peningkatan pemahaman konsep pembentukan tanah dengan model pembelajaran savi | samidi | Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO) 6439 19138 1 PB

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBENTUKAN TANAH
DENGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI
Panci Sejati 1), Hadi Mulyono 2), Samidi3)
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta
email : [email protected]
Abstract: The purpose of this research is to improve understanding of the concept of soil formation
through the model of SAVI in the fifth grade students of SD N Mangkubumen Wetan in academic year
of 2014/2015. This research is a class act. The research was conducted in two cycles . Each cycle consists
of planning, action, observation and reflection. Source of data derived from the fifth grade students,
teachers and documents. The collection of data through observation, interview, test and documentation.
Analyzing data in this study using an interactive model analysis. Validity of data using techniques
trigangulasi. The inference that the use of SAVI model can improve learning outcomes IPA on draft soil
formation in fifth graders of SD N Mangkubumen Wetan in academic year of 2014/2015
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep pembentukan tanah
melalui model SAVI pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan tahun pelajaran 2014/ 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sumber data berasal dari
siswa kelas V, guru dan dokumen. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes dan
dokumentasi. Penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Validitas
data menggunakan teknik trianggulasi. Simpulan bahwa penggunaan model pembelajaran SAVI dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang konsep pembentukan tanah pada siswa kelas V SD N

Mangkubumen Wetan Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci: pembentukan tanah, SAVI .

Pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami sekitar secara ilmiah.Dalam
pembelajaran IPA anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Ini akan
mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan
praktis.
Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak
cukup hanya dengan mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga dituntut berpartisipasi aktif dan mempraktikkan sendiri untuk mendapatkan konsep materi melalui pengalaman
langsung. Pembelajaran dengan pengalaman
langsung akan memberikan kebermaknaan
belajar bagi siswa. Hal ini tidak terlepas dari
penggunaan alat peraga dan media pembelajaran yang tepat dan memadai sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan
menyenangkan. Kualitas pengalaman belajar
adalah hal yang penting. Saat ini peningkatan
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD
2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS


kualitas situasi kegiatan belajar mengajar merupakan perkembangan positif dalam pendidikan yang lebih berkualitas.
Belajar IPA atau membelajarkan IPA
kepada siswa adalah memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan menerapkan dalam kehidupanya sehari-hari
melalui cara-cara yang benar dan mengikuti
etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam
masyarakatnya. (Rustaman, N., 2010:1.5).
Guru harus mampu mengembangkan
sikap dan nilai-nilai ilmiah serta lebih memperhatikan tahap perkembangan siswa. Pembelajaran IPA yang dikehendaki oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan hakikat IPA, yaitu sebagai produk ilmi-ah,
proses ilmiah, serta sebagai sikap ilmiah.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional dan
tujuan mata pelajaran IPA guru harus kreatif
dan inovatif utuk menyajikan proses pembelajaran di kelasnya agar proses pembelajaran
yang dikelolanya berjalan luwes, afektif, dan
efisien. Karena sekolah mempunyai harapan
agar siswa memperoleh nilai yang memuaskan sesuai dengan KKM dan memiliki pres-

tasi yang menonjol pada semua mata
pelajaran.
Dari hasil evaluasi kompetensi dasar

mendeskripsikan proses pembentukan tanah
karena pelapukan dan mendeskripsikan jenis-jenis tanah pada siswa kelas V SD Negeri
Mangkubumen Wetan No. 63 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 38 siswa hanya 18 siswa yang mencapai KKM dengan indikator KKM yaitu 65.
Sehingga persentase pemahaman konsep
pembentukan tanah pada siswa kelas V hanya 47,3%. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan belajar pada kompetensi dasar tersebut
menunjukkan rata-rata nilai yang dicapai
siswa kelas V adalah 64,5.
Hal tersebut di atas disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: kurang memperhatikan kebermaknaan pem-belajaran bagi siswa,
hanya beorientasi pada hasil sesaat, informasi
yang diperoleh lebih bertumpu pada sumbersumber yang kurang luas, dan kurang mendayagunakan sumber-sumber lainnya, guru tidak dapat meyakinkan siswa untuk belajar
pelajaran IPA lebih bergairah dan bersungguh-sungguh, siswa tidak dibelajarkan untuk
membangun konseptualisasi yang mandiri,
guru lebih menekankan pada pembelajaran
yang penuh paksaan. dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton
dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, sementara siswanya pasif.
Masih rendahnya pemahaman konsep
pembentukan tanah pada siswa kelas V SD
Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 mendorong peneliti melakukan perbaikan proses
pembelajaran IPA. Hal yang dapat dilakukan
guru yaitu menggunakan model SAVI agar

dalam belajar IPA siswa dapat menggunakan
seluruh inderanya sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa.
Model pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Siswa
dapat menggunakan alat peraga baik berupa
media dua dimensi, tiga dimensi, dan melalui
video dimana siswa dapat belajar dengan
berbuat dan bergerak yang menjadikan siswa
aktif dan tidak merasa jenuh.

Suasana belajar dikatakan baik apabila
didukung dengan keadaan yang positif dan
adanya minat dalam diri pembelajar sehingga
dapat mengoptimalkan pembelajaran. Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalammerencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman
bagi perancang pengajar dan paraguru dalam
melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:

51).
Model SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus
memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa, dengan cara menggabungkan
gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan
penggunaan semua alat indera dalam satu
peristiwa pembelajaran. Istilah SAVI merupakan kependekan dari Somatic, Auditory,
Visualization, Intellectual yang megandung
arti bahwa pembelajaran haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa.
Belajar dapat berlangsung secara optimal
apabila keempat unsur SAVI ada dalam satu
peristiwa pembelajaran. Selain itu, dengan
model pembelajaran SAVI ini diharapkan siswa akan lebih aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran IPA sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa dengan baik.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V
SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, selama 5 bulan. Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai
Juli 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 38 siswa terdiri dari 15
siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan.
Sumber data berasal dari siswa kelas V,
dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan

tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Analisis data menggunakan deskriptif
komparatif. Pada tahap perencanaan, peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan penggunaan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran IPA dengan
KD mendeskripsikan proses pembentukan
tanah karena pelapukan dan mendeskripsikan jenis-jenis tanah, mempersiapkan media
yang akan dipakai dalam pembelajaran, menyiapkan lembar evaluasi/tes, menyiapkan
lembar penilaian, dan lembar observasi.

HASIL
Data prasiklus pembelajaran IPA di
kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan
No. 63 Surakarta diperoleh dari hasil observasi pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Kondisi awal penelitian ini menjumpai adanya permasalahan dalam pembelajaran IPA. Dilihat dari hasil belajarI P A
materi pembentukan tanah dapat diketahui
bahwa pemahaman konsep pembentukan
tanah masih rendah.
Hal tersebut diketahui dari 38 siswa
hanya 18 siswa yang tuntas dan 20 siswa
belum tuntas.

Berdasarkan perencanaan tindakan pada siklus I, pelaksanaan tindakan pembelajaran pemahaman konsep pembentukan tanah
dengan menggunakan model SAVI yaitu dengan cara menampilkan media flash untuk
menarik perhatian siswa sehingga dapat memahami tentang konsep pembentukan tanah
dan pemberian tugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, rekan guru dibantu peneliti sebagai
pengamat yang mengambil tempat duduk di
belakang untuk mengamati dengan cermat
dan teliti jalannya penelitian atau proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Peneliti
mencatat setiap apa yang dilihat dan didengar
agar evaluasi benar-benar dapat memperbaiki
keaktifan dan hasil belajar siswa belajar.
Setelah dilaksanakan tindakan pada
siklus I dengan penggunaan model SAVI nilai
materi pembentukan tanah siswa menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan pada
pra-siklus. Ketuntasan klasikal siswa pada
siklus I sebesar 76,3%.
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil tindakan pada siklus I nilai siswa belum
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan,


yaitu dengan ketuntasan klasikal 90%. Hal
ini disebabkan karena guru kurang dalam
tahap memberi sugesti positif, kurang interaksi tanya jawab yang dilakukan guru, belum
adanya permainan dalam belajar kurang bervariasi dalam melakukan , guru kurang membimbing siswa dalam penggunaan media.
Distribusi nilai siklus I dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Materi
Pembentukan Tanah Siklus I
Interval
Persentase
fi
xi
fi.xi
Nilai
(%)
41-50
2 45,5
91
2
51-60

6 55,5
333
6
61-70
5 65,5
327,5
5
71-80
13 75,5
981,5
13
81-90
9 85,5
769,5
9
91-100
3 95,5
286,5
3
Jumlah

38
2789
100
Nilai Rata-rata = 2789 : 38 = 73,3
Ketuntasan Klasikal = 76,3%

Berdasarkan data pada tabel 2, maka
dapat diketahui bahwa ada peningkatan nilai
rata-rata dari 64,5 menjadi 73,3 dengan
perolehan nilai terendah 45 sedangkan nilai
tertinggi 100 dan ketuntasan klasikal dari
47,3% menjadi 76,3%.
Dari ketuntasan klasikal yang dicapai,
dapat diartikan bahwa jumlah siswa yang dinyatakan tuntas atau mendapat nilai di atas
KKM meningkat sejumlah 11 siswa, yaitu
pada saat pratindakan siswa yang tuntas sejumlah 18 siswa dan pada siklus I menjadi
29 siswa. Dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Dari data tersebut terbukti bahwa
indikator kinerja belum tercapai, maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus
selanjutnya yaitu siklus II.
Berdasarkan hasil tes akhir siklus II,

nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah
81,1. Ini berarti terdapat kenaikan nilai siswa
setelah dilakukannya evaluasi terhadap tindakan kelas siklus II. Dapat dilihat bahwa
persentase ketuntasan klasikal sebanyak 35
siswa atau 92,1%.
Pada siklus II ada peningkatan nilai
materi pembentukan tanah pada siswa kelas
V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63
Surakarta daripada nilai siklus I. Ketuntasan
klasikal pada siklus II adalah sebesar 92,1%.

Perolehan nilai siswa pada si-klus II dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Materi Pembentukan Tanah Siklus II
Interval
Persentase
fi
xi
fi.xi
Nilai
(%)
51-60
3
55,5
166,5
7,9
61-70
1
65,5
65,5
2,6
71-80
14
75,5
1057
36,8
81-90
13
85,5
1111,5
34,2
91-100
7
95,5
668,5
18,4
Jumlah
38
3069
100
Nilai Rata-rata = 3069 : 38 = 81,1
Ketuntasan Klasikal = 92,1%

Dari ketuntasan klasikal yang dicapai,
dapat diartikan bahwa jumlah siswa yang
dinyatakan tuntas atau mendapat nilai diatas KKM meningkat sejumlah 6 siswa, yaitu pada saat Siklus I siswa yang tuntas
sejumlah 29 siswa dan pada siklus II
menjadi 35 siswa. Dengan demikian dapat
dinyatakan pula bahwa masih ada 3 siswa
yang belum tuntas.
Meskipun belum semua siswa memperoleh nilai > 65 (KKM), akan tetapi penelitian ini telah dapat dikatakan berhasil
karena ketuntasan yang dicapai telah melebihi indikator kinerja yang ditargetkan yaitu
90%. Dengan demikian, tindakan bisa dihentikan karena telah mencapai indikator kerja
yang ditetapkan dan berhenti pada siklus II.
Dari data yang diperoleh, terlihat
perkembangan nilai materi pembentukan
tanah dari nilai terendah, nilai tertinggi, nilai
rata-rata, nilai klasikal, dan persentase ketuntasan pada prasiklus, si-klus I, dan siklus II.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 . Perbandingan Nilai Terendah,
Nilai Tertinggi, Nilai Rata-Rata, dan Persentase Ketuntasan Klasi-kal pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.
Keterangan

Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rata - rata
Ketuntasan
Klasikal

Pra
siklus

Siklus
I

Siklus
II

27
100
64,5

45
100
73,3

55
100
81,1

47,3%

76,3%

92,1%

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai terendah pada prasiklus adalah 27,
pada siklus I nilai terendah meningkat
menjadi 47, dan pada siklus II meningkat
lagi menjadi 55. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah 100, pada
siklus I dan II meningkat menjadi 100. Un-

tuk nilai rata- rata juga terjadi peningkatan
yaitu pada prasiklus nilai rata-ratanya 64,5
pada siklus I meningkat menjadi 73,3 dan
pada siklus II kembali meningkat menjadi
81,1. Sedangkan untuk siswa yang dinyatakan tuntas pada prasiklus terdapat 18 siswa
atau 47,3%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa atau 76,3%, dan pada
siklus II kembali meningkat menjadi 35
siswa atau 92,1%. Data tersebut diambil dari
jumlah keseluruhan siswa yaitu 38 siswa.

PEMBAHASAN
Dalam
penelitian
ini
peneliti
bertindak sebagai peneliti aktif. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan
penggunaan model pembelajaran SAVI dapat
meningkatkan pemahaman konsep pembentukan tanah dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Karena pada
dasarnya konsep pembelajaran dengan model
pembelajaran SAVI menarik perhatian siswa
karena mendapat hal-hal baru dan juga
meningkat-kan rasa ingin tahu siswa.
Kenyataannya ba-nyak siswa yang terlihat
aktif pada saat dibe-rikannya materi tentang
pemahaman konsep pembentukan tanah.
Dalam setiap siklus, peneliti selalu
memberitahukan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan materi ajar secara sistematis.
Langkah-langkah lain seperti memberikan
petunjuk atau saran terhadap permasalahan,
mendorong keaktifan, tang-gungjawab, dan
kemampuan peserta didik serta waktu dan
ke-sempatan yang diberikan kepada peserta
didik untuk menyelesaikan permasalahan
hanya dilakukan guru pada kesempatan tertentu dimana langkah-langkah itu diperlukan.
Peneliti juga melakukan empat tahap model
pembelajaran SAVI yang sesuai dengan pendapat Meier (2002:106) menyatakan bahwa
model SAVI dapat direncanakan dalam pembelajaran melalui empat tahap, yaitu: persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penam-pilan
hasil.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti menyatakan bahwa dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI telah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk berfikir mandiri dan
aktif. Guru lebih banyak memantau aktivitas

dan memeriksa pekerjaan peserta didik dapat
meningkatkan keberanian dan keaktifan
peserta didik dalam bertanya, mengeluargkan
ide, dan memecahkan masalah. Sehingga
keaktifan siswa maju ke depan juga meningkat.
Pembelajaran menggunakan pendekatan SAVI, membuat pembelajaran lebih terfokus dan menyenangkan, karena proses
pembelajaran berlangsung secara multi arah
baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru karena pendekatan SAVI, mengkondisikan pembelajarn yang melatih keterampilan dalam berpendapat, mempraktekan
alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga mengembangkan daya imajinasi
siswa.
Dengan pendekatan SAVI pelaksanaan
pembelajaran dapat lebih optimal jika disesuaikan dengan materi pelajaran, dan hal tersebut dapat lebih meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini sesuai dengan perolehan hasil
belajar siswa yang dilakukan. Setelah seluruh
proses pembelajaran berlang-sung rata-rata
siswa memperoleh hasil yang memuaskan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Marpaung (dalam Suharta 2001: 6) yang menyatakan bahwa guru seyogyanya bersikap
ramah dan komunikatif dalam arti, guru mendekatkan diri pada peserta didik dengan caracara komunikatif (menggunakan bahasa, gerakan atau pendekatan individual yang menunjukkan keakraban). Dengan cara itu, guru
dapat memahami pikiran/ karakteristik peserta didik, dan tidak mengganggu perasaan peserta didik. Melalui pemahaman ini, guru
menumbuhkan keberanian peserta didik, mau
mengutarakan idenya, dan mengembangkan
kemampuannya menggunakan nalar.
Berdasarkan peningkatan keaktifan
peserta didik, tanggung jawab dan kemampuan serta dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dirasa guru cukup efektif dan
dapat menciptakan suasana kondusif dan
aktif bagi peserta didik yang terjadi pada
setiap siklus tindakan kelas, jika pembelajaran model pembelajaran SAVI terus dilakukan
pada akhirnya dalam proses pembelajaran
tersebut semua peserta didik akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut peneliti, kesan peserta didik dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada umumnya peserta didik senang belajar, belajar menjadi lebih mudah, belajar khususnya memahami
konsep pembentukan tanah tidak membosankan. Dengan kesan belajar menggunakan model pembelajaran SAVI tersebut dapat menumbuhkan semangat dan ketertarikan sehingga peserta didik terdorong untuk belajar
dengan serius. Semangat belajar dan ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran, ditambah dengan selalu meningkatkan keaktifan, tanggungjawab, dan kemampuan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran pada
akhirnya dapat meningkatkan intensitas belajar.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut melalui penerapan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory,
Visualization, and Intellectualy) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
pelajaran IPA kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63. Hal ini terlihat dari
adanya peningkatan hasil nilai belajar siswa
dalam tiap-tiap siklus.
Pada prasiklus nilai terendah adalah
27, pada siklus I nilai terendah meningkat
menjadi 47, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 55. Nilai tertinggi yang diperoleh
siswa pada prasiklus adalah 100, pada siklus
I dan II meningkat menjadi 100. Untuk nilai
rata- rata juga terjadi peningkatan yaitu pada
prasiklus nilai rata-ratanya 64,5 pada siklus I
meningkat menjadi 73,3 dan pada siklus II
kembali meningkat menjadi 81,1. Sedangkan
untuk siswa yang dinyatakan tuntas pada prasiklus terdapat 18 siswa atau 47,3%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 29
siswa atau 76,3%, dan pada siklus II kembali
meningkat menjadi 35 siswa atau 92,1%.
Data tersebut diambil dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 38 siswa.
Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa langkah-langkah model pembelajaran SAVI sebagai berikut: siswa dibagi dalam beberapa kelompok (somatic), siswa
mendengarkan dan mengamati video tentang
pembentukan tanah yang ditayangkan di

depan kelas (auditory dan visualization), beberapa siswa maju ke depan menceritakan
dengan suara yang keras tentang apa yang
mereka ketahui dari video yang ditayangkan
(auditory), siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan dalam media flash yang ditayang di depan kelas (auditory dan visualization), siswa melakukan pengamatan terhadap
benda-benda yang mengalami pelapukan (somatic), siswa melakukan permainan dengan
kartu bergambar berbagai jenis batuan dan
siswa menggolongkannya (somatic), siswa
mendengarkan penjelasan-penjelasan yang
diberikan guru (auditory), siswa melakukan

percobaan tentang lapisan penyusun tanah
dan jenis-jenis tanah (somatic), siswa menyusun sebuah laporan dalam Lembar Kerja
yang disediakan oleh guru (intellectual), setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (intellectual). Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa implementasi model pembelajaran SAVI dengan langkah-langkah di atas dengan tepat dapat meningkatkan pemahaman konsep pembentukan
tanah pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.

DAFTAR PUSTAKA
Meier, Dave. (2002). The Accelerated Learning. Bandung: Kaifa.
Rustaman, N. Y. (2010). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. FPMIPA UPI.
Suharta. (2001). Metode Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana.