Buku Berdarah IK
Buku Berdarah IK
Arya Hasa Kuswiratama
“Astaghfirullah..” teriakku dalam kelas.
“Ada apa Raka? Kenapa kamu teriak?” Tanya guruku sambil menatapku tajam.
“Tidak apa-apa bu, saya tadi hanya melamun dan kaget.” Jawabku dengan tersipu
malu.
Lalu satu kelas menertawakan apa yang telah aku lakukan. Mungkin mereka percaya
bahwa aku teriak karena melamun dan kaget namun, kenyataannya adalah aku dikagetkan
oleh sesosok anak kecil yang ada dibawah mejaku. Hal ini dikarenakan kemampuan mataku
untuk melihat hal-hal gaib di sekitar. Mungkin aku sering sekali bertemu dengan hal seperti
itu namun, rasa terkejut manusia akan selalu ada bila makhluk halus yang dapat kulihat
mengagetkanku seperti itu.
Akhirnya, bel pulang sekolah pun telah berdering. Ini merupakan momen yang sangat
dinantikan para murid ketika di sekolah. Bagiku ini merupakan hal paling membahagiakan
namun, perasaan itu pun harus hilang ketika guruku meminta tolong untuk mengembalikan
beberapa buku ke perpustakaan di sekolah. Dengan perasaan jengkel, kubawa buku-buku itu
menuju perpustakaan. Ketika sedang berjalan menuju tempat tersebut, aku berpapasan
dengan perempuan yang kuyakini sebagai murid sekolah ini juga. Raut wajahnya yang datar
serta tatapan yang kosong membuat bulu kudukku berdiri ketika berpapasan. Selang beberapa
langkah setelah aku berpapasan, kucoba menengok kebelakang melihat apakah dia masih ada.
Aku pun terkejut ketika dia sudah tidak ada dibelakangku. Dengan cepat aku pun mengambil
seribu langkah untuk segera sampai ke perpustakaan karena kejadian itu.
Sesampainya di perpustakaan, aku pun mengembalikkan buku yang dititipkan guruku
kepada pengawas perpustakaan. Aku berpikir bila saat ini merupakan waktu yang tepat untuk
melihat buku-buku pada perpustakaan. Satu demi satu buku-buku tersebut aku pilah. Aku
sangat menyukai buku-buku yang berhubungan dengan sejarah atau pun mengenai biografi.
Kemudian mataku tertuju dengan sebuah buku lusuh nan tua dengan judul “IK”. Ketika buku
itu baru saja kusentuh, tiba-tiba pintu perpustakaan tertutup dengan suara keras diiringi
dengan suara seperti pintu terkunci. Sambil ku pegang buku itu, aku pun mendekati pintu
perpustakaan dan berusaha untuk membukanya. Aku pun sadar bahwa aku tidak sendirian,
masih ada pengawas perpustakaan yang kulihat sedang menulis sebuah buku pembukuan.
Perlahan-lahan kudekati pengawas perpustakaan tersebut. Pengawas itu ku ajak
berbicara namun tidak menjawab beberapa kali pertanyaan yang ku lontarkan. Perlahan-lahan
kepalanya yang tertunduk terangkat perlahan. Aku benar-benar terkejut dan ketakutan ketika
yang kulihat bukanlah sang pengawas perpustakaan namun sesosok makhluk halus yang
menyerupai dia. Matanya yang berdarah dengan bolah mata yang putih, tersenyum lebar
kepadaku sambil memperlihatkan taringnya. Aku pun terjatuh dan berusaha untuk mundur
agar menjauh darinya. Kemudian aku pun berlari menuju sela-sela rak perpustakaan dan
menunduk masuk ke dalam meja yang terdapat disamping rak perpustakaan tersebut.
Mungkin aku merasa lega karena sudah tidak melihat makhluk itu namun, sayang rasa lega
itu hanya sesaat. Aku harus dikagetkan lagi dengan sosok yang berada di bawah meja dengan
posisi berhadapan di depanku. Spontan aku pun berteriak namun, teriakanku di bungkam oleh
sosok tersebut dengan tangannya. Setelah kucoba perhatikan dengan seksama, ternyata sosok
itu adalah perempuan yang tadi berpapasan denganku. Dia pun menyuruhku untuk tenang dan
mengatakan bahwa makhluk itu menginginkan buku yang aku bawa. Dia pun menyuruhku
untuk meletakkan buku itu dibawah lantai dan meletakkan tangannya diatas buku tersebut.
Tiba-tiba cahaya putih pun muncul menerangi kami berdua. Kemudian kami pun
seperti di perlihatkan oleh gambaran masa lalu oleh buku tersebut. Kami melihat bahwa ada
pasangan suami istri bernama Marco dan Alene. Mereka dikejar oleh seorang dukun untuk
dijadikan tumbal pada penunggu sebuah hutan. Mereka pun berlari di hutan dengan harapan
dapat selamat dari kejaran dukun tersebut. Namun harapan mereka sirna, mereka berdua
ditangkap oleh dukun tersebut dan dijadikan tumbal. Dalam kilasan itu kulihat bahwa dukun
tersebut memiliki rupa yang sama seperti makhluk halus yang menyerupai pengawas
perpustakaan. Kemudian kilasan masa lalu itu pun berakhir.
Perempuan itu pun mengatakan bahwa pasangan suami istri tersebut adalah kakek dan
nenek buyut perempuan tersebut. Dia mengatakan bahwa buku ini mengandung darah dari
dukun tersebut. Satu-satunya cara adalah dengan membakar buku tersebut. Kami pun sepakat
untuk mencari cara untuk membakar buku tersebut. Untungnya di perpustakaan itu terdapat
korek api. Aku pun berusaha untuk mengambil korek tersebut sedangkan perempuan itu
seakan mengalihkan perhatian pada makhluk halus tersebut. Akhirnya aku pun dapat
mengambil korek tersebut dan segera membakarnya. Tiba-tiba makhluk itu pun berteriak dan
menghilang seraya buku itu terus terbakar. Setelah buku itu telah hangus, tiba-tiba pintu
perpustakaan yang terlah terkunci terbuka kembali. Aku bersama perempuan itu pun langsung
keluar perpustakaan itu. Dengan peluh yang mengucur deras serta rasa ketakutan yang maha
dahsyat, aku pun langsung duduk di tanah dengan lemas. Aku pun merasakan ada seseorang
yang menyeka peluhku. Ketika kulihat, orang itu adalah perempuan tersebut.
“Terima kasih telah membantuku.” Ujar perempuan tersebut.
“Tidak masalah, justru aku kaget karena harus berada di situasi seperti tadi.” Jawabku
dengan ketus.
“Aku benar-benar minta maaf.” Jawab perempuan itu sambil menunduk.
“Sudah tidak apa-apa, yang penting kita selamat. Ngomong-ngomong kamu siapa?
Anak baru ya?” Tanyaku padanya.
“Iya sebenarnya aku anak dari kepala sekolah, aku pindah kesini karena ibuku
memintaku untuk memeriksa kejadian gaib di sekolah ini yang berhubungan dengan masa
lalu kami.” Jawab perempuan itu.
“Maksudnya memeriksa bagaimana?” tanyaku kebingungan.
“Aku seperti kamu, bisa melihat makhluk halus namun, aku juga bisa berkomunikasi
dengan mereka. Aku bisa tahu kamu dapat melihat seperti itu dari caramu melihat sekitar.”
Jawabnya.
“Hmm begitu ya, nama kamu siapa? Aku Raka.” Tanyaku padanya.
“Namaku Stefani. Salam kenal ya. Senang sekali bisa bertemu orang yang memiliki
kemampuan yang sama denganku. Barangkali mungkin kita jodoh.” Ujarnya sambil tertawa.
“Bisa saja kamu ini.” Ujarku sambil tertunduk malu.
-SEKIAN-
Arya Hasa Kuswiratama
“Astaghfirullah..” teriakku dalam kelas.
“Ada apa Raka? Kenapa kamu teriak?” Tanya guruku sambil menatapku tajam.
“Tidak apa-apa bu, saya tadi hanya melamun dan kaget.” Jawabku dengan tersipu
malu.
Lalu satu kelas menertawakan apa yang telah aku lakukan. Mungkin mereka percaya
bahwa aku teriak karena melamun dan kaget namun, kenyataannya adalah aku dikagetkan
oleh sesosok anak kecil yang ada dibawah mejaku. Hal ini dikarenakan kemampuan mataku
untuk melihat hal-hal gaib di sekitar. Mungkin aku sering sekali bertemu dengan hal seperti
itu namun, rasa terkejut manusia akan selalu ada bila makhluk halus yang dapat kulihat
mengagetkanku seperti itu.
Akhirnya, bel pulang sekolah pun telah berdering. Ini merupakan momen yang sangat
dinantikan para murid ketika di sekolah. Bagiku ini merupakan hal paling membahagiakan
namun, perasaan itu pun harus hilang ketika guruku meminta tolong untuk mengembalikan
beberapa buku ke perpustakaan di sekolah. Dengan perasaan jengkel, kubawa buku-buku itu
menuju perpustakaan. Ketika sedang berjalan menuju tempat tersebut, aku berpapasan
dengan perempuan yang kuyakini sebagai murid sekolah ini juga. Raut wajahnya yang datar
serta tatapan yang kosong membuat bulu kudukku berdiri ketika berpapasan. Selang beberapa
langkah setelah aku berpapasan, kucoba menengok kebelakang melihat apakah dia masih ada.
Aku pun terkejut ketika dia sudah tidak ada dibelakangku. Dengan cepat aku pun mengambil
seribu langkah untuk segera sampai ke perpustakaan karena kejadian itu.
Sesampainya di perpustakaan, aku pun mengembalikkan buku yang dititipkan guruku
kepada pengawas perpustakaan. Aku berpikir bila saat ini merupakan waktu yang tepat untuk
melihat buku-buku pada perpustakaan. Satu demi satu buku-buku tersebut aku pilah. Aku
sangat menyukai buku-buku yang berhubungan dengan sejarah atau pun mengenai biografi.
Kemudian mataku tertuju dengan sebuah buku lusuh nan tua dengan judul “IK”. Ketika buku
itu baru saja kusentuh, tiba-tiba pintu perpustakaan tertutup dengan suara keras diiringi
dengan suara seperti pintu terkunci. Sambil ku pegang buku itu, aku pun mendekati pintu
perpustakaan dan berusaha untuk membukanya. Aku pun sadar bahwa aku tidak sendirian,
masih ada pengawas perpustakaan yang kulihat sedang menulis sebuah buku pembukuan.
Perlahan-lahan kudekati pengawas perpustakaan tersebut. Pengawas itu ku ajak
berbicara namun tidak menjawab beberapa kali pertanyaan yang ku lontarkan. Perlahan-lahan
kepalanya yang tertunduk terangkat perlahan. Aku benar-benar terkejut dan ketakutan ketika
yang kulihat bukanlah sang pengawas perpustakaan namun sesosok makhluk halus yang
menyerupai dia. Matanya yang berdarah dengan bolah mata yang putih, tersenyum lebar
kepadaku sambil memperlihatkan taringnya. Aku pun terjatuh dan berusaha untuk mundur
agar menjauh darinya. Kemudian aku pun berlari menuju sela-sela rak perpustakaan dan
menunduk masuk ke dalam meja yang terdapat disamping rak perpustakaan tersebut.
Mungkin aku merasa lega karena sudah tidak melihat makhluk itu namun, sayang rasa lega
itu hanya sesaat. Aku harus dikagetkan lagi dengan sosok yang berada di bawah meja dengan
posisi berhadapan di depanku. Spontan aku pun berteriak namun, teriakanku di bungkam oleh
sosok tersebut dengan tangannya. Setelah kucoba perhatikan dengan seksama, ternyata sosok
itu adalah perempuan yang tadi berpapasan denganku. Dia pun menyuruhku untuk tenang dan
mengatakan bahwa makhluk itu menginginkan buku yang aku bawa. Dia pun menyuruhku
untuk meletakkan buku itu dibawah lantai dan meletakkan tangannya diatas buku tersebut.
Tiba-tiba cahaya putih pun muncul menerangi kami berdua. Kemudian kami pun
seperti di perlihatkan oleh gambaran masa lalu oleh buku tersebut. Kami melihat bahwa ada
pasangan suami istri bernama Marco dan Alene. Mereka dikejar oleh seorang dukun untuk
dijadikan tumbal pada penunggu sebuah hutan. Mereka pun berlari di hutan dengan harapan
dapat selamat dari kejaran dukun tersebut. Namun harapan mereka sirna, mereka berdua
ditangkap oleh dukun tersebut dan dijadikan tumbal. Dalam kilasan itu kulihat bahwa dukun
tersebut memiliki rupa yang sama seperti makhluk halus yang menyerupai pengawas
perpustakaan. Kemudian kilasan masa lalu itu pun berakhir.
Perempuan itu pun mengatakan bahwa pasangan suami istri tersebut adalah kakek dan
nenek buyut perempuan tersebut. Dia mengatakan bahwa buku ini mengandung darah dari
dukun tersebut. Satu-satunya cara adalah dengan membakar buku tersebut. Kami pun sepakat
untuk mencari cara untuk membakar buku tersebut. Untungnya di perpustakaan itu terdapat
korek api. Aku pun berusaha untuk mengambil korek tersebut sedangkan perempuan itu
seakan mengalihkan perhatian pada makhluk halus tersebut. Akhirnya aku pun dapat
mengambil korek tersebut dan segera membakarnya. Tiba-tiba makhluk itu pun berteriak dan
menghilang seraya buku itu terus terbakar. Setelah buku itu telah hangus, tiba-tiba pintu
perpustakaan yang terlah terkunci terbuka kembali. Aku bersama perempuan itu pun langsung
keluar perpustakaan itu. Dengan peluh yang mengucur deras serta rasa ketakutan yang maha
dahsyat, aku pun langsung duduk di tanah dengan lemas. Aku pun merasakan ada seseorang
yang menyeka peluhku. Ketika kulihat, orang itu adalah perempuan tersebut.
“Terima kasih telah membantuku.” Ujar perempuan tersebut.
“Tidak masalah, justru aku kaget karena harus berada di situasi seperti tadi.” Jawabku
dengan ketus.
“Aku benar-benar minta maaf.” Jawab perempuan itu sambil menunduk.
“Sudah tidak apa-apa, yang penting kita selamat. Ngomong-ngomong kamu siapa?
Anak baru ya?” Tanyaku padanya.
“Iya sebenarnya aku anak dari kepala sekolah, aku pindah kesini karena ibuku
memintaku untuk memeriksa kejadian gaib di sekolah ini yang berhubungan dengan masa
lalu kami.” Jawab perempuan itu.
“Maksudnya memeriksa bagaimana?” tanyaku kebingungan.
“Aku seperti kamu, bisa melihat makhluk halus namun, aku juga bisa berkomunikasi
dengan mereka. Aku bisa tahu kamu dapat melihat seperti itu dari caramu melihat sekitar.”
Jawabnya.
“Hmm begitu ya, nama kamu siapa? Aku Raka.” Tanyaku padanya.
“Namaku Stefani. Salam kenal ya. Senang sekali bisa bertemu orang yang memiliki
kemampuan yang sama denganku. Barangkali mungkin kita jodoh.” Ujarnya sambil tertawa.
“Bisa saja kamu ini.” Ujarku sambil tertunduk malu.
-SEKIAN-