas

kelompok,

terapi

obat

dan

mendorong

aktivitas-aktivitas

keagamaan.
Dilihat dari penelitian Syukra (2012) semakin tinggi religiusitas
seseorang maka semakin rendah tingkat depresi. Park dan Roh (2013) juga
melakukan penelitian mengatakan bahwa kehidupan spiritual penting untuk
mengurangi tingkat depresi pada lansia.

8

Dari uraian tersebut diatas, penulis terdorong melakukan penelitian
dengan metode ukuran, tempat dan jumlah responden yang berbeda dengen
penelitian sebelumnya untuk mengetahui lebih jauh “apakah ada hubungan
antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia beragama islam
di PSTW Budi Mulya 4 Margaguna ”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran tingkat religiulitas pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha?
2. Bagaimana gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha ?
3. Adakah hubungan tingkat religiusitas pada lansia dengan tingkat depresi
yang dialami?
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan
tingkat depresi pada lansia yang beragama islam.
2. Tujuan khusus
a. Melihat gambaran tingkat religiusitas pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha
b. Melihat gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha
c. Mengidentifikasi hubungan tingkat religiusitas pada lansia dengan
tingkat depresi yang dialami

9

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Intitusi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refernsi tentang
penanganan depresi pada lansia dari segi religiusitas baik bagi keluarga
maupun lansia itu sendiri.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan diharapkan dapat menambahkan referensi
terkait dengan keperawatan gerontik terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam hal ini terkait dengan depresi.
3. Bagi peneliti
Merupakan hal yang sangat menarik bagi peneliti, karena yang
dihadapi yaitu lansia yang memerlukan perawatan yang komprehensif dan
dapat menambah wawasan tentang pengetahuan dan sikap lansia tentang
asuhan yang tepat pada lansia tentang masalah depresi pada lansia.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia yang beragama islam di
panti sosial tresna werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi korelasi dan
menggunakan uji Sperman Rank. Metode pengambilan data dengan
menyebarkan kuesioner yang terdiri dari kuesioner tingkat religiuisitas 22

10

item pernyataan dan kuesioner depresi menggunakan Geriatric Depression
Scale (GDS) 30 item. Subjek yang diteliti adalah lanjut usia Panti Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Waktu penelitian
berkisar antara bulan Maret sampai Juni.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Depresi
1. Pengertian Depresi
Depresi adalah reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan,
orang yang dicintai, atau rasa harga diri seseorang (Semiun,2010).
Menurut Francis Bacon depresi adalah keadaan menyedihkan dari
pikiran untuk memiliki sedikit hal diinginkan, dan banyak hal ditakuti.
depresi adalah kondisi kesehatan yang tersebar luas. Depresi
merupakan masalah sosial dan pribadi yang signifikan (McKay dan
DinkMeyer,2008). Depresi termasuk dari kelainan afektif. Istilah
kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek
(mood) sebagai gejala primer, semua gejala lain bersifat sekunder.
Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan
kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu
dinamai “psikosis manik depresf”. Penyakit hanya dengan satu jenis
serangan dinamai unipolar , dan jika episode manik dan depresif
keduanya ada disebut bipolar. Semua gejala ini adalah depresi primer.
Depresi sekunder bisa mengikuti kelainan psiaktri lain atau penyakit
fisik (Ingram,Timbury dan ,Mowbray 1995).
Depresi termasuk salah satu diantara gangguan-gangguan hati
(mood). Gangguan mood merupakan gangguan yang terjadi pada
keadaan emosional atau mood seseorang. Orang dapat mengalami

11

12

gangguan ini dalam bentuk depresi yang ekstrem. Karakteristik utama
gangguan depresi adalah individu merasa dysphoria atau kesedihan
yang berlebihan. Untuk memahami dasar dari gangguan mood, hal
yang penting untuk memahami konsep dari sebuah episode, periode
waktu yang terbatas ketika simtom gangguan yang spesifik dan kuat
terjadi. Pada beberapa kesempatan, suatu episode dapat terjadi dalam
waktu yang lama, mungkin dua tahun atau lebih (Halgin dan
Whitbourne,2010).
2. Etiologi depresi
Depresi tidak memiliki penyebab tunggal. Sebaliknya, tampaknya
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan
psikologis.
a. Faktor genetik yang diturunkan dari orang tua ke anak melalui gen.
Para ilmuwan telah menemukan variasi genetik pada kromosom yang
mungkin memainkan peran dalam depresi. Setiap variasi dengan
sendirinya menganugerahkan hanya sedikit resiko. Depresi tampaknya
hasil dari efek gabungan dari beberapa gen yang bertindak dalam
konser dengan lingkungan dalam jangka pendek, baik nature dan
nurture (Andrews,2010).
b. Faktor psikologis memiliki dampak besar pada depresi. Sebuah gaya
berfikir tidak rational negatif tampaknya menjadi inti penyakit. Gaya
seperti kepribadian tertentu sebagai ketergantungan yang berlebihan

13

atau mengkritik diri sendiri juga mempengaruhi orang untuk
mengalami depresi (Andrews,2010).
c. Faktor biologis adanya ketidakseimbangan zat-kimia di otak
menyebabkan sel-sel otak tidak berfungsi dengan baik. Ada keluarga
dan orang tertentu yang yang lebih rentan terhadap zat-zat kimia ini
sehingga pada kondisi tertentu mereka cenderung mengalami depresi.
Pada saat-saat tertentu depresi ini gampang kambuh. Biasanya
kekambuhan

berikutnya

tidak

memerlukan

pemicu

sebanyak

sebelumnya. Oleh karena itu, kemungkinan faktor turunan atau genetik
dianggap sebagai penyebabnya (Hana&Ismail,2009).
d. Faktor psikososial kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan
menjadi pencetus. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang
cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu,
dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung
keluarga dan lingkungan teaman dapat mempermudah timbulnya
depresi. Berbagai jenis kehilangan sebagai bagian dari proses menua
dapat menimbulkan depresi. Masalah sosial yang dihadapi pada masa
tua

biasa

biasanya

rumit,

kompleks,

dan

saling

berkaitan

(Hana&Ismail,2009).
3. Tingkat depresi
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
tahun 2001 – III depresi dibagi atas beberapa tingkatan yaitu:

14

1. Depresi ringan, ciri-cirinya sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurangkurangnya 2 dari gejala lainnya, tidak boleh ada gejala berat
diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurangkurangya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam
pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
2. Depresi sedang, ciri-cirinya sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah
sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya, lama
nya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu,
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3. Depresi berat atas dua jenis:
1) Depresi berat tanpa gejala psikotik ciri-cirinya semua gejala
utama harus ada, ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala
lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat,
bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau reterdasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.Dalam hal
demikian, penilaian secar menyeluruh terhadap depresif berat
masih dapat dibenarkan, episode depresi biasanya berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi bila gejalanya amat
berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

15

menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.
2) Depresi berat dengan gejala psikotik ciri-cirinya sama dengan
depresi berat tanpa gejala psikotik, diserttai waham, halusinasi,
atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu, halusinasi
audotorik atau olfatorik biasanya berupa suara menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk, retardasi
psikomotor yang berat dapat memicu pada stupor, jika
diperlukan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan afek.
4. Gejala-gejala Depresi
Menurut PPDGJ – III (2001) depresi mempunyai beberapa gejala
yang akan dijadikan pedoman diagnostik, yaitu:
1. Gejala Utama pada derajat ringan, sedang, dan berat meliputi (1)
afek

depresif,

(2)

kehilangan

minat

dan

kegembiraan,

(3)berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunya aktivitas.

16

2. Gejala lainnya meliputi (1)konsentrasi dan perhatian berkurang,
(2)harga diri dan kepercayaan diri berkurang, (3)gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna, (4)pandangan masa depan yang
suram dan pesimistis, (4)gagasan atau perbuatan membahayakan
diri atau bunuh diri, (5)tidur terganggu, (6)nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala depresi meliputi:
a) gambaran emosi yaitu mood depresi, sedih atau murung,
iritabilitas,

ansietas,

anhedonia,

kehilangan

minat,

kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri
dari hubungan interpersonal, preokupasi dengan kematian.
b) Gambaran kognitif yaitu mengkritik diri-sendiri, perasaan
tidak berharga, rasa bersalah, pesimis,tidak ada harapan,
putus asa, perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk,
tidak pasti dan ragu-ragu, berbagai obsesi, keluhan
somatik(terutama pada lansia), gangguan memori, waham
dan halusinasi.
c) Gambaran vegetatif yaitu lesu, tidak ada tenaga, insomnia
atau hipersomnia, anoreksia atau hipereksia, penurunan
berat badan atau penambahan berat badan, retardasi
psikomotor, libido terganggu, variasi diurnal yang sering.
Tanda-

tanda

depresi

yaitu

berhenti

dan

lambat

bergerak,wajah sedih dan selalu berlinang air mata, kulit
dan mulut kering dan konstipasi.

17

Menurut Nevid dkk (2005) dalam buku Psikology Abnormal ciriciri umum dari depresi meliputi :
1. Perubahan pada kondisi emosional yaitu perubahan pada
mood, penuh dengan air mata atau menangis, meningkatkan
iritaabilitas

(mudah

tersinggung),

kegelisahan,

atau

kehilangan kesabaran.
2. Perubahan dalam motivasi yaitu perasaan tidak termotivasi,
atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi
hari atau soe bahkan sulit untuk bangun dari tempat tidur,
menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada
aktivitas sosial, kehilangan kenikmatan atau minat dalam
aktivitas menyenangkan, menurunya minat seks, gagal
untuk berespon pada pujian atau reward.
3. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik yaitu
bergerak atau berbicara dengan perlahan dari pada
biasanya, perubahan dalam kebiasaan tidur,

perubahan

dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu
sedikit), perubahan dalam berat badan, berfungsi secara
kurang efektif daripada biasanya ditempat kerja atau
sekolah.
4. Perubahan kognitif yaitu kesulitan berkonsentrasi atau
berfikir jernih, berfikir negatif mengenai diri sendiri dan

18

masa depan, perasaan bersalah atau menyesal mengenai
kesalahan di masa lalu, kurangnya self-esteem atau merasa
tidak adekuat, berfikir akan kematian atau bunuh diri.
B. Lansia
1. Pengertian Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
kesimbangan terhadap kondisi stres fisiologi. Menurut Hawari (2001)
dalam Efendi&Makhfudli (2009) kegagalan pada lansia, ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual.
Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan 45-59
tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun, dan lansia
sangat tua di atas 90 tahun. Menurut Undang-Undungan Nomor 13 Tahun
1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

19

2. Perubahan- Perubahan pada Lansia
Menurut Stanley dan Gauntlett (2007) lansia mengalami penuaan
pada semua sistem tubuh lansia seperti pada sensori, integumen,
muskuloskeletal, neurologis, kardiovaskular, pulmonal, endokrin, renal
dan urinaria, gastroinstestinal, dan pada reproduksi.
a. Penuaan pada Sistem Sensoris
Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan
dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan
permasalahan yang ditimbulkan mungkin merupakan faktor yang turut
berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak
kearah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang
kehidupan.
Perubahan dalam penglihatan dan fungsi mata yang dianggap
normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk
melakukan akomodasi, kontriksi pupil akibat penuaan, dan perubahan
warna serta kekeruhan lensa mata (katarak). Lansia harus didorong
untuk menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan.
Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering
mengedipkan mata terhadap cahaya yang terang.
Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi
kedalaman, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian.
Lansia harus diajarkan cara menggunakan tangan mereka sebagai
pemandu dalam pada tegangan tangga. Perubahan dalam persepsi

20

warna terjadi sering dengan terbentuknya katarak sehingga warnawarna yang muncul tumpul dan tidak jelas.
Perubahan pada pendengaran adalah masalah kesehatan kedua
yang

paling

umum

yang

mempengaruhi

lansia.

Kehilangan

pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Perubahan dalam
pengecapan dialami ketika seseorang telahg bertambah tua karena
jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah mengalami pengurangi,
kerusakan yang menurunkan sensitivitas terhadap rasa.Perubahan
pada penciuman terjadi selama usia pertengahan, dan untuk sebagian
orang, hal tersebut akan berkurang.
b. Penuaan pada Sistem Integumen
Secara struktural kulit terdiri dari epidermis, dermis dan
subkutis. Penuaan pada kulit terlihat pada kulit seperti atropi, keriput,
dan kulit yang kendur. Perubahan kulit pada lapisan epidermis seperti
waktu penggantian sel meningkat yang mengakibatkan waktu
penyembuhan luka lambat, penurunan melanosit mengakibatkan
perlindungan dari sinar ultraviolet berkurang, penurunan sel
langerhans mengakibatkan respon terhadap pemeriksaan kulit
berkurang, pendataran rete ridge mengakibatkan kulit mudah terpisah
dan mengalami kerusakan, kerusakan pada nukleus keratinosit
mengakibatkan kulit kecendurungan kearah pertumbuhan yang
abnormal.

21

Perubahan-perubahan pada dermis adalah penurunan elastisitas
yang mengakibatkan kulit kurang lentur, kolagen kurang terorganisir
mengakibatkan kulit kehilangan turgor, vaskularisasi berkurang
mengakibatkan kulit terlihat pucat dan hilangnya termoregularasi,
penurunan unsur-unsur sel makrofag, fibroblas, sel batang yang
mengakibatkan respon imun yang lemah.
Perubahan-perubahan yang pada subkutis seperti resorpsi
lemak tubuh yang mengakibatkan peningkatan resiko hipertermia,
redistribusi kembali lemak tubuh dari ekstermitas keabdomen yang
mengakibatka terjadi peningkatan resiko cedera dan perubahan citra
tubuh. Perubahan-perubahan lain yang terjadi seperti hilangnya
melanosit sehingga rambut berubah, hilangnya folikel rambut
mengakibatkan penipisan rambut pada kepala, perubahan jenis dan
distribusi rambut, pertumbuhan kuku berkurang sehingga kuku lunak,
rapuh, dan kurang berkilau, penurunan korpus meissener sehingga
penurunan sensasi raba, penurunan korpus pacinii sehingga dapat
menurunkan

sensasi

tekan,

penurunan

kelenjar

keringat

mengakibatkan kulit kering dan penurunan termoregulasi, penurunan
kelenjar apokrin sehingga terjadi penurunan bau badan.
Pada lansia juga terjadi penurunan kekuatan imun. Perubahan
kompetensi imun mencerminkan perubahan dalam imunitas sel, seprti
penurunan fungsi dan jumlah sel T dan B. Kecendurangan lansia
mengalami kanker kulit juga akibat dari gangguan imun. Peningkatan

22

kerentanan terhadap virus perkutan dan infeksi jamur adalah
konsekuensi lain dari penurunan kompetensi imun lansia.
c. Penuaan pada Sistem Muskoskeletal
Perubahan pada sistem muskoluskeltal pada lansia dapat
dilihat dari penurunan tinggi badan yang progresif yang disebabkan
oleh penyempitan diskus interverbrata sehingga postur tubuh lansia
bungkuk dengan penampilan barrel-chest. Kekakuan rangka tulang
dada pada keadaan mengembang mengakibatkan lansia rawan
terhadap resiko jatuh. Penurunan fungsi tulang kortikal dan trabular
mengakibatkan peningkatan resiko fraktur. Penurunan massa otot
dengan kehilangan lemak subkutan sehingga kontur tubuh lansia
tajam, pengkajian status dehidrasi sulit, penurunan kekuatan otot.
Waktu kontraksi dan relaksasi muskular memanjang

sehingga

perlambatan waktu untuk bereaksi. Kekakuan ligament dan sendi
mengakibatkan peningkatan risiko cedera.
d. Penuaan pada Sistem Neurologis
Perubahan struktural yan paling terlihat terjadi pada otak itu
sendiri, walaupun bagian lain dari SSP juga terpengaruh. Perubahan
ukuran otak yang diakibatkann oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan
ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar
dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Perubahan dalam sistem
neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, denga
potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun.

23

Distribusi neuron kolinergik, norepineprin, dan dopamin yang tidak
seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit
penurunan intelektual.
Ada beberapa perubahan norma sisitem neurologis akibat
penuaan seperti konduksi saraf perifer yang lebih lambat akibatnya
refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu
reaksi.

Peningkatan

lipofusin

sepanjang

neuron-neuron

mengakibatkan vasokontriksi dan vasodilatsi yang tidak sempurna.
Termoregulasi

oleh

hipotalamus

kurang

efektif

sehingga

menimbulkan bahaya kehilangan panas tubuh.
e. Penuaan pada Sistem Kardiovaskular
Meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan yang terjadi
berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat
aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi. Perubahan normal pada sistem kardiovaskular akibat
penuaan seperti ventrikel kiri menebal dan membentuk penonjolan hal
ini menyebabkan penurunan kekuatan kontraktil dan gangguan aliran
darah melalui katup. Jumlah pacemaker menurun umumnya terjadi
distrimia. Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi
akibatnya penumpulan respon baroresptor dan penumpulan respon
terhadap panas dan dingin. Vena mengalami dilatasi, katup-katup

24

menjadi tidak kompeten mengakibatkan edema pada ekstermitas
bawah dengan penumpukan darah.
f. Penuaan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan
terhadap perubahan fungsional pulmonal. Perubahan anatomis seperti
penurunan komplikasi paru dan dinding dada turut berperan dalam
peningkatan kerja pernapasan. Atrofi otot-otot pernapasan dan
penurunan kekuatan otot-otot pernapasan dapat meningkatkan risiko
perkembannya keletihan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahanperubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen
maksimum. Perubahan-perubahan pada intertisium parenkim dan
penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan
penurunan difusi oksigen. Implikasi klinis dari perubahan pada sistem
repirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi
pulmonal

dan

perubahan

sistem

imun

mengakibatkan

suatu

kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi,
kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan
penyakit paru obtruksi kronis.
g. Penuaan pada Sistem Endrokin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas
tiroid, basal metabolik rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi
aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron,
esterogen, dan testoteron.

25

h. Penuaan pada Sistem Renal dan Urinaria
Sejumlah perubahan dalam penuan nefron dan sistem sirkulasi
yang mempengaruhi proses pertukaran telah diketahui. Dalam nefron,
perubahan terjadi dalam glomerulus dan sistem tubular. Dalam
glomerulus, membrana basali