Hubungan status gizi, usia menarche ibu dan aktivitas fisik dengan usia menarhce remaja putri di SMP Negeri 1 Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
Remaja atau adolescense berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang berasal dari
bahasa ingris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas
sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia
12 tahun pada wanita (Proverawati, 2009).
Menurut Depkes (2010), berdasarkan penggolongan umur, masa remaja
terbagi atas :
1. Masa remaja awal (10 - 13 tahun)
Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik
didalam rumah ataupun disekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis,
sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di
sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah sendiri dan mempunyai pandangan,
seperti olah raga yang baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, dan mengenal
cara untuk berpenampilan yang menarik.


9

10

2. Masa remaja tengah (14 - 16 tahun )
Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga
tidak terlalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan
menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahapan ini
remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh, dan
berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “siapa saya“ pada masa
ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan
membuat rencana sendiri.
3. Masa remaja akhir (17 - 19 tahun)
Pada tahapan ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang
dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berpikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri terhadap masalah- masalah idealisme,
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran dewasa dalam masyarakat.
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh)
dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi
pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat,

drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai
diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi
serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Sekitar dua tahun pertumbuhan
berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Remaja

11

putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan
mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun (Rumini, 2004).

2.1 Menarche
Menarche merupakan menstruasi pertama terjadi dalam rentang usia 10-16
tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi. Menarche merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi
pada seorang gadis sedang menginjak dewasa. Perubahan timbul karena serangkaian
interaksi antara beberapa kelenjar di dalam tubuh. Pusat pengendali yang utama
adalah bagian otak, disebut hypothalamus, yang bekerja sama dengan kelenjar bahwa
otak mengendalikan urutan-urutan rangkaian perubahan itu (Llewellyn, 2009).
Menarche juga disebut siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita.
Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium.

FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya akan
meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua
perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger adenosinemonophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus ovarium
untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan
menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan
terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi
(Guyton, 1997).

12

Menstruasi terjadi akibat terlepasnya endometrium yang iskemia akibat
pengaruh hormonal. Pelepasan endometrium disertai pendarahan yang disebut
menstruasi yang berlangsung antara 2-8 hari. Setelah masa menstruasi berakhir,
endometrium kemudian tumbuh kembali atau disebut juga endometrium mengadakan
proliferasi, agar siap menerima ovum yang telah dibuahi sebagai persiapan
kehamilan. Apabila tidak terjadi pembuahan, endometrium kemudian lisut akan
terjadi menstruasi kembali dan seterusnya (Fairus, 2011).
2.1.1 Usia terjadi Menarche
Masa remaja, usia di antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis
yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis

remaja ialah datang haid yang pertama kali yang disebut menarche, biasanya usia
menarche normal berumur >12 tahun dan menarche dini < 12 tahun (Boynton, 2013).
Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat
bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang
pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat
menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila
usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi. Usia untuk mencapai fase
terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain ras, rangsangan
audio visual, konsumsi junks food/fast food, sosial ekonomi dan IMT (Proverawati,
2009).

13

2.1.2 Proses terjadinya Menarche
Awal pubertas ditandai dengan menarche yang dipengaruhi oleh sinyal
neutrotransmiter dan nueropeptida yang berasal dari hipotalamus, dilanjutkan ke
hipofisis melalui sistem portal dikeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel
dan luteinizing hormone untuk merangsang indung telur. Hormon perangsang folikel
primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk
pertumbuhan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara,

penimbunan jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan di
payudara).
Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur), hormon
estrogen yang dikeluarkan makin lama makin meningkat menyebabkan lapisan dalam
rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi), peningkatan
estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang folikel (FSH), tetapi
merangsang hormone luteinizing (LH) sehingga dapat merangsang folikel graff yang
telah dewasa, untuk melepas telur yang disebut sebagai ovalusi. Telur ini akan
ditangkap oleh rumabi pada tuba fallopi, dan dibungkus oleh korona radiata yang
akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel graff yang mengalami ovulasi
menjadi korpus luteum dan mengeluarkan hormon etrogen dan progesteron.
Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium)
berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh
korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan progesteron lapisan dalam rahim
berubah menjadi fase sekresi, dimana pembuluh darah makin dominan dan

14

mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa
dan ovum (telur) maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur

8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan
dalam rahim sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah
(kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan
pelepasan darah bentuk perdarahan yang disebut mesntruasi (Manuaba, 1998).
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Usia Menarche
a. Organ Reproduksi
Faktor yang memengaruhi usia ketika mendapat haid pertama adalah vagina
tidak tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Wanita remaja yang tidak mendapat
haid karena vaginanya mempunyai sekat yang disebut septum transversa. Keadaan ini
akan menimbulkan benjolan di perut karena rahim membesar akibat terisi darah haid
yang terkumpul di atas sekat tersebut setiap bulan akibatnya menghambat menstruasi
tidak bisa keluar (Dieny, 2014).
b. Hormon
Leptin dan ghrelin serta hormon yang disekresikan jaringan adiposa lainnya
memiliki efek yang signifikan terhadap reproduksi. Bekerja pada otak, hormonhormon ini berperan sebagai perantara antara jaringan adiposa dan sistem reproduksi
untuk mensuplai dan mengatur energi yang dibutuhkan untuk reproduksi normal dan
kehamilan.
Hormon seperti leptin, ghrelin, adiponektin, resistin, dan peptida YY3-36
telah diketahui berperan sebagai regulator-regulator penting terhadap selera makan


15

dan homeostasis energi. Hubungan yang sangat dekat antara metabolisme energi,
status nutrisi, dan fisiologi reproduksi ini mengesankan bahwa kelainan dan
perubahan status nutrisi (obesitas, malnutrisi, anoreksia nervosa, dan sebagainya) dan
gangguan metabolik dapat mengacaukan hubungan timbal balik yang kompleks
antara gonadotropin dan hormon gonadal, yang sangat penting dalam fertilitas.
Peningkatan berat badan dan jaringan lemak pada dasarnya mengganggu pola
menstruasi dan potensial fertilitas. Pada wanita yang obesitas, penurunan berat badan
saja dapat memperbaiki resisten insulin dan memperbaiki fertilitas (Dieny, 2014).
c. Usia Menarche Ibu
Usia menarche ibu berperan penting sebagai faktor penentu usia menarche
remaja putri. Menurunnya usia menarche menandakan adanya perbaikan faktor-faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dimana kondisi ini tampak pada usia menarche
anak yang lebih cepat dari ibunya. Usia menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya (Luigi, 2010).
Penelitian yang dilakukan Putri pada tahun 2009 menyatakan bahwa terdapat
hubungan usia menarche ibu (usia menstruasi pertama ibu) dengan usia menarche
pada anak.
d. Ras

Saat ini, anak-anak perempuan di Amerika Serikat lebih cepat 9 bulan
mendapatkan menstruasi pertama daripada yang dialami anak-anak perempuan 20
tahun lalu. Para peneliti mengatakan kecenderungan ini berlangsung terus dan
dimulai pada abab ke-19. Anehnya, timbul suatu jurang pemisah antara anak

16

perempuan kulit hitam dan kulit putih. Sementara itu usia rata-rata seorang anak
perempuan mengalami mestruasi pertama tetap pada usia 12 tahun. Penelitian terbaru
menunjukkan anak perempuan kulit hitam rata-rata mengalami menstruasi lebih cepat
3 bulan daripada anak-anak kulit putih. Dan rata-rata saat pertama kali mendapatkan
menstruasi lebih cepat 9 bulan pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada
perempuan kulit putih antara tahun 1973 dan 1994.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat apakah ada perbedaan usia antara anak
kulit hitam dan kulit putih saat pertama kali mengalami menstruasi dengan faktorfaktor seperti berat badan, tinggi badan atau ketebalan lipat kulit (ukuran lemak
tubuh). Tetapi setelah perbedaan-perbedaan ini disesuaikan/diperbaiki, para peneliti
mendapatkan lebih dari 40% anak perempuan kulit hitam mengalami menstruasi
pertama sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar
10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam mulai
mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun, keadaan ini disebut menarche dini.

Menarche dini telah dihubungkan dengan meningkatnya resiko kanker payudara,
kegemukan dan keguguran.
Peneliti juga mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi
pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi
daripada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setalah usia 13
tahun. Dalam penelitian ini mereka mendapatkan anak perempuan kulit hitam yang
berusia antara 5 hingga 9 tahun dengan keadaan tubuh lebih berat dan tinggi
dibandingkan anak perempuan kulit putih pada kelompok umur yang sama.

17

Adanya perbedaan dalam tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa anak
perempuan kulit hitam lebih dahulu mencapai tahap lanjut perkembangan rangka
tubuh daripada anak perempuan kulit putih. Tetapi pada saat mereka membandingkan
anak perempuan kulit hitam dan kulit putih pada anak usia yang sama, berat dan
tinggi badan, mereka mendapatkan anak perempuan kulit hitam masih lebih dini
mengalami menstruasi daripada anak perempuan kulit putih (Proverawati, 2009).
e. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menyebabkan terlambatnya haid adalah
infeksi yang menimbulkan berat badan sangat rendah sehingga datangnya haid akan

tertunda. Adanya tumor juga mempengaruhi pola menstruasi, dapat mengganggu
pengeluaran hormon sehingga menstruasi terganggu. Penyakit metabolik seperti
diabetes melitus juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi dikarenakan adanya
resisten insulin yang dapat mengganggu keseimbangan hormon androgen dan
estrogen (Dieny, 2014).
f. Status Gizi
Status gizi berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ
reproduksi. Pada wanita dengan usia subur diperlukan status gizi baik dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang karena sangan dibutuhkan pada saat menstruasi.
Wanita dengan status gizi kurang memiliki risiko terjadinya gangguan menstruasi
yang diakibatkan oleh terganggunya pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi (Dieny, 2014).

18

Status gizi perlu di perhatikan karena status gizi yang kurang dapat
mengakibatkan menstruasi lebih lambat dibandingkan remaja putri yang bergizi baik
mempunyai cepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas.
Pada periode pubertas inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan
fisik serta mengalami kematangan organ reproduksi. Salah satu tanda seorang

perempuan telah memasuki usia pubertas adalah terjadinya menarche.
Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak
tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda. Faktor ukuran
tubuh termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan persentase lemak
tubuh telah lama dibuktikan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Pulungan,
2009). Kenaikan berat badan merupakan faktor yang berkait secara konsisten dengan
awalnya kematangan seksual pada dewasa muda dan remaja. Beberapa kajian
retrospektif telah menunjukkan bahawa remaja yang mengalami menarche sebelum
usia 12 tahun adalah lebih berat dan gemuk berbanding dengan remaja yang
mengalami menarche normal.
Status gizi mempengaruhi usia menarche terkait dengan jumlah lemak dalam
tubuh. Jaringan lemak menghasilkan hormon leptin. Hormon leptin, yakni satu
hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak yang
merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas . Kadar leptin dalam darah
juga berkait dengan gluteofemoral menunjukkan bahwa leptin menyampaikan
informasi tentang distribusi

lemak ke hipotalamus

semasa pubertas dan

mempengaruhi usia awal menarche. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah

19

dapat menyebabkan peningkatan kadar LH. Peningkatan LH berhubungan dengan
peningkatan estrogen dan awal menarche (Edward et al, 2007).
g.

Aktivitas Fisik
Hubungan aktivitas fisik dengan usia menarche dikaitkan penundaan sekresi

dari hormon-hormon spesifik yang ada dalam tubuh terhadap kematangan seksualitas
pada remaja putri. Diperkirakan bahwa aktivitas

fisik berat akan menunda usia

menarche melalui mekanisme hormonal karena telah menurunkan produksi
progesteron sehingga menunda kematangan endometrium.
Penelitian yang dilakukan Bagga (2000) menyatakan bahwa, aktivitas fisik
atau olahraga seperti volli, bulutangkis dan berenang yang rutin dilakukan dan dalam
durasi waktu yang lama akan menunda umur menarche dibandingkan dengan remaja
putri yang melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang jarang dan durasi waktu yang
sebentar. Hal ini dikarenakan massa otot yang lebih besar.
h. Konsumsi Junk Food/Fast Food
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh
vegetarian, atau food fadism dan junk food merupakan sebagian contoh
keterpengaruhan ini. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak
makan, tidak jarang berujung pada anoreksia nervosa. Kesibukan menyebabkan
mereka memilih makan di luar, atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh,
kebiasaan ini terpengaruh oleh keluarga, teman, dan iklan di televisi (Arisman, 2007).

20

Konsumsi junk food pada remaja berpengaruh terhadap peningkatan gizi
remaja. Umumnya makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan
sodium yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asamkorbat, kalsium dan folat
(Khomsan, 2004). Remaja putri dengan kelebihan nutrisi (kelebihan lemak dan berat
badan), menarche juga terjadi lebih dini. Nutrisi mempunyai pengaruh terhadap
kematangan seksual manusia, karena gizi mempengaruhi seksresi hormon
gonadotropin dan respon terhadap Luetinizing Hormone (LH), hormon ini berfungsi
untuk seksresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda seks
sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi.
Kondisi gaya kehidupan modren dengan tersedianya rumah makan dengan
banyak pilihan makanan siap saji, makanan kemasan dan soft drink akan
menimbulkan percepatan menarche karena konsumsi makanan siap saji maupun soft
drink mengadung tinggi lemak, gula, kalori. Remaja putri yang mulai pubertas dan
sebelum mengalami menarche sering mengkonsumsi fast food dan makanan jajanan
luar

rumah

akan

menyebabkan

peningkatan

asupan

kalori

yang

tinggi

(Sulistyoningsih, 2011)
i. Rangsangan Audio Visual
Faktor penyebab menstuasi juga datang dari rangsangan audio visual, baik
berasal dari percakapan maupun tontonan dari flim-flim atau

internet berlabel

dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas. Ransangan dari telinga dan mata
tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan genital untuk lebih cepat
matang. Bahkan, rangsangan audio visual ini merupakan faktor penyebab utama

21

menstruasi dini. Berdasarkan riset selama 37 tahun dilakukan peneliti di Norwegia
dan melibatkan 61 ribu perempuan yang lahir antara tahun 1800 hingga 1920-an,
terdapat kesimpulan bahwa tingkat risiko kematian pada perempuan yang mengalami
menstruasi dini (9-11 tahun), lebih tinggi 10 persen ketimbang mereka yang
mengalami saat usia 15 tahun ke atas (Proverawati, 2009).
Keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi) yang meliputi media
cetak, audio, dan audiovisual mempengaruhi timbulnya menarche dini remaja putri
karena mengacu organ reproduksi dan genital lebih cepat matang. Keterpaparan
media orang dewasa (pornografi) menjadikan remaja putri lebih cepat dewasa dan
bila tidak mengerti media bertema pornografi bisa disalah gunakan pada hal negatif
seperti seks bebas (Fajriyanti, 2008). Perilaku seksual berbentuk mulai dari
ketertarikan dengan lawan jenis, orang dalam khayalan maupun khayalan diri sendiri,
berkencan, dan bercumbu. Perilaku seksual juga mempengaruhi lebih cepat matang
organ reproduksi karena merangsang remaja putri pada hasrat seksualnya yang
menyebabkan menarche dini.
Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa tayangan
tayangan sinetron yang menampilkan anak-anak berperan sebagai orang dewasa,
film-flim seks (blue films), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks,
godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap
perbuatan seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae
terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus
menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofisis pars

22

anterior, melalui sistem portal. Hipofisis anterior mengeluarkan hormon yang
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur
memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yan dikeluarkan
kelenjar indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta
kelenjar induk hipotalamus dan hipofisis, sehingga mengeluarkan hormon
berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan
organ-organ reproduksi.
j.

Sosial Ekonomi
Tingkat ekonomi berperan dalam mempengaruhi menstruasi. Tingkat sosial

ekonomi ini berkaitan erat dengan kemampuan daya beli seseorang terhadap beraneka
ragam pangan. Jika seseorang dapat menjangkau berbagai macam pangan yang kaya
dengan nilai gizi yang kemudian berpengaruh pada pembentukan gizinya. Apabila
status gizinya baik maka proses pertumbuhan dan perkembangan organ, termasuk
organ reproduksi akan berjalan dengan baik (Proverawati, 2009).
Pacarada et al (2008) melakukan penelitian di Negara Kosovo menemukan
bahwa ada hubungan antara umur menarche remaja putri dengan status sosial
ekonomi keluarga. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh bagga (2000) juga
mendapatkan hasil penelitian yang serupa yaitu adanya hubungan antara umur
menarche remaja putri di India dengan status sosial ekonomi keluarganya dimana
status ekonomi keluarga yang rendah berkaitan dengan usia menarche yang lebih
lambat pula. Hal tersebut berhubungan karena tingkat sosial ekonomi keluarga akan

23

mempengaruhi kemampuan keluarga di dalam hal kecukupan gizi keluarga terutama
gizi anak perempuan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi usia menarchenya.

2.3 Dampak Menarche Dini
2.3.1 Menopause
Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini menarche terjadi,
makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarche terjadi, makin
cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarche makin
dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi
lebih panjang (Siti, 2013). Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada
usia 55 tahun ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan
mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan.
Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil
estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila
seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar
estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Brown, 2007).
2.3.2

Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker pada kelenjar mamae. Ini adalah jenis kanker

paling umum diderita kaum wanita. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah
kehilangan

pengendalian

dan

mekanisme

normalnya,

sehingga

mengalami

pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali kanker payudara adalah
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.

24

Menurut Pamungkas (2011), faktor yang dapat menyebabkan kanker payudara
adalah wanita yang mulai menpunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun),
menopause pada umur tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama
kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya
menstruasi pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of
initiation perkembangan kanker payudara.
2.3.3

Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan

jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang
terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun
dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal.
Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga
beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain
faktor hormonal yaitu adanya hormon ekstrogen berperan dalam perkembangan
mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia
reproduktif, dan mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar
dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkat kejadian
mioma uteri. Menarche dini meningkatkan resiko mioma uteri pada usia diatas 40
tahun.

25

2.3.4 Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan
sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beranekaragam. Resiko kanker ovarium
meningkat pada wanita yang belum memiliki anak dan pada wanita yang mengalami
menstruasi dini atau terlambat menopause.
Teori gonadotropin menjelaskan bahwa stimulasi terus menerus dari ovarium
oleh gonadotropin lalu ditambak dengan efek lokal dari hormon endrogen
mengakibatkan kenaikan permukaan epitel proliferasi dan aktivitas mitos berikutnya.
Dengan demikian kemungkinan kanker ovarium berhubungan dengan jumlah siklus
ovulasi dan kondisi yang menekan siklus ovulasi mungkin memainkan peran protektif
(Proverawati, 2009).

2.4 Status Gizi Remaja
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi.
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu (Supariasa, 2002).
Menurut Almatsier, (2004) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang,

26

baik dan lebih. Sedangkan menurut Dieny (2014) status gizi remaja diartikan keadaan
terpenuhinya kebutuhan terhadap zat gizi, yaitu keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi.
Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi empat penilaian yaitu:
a. Antropometri
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
b. Klinis
Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

27

c. Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan secara faal dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Supariasa, 2002)
yaitu :
a) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan
dan kekurangan zat gizi.

28

b) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan
sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c) Faktor Ekologi
Menurut Supariasa (2002), mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
2.4.1 Antropometri
Penentuan status gizi remaja dapat ditentukan dengan pengukuran
antropometri yaitu berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Metode yang digunakan
adalah dengan perhitungan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh merupakan alat
sederhana untuk memantau status gizi remaja khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk menghitung Indeks Massa Tubuh
menurut umut (IMT/U) pada orang remaja digunakan rumus:
IMT =

( )
( )

29

Selanjutnya, IMT dimasukkan dalam z-score dengan menggunakan rumus :
Z − score =















Nilai simpang baku rujukan disini dimaksud adalah selisih kasus dengan
standar +1SD atau -1 SD. Apabila IMT lebih besar dari median, maka nilai simpang
baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1SD dengan median. Tetapi jika
IMT lebih kecil dari median, maka nilai simpang baku rujukannya median dikurangi
dengan -1SD.
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan
ukuran baku (reference). Klasifikasi status gizi pada remaja menurut Kepmenkes
(2010) adalah Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) :
a. Sangat gemuk

: > 2 SD

b. Gemuk

: > 1 SD s/d 2 SD

c. Normal

: -2 SD s/d 1 SD

d. Kurus

: -3 SD s/d < -2 SD

e. Sangat kurus

:< -3 SD

2.4.2 Status Gizi dengan Usia Menarche
Status gizi memengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat
menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat
menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia
yang sama. Sebaliknya, pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih
ringan daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan
mereka sama. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki

30

Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yang lebih tinggi dan mereka yang matang
terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004).
Menarche yang merupakan salah satu perkembangan reproduksi dipengaruhi
status gizi. Status tinggi badan yang pendek akan mempengaruhi perkembangan
reproduksinya. Remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan
yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas (prapubertas) dibandingkan dengan
remaja yang kurang gizi. Remaja yang kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu
yang lebih lama karena itu menarche juga tertunda. Dibandingkan dengan remaja
yang terlambat, anak-anak perempuan yang lebih cepat dewasa lebih pendek dan
gemuk, sementara anak-anak perempuan yang dewasa lebih lambat lebih tinggi dan
langsing (Lusiana, 2007).
Menurut Wiknjosatro tahun 2005, pada keadaan status gizi gemuk
berhubungan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, Jaringan lemak banyak akan
menghasilkan hormon leptin yang memacu peningkatan hormon LH yang berfungsi
sebagai sekresi estrogen dan progestreron. Semakin tinggi hormon LH, maka
produksi hormon estrogen

dan

progesteron

di

ovarium meningkat

yang

mengakibatkan menarche dini yang diduga berperan dalam beberapa fungsi
reproduksi wanita. Kadar hormon leptin yang tinggi pada wanita dihubungkan dengan
menarche dini. Sebaliknya, status gizi kurang akan mempengaruhi pertumbuhan
organ reproduksi, juga mengganggu fungsi reproduksi sehingga mengakibatkan usia
menarche terlambat.

31

Menurut Waryana tahun 2010, status gizi dapat mempengaruhi hormon yang
merupakan penggerak utama kematangan seksual. Gizi mempengaruhi kematangan
seksual pada remaja yang mendapat menarche dini. Pada umumnya, mereka yang
mengalami kematangan seksual lebih dini akan mengalami indeks massa tubuh yang
lebih tinggi dan mereka yang mengalami kematangan seksual terlambat memiliki
indeks massa tubuh kurang pada usia yang sama. Status gizi berhubungan dengan
keadaan lemak dalam tubuh. Jaringan lemak yang cukup mempengaruhi kadar
estrogen non gonad dan menstimulasi gonadotropin releasing hormon (GnRH).
Peningkatan indeks

masa tubuh

di

kalangan

remaja putri

menyebabkan

kecenderungan penurunan usia menarche.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sylvia tahun 2012, menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di
SMP Negeri 22 Bandar Lampung

dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Amalia tahun 2011, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi
dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 155 Jakarta.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Astari tahun 2013, menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di
SMPN 8 Kota Gorontalo dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Sumini tahun 2014, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia
menarche pada siswi kelas 4, 5 dan 6 di SDN Grabahan Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Magetan.

32

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Shanti tahun 2013, menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi terhadap usia menarche pada remaja putri
kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dan juga penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Pujiani tahun 2002, menunjukkan ada hubungan antara
status gizi dengan usia menarche pada siswa kelas 4-6 Rejoso PP Darul Ulum
Peterongan Jombang.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Siswianti tahun 2012,
menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan umur menarche pada siswi di
SDN Cikaret 01 Cibinong Kabupaten Bogor dan juga penelitian ini juga sesuai
dengan hasil penelitian Duma tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan antara
status gizi dengan usia menarche pada siswi Y.P Kristen Andreas Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginarhayu

tahun 2002,

menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan usia menarche pada siswi
sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama di Jakarta Timur dan juga penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Sarah tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara IMT dan usia menarche pada Siswi SD dan SMP di Kota Manado.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Vera tahun 2014, menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi dengan remaja putri yang sudah dan belum
mengalami menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang dan juga
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lusiana tahun 2007, menunjukkan bahwa

33

ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada anak perempuan Sekolah
Dasar di Bogor.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Toanubun tahun 2008,

menunjukkan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan usia menarche
pada siswi SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Kec.Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang
dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Suswita tahun

2011,

menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara IMT dengan usia menarche pada
remaja putri di SMP Swasta Nusantara Kecamatan Lubuk Pakam.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ramadani tahun

2012,

menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada
siswi SMP AL-Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi dan juga penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Adnyani tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri kelas X di SMA PGRI 4
Denpasar.
Maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki status gizi gemuk akan
mengalami menarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang memiliki status
gizi kurang, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang mereka punya
menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda, sedangkan mereka yang
memiliki status gizi normal mengalami menarche di usia yang normal.

34

2.5 Usia Menarche Ibu
Usia menarche ibu merupakan suatu kondisi menstruasi pertama kali yang
dialami ibu menunjukkan terdapat hubungan antara umur ibu pada saat menarche dan
risiko menarche pada putri mereka, ibu yang menarche umur 14 tahun berpeluang
0.39 kali dari ibu dengan menarche pada umur 12 tahun atau sebelumnya. Bukti
pengaruh umur menarche pada keturunan berasal dari situsi yang menunjukan
kecenderungan umur menarche ibu untuk memprediksi umur menarche putrinya
(Karapanou, 2001, Soetjiningsih, 2004).
Pengaruh keturunan didapati usia menarche ibu cenderung dapat memprediksi
usia menarche anak. Didapati polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat
mengubah aktivitas biologis pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan
aksis hipotalamus-pituitari-gonad, yang menentukan bermulanya menarche. Baru
baru ini, polimorfisme pada satu nukleotida dari LIN28B pada kromsom 6 berasosiasi
dengan usia menarche awal (Dieny, 2014).
Menurut Ong dkk menyatakan pada waktu terjadinya kematangan seksual,
seorang gadis mengikuti menstruasi pertama ibunya. Umur menarche ibu dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu
menarchenya. Usia menarche ibu berkaitan dengan usia menarche anak tidak hanya
karena pengaruh genetik tapi juga berkaitan dengan lingkungan keluarga. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Ersoy, B et al (2005) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara usia menarche ibu dan anak perempuannya, hanya terpaut sekitar 1

35

tahun, dimana usia anak saat menarche adalah 12,82 tahun dan ibu saat menarche
adalah 13,6 tahun.
Penelitian yang dilakukan Putri tahun 2009, pada siswi di SMP Islam AlAzhar Rawamangun Jakarta Timur menunjukkan bahwa ada hubungan antara status
menarche ibu dengan kejadian menarche pada putrinya diduga berkaitan dengan
lokus yang mengatur estrogen yang diwariskan kepada putrinya.
Penelitian Duma tahun 2015, pada siswi Y.P Kristen Andreas Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa ada hubungan faktor genetik
dengan terjadinya usia menarche dan hasil penelitian Shanti tahun 2013, pada remaja
kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh di Kabupaten Aceh barat menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara faktor genetik dengan usia menarche.
Penelitian Matondang tahun 2003, pada siswi kelas 4,5 dan 6 SD Tarakanita 5
Rawamangun menunjukan ada pengaruh bermakna antara genetik (usia menarche
ibu) dengan usia menarche.

2.6 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,
mental dan kualitas hidup sehat. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan
aktivitas fisik merupakan suatu kondisi yang memerlukan tingkatan gerakan yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkan, sehingga kalori per jam
akan berkurang tergantung tingkat aktivitasnya.

36

Beberapa pakar mempunyai pengertian tentang aktivitas fisik, antara lain
Menurut Almatsier (2004) mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat didefinisikan
sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Sedangkan Fathonah, dkk (1996) menyatakan bahwa aktivitas dibagi menjadi dua
aktivitas fisik internal dan aktivitas eksternal, aktivitas fisik internal yaitu suatu
aktivitas dimana proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh saat istirahat, sedangkan
aktivitas eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang
dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan energi.
Ativitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal.
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme
untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi
untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung
pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang
dilakukan. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan
suatu pekerjaan daripada seorang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan
usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2004).
2.6.1 Aktivitas Fisik Remaja
Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori (caloric cost), tetapi
tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatan aktivitas fisik melalui
pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan suatu intensitas tertentu, sedangkan

37

pengeluaran energi rendah contohnya latihan peregangan tidak berhubungan dengan
besarnya pengeluaran kalori.
Aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan
aktivitas fisik sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar di sekolah.
Kegiatan belajar yang mereka lakukan mulai pukul 07.00- 13.00 WIB. Aktivitas
remaja perempuan seperti mengerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman,
berdandan dan sebagainya.
2.6.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik
Demikian pula aktivitas remaja dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya
antara lain aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat.
Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang
selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL). PAL merupakan
besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.
Nilai Physical Activity Rate (PAR) untuk berbagai jenis aktivitas fisik.
Tabel 2.1. Rasio Aktivitas Fisik Setiap Kegiatan dalam Sehari-hari
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Aktivitas Fisik
Tidur
Mandi / berpakaian / berdandan
Makan
Memasak
Sekolah
Mengepel
Menyetrika
Mencuci baju
Mencuci piring
Menyapu

PAR
1.0
2.3
1.5
2.1
1.5
4.4
1.7
2.8
1.7
2.3

38

Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
11
12
13
14
15
16

Aktivitas Fisik
Berjalan
Berkebun
Mengerjakan tugas
Menonton
Diantar melalui bus / mobil / motor
Kegiatan yang dilakukan sambil duduk

PAR
3.2
4.1
1.5
1.4
1.2
1.5

PAL ditentukan dengan rumus :
=

∑(

24

)

Keterangan :
PAL

: Physical Activity Level

PAR

: Physical Activity Ratio

W

: Alokasi waktu dalam 24 jam

Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL:
a) Ringan (sedentary lifestyle) = 1.40-1.69
b) Sedang (active or moderately active lifestyle) = 1.70-1.99
c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) = 2.00-2.40
2.6.3 Aktivitas Fisik dengan Usia Menarche
Menurut WHO (2010), kebiasaan olahraga merupakan aktivitas fisik yang
dilakukan paling sedikit 10-15 menit. Aktivitas fisik terlalu sering menyebabkan
aktivitas ovarium menurun sehingga kadar estrogen lebih rendah dimana estrogen
sangat dibutuhkan dalam proses menarche. Estrogen yang tinggi cukup lama akan
merangsang endometrium yang akan ikut luruh bersama cairan berbentuk darah dan

39

sel-sel endometrium yang terkumpul di rahim kemudian mengalir melalui vagina dan
mulailah terjadinya haid pertama (Manuaba, 2009).
Remaja yang melakukan aktivitas fisik teratur/rutin atau melakukan aktivitas
fisik yang berat akan membakar lemak di dalam tubuh, dimana seseorang yang
mempunyai kadar lemak didalam tubuh akan memperpanjang siklus menstruasi dan
lamanya menstruasi serta memperlambat usia menarche dan sebaliknya apabila kadar
lemak didalam tubuh melebihi dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal
maka akan terjadi penimbunan lemak, sehingga mengakibatkan berat badan yang
lebih dari normal dan hormon yang dibentuk oleh lemak akan memacu menstruasi
datang lebih cepat atau lebih dini. Oleh karena itu perlu melakukan aktivitas fisik
untuk menjaga keseimbangan berat badan sehingga fungsi tubuh berjalan dengan
normal dan mengalami usia menarche normal (Ajita, 2014).
Aktivitas fisik juga mempengaruhi usia menarche, seperti penelitian Bagga
(2000) membuktikan bahwa olahraga/latihan fisik (seperti voli, bulutangkis, dan
berenang) yang rutin dan dilakukan dengan durasi waktu yang lama akan menunda
usia menarche pada seorang remaja putri (66,15%) dibandingkan dengan remaja putri
yang melakukan olahraga/latihan fisik yang kurang (33,84%). Hal serupa dikatakan
dalam penelitian Matondang (2003) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara olahraga berat dengan lambatnya remaja putri memperoleh
menarche ± 5 bulan, seperti renang, bersepeda, dan lari marathon.
Penelitian Krummel (1996) menunjukkan bahwa anak perempuan yang
mengikuti kegiatan fisik yang makin meningkat sebelum datangnya menarche akan

40

mengalami penundaan menarche. Penelitian Frisch et al menemukan bahwa pada
pelari maupun perenang yang belum mengalami menarche, menarche akan terlambat
5 bulan untuk tiap tahun berlatih sebelum menarche.
Penelitian Morris et al (2010) juga menyatakan bahwa remaja putri yang
melakukan lebih banyak aktivitas fisik memiliki usia menarche yang lebih lambat
yang dapat mengurangi resiko kanker payudara. Abdulla et al (2010) juga
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menarche dengan kegiatan
olahraga. Remaja putri yang aktif melakukan aktivitas fisik mendapatkan menarche
lebih lama dibandingkan dengan remaja putri yang tidak aktif (Ajita, 2014).
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sofya tahun 2015, menunjukkan
bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan usia menarche pada remaja putri Atlet
dan Non Atlet dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari
tahun 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan usia
menarche pada remaja putri.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Duma tahun 2012, menunjukkan
bahwa ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan usia menarche pada
siswi Y.P Kristen Andreas Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dan juga
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginarhayu tahun 2002, menunjukkan
bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan usia menarche pada siswi sekolah dasar
dan sekolah lanjutan pertama di Jakarta Timur.

41

2.7 Landasan Teori
Awal pubertas ditandai dengan menarche yang dipengaruhi oleh sinyal
neutrotransmiter dan nueropeptida yang berasal dari hipotalamus, dilanjutkan ke
hipofisis melalui sistem fortal dikeluarkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) yang merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen
dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar
payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak
dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Manuaba, 1998).
Organ Reproduksi
Hormon

Sinyal Neutrotransmiter dan
Nueropeptida
Hipotalamus

Usia Menarche Ibu
Penyakit
Ras

Hipofisis

Hormon (FSH, LH)

Status Gizi
Ovarium
Aktivitas Fisik
Konsumsi Junks Food/Fast
Food

Hormon
(Estrogen dan Progesteron)

Rangsangan Audio Visual
Usia Menarche
Sosial Ekonomi

Gambar 2.1 Kerangka Teori : Modifikasi teori Proverawati (2009) dan Dieny
(2014) Faktor yang Memengaruhi Usia Menarche

42

Berdasarkan kerangka teori Proverawati (2009), bahwa usia untuk mencapai
fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ras, rangsangan
audio visual, konsumsi junks food/fast food, sosial ekonomi dan IMT sedangkan teori
Dieny (2014), menyebutkan fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh faktor antara
lain organ reproduksi, hormon, genetik (usia menarche ibu), ras, penyakit, status gizi
dan aktivitas fisik.

2.8

Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya usia menarche adalah status gizi, usia menarche ibu dan
aktivitas fisik. Status gizi salah satu faktor utama dalam percepatan usia menarche,
semakin baik status gizi seorang remaja, usia menarche akan semakin cepat, dan
semakin buruk status gizi remaja usia menarche semakin lambat. Begitu juga dengan
menarche ibu yang mempengaruhi menarche putrinya. Penurunan usia menarche
yang terjadi saat ini sangat berkaitan dengan aktifitas fisik. Aktivitas fisik ringan akan
mempercepat terjadinya menarche (Luigi, 2010).
Status Gizi

Usia Menarche Ibu

Usia Menarche

Aktivitas Fisik

Gambar 2.2. Kerangka Konsep