PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP KONFLIK ANTAR OKNUM PERGURUAN SILAT (Studi Fenomenologi Mengenai Konflik Antar Oknum Perguruan Silat di Kabupaten Madiun) | Firmansyah | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8303 17394 1 SM
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP KONFLIK
ANTAR OKNUM PERGURUAN SILAT
(Studi Fenomenologi Mengenai Konflik Antar Oknum Perguruan Silat di
Kabupaten Madiun)
SKRIPSI
Oleh:
ALI FIRMANSYAH
NIM K8408024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
ABSTRAK
Ali Firmansyah. K8408024.PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
KONFLIK ANTAR OKNUM PERGURUAN SILAT ( Studi Fenomenologi
Mengenai Konflik Antar Oknum Perguruan Silat di Kabupaten Madiun ).Skripsi:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
April 2016.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui
persepsimasyarakat terhadap konflik yang melibatkan oknum Perguruan Pencak
Silat di Kabupaten Madiun. (2) Untuk mengetahui dampak-dampak yang
ditimbulkan dari adanya konflik yang melibatkan oknum Perguruan Pencak Silat
di Kabupaten Madiun(3) Untuk mengetahui upaya dari pihak perguruan,
pemerintah dan aparat keamanan dalam mecegah terjadinya konflik yang
melibatkan oknum Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Madiun
Penelitian inimenggunakan metode pendekatan kualitatif yang mengarah
pada jenis penelitian studi kasus tunggal terpancang yang berusaha mengungkap,
dan menjelaskan sebuah kasus tertentuserta berusaha memberikan saran maupun
evaluasi terhadapnya. Teknik pemilihan informannya menggunakan teknik
purposive sampling dan snowball sampling. Teknikpengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Adapun
validitas datanya menggunakantringgulasi data dan trianggulasi teori. Teknik
analisis data yang dipakai menggunakan model analisis interaktif yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konflik yang
melibatkan Oknum dari Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
dan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo di Kabupaten Madiun
memunculkan persepsi yang beragam dari masyarakat baik itu negatif maupun
positif. Terbaginya persepsi masyarakat ini disebabkan oleh faktor komunikasi
yang belum berjalan selaras. Kuranglengkapnya informasi yang diperoleh
masyarakat menimbulkan prasangka (Ketidaktahuan) yang berbuah desas-desus
dan kecurigaan sehingga pelabelan terhadap kelompok yang sering melakukan
konflik belum sepenuhnya hilang. Perasaan was-was, dan tidak nyaman masih
dirasakan masyarakat sebagai dampak dari konflik. Keadaan antagonistik pun
masih kuat terasa pada masyarakat di tataran bawah, terutama ketika agenda
masing-masing perguruan pencak silat ini tiba di bulan Suro. Penafsiran Nilainilai luhur ajaran perguruan yang berbeda oleh sejumlah oknum mengindikasikan
belum berhasilnya upaya pembinaan yang dilakukan. Lemahnya sistem sanksi dan
kontrol masyarakat juga menjadi kendala sulitnya aparat dalam mengusut
permasalahan dari konflik sehingga perlanggaran cenderung diulang.
Menindaklanjuti hal ini pihak perguruan, pemerintah maupun aparat keamanan
telah berusaha melakukan upaya pembinaan, ikrar, koordinasi, pengamanan, dan
kemudian membentuk Paguyuban Pencak Silat serta mengusulkan rebranding
Kabupaten menjadi “Madiun Kampung Pesilat”.
Kata kunci : Fenomenologi, Konflik,Pencak Silat, Persepsi Masyarakat
ABSTRACT
Ali Firmansyah. K8408024. “COMMUNITY VIEWS ABOUT CONFLICT
BETWEEN IRRESPONSIBLE MEMBERS OF SILAT GROUPS” (A
Phenomenology Study About conflict involving the irresponsible members of
Perguruan Silat in Madiun Regency). Thesis : Faculty of Teacher Training and
Education, Sebelas Maret University, Surakarta.April, 2016.
The objectives of research were: (1) to find out the public perception on
the conflict involving the irresponsible members (oknum) of Self-Defense
Institutions in Madiun Regency, (2) to find out the effects of the conflict involving
the irresponsible members (oknum) of Self-Defense Institutions in Madiun
Regency, and (3) to find out the attempts the institution, the government and the
security apparatus took in preventing the conflict involving the irresponsible
members (oknum) of Self-Defense Institutions from occurring in Madiun
Regency.
This study employed a qualitative approach method with a single
embedded case study design trying to reveal, to describe, and to explain a certain
case as well as to give recommendation and to evaluate it. The informant was
selected using purposive sampling and snowball sampling techniques. Techniques
of collecting data used were in-depth interview, observation, and documentation.
The data validation was conducted used data and theory triangulations. Technique
of analyzing data used was an interactive model of analysis encompassing data
collection, data reduction, data display and conclusion drawing.
Considering the result of research, it could be concluded that the conflict
involving the irresponsible members of Setia Hati terate and Setia Hati Tunas
Muda Winongo Fraternity Self-Defense Institutions in Madiun Regency generated
varying perceptions among the societythat both negative and positive. These
different perceptions resulted from the inharmoniously running communication
factor. The less complete information the public obtained generated prejudice
(ignorance) leading to rumors and suspicion thereby the stereotyping on a group
frequently making conflict had not been vanished completely. The feeling of
worry and inconvenience occurred within the society as the effect of conflict. The
antagonistic condition was still felt deeply within the grass-root society,
particularly when the individual self-defense institutions’ agenda on Syuro month
arrived. Interpretation of the sublime values of different of self-defense institution
by a number of irresponsible members indicating not a successful attempt at
coaching is done. Weak sanctions and the society’s control inhibited the apparatus
in investigating the conflict issue so that crumple perlanggaran tend to be
repeated. Following up this, the institutions, the government, and the security
apparatus had taken such attempts as building, pledge, coordination, security, and
then establishing the Self-Defense Association as well as proposing rebranding
the Regency into “Madiun Kampung Silat”.
Keywords: Phenomenology, Conflict, Self-Defense, Public Perception
PENDAHULUAN
berinteraksi
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan sehari-hari,
setiap
lingkungan
masyarakatdengan
konsep
manusia adalah mahluk sosial atau
pemahamannya pasti berbeda. Dalam
sering disebut sebagai Zoonpolitikon
berbagai pandangan juga tidak dapat
yang
diklaim bahwa semua perilaku yang
didalam
menjalankan
aktivitasnya
membutuhkan
diikuti
oleh
suatu
kumpulan
sinergisitas antara manusia yang satu
masyarakat itu pasti baik, karena jika
dengan manusia yanglainnya. Upaya-
kita berbicara persoalan baik atau
upaya itu semata-mata untuk menuju
tidaknya
pada suatuperadaban yang sering kali
tergantung dari segi ruang danwaktu.
disebut
kehidupan
Mungkin saat ini baik dan mungkin
masyarakat yang madani. Namun
esok hari akan berubah menjadi tidak
demikian
baik untuk diterapkan. Oleh karena
sebagai
tidak
juga
hal
ini
kemudianmengesampingkan
dan
itu,
sebuah
berangkat
nilai
dari
hal
ini,
membantah permasalahan yang lahir
masyarakat
dari
penilaian sendiri tentang apayang
lingkungan.
Setiap
manusia
juga
adalah
mempunyai
tentunya tidak selalu dapat hidup
dianggapnya
dengan aman dan tentram apabila
kebenaran
didalam
mempunyai daya saring terhadap
kehidupannya
selalu
dipenuhi dengan konflik. Konflik
suatu
merupakan masalah sosial
apakah
hanya
dapat
perilaku
dipecahkan
yang
dengan
konkret, yang sesuai atau
sebagai
sebuah
dan masyarakat pun
perilaku masyarakatnya
benar
lingkungannya
itu
sesuai
dengan
ataukah
tidak.
(Soerjono Soekanto, 2005: 172- 173).
tidaknya diukur dari aspek-aspek
Manusia
sosial dan
dianugerahi budi dan nurani, yang
ekspektasi lingkungan
(Soerjono Soekanto, 2005: 395).
Disinilah lingkungan sekaligus
diciptakan
dengan
memberikan kepadanya kemampuan
untuk
membedakan
mana
yang
menunjuk pada suatu budaya atau pun
baikdan mana yang buruk, yang akan
kebiasaan.
juga mengarahkan dan membimbing
Cara-cara hidup dan
sikap dan perilaku dalam menjalani
Persaudaraan Setia Hati Terate
kehidupan. Dengan nuraninya itu,
di Kabupaten Madiun?
maka manusia diberikan kebebasan
untuk
menentukan
perilakunya,
2. Apa
saja
yang
kemampuan
Perguruan
menanggung
yang
ditimbulkan dari adanya konflik
disamping itu manusia juga dibekali
untuk
dampak
melibatkan
oknum
Pencak
Silat
semua resiko atas tindakan yang telah
Persaudaraan Setia Hati Tunas
ia lakukan. Kebebasan inilah yang
Muda Winongo dan Perguruan
kemudian dimaksud dengan hak asasi
Pencak Silat Persaudaraan Setia
manusia yang tidak dapat diingkari.
Hati
Maka
Madiun?
pengingkaran
terhadap
kebebasan manusia, pada hakikatnya
adalah
pengingkaran
terhadap
Terate
di
3. Bagaimana
resolusiyang
dilakukan dari pihak perguruan,
martabat manusia. Sejalan dengan
pemerintah,dan
pandangan diatas, maka sangatlah
keamanan
relevan
terjadinya
bahwa
Pancasila
sebagai
Kabupaten
aparat
dalam
mencegah
konflik
yang
dasar negara mengandung pemikiran
melibatkan oknum Perguruan
bahwa
Pencak Silat Persaudaraan Setia
manusia
diciptakan
oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
Hati Tunas Muda Winongo dan
B. Rumusan Masalah
Perguruan
Berdasarkan
latar
belakang
yang telah diuraikan di atas maka
Pencak
Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate
di Kabupaten Madiun ?
perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat
terhadap
konflik
yang
melibatkan oknum Perguruan
Pencak Silat Persaudaraan Setia
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
dari
1. Untuk
mengetahui
masyarakat
Perguruan
yang
Silat
ini
adalah :
Hati Tunas Muda Winongo dan
Pencak
penelitian
terhadap
melibatkan
Perguruan
Pencak
persepsi
konflik
oknum
Silat
Persaudaraan Setia Hati Tunas
akademik terutama bidang
Muda Winongo dan Perguruan
ilmu sosial.
b.
Pencak Silat Persaudaraan Setia
Hati
Terate
di
memberikan
wawasan
Kabupaten
mengenai
persepsi
Madiun.
2. Untuk
Dapat
mengetahui
silat
konflik yang melibatkan oknum
Madiun.
Pencak
antar
okum perguruan pencak
dampak
yang ditimbulkan dari adanya
Perguruan
konflik
c.
Silat
di
Sebagai
Kabupaten
acuan
bagi
Persaudaraan Setia Hati Tunas
penelitian sejenis untuk
Muda Winongo dan Perguruan
tahap selanjutnya.
Pencak Silat Persaudaraan Setia
Hati
Terate
di
Kabupaten
2.
Manfaat Praktis
a. Secara
praktis
penelitian
Madiun.
3. Untuk mengetahui resolusiyang
ini
diharapkan
dapat memberi gambaran
dilakukan dari pihak perguruan,
konflik
pemerintah
perguruan pencak
keamanan
terjadinya
dan
aparat
dalam
mecegah
konflik
yang
hasil
antar
okum
kepada
peneliti dan masyarakat.
b. Hasil penelitian ini dapat
melibatkan oknum Perguruan
memberi
Pencak Silat Persaudaraan Setia
pemikiran
Hati Tunas Muda Winongo dan
pemerintah,
Perguruan
perguruan pencak silat dan
Pencak
Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate
pihak
guna
di Kabupaten Madiun.
masukan
kontribusi
untuk
organisasi
memberikan
sebagaimana
pertimbangan
dalam
D. Manfaat Penelitian
membuat
kebijaksanaan
1.
Manfaat Teoritis
baru yang relevan dalam
a.
Dapat memberi kontribusi
rangka
pemikiran terhadap dunia
resolusi konflik.
melaksanakan
KAJIAN PUSTAKA
mereka dan ini menentukan makna-
1. Fenomenologi
Kata fenomenologi berasal dari
makna
yang
diberikan
terhadap
bahasa Yunani, phenomenon, yaitu
tindaknnya sendiri maupaun orang
sesuatu yang tampak, yang terlihat
lain di sekitarnya.
karena berkecakupan. Dalam bahasa
indonesia biasa dipakai istilah gejala.
Secara istilah, fenomenologi adalah
ilmu pengetahuan (logos) tentang apa
yang tampak. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa fenomenologi
adalah
suatu
aliran
yang
membicarakan fenomena atau segala
sesuatu yang tampak atau yang
menampakkan
diri.
Fenomenologi
berakar dari filosofi Husserl (18591938),
sementara
metode
penerapannya bersumber dari Alfred
Schutz
(1899-1959.
Husserl
memposisikan kita sebagai individu,
berada
dalam
kehidupan)
life-world
yang
(dunia
unik
atau
Lebenswelt yang terdiri dari objek,
orang-orang, tindakan dan lembaga.
Dunia
kehidupan
ini
merupakan
pengalaman subjektif setiap orang
mengenai
mereka.
kehidupan
Pengalaman
sehari-hari
subjektif
tersebut merupakan realitas sosial
Fenomenologi adalah suatu metode
pemikiran, “a way of looking at
things”. Dari keterangan di atas dapat
dipahami bahwa fenomenologi ini
mengacu kepada analisis kehidupan
sehari-hari dari sudut pandang orang
yang terlibat di dalamnya. Tradisi ini
memberi penekanan yang besar pada
persepsi
mengenai
sendiri.
dan
interpretasi
orang
pengalaman
mereka
Fenomenologi
melihat
komunikasi sebagai sebuah proses
membagi
pengalaman
personal
melalui dialog atau percakapan. Bagi
seorang fenomenolog, kisah seorang
individu adalah lebih penting dan
bermakna daripada hipotesis ataupun
aksioma.
Seorang
penganut
fenomenologi cenderung menentang
segala sesuatu yang tidak dapat
diamati.
cenderung
Fenomenologi
menentang
juga
naturalisme
(biasa juga disebut objektivisme atau
tentang
suatu
cara
hidup
yang
positivisme).
berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
2. Masyarakat
dasarnya
Budaya terbentuk dari banyak unsur
bukanlah organisme yang bereaksi
yang rumit, termasuk sistem agama
secara otomatis atas rangsangan dari
dan politik, adat istiadat, bahasa,
lingkungan dan badannya, melainkan
perkakas, pakaian, bangunan, dan
seorang pribadi yang berpikir tentang
karya seni dimana hal ini menentukan
apa
perilaku
Manusia
pada
yang
akan
diperbuat,
mempertimbangkan, dan setelah itu
komunikatif
suatu
masyarakat.
memutuskan untuk melakukan apa
yang dipikirkannya. Sebagai makhluk
3. Kelompok Sosial
sosial manusia dituntut untuk dapat
Setiap
manusia
mempunyai
bekerjasama dengan orang lain dalam
kecenderungan
rangka
segala
hidup berkelompok. Hal ini berkaitan
juga
dengan kebutuhan hidup yang tidak
memiliki keinginan dan naluri untuk
dapat dipenuhi seorang diri tanpa
menyatu dengan sesamanya serta
bantuan
alam lingkungan di sekitarnya. Hal
kelompok
inilah
berbagai macam karakter dimana
memenuhi
kebutuhannya.
Manusia
yang
menciptakan
lama-kelamaan
pola-pola
interaksi
dan
orang
sosial
naluri
untuk
lain.
Kelompok-
ini
mempunyai
keberadaannya sudah menjadi bagian
berkesinambungan yang kemudian
yang
membentuk masyarakat.
masyarakat. Pengertian Kelompok
Menurut Selo Sumarjan dalam
Soekanto
adalah
(2007:22),
orang-orang
masyarakat
yang
hidup
integral
dalam
kehidupan
Sosial, bukanlah sekelompok orang
yang berkumpul secara asal atau
sembarangan. Tapi harus memiliki
bersama yang menghasilkan suatu
syarat-syarat
kebudayaan.Masyarakat
disebut sebagai kelompok sosial.
akansenantiasa berbudaya. Budaya
atau
kebudayaan
disini
adalah
Robert
tertentu
K.
agar
Merton
dapat
dalam
Sunarto (2004: 127), menjelaskan
bahwa
kelompok
sekelompok
sosial
adalah
mustahil
yang
saling
sendirian. Hal ini memberi gambaran
orang
untuk
berinteraksi sesuai dengan pola yang
bahwa
telah
membutuhkan
mapan.
tersebut
Pola
yang
dimaksudkan
mapan
bahwasuatu
dilakukannya
manusia
akan
selalu
pertolongan
dari
manusia yang lain agar bisa hidup
kelompok sosial ditandai oleh sering
untuk
terjadinya interaksi dimana pihak
kebutuhannya. Aktivitas berkelompok
yang berinteraksi mendefinisikan diri
membawa pada proses interaksi yang
mereka
anggota.
harus dilakukan antar sesama anggota
berinteraksi
masyarakat. Pada saat tertentu proses
sebagai
Berikutnyapihak
yang
memenuhi
segenap
didefinisikan oleh orang lain sebagai
komunikasi
anggota kelompok.Konsep lain yang
berjalan
diajukan pula oleh merton ialah
Dalam proses interaksi yang dibangun
konsep
pasti ada kemungkinan untuk memicu
kategori
categories).
sosial
Kategori
(social
sosial
ini
ini
tidak
selamanya
lancar
tanpa
persoalan.
lahirnya konflik. Kenyataan inilah
merupakan suatu himpunan peran
yang
yang mempunyai ciri sama seperti
bahwa
jenis
masyarakat hidup tanpa ada konflik di
kelamin
atau
usia. Antara
pendukung peran tersebut mungkin
saja tidak terdapat interaksi.
membawa
tidak
pada
kesadaran
mungkin
suatu
dalamnya
Menurut Soerjono Soekanto,
konflik adalah suatu proses sosial
4.
maka
Konflik Sosial
dimana
Manusia adalah mahluk sosial,
kelompok manusia berusaha untuk
sifat
berkeinginan
orang
perorangan
atau
dasarnya
adalah
memenuhi tujuannya dengan jalan
untuk
hidup
menantang pihak lawan yang disertai
berkelompok. Secara fitrah manusia
dengan
tidak bisa hidup sendirian. Pasti
kekerasan(Soekanto,
dalam diri manusia akan ditemui sifat
Konflik di sini ditandai dengan
saling membutuhkan satu sama lain.
adanya pertentangan yang timbul di
Memang pada kenyataannya, dalam
dalam seseorang (masalah intern)
memenuhi
maupun dengan orang lain (masalah
kebutuhan
sehari-hari
ancaman
dan
atau
2007:
91).
ekstern)yang ada di sekitarnya baik
oposisi antar kedua belah pihak,
itu dalam skala perorangan maupun
sampai kepada pihak-pihak yang
kelompok.
berupa
terlibat memandang satu sama lain
perselisihan dan adanya ketegangan,
sebagai pengahalang dan pengganggu
atau munculnya kesulitan-kesulitan
tercapainya kebutuhan dan tujuan
lain di antara dua pihak atau lebih.
masing-masing.
Konflik
dapat
Konflik sering menimbulkan sikap
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Patiunus
1. Sejarah Kabupaten Madiun
BerdasarkanPermendagri No.66
Tahun
2011,
Kabupaten
Madiun
ditinjau dari pemerintahan yang sah,
menduduki
kesultanan
hingga tahun 1521 dan diteruskan
oleh Kyai Rekso Gati (Sogaten =
tempat Rekso Gati).
berdiri pada tanggal paro terang,
Kabupaten Madiun merupakan
bulan Muharam, tahun 1568 Masehi
sebuah kabupaten di ProvinsiJawa
tepatnya jatuh hari Kamis Kilwon
Timur, Negara Republik Indonesia.
tanggal 18 Juli 1568/ Jumat Legi
Ibukotanya
tanggal 15 Suro 1487. Berawal pada
Mejayan sesuai dengan Peraturan
masa
Pemerintah
kesultanan
Demak,
yang
adalah
Kecamatan
No.52
Tahun
2010.
ditandai dengan perkawinan putra
Sebagian
mahkota Demak Pangeran Surya
pemerintahan
Patiunus dengan Raden Ayu Retno
Caruban yang merupakan bagian dari
Lembah putri dari Pangeran Adipati
Kecamatan Mejayan. Madiun dilintasi
Gugur yang berkuasa di Ngurawan
jalur
Dolopo.
pemerintahan
dan kabupaten ini juga dilintasi jalur
dipindahkan dari Ngurawan ke desa
kereta api lintas selatan Pulau Jawa.
Sogaten dengan nama baru Purabaya
Kota-kota kecamatan yang cukup
(sekarang Madiun). Pangeran Surya
signifikan adalah Caruban, Saradan,
Pusat
utama
gedung-gedung
berada
di
wilayah
Surabaya-Yogyakarta,
Geger,
Dolopo, Dagangan dan
Dimana
Balerejo.
Batas-batas
kekayaan seni beladiri di Indonesia.
wilayahnya
sebagai berikut:
merupakan
salah
satu
Bentuk-bentuk pelestarian itu seperti
Sebelah utara
: Kabupaten
masih adanya berbagai organisasi
Bojonegoro.
pencak
Sebelah timur
: Kabupaten
silat
merupakan
Nganjuk.
seperti
salah
Setia
satu
Hati
perguruan
pencak silat tertua di Indonesia, Setia
Sebelah selatan : Kabupaten
Hati Tunas Muda Winongo dan Setia
Ponorogo.
Hati Terate yang dapat dikatakan
Sebelah barat
: Kabupaten
sebagai
organisasi
pencak
silat
Magetan dan Kabupaten Ngawi.
terbesar di Indonesia, yang memiliki
Madiun merupakan pelestari budaya
jaringan-jaringan luas
tradisional,
yaitu
pencak
silat.
SIMPULAN
1.
Persepsi Masyarakat tentang
berbuah
kecurigaan
konflik
pelabelan terhadap kelompok yang
Berdasarkan hasil penelitian di
sering
melakukan
atas dapat disimpulkan bahwa konflik
sepenuhnya
yang
kemudian
melibatkan
Oknum
dari
sehingga
konflik
hilang.
belum
inilah
mendasari
yang
terbaginya
Perguruan Pencak Silat Persaudaraan
persepsi masyarakat sebagai berikut :
Setia Hati Terate dan Persaudaraan
a.
Elit atau tokoh kedua perguruan
Setia Hati Tunas Muda Winongo di
pencak silat tersebut, cenderung
Kabupaten
menolak
apabila
diantara
memunculkan persepsi yang beragam
mereka dikatakan
berkonflik
dari masyarakat. Kurang lengkapnya
karena semata-mata hal
informasi yang diperoleh masyarakat
disebabkan oleh oknum yang
menimbulkan perbedaan pemahaman
tidak bertanggung jawab.
Madiun
telah
dan prasangka (Ketidaktahuan) yang
ini
b.
Pemerintah lebih berpendapat
tegas dalam ikrar perdamaian
bahwa konflik hanya terjadi
merupakan sebuah kelemahan
ditataran bawah.Itupun dimotori
yang
oleh orang/ remaja yang berasal
oknum pesilat untuk melakukan
dari luar Kabupaten Madiun di
pelanggaran di setiap tahunnya.
mana pemicunya berasal dari
kepentingan
yang
politis
kemudian
individu
diprovokasi
menjadi masalah kelompok.
c.
Masyarakat sangat familiardan
cenderung
kontra
terhadap
kehadiran
konflik,
bahkan
sebagian dari mereka dengan
detail menjelaskan kronologi
konflik
dan
suasana
antagonistik yang terjadi karena
pernah melihat konflik secara
langsung.
Terutama
ketika
mendekati agenda perguruan
dibulan Suro tiba seperti Halal
Bihalal,
Nyekar,
Sah-Sahan,
dan Suran Agung.
d.
Sedangkan
lebih
aparat
mengoreksi
masih
pada
lemah
dalam
melapor terkait dengan konflik.
Pihaknya
bahwa
juga
tidak
Dampak
menunjukan
adanya
sanksi
digunakan
konflik
terhadap
masyarakat
a. Hadirnya
konflik
terlalu
berdampak
ini
tidak
terhadap
eksistensi
kedua
PerguruanPencakSilattersebut
di Kabupaten Madiun.
b. Namun
berbeda
tanggapan
merasa
dengan
masyarakat
tidak
nyaman
yang
dan
terganggu terhadap keberadaan
konflik. Tak jarang mereka
merasa
was-was
ketika
daerah
basis
melintasi
perguruan tertentu.
c. Selain
mengganggu
kenyamanan
kepolisian
kesadaran hukum masyarakat
yang
2.
seringkali
masyarakat
konflik yang biasa diwarnai
dengan aksi saling lempar batu
ini
tak jarang menyebabkan
jatuhnya
korban
dan
juga
rusaknya
rumah
masyarakat
yang berada di pinggir jalan
raya.
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono, Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
______.2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali
Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
ANTAR OKNUM PERGURUAN SILAT
(Studi Fenomenologi Mengenai Konflik Antar Oknum Perguruan Silat di
Kabupaten Madiun)
SKRIPSI
Oleh:
ALI FIRMANSYAH
NIM K8408024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
ABSTRAK
Ali Firmansyah. K8408024.PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
KONFLIK ANTAR OKNUM PERGURUAN SILAT ( Studi Fenomenologi
Mengenai Konflik Antar Oknum Perguruan Silat di Kabupaten Madiun ).Skripsi:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
April 2016.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui
persepsimasyarakat terhadap konflik yang melibatkan oknum Perguruan Pencak
Silat di Kabupaten Madiun. (2) Untuk mengetahui dampak-dampak yang
ditimbulkan dari adanya konflik yang melibatkan oknum Perguruan Pencak Silat
di Kabupaten Madiun(3) Untuk mengetahui upaya dari pihak perguruan,
pemerintah dan aparat keamanan dalam mecegah terjadinya konflik yang
melibatkan oknum Perguruan Pencak Silat di Kabupaten Madiun
Penelitian inimenggunakan metode pendekatan kualitatif yang mengarah
pada jenis penelitian studi kasus tunggal terpancang yang berusaha mengungkap,
dan menjelaskan sebuah kasus tertentuserta berusaha memberikan saran maupun
evaluasi terhadapnya. Teknik pemilihan informannya menggunakan teknik
purposive sampling dan snowball sampling. Teknikpengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Adapun
validitas datanya menggunakantringgulasi data dan trianggulasi teori. Teknik
analisis data yang dipakai menggunakan model analisis interaktif yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konflik yang
melibatkan Oknum dari Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
dan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo di Kabupaten Madiun
memunculkan persepsi yang beragam dari masyarakat baik itu negatif maupun
positif. Terbaginya persepsi masyarakat ini disebabkan oleh faktor komunikasi
yang belum berjalan selaras. Kuranglengkapnya informasi yang diperoleh
masyarakat menimbulkan prasangka (Ketidaktahuan) yang berbuah desas-desus
dan kecurigaan sehingga pelabelan terhadap kelompok yang sering melakukan
konflik belum sepenuhnya hilang. Perasaan was-was, dan tidak nyaman masih
dirasakan masyarakat sebagai dampak dari konflik. Keadaan antagonistik pun
masih kuat terasa pada masyarakat di tataran bawah, terutama ketika agenda
masing-masing perguruan pencak silat ini tiba di bulan Suro. Penafsiran Nilainilai luhur ajaran perguruan yang berbeda oleh sejumlah oknum mengindikasikan
belum berhasilnya upaya pembinaan yang dilakukan. Lemahnya sistem sanksi dan
kontrol masyarakat juga menjadi kendala sulitnya aparat dalam mengusut
permasalahan dari konflik sehingga perlanggaran cenderung diulang.
Menindaklanjuti hal ini pihak perguruan, pemerintah maupun aparat keamanan
telah berusaha melakukan upaya pembinaan, ikrar, koordinasi, pengamanan, dan
kemudian membentuk Paguyuban Pencak Silat serta mengusulkan rebranding
Kabupaten menjadi “Madiun Kampung Pesilat”.
Kata kunci : Fenomenologi, Konflik,Pencak Silat, Persepsi Masyarakat
ABSTRACT
Ali Firmansyah. K8408024. “COMMUNITY VIEWS ABOUT CONFLICT
BETWEEN IRRESPONSIBLE MEMBERS OF SILAT GROUPS” (A
Phenomenology Study About conflict involving the irresponsible members of
Perguruan Silat in Madiun Regency). Thesis : Faculty of Teacher Training and
Education, Sebelas Maret University, Surakarta.April, 2016.
The objectives of research were: (1) to find out the public perception on
the conflict involving the irresponsible members (oknum) of Self-Defense
Institutions in Madiun Regency, (2) to find out the effects of the conflict involving
the irresponsible members (oknum) of Self-Defense Institutions in Madiun
Regency, and (3) to find out the attempts the institution, the government and the
security apparatus took in preventing the conflict involving the irresponsible
members (oknum) of Self-Defense Institutions from occurring in Madiun
Regency.
This study employed a qualitative approach method with a single
embedded case study design trying to reveal, to describe, and to explain a certain
case as well as to give recommendation and to evaluate it. The informant was
selected using purposive sampling and snowball sampling techniques. Techniques
of collecting data used were in-depth interview, observation, and documentation.
The data validation was conducted used data and theory triangulations. Technique
of analyzing data used was an interactive model of analysis encompassing data
collection, data reduction, data display and conclusion drawing.
Considering the result of research, it could be concluded that the conflict
involving the irresponsible members of Setia Hati terate and Setia Hati Tunas
Muda Winongo Fraternity Self-Defense Institutions in Madiun Regency generated
varying perceptions among the societythat both negative and positive. These
different perceptions resulted from the inharmoniously running communication
factor. The less complete information the public obtained generated prejudice
(ignorance) leading to rumors and suspicion thereby the stereotyping on a group
frequently making conflict had not been vanished completely. The feeling of
worry and inconvenience occurred within the society as the effect of conflict. The
antagonistic condition was still felt deeply within the grass-root society,
particularly when the individual self-defense institutions’ agenda on Syuro month
arrived. Interpretation of the sublime values of different of self-defense institution
by a number of irresponsible members indicating not a successful attempt at
coaching is done. Weak sanctions and the society’s control inhibited the apparatus
in investigating the conflict issue so that crumple perlanggaran tend to be
repeated. Following up this, the institutions, the government, and the security
apparatus had taken such attempts as building, pledge, coordination, security, and
then establishing the Self-Defense Association as well as proposing rebranding
the Regency into “Madiun Kampung Silat”.
Keywords: Phenomenology, Conflict, Self-Defense, Public Perception
PENDAHULUAN
berinteraksi
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan sehari-hari,
setiap
lingkungan
masyarakatdengan
konsep
manusia adalah mahluk sosial atau
pemahamannya pasti berbeda. Dalam
sering disebut sebagai Zoonpolitikon
berbagai pandangan juga tidak dapat
yang
diklaim bahwa semua perilaku yang
didalam
menjalankan
aktivitasnya
membutuhkan
diikuti
oleh
suatu
kumpulan
sinergisitas antara manusia yang satu
masyarakat itu pasti baik, karena jika
dengan manusia yanglainnya. Upaya-
kita berbicara persoalan baik atau
upaya itu semata-mata untuk menuju
tidaknya
pada suatuperadaban yang sering kali
tergantung dari segi ruang danwaktu.
disebut
kehidupan
Mungkin saat ini baik dan mungkin
masyarakat yang madani. Namun
esok hari akan berubah menjadi tidak
demikian
baik untuk diterapkan. Oleh karena
sebagai
tidak
juga
hal
ini
kemudianmengesampingkan
dan
itu,
sebuah
berangkat
nilai
dari
hal
ini,
membantah permasalahan yang lahir
masyarakat
dari
penilaian sendiri tentang apayang
lingkungan.
Setiap
manusia
juga
adalah
mempunyai
tentunya tidak selalu dapat hidup
dianggapnya
dengan aman dan tentram apabila
kebenaran
didalam
mempunyai daya saring terhadap
kehidupannya
selalu
dipenuhi dengan konflik. Konflik
suatu
merupakan masalah sosial
apakah
hanya
dapat
perilaku
dipecahkan
yang
dengan
konkret, yang sesuai atau
sebagai
sebuah
dan masyarakat pun
perilaku masyarakatnya
benar
lingkungannya
itu
sesuai
dengan
ataukah
tidak.
(Soerjono Soekanto, 2005: 172- 173).
tidaknya diukur dari aspek-aspek
Manusia
sosial dan
dianugerahi budi dan nurani, yang
ekspektasi lingkungan
(Soerjono Soekanto, 2005: 395).
Disinilah lingkungan sekaligus
diciptakan
dengan
memberikan kepadanya kemampuan
untuk
membedakan
mana
yang
menunjuk pada suatu budaya atau pun
baikdan mana yang buruk, yang akan
kebiasaan.
juga mengarahkan dan membimbing
Cara-cara hidup dan
sikap dan perilaku dalam menjalani
Persaudaraan Setia Hati Terate
kehidupan. Dengan nuraninya itu,
di Kabupaten Madiun?
maka manusia diberikan kebebasan
untuk
menentukan
perilakunya,
2. Apa
saja
yang
kemampuan
Perguruan
menanggung
yang
ditimbulkan dari adanya konflik
disamping itu manusia juga dibekali
untuk
dampak
melibatkan
oknum
Pencak
Silat
semua resiko atas tindakan yang telah
Persaudaraan Setia Hati Tunas
ia lakukan. Kebebasan inilah yang
Muda Winongo dan Perguruan
kemudian dimaksud dengan hak asasi
Pencak Silat Persaudaraan Setia
manusia yang tidak dapat diingkari.
Hati
Maka
Madiun?
pengingkaran
terhadap
kebebasan manusia, pada hakikatnya
adalah
pengingkaran
terhadap
Terate
di
3. Bagaimana
resolusiyang
dilakukan dari pihak perguruan,
martabat manusia. Sejalan dengan
pemerintah,dan
pandangan diatas, maka sangatlah
keamanan
relevan
terjadinya
bahwa
Pancasila
sebagai
Kabupaten
aparat
dalam
mencegah
konflik
yang
dasar negara mengandung pemikiran
melibatkan oknum Perguruan
bahwa
Pencak Silat Persaudaraan Setia
manusia
diciptakan
oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
Hati Tunas Muda Winongo dan
B. Rumusan Masalah
Perguruan
Berdasarkan
latar
belakang
yang telah diuraikan di atas maka
Pencak
Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate
di Kabupaten Madiun ?
perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat
terhadap
konflik
yang
melibatkan oknum Perguruan
Pencak Silat Persaudaraan Setia
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
dari
1. Untuk
mengetahui
masyarakat
Perguruan
yang
Silat
ini
adalah :
Hati Tunas Muda Winongo dan
Pencak
penelitian
terhadap
melibatkan
Perguruan
Pencak
persepsi
konflik
oknum
Silat
Persaudaraan Setia Hati Tunas
akademik terutama bidang
Muda Winongo dan Perguruan
ilmu sosial.
b.
Pencak Silat Persaudaraan Setia
Hati
Terate
di
memberikan
wawasan
Kabupaten
mengenai
persepsi
Madiun.
2. Untuk
Dapat
mengetahui
silat
konflik yang melibatkan oknum
Madiun.
Pencak
antar
okum perguruan pencak
dampak
yang ditimbulkan dari adanya
Perguruan
konflik
c.
Silat
di
Sebagai
Kabupaten
acuan
bagi
Persaudaraan Setia Hati Tunas
penelitian sejenis untuk
Muda Winongo dan Perguruan
tahap selanjutnya.
Pencak Silat Persaudaraan Setia
Hati
Terate
di
Kabupaten
2.
Manfaat Praktis
a. Secara
praktis
penelitian
Madiun.
3. Untuk mengetahui resolusiyang
ini
diharapkan
dapat memberi gambaran
dilakukan dari pihak perguruan,
konflik
pemerintah
perguruan pencak
keamanan
terjadinya
dan
aparat
dalam
mecegah
konflik
yang
hasil
antar
okum
kepada
peneliti dan masyarakat.
b. Hasil penelitian ini dapat
melibatkan oknum Perguruan
memberi
Pencak Silat Persaudaraan Setia
pemikiran
Hati Tunas Muda Winongo dan
pemerintah,
Perguruan
perguruan pencak silat dan
Pencak
Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate
pihak
guna
di Kabupaten Madiun.
masukan
kontribusi
untuk
organisasi
memberikan
sebagaimana
pertimbangan
dalam
D. Manfaat Penelitian
membuat
kebijaksanaan
1.
Manfaat Teoritis
baru yang relevan dalam
a.
Dapat memberi kontribusi
rangka
pemikiran terhadap dunia
resolusi konflik.
melaksanakan
KAJIAN PUSTAKA
mereka dan ini menentukan makna-
1. Fenomenologi
Kata fenomenologi berasal dari
makna
yang
diberikan
terhadap
bahasa Yunani, phenomenon, yaitu
tindaknnya sendiri maupaun orang
sesuatu yang tampak, yang terlihat
lain di sekitarnya.
karena berkecakupan. Dalam bahasa
indonesia biasa dipakai istilah gejala.
Secara istilah, fenomenologi adalah
ilmu pengetahuan (logos) tentang apa
yang tampak. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa fenomenologi
adalah
suatu
aliran
yang
membicarakan fenomena atau segala
sesuatu yang tampak atau yang
menampakkan
diri.
Fenomenologi
berakar dari filosofi Husserl (18591938),
sementara
metode
penerapannya bersumber dari Alfred
Schutz
(1899-1959.
Husserl
memposisikan kita sebagai individu,
berada
dalam
kehidupan)
life-world
yang
(dunia
unik
atau
Lebenswelt yang terdiri dari objek,
orang-orang, tindakan dan lembaga.
Dunia
kehidupan
ini
merupakan
pengalaman subjektif setiap orang
mengenai
mereka.
kehidupan
Pengalaman
sehari-hari
subjektif
tersebut merupakan realitas sosial
Fenomenologi adalah suatu metode
pemikiran, “a way of looking at
things”. Dari keterangan di atas dapat
dipahami bahwa fenomenologi ini
mengacu kepada analisis kehidupan
sehari-hari dari sudut pandang orang
yang terlibat di dalamnya. Tradisi ini
memberi penekanan yang besar pada
persepsi
mengenai
sendiri.
dan
interpretasi
orang
pengalaman
mereka
Fenomenologi
melihat
komunikasi sebagai sebuah proses
membagi
pengalaman
personal
melalui dialog atau percakapan. Bagi
seorang fenomenolog, kisah seorang
individu adalah lebih penting dan
bermakna daripada hipotesis ataupun
aksioma.
Seorang
penganut
fenomenologi cenderung menentang
segala sesuatu yang tidak dapat
diamati.
cenderung
Fenomenologi
menentang
juga
naturalisme
(biasa juga disebut objektivisme atau
tentang
suatu
cara
hidup
yang
positivisme).
berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
2. Masyarakat
dasarnya
Budaya terbentuk dari banyak unsur
bukanlah organisme yang bereaksi
yang rumit, termasuk sistem agama
secara otomatis atas rangsangan dari
dan politik, adat istiadat, bahasa,
lingkungan dan badannya, melainkan
perkakas, pakaian, bangunan, dan
seorang pribadi yang berpikir tentang
karya seni dimana hal ini menentukan
apa
perilaku
Manusia
pada
yang
akan
diperbuat,
mempertimbangkan, dan setelah itu
komunikatif
suatu
masyarakat.
memutuskan untuk melakukan apa
yang dipikirkannya. Sebagai makhluk
3. Kelompok Sosial
sosial manusia dituntut untuk dapat
Setiap
manusia
mempunyai
bekerjasama dengan orang lain dalam
kecenderungan
rangka
segala
hidup berkelompok. Hal ini berkaitan
juga
dengan kebutuhan hidup yang tidak
memiliki keinginan dan naluri untuk
dapat dipenuhi seorang diri tanpa
menyatu dengan sesamanya serta
bantuan
alam lingkungan di sekitarnya. Hal
kelompok
inilah
berbagai macam karakter dimana
memenuhi
kebutuhannya.
Manusia
yang
menciptakan
lama-kelamaan
pola-pola
interaksi
dan
orang
sosial
naluri
untuk
lain.
Kelompok-
ini
mempunyai
keberadaannya sudah menjadi bagian
berkesinambungan yang kemudian
yang
membentuk masyarakat.
masyarakat. Pengertian Kelompok
Menurut Selo Sumarjan dalam
Soekanto
adalah
(2007:22),
orang-orang
masyarakat
yang
hidup
integral
dalam
kehidupan
Sosial, bukanlah sekelompok orang
yang berkumpul secara asal atau
sembarangan. Tapi harus memiliki
bersama yang menghasilkan suatu
syarat-syarat
kebudayaan.Masyarakat
disebut sebagai kelompok sosial.
akansenantiasa berbudaya. Budaya
atau
kebudayaan
disini
adalah
Robert
tertentu
K.
agar
Merton
dapat
dalam
Sunarto (2004: 127), menjelaskan
bahwa
kelompok
sekelompok
sosial
adalah
mustahil
yang
saling
sendirian. Hal ini memberi gambaran
orang
untuk
berinteraksi sesuai dengan pola yang
bahwa
telah
membutuhkan
mapan.
tersebut
Pola
yang
dimaksudkan
mapan
bahwasuatu
dilakukannya
manusia
akan
selalu
pertolongan
dari
manusia yang lain agar bisa hidup
kelompok sosial ditandai oleh sering
untuk
terjadinya interaksi dimana pihak
kebutuhannya. Aktivitas berkelompok
yang berinteraksi mendefinisikan diri
membawa pada proses interaksi yang
mereka
anggota.
harus dilakukan antar sesama anggota
berinteraksi
masyarakat. Pada saat tertentu proses
sebagai
Berikutnyapihak
yang
memenuhi
segenap
didefinisikan oleh orang lain sebagai
komunikasi
anggota kelompok.Konsep lain yang
berjalan
diajukan pula oleh merton ialah
Dalam proses interaksi yang dibangun
konsep
pasti ada kemungkinan untuk memicu
kategori
categories).
sosial
Kategori
(social
sosial
ini
ini
tidak
selamanya
lancar
tanpa
persoalan.
lahirnya konflik. Kenyataan inilah
merupakan suatu himpunan peran
yang
yang mempunyai ciri sama seperti
bahwa
jenis
masyarakat hidup tanpa ada konflik di
kelamin
atau
usia. Antara
pendukung peran tersebut mungkin
saja tidak terdapat interaksi.
membawa
tidak
pada
kesadaran
mungkin
suatu
dalamnya
Menurut Soerjono Soekanto,
konflik adalah suatu proses sosial
4.
maka
Konflik Sosial
dimana
Manusia adalah mahluk sosial,
kelompok manusia berusaha untuk
sifat
berkeinginan
orang
perorangan
atau
dasarnya
adalah
memenuhi tujuannya dengan jalan
untuk
hidup
menantang pihak lawan yang disertai
berkelompok. Secara fitrah manusia
dengan
tidak bisa hidup sendirian. Pasti
kekerasan(Soekanto,
dalam diri manusia akan ditemui sifat
Konflik di sini ditandai dengan
saling membutuhkan satu sama lain.
adanya pertentangan yang timbul di
Memang pada kenyataannya, dalam
dalam seseorang (masalah intern)
memenuhi
maupun dengan orang lain (masalah
kebutuhan
sehari-hari
ancaman
dan
atau
2007:
91).
ekstern)yang ada di sekitarnya baik
oposisi antar kedua belah pihak,
itu dalam skala perorangan maupun
sampai kepada pihak-pihak yang
kelompok.
berupa
terlibat memandang satu sama lain
perselisihan dan adanya ketegangan,
sebagai pengahalang dan pengganggu
atau munculnya kesulitan-kesulitan
tercapainya kebutuhan dan tujuan
lain di antara dua pihak atau lebih.
masing-masing.
Konflik
dapat
Konflik sering menimbulkan sikap
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Patiunus
1. Sejarah Kabupaten Madiun
BerdasarkanPermendagri No.66
Tahun
2011,
Kabupaten
Madiun
ditinjau dari pemerintahan yang sah,
menduduki
kesultanan
hingga tahun 1521 dan diteruskan
oleh Kyai Rekso Gati (Sogaten =
tempat Rekso Gati).
berdiri pada tanggal paro terang,
Kabupaten Madiun merupakan
bulan Muharam, tahun 1568 Masehi
sebuah kabupaten di ProvinsiJawa
tepatnya jatuh hari Kamis Kilwon
Timur, Negara Republik Indonesia.
tanggal 18 Juli 1568/ Jumat Legi
Ibukotanya
tanggal 15 Suro 1487. Berawal pada
Mejayan sesuai dengan Peraturan
masa
Pemerintah
kesultanan
Demak,
yang
adalah
Kecamatan
No.52
Tahun
2010.
ditandai dengan perkawinan putra
Sebagian
mahkota Demak Pangeran Surya
pemerintahan
Patiunus dengan Raden Ayu Retno
Caruban yang merupakan bagian dari
Lembah putri dari Pangeran Adipati
Kecamatan Mejayan. Madiun dilintasi
Gugur yang berkuasa di Ngurawan
jalur
Dolopo.
pemerintahan
dan kabupaten ini juga dilintasi jalur
dipindahkan dari Ngurawan ke desa
kereta api lintas selatan Pulau Jawa.
Sogaten dengan nama baru Purabaya
Kota-kota kecamatan yang cukup
(sekarang Madiun). Pangeran Surya
signifikan adalah Caruban, Saradan,
Pusat
utama
gedung-gedung
berada
di
wilayah
Surabaya-Yogyakarta,
Geger,
Dolopo, Dagangan dan
Dimana
Balerejo.
Batas-batas
kekayaan seni beladiri di Indonesia.
wilayahnya
sebagai berikut:
merupakan
salah
satu
Bentuk-bentuk pelestarian itu seperti
Sebelah utara
: Kabupaten
masih adanya berbagai organisasi
Bojonegoro.
pencak
Sebelah timur
: Kabupaten
silat
merupakan
Nganjuk.
seperti
salah
Setia
satu
Hati
perguruan
pencak silat tertua di Indonesia, Setia
Sebelah selatan : Kabupaten
Hati Tunas Muda Winongo dan Setia
Ponorogo.
Hati Terate yang dapat dikatakan
Sebelah barat
: Kabupaten
sebagai
organisasi
pencak
silat
Magetan dan Kabupaten Ngawi.
terbesar di Indonesia, yang memiliki
Madiun merupakan pelestari budaya
jaringan-jaringan luas
tradisional,
yaitu
pencak
silat.
SIMPULAN
1.
Persepsi Masyarakat tentang
berbuah
kecurigaan
konflik
pelabelan terhadap kelompok yang
Berdasarkan hasil penelitian di
sering
melakukan
atas dapat disimpulkan bahwa konflik
sepenuhnya
yang
kemudian
melibatkan
Oknum
dari
sehingga
konflik
hilang.
belum
inilah
mendasari
yang
terbaginya
Perguruan Pencak Silat Persaudaraan
persepsi masyarakat sebagai berikut :
Setia Hati Terate dan Persaudaraan
a.
Elit atau tokoh kedua perguruan
Setia Hati Tunas Muda Winongo di
pencak silat tersebut, cenderung
Kabupaten
menolak
apabila
diantara
memunculkan persepsi yang beragam
mereka dikatakan
berkonflik
dari masyarakat. Kurang lengkapnya
karena semata-mata hal
informasi yang diperoleh masyarakat
disebabkan oleh oknum yang
menimbulkan perbedaan pemahaman
tidak bertanggung jawab.
Madiun
telah
dan prasangka (Ketidaktahuan) yang
ini
b.
Pemerintah lebih berpendapat
tegas dalam ikrar perdamaian
bahwa konflik hanya terjadi
merupakan sebuah kelemahan
ditataran bawah.Itupun dimotori
yang
oleh orang/ remaja yang berasal
oknum pesilat untuk melakukan
dari luar Kabupaten Madiun di
pelanggaran di setiap tahunnya.
mana pemicunya berasal dari
kepentingan
yang
politis
kemudian
individu
diprovokasi
menjadi masalah kelompok.
c.
Masyarakat sangat familiardan
cenderung
kontra
terhadap
kehadiran
konflik,
bahkan
sebagian dari mereka dengan
detail menjelaskan kronologi
konflik
dan
suasana
antagonistik yang terjadi karena
pernah melihat konflik secara
langsung.
Terutama
ketika
mendekati agenda perguruan
dibulan Suro tiba seperti Halal
Bihalal,
Nyekar,
Sah-Sahan,
dan Suran Agung.
d.
Sedangkan
lebih
aparat
mengoreksi
masih
pada
lemah
dalam
melapor terkait dengan konflik.
Pihaknya
bahwa
juga
tidak
Dampak
menunjukan
adanya
sanksi
digunakan
konflik
terhadap
masyarakat
a. Hadirnya
konflik
terlalu
berdampak
ini
tidak
terhadap
eksistensi
kedua
PerguruanPencakSilattersebut
di Kabupaten Madiun.
b. Namun
berbeda
tanggapan
merasa
dengan
masyarakat
tidak
nyaman
yang
dan
terganggu terhadap keberadaan
konflik. Tak jarang mereka
merasa
was-was
ketika
daerah
basis
melintasi
perguruan tertentu.
c. Selain
mengganggu
kenyamanan
kepolisian
kesadaran hukum masyarakat
yang
2.
seringkali
masyarakat
konflik yang biasa diwarnai
dengan aksi saling lempar batu
ini
tak jarang menyebabkan
jatuhnya
korban
dan
juga
rusaknya
rumah
masyarakat
yang berada di pinggir jalan
raya.
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono, Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
______.2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali
Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia