T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis FaktorFaktor Ektern yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kemampuan Akademik Siswa Kelas X SMA Kristen 1 Salatiga T1 Full text

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKTERN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA BERDASARKAN KEMAMPUAN AKADEMIK
SISWA KEAS X SMA KRISTEN 1 SALATIGA

JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Arifina Nur Anggrainy
202013008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

Analisis Faktor-Faktor Ekstern Yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kemampuan Akademik
Siswa Kelas X SMA Kristen 1 Salatiga

Arifina Nur Anggrainy1), Tri Nova Hasti Yunianta2)
202013008@student.uksw.edu1), trinova.yunianta@staff.uksw.edu2)
Program Studi Pendidikan Matematika1), 2)
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar
matematika adalah dari prestasi yang diperolehnya. Prestasi belajar matematika siswa, baik tinggi atau
rendah tidak akan terjadi tanpa adanya faktor yang mendorongnya. Faktor-faktor penyebab tinggi
atau rendahya prestasi belajar matematika siswa ada dua yaitu faktor ekstern dan intern. Penelitian ini
fokus untuk mengetahui faktor-faktor ekstern apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar
matematika berdasarkan kemampuan akademik siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga. Jenis
penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan subjek yang dipilih yaitu enam siswa, di mana dua
siswa berkemampuan matematika tinggi, dua siswa berkemampuan matematika sedang, dan dua siswa
berkemampuan rendah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara semi
terstruktur, dan dokumentasi. Teknik untuk menjamin keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
sumber. Hasil penelitian menunjukkan dari keenam subjek terdapat perbedaan faktor ekstern
penyebab rendah atau tingginya prestasi belajar matematika. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor
lingkungan keluarga yang meliputi perhatian orang tua, suasana belajar matematika di dalam rumah,
sarana belajar matematika dan kemampuan ekonomi keluarga; 2) faktor lingkungan sekolah yang
meliputi sumber belajar, fasilitas belajar, dan kondisi lingkungan belajar untuk mata pelajaran

matematika di sekolah; dan 3) faktor lingkungan masyarakat yang meliputi keadaan masyarakat
sekitar rumah, dan tempat kegiatan siswa di luar sekolah.
Kata kunci: analisis, faktor ekstern, prestasi belajar matematika

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan pembentukan sikap serta
keyakinan peserta didik (Susanto, 2013: 19). Proses pembelajaran yang berdaya dan berhasil
bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi tekait dengan berbagai faktor
yang saling terkait. Salah satu faktor tersebut adalah bersumber dari kemampuan guru
memahami peserta didik dalam berbagai dimensinya. Menurut Aunurrahman (2009: 81),
pemahaman peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran. Jika guru memahami peserta didik dengan baik, maka ia dapat
memilih dan menentukan sumber-sumber belajar yang tepat, pendekatan-pendekatan yang
sesuai, mampu mengatasi masalah-masala pembelajaran sehari-hari dengan baik, sehingga

potensi anak dapat didorong untuk mencapai perkembangan prestasi belajar yang optimal
melalui penyelenggaran proses pembelajaran.
Kondisi kesehatan sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan prestasi belajar
yang dicapai siswa. Apabila kondisi kesehatan siswa terganggu, maka proses belajar juga

akan terganggu, selain itu siswa tersebut akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing,ngantuk dan badannya terasa lemah. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin (Slameto, 2003: 55). Selain kondisi
kesehatan, minat juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, apabila bahan pelajaran
yang dipelajari sesuai dengan minat dan bakat siswa, maka siswa akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena ada daya tarik baginya sehingga bahan pelajaran tersebut lebih mudah
dipelajari dan disimpan. Selain itu, dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat
mendorong dan memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik. Siswa yang termotivasi
akan giat berusaha, gigih tak mau menyerah, dan giat membaca buku-buku untuk
meningkatkan prestasinya (Djamarah, 2008: 200).
Keluarga juga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa meningkatkan
prestasi belajar. Peran orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya dan peduli
terhadap kemajuan belajar anak akan menunjang keberhasilan prestasi belajar yang dicapai
anak tersebut. Selain itu sekolah juga mempunyai peran dalam keberhasilan prestasi belajar,
apabila guru yang mengajar berkualitas, hubungan dengan siswa baik, mempunyai kecakapan
mengajar, menggunakan metode yang tepat, maka dapat meningkatkan prestasi belajar yang
dicapai siswa (Djamrah, 2008: 181). Sarana prasarana yang lengkap dan kondisi gedung yang
diutamakan pada ruang untuk belajar mengajar harus dapat memenuhi kebutuhan siswa, agar
siswa dalam belajar merasa tenang dan tidak terganggu.
Selain kesehatan, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat juga sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Contohnya seperti teman bergaul, pengaruhnya akan

lebih besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap siswa, apabila siswa terlalu banyak kegiatan dalam masyarakat,
maka waktu belajarnya kurang sehingga mempengaruhi prestasinya (Slameto,2003:70).
SMA Kristen 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah favorit di Salatiga. Berdasarkan
observasi terdahulu yang dilakukan di SMA Kristen 1 Salatiga pada siswa kelas X IPS 3
prestasi belajar untuk mata pelajaran matematika masih di bawah KKM. Diketahui masih
banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar setiap diadakan ulangan harian.
Setelah melakukan wawancara dengan Guru kelas X SMA Kristen 1 Salatiga, Guru
menjelaskan bahwa banyak siswa yang memiliki prestasi yang baik, namun juga banyak

siswa yang sulit memahami materi matematika dengan baik sehingga prestasinya terbilang
rendah. Menurut observasi pada tanggal 8 September sampai dengan 8 Desember 2016 dan
wawancara pada tanggal 16 febuari 2017, banyak siswa yang kurang mendapat perhatian dari
orang tua dan juga sering membawa beban masalah dari rumah, sehingga susah untuk
berkonsentrasi dalam pelajaran dan juga menjadi malas dalam belajar di sekolah. Ada pula
siswa yang menganggap sekolah itu tidak penting, datang ke sekolah pun hanya sebagai
rutinitas dan tidak pernah menghargai guru sama sekali. Hal-hal tersebut tidak hanya karena
faktor dari sekolah saja, namun pola asuh orang tua juga mempengaruhi.
Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat diketahui ada beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “analisis faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar
matematika berdasarkan kemampuan akademik siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga”.

B. KAJIAN PUSTAKA
Menurut Slameto (2010: 54) ada dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Ada
tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu:
1) Faktor jasmaniah yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor kesehatan dan
cacat tubuh.
2) Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor ekstern adalah faktor dari luar individu. Faktor ekstern dibagi dalam tiga faktor yaitu:
1) Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pengajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Ada beberapa penelitian yang relevan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Penelitian oleh Kurnia Pradika (2014) tentang Analisis Faktor Eksternal

Penyebab Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTS Amal Sholeh
Kecamatan Getasan mengambil tiga subjek yang akan diteliti. Hasil penelitian menjelaskan
bahwa terdapat faktor eksternal yang menyebabkan kesulitan belajar khususnya pelajaran
matematika yang dialami siswa terdiri dari beberapa sub aspek yaitu sub aspek faktor
lingkungan sekolah, faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan masyarakat.
Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Rindang Arunti (2013) yang berjudul “Faktorfaktor yang Mempengaruhi Rendahnya Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ponjong Gunungkidul Tahun Ajaran 2012/2013” menunjukkan
faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa adalah faktor internal dan faktor
eksternal, namun lebih dominan kepada faktor minat siswa yang sangat rendah. Demikian
pula dengan penelitian Alim Muidah (2011) yang berjudul “Analisis Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa SMA Negeri
1 Walehan kabupaten Jepara” menujukkan adanya 15 faktor yang mempengaruhi
keberhasilan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap keberhasilan prestasi belajar adalah faktor dari keluarga, karena semakin tinggi
dukungan yang diberikan dari keluarga dapat meningkatkan prestasi belajar anak.

Faktor eksternal dapat membuat berbagai dampak bagi prestasi belajar siswa, ada yang
membuat prestasi belajar menjadi tinggi, ada pula yang membuat prestasi belajar menjadi
rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor yang berasal dari dalam maupun
luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Secara garis besar kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada Bagan 1.
Faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi
prestasi belajar
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Lingkungan

Proses Belajar
Mengajar

Prestasi
Belajar
Matematika

Berhasil


Kurang Berhasil

Bagan 1. Kerangka Berpikir Faktor-faktor Ekstern Menurut Slameto (2010: 54-72)
dengan Modifikasi

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kualitatif karena bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
berdasarkan kemampuan akademik siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga. Subjek penelitian
ini diambil berdasarkan saran guru dan hasil nilai ulangan siswa. Sampel yang diambil adalah

6 siswa kelas X yang bekemampuan tinggi dan rendah. Subjek dipilih berdasarkan hasil nilai
ulangan dan juga saran dari guru untuk kemudian digolongkan siswa yang bekemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Adapun nama siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Subjek Penelitian dan Nilai Ulangan Harian Sebanyak 3 Kali.
Jenis Kelamin
Perempuan


Laki-laki

Subjek
HS
GY
VI
PY
RI
KS

UH1
90
75
50
100
73
50

UH2
85

73
55
75
75
60

UH3
95
80
40
80
80
73

Observasi merupakan tahap pertama dalam teknik pengumpulan data penelitian. Setelah
melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara semi terstruktur terhadap subjek
penelitian. Dokumentasi yang diambil berupa daftar nama siswa kelas X dan nilai hasil tiga
kali ulangan harian siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri
sebagai instrumen utama dan dibantu oleh lembar panduan wawancara sebagai instrumen
pendukung. Teknik untuk menjamin keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.

Teknik analisis data mengenai faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar
matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif model
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010). Teknik ini diterapkan melalui tiga alur yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Subjek penelitian diambil dari siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga yang dibedakan
berdasarkan gender dan kemampuan belajar. Subjek yang diambil hanya 6 siswa, 3 siswa
laki-laki dan 3 siswa perempuan yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi dan pengamatan selama 3
bulan di sekolah.

Lingkungan Keluarga
1. Siswa Berkemampuan Rendah
KS merupakan siswa yang tergolong berkemampuan rendah. Setelah dilakukan
wawancara terkait faktor keluarga, diperoleh hasil bahwa di dalam keluarga, KS jarang sekali
mendapat perhatian dari kedua orang tuanya seperti didampingi ketika belajar, dibantu ketika

KS tidak dapat mengerjakan soal matematika, mengingatkan waktu belajar. Hal tersebut
dikarenakan kedua orang tua KS sibuk bekerja sehingga sering pulang malam dan karena
tempat pekerjaannya berada diluar kota membuat waktu untuk KS berkurang. Akan tetapi
orang tua telah berupaya dengan memberikan fasilitas yang cukup seperti internet di rumah,
komputer dan juga berkomunikasi lewat seluler, dan juga orang tua masih memberikan waktu
seminggu dua kali untuk memperhatikan perkembangan KS dan mengajak KS berserta kedua
saudaranya untuk refresing. Walaupun fasilitas belajar yang diberikan oleh kedua orang
tuanya cukup bagi dia, namun karena kurang adanya perhatian, subjek jadi malas untuk
belajar. Terlebih lagi suasana di dalam rumahnya terbilang ramai pada malam hari bertepatan
dengan waktu belajarnya sehingga membuat subjek susah untuk berkonsentrasi belajar. Halhal tersebut dapat membuat dia malas dan tidak termotivasi untuk belajar. Berdasarkan
wawancara dengan orang tua subjek, ternyata hal tersebut memang benar. Ketika peneliti
bertanya “Bagaimana kondisi rumah anda sehari-hari?”, orang tua subjek menjawab “Kalau
di rumah terbilang cukup ramai, ketika Bapak sama Ibu pulang kerja kan malem pasti sangat
ramai, karena KS punya 2 saudara juga jadi ya jarang sepi rumahnya”. Orang tua subjek
memang sering pulang malam karena bekerja di luar kota, lalu karena di rumah ada dua
saudaranya membuat suasana rumah pasti lebih ramai. Hasil wawancara dengan KS terdapat
di Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Wawancara Kepada Subjek KS terkait faktor Keluarga
Subjek :
Peneliti

KS
Peneliti
KS

Hasil Wawancara :
“Ini berkaitan sama lingkungan keluarga dulu ya,
Emm, bagaimana kondisi rumahmu sehari-hari? Apakah itu ramai atau sepi atau
bagimana?”
Ya itu sih tergantung ya mbak, ya kadang ramai kadang sepi, kadang ya biasa aja.
Kapan itu ramai, kapan sepi?
“Tergantung sih mbak paling ramainya ya pas malem pas bapak ibuk pulang,
kakak juga pulang jadi kan semuanya tergantung pulangnya gitu lo mbak, kalau
biasanya tu kalao ramai tu pas malem gitu mbak”

Lain halnya dengan VI, subjek juga merupakan siswa berkemampuan rendah. Kondisi
rumah yang terbilang ramai membuat subjek susah berkonsentrasi dalam belajar. Menurut
hasil wawancara, subjek memiliki waktu belajar 2 jam dalam sehari, namun setelah
melakukan wawancara dengan orang tua subjek ternyata subjek jarang sekali belajar dan
hampir tidak pernah belajar. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan orang tua VI,
“bagaimana kondisi rumah ibu sehari-hari?” kemudin orang tua menjawab “wah nek dirumah
tu ya rame mbak, soale di dalam kampung juga biasa tetangga sering ngrumpi di rumah”.
Subjek juga susah untuk dinasehati, ketika orang tua menyuruh belajar, subjek malas-malasan
hingga membuat orang tua jengkel dan marah. Orang tua juga tidak bisa memberikan fasilitas

yang memadahi seperti komputer, saluran internet atau buku-buku pendukung pelajaran
matematika dikarenakan kondisi ekonomi yang terbilang rendah sehingga tidak semua
keinginan subjek dapat diberikan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara berikut ini.
“Apakah di rumah terdapat fasilitas untuk belajar matematika?”, orang tua menjawab
“Mboten mbak, soale ekonomine nggih rodo kurang damel tumbas mboten saget”. Daerah
perkampungan yang cukup ramai membuat subjek juga susah untuk berkonsentrasi dalam
belajar. Hasil wawancara dengan VI dapet dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Wawancara dengan VI Terkait Faktor Keluarga
Subjek :
Peneliti
Subjek

Hasil Wawancara :
“Menurut kamu, bagaimana kondisi rumah kamu sehari-hari tu kaya
gimana sih? Apakah itu ramai,sepi atau gimana?”
“Rame.”

2. Siswa Berkemampuan Sedang
Berdasarkah hasil wawancara dengan subjek dan orang tua, RI merupakan anak yang
memiliki kemampuan sedang. Ketika subjek belajar di rumah, orang tua jarang sekali
memeberikan perhatian dengan mendampingi ketika belajar matematika bahkan sering orang
tua marah saat tidak belajar. Saat melakukan wawancara dengan orang tua, “Apakah anda,
sering mendampingi RI ketika belajar?”, orang tua subjek menjawab “kalau mendampingi
sangat jarang, karena mama papa RI kan kerjanya di toko, tapi RI sudah les kok dirumah jadi
ya percaya sama anak dan guru les aja dek”.Setelah melakukan wawancara dengan orang tua
subjek, ternyata orang tua subjek jarang sekali berada dirumah karena sibuk dengan
pekerjaan sehingga orang tua hanya dapat memfasilitasi subjek belajar dengan bantuan guru
privat matematika yang datang kerumah dan juga orang tua sudah percaya kepada subjek
dengan kemampuan yang dipunya dan tidak memaksakan subjek menjadi siswa berprestasi,
cukup dengan memberikan nilai yang terbaik saja. Hasil wawancara dengan RI dapat dilihat
di Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Wawancara dengan Subjek RI Terkait faktor Keluarga
Subjek
Peneliti
Subjek

Jawaban Wawancara :
“Nah, ketika kamu belajar apakah orang tua kamu mendampingi?”
“Tidak pernah.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek GY dan orang tua, diperoleh hasil bahwa
kondisi rumah subjek terbilang sepi karena kedua orang tua bekerja. Ketika belajar orang tua
selalu mendampingi subjek. Namun ketika meraih prestasi subjek tidak pernah mendapatkan
hadiah dari orang tua. Alasan orang tua tidak memberikan hadiah dikarenakan subjek tidak
pernah meminta dan orang tua biasanya memberikah hadiah disaat-saat tertentu saja seperti

ketika naik kelas. “Apakah anda marah ketika nilai matematika anak anda rendah?” orang tua
menjawab “tidak mbak, karena saya juga dulu gak begitu bisa matematika jadi ya kalau
disuruh ngajarin juga gak bisa”. Ketika nilai matematika rendah orang tua tidak memarahi
namun memberikan dorongan agar subjek lebih giat belajar, karena orang tua pun
berkemampuan sedang sehingga terkadang juga susah membantu dalam pelajaran
matematika. Di dalam lingkungan rumah sudah biasa ditanamkan kedisiplinan sehingga bila
jam belajar subjek tidak belajar maka orang tua akan mangingatkan. Hasil wawancara dengan
GY dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Wawancara dengan GY Terkait Faktor Keluarga
Subjek
Peneliti
Subjek
Peneliti
Subjek

Jawaban Wawancara :
Bagaimana kondisi rumah kamu sehari-hari? Apakah itu rame atau sepi atau
gimana?
“Sepi, soale pada kerja”
“Oke, bagaimana sikap orang tuanya kamu jika kamu ndak belajar pas jam
belajar?”
“Dimarahin, tapi habis itu belajar”

3. Siswa Berkemampuan Tinggi
HK dan PY adalah siswa berprestasi di SMA Kristen 1 salatiga. Prestasi yang mereka raih
tak luput dari dukungan keluarganya. Terbukti dengan hasil wawancara yang dilakukan
dengan subjek. Saat melakukan wawancara dengan HK “Bagaimana sikap orang tua kamu
jika kamu ndak belajar pada waktu jam belajarnya kamu itu?” subjek menjawab “Gimana ya,
orang tuanya aku tu ga ngeharusin aku harus belajar, terserah mau belajar apa endak, yang
penting mama minta hasil yang terbaik”. Dan saat melakukan wawancara dengan PY “jika
kamu tidak belajar ketika jam belajarnya kamu, sikap orang tua kamu gimana? Dimarahi,
atau dibiarkan atau gimana?” subjek menjawab “Kan udah percaya, jadi ya biasa aja kan
jarang belajar juga”.
Baik HK maupun PY sama-sama diberikan kepercayaan oleh orang tuanya dalam hal
studi. Karena mereka sama-sama bukan tipe anak yang sering belajar namun memperoleh
prestasi yang baik dalam sekolah. Prestasi yang mereka raih tak luput dari perhatian orang tua
mereka. Ketika subjek mendapat prestasi orang tua selalu memberikan apresiasi berupa
hadiah atau pun pujian untuk menambah semangat belajar, dan orang tua juga sering
memberikan motivasi untuk belajar dan meraih prestasi lebih baik lagi. Orang tua juga
memberika fasilitas belajar yang memadahi seperti komputer, HP untuk berkomunikasi, buku
terkait pelajaran matematika semua itu diberikan guna untuk kemajuan anak. Kondisi rumah
mereka yang cukup ramai tidak membuat mereka terganggu dalam belajar matematika. Saat

melakukan wawancara dengan orang tua PY, “Bagaimana kondisi rumah Tante sehari-hari?”,
orang tua menjawab “Kalau di rumah ya rame dek, soalnya kan kos-kosan jadi ya rame terus
setiap hari”. Orang tua PY memiliki usaha kos-kosan di rumah, sehingga setiap hari tidak
pernah sepi karena banyak anak yang berada di rumah.

Lingkungan Sekolah
Di

dalam

lingkungan

sekolah

peneliti

mengambil

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu Cara mengajar guru, frekeuensi pemberian tugas,
kehadiran guru, sumber belajar, kehadiran siswa dan keadaan ruang kelas. Berdasarkan 6
subjek yang diwawancarai, guru hanya menggunakan LKS sebagai pedoman dalam
pembelajaran dan tidak pernah menggunakan contoh nyata atau alat peraga dalam
menyampaikan pelajaran matematika. Menurut pengamatan peneliti, ketika mengajar guru
tidak pernah memperhasikan kondisi siswa. Begitu masuk kelas guru langsung menerangkan
materi pembelajaran tanpa memperhatikan kondisi kelas terlebih dahulu. Guru juga sangat
jarang sekali memberikan PR kepada siswa sehingga siswa tidak mempelajarinya lagi di
rumah.
1. Siswa Berkemampuan Rendah
Setelah melakukan pengamatan, dapat disimpulkan baik VI maupun KS sama-sama
mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika di kelas. Namun ketika diwawancarai VI
lebih tertutup dengan memberikan jawaban yang bertolak belakang dengan yang sebenarnya.
Saat diwawancarai “Oke, sekarang masuk di lingkungan sekolah. Menurut kamu caranya
guru matematika mu ketika menyampaikan pelajaran tu gimana?Apakah kamu jelas atau
kurang jelas atau gimana?” dan subjek menjawan “jelas sih ya mudeng”. Menurut VI
penjelasan guru terkait mata pelajaran matematika dapat di mengerti dan tidak sulit untuk
memahami maknanya.
Guru juga memberi keterangan “VI salah satu siswa yang kemampuannya rendah, kalau
pelajaran susah untuk berkonsentrasi jadi kalau disuruh mengerjakan soal didepan juga
masih agak susah”. Menurut keterangan guru dan subjek, jawaban dari keduanya sangat
bertolak belakang. Namun sesuai observasi kelas yang dilakukan oleh peneliti, subjek
memang susah dalam memahami penyampaian guru dan terkadang susah untuk mengerjakan
soal latihan yang diberikan oleh guru.
Lain halnya dengan KS yang lebih terbuka dengan kemampuan dia dalam pelajaran
matematika. ” Nah sekarang kalau disekolah ya, bagaimana sih kalau menurutmu, ketika
paka ardi mengajar, cara penyampaiaanya tu bagaimana? Jelas atau kurang jelas atau

gimana?” dan subjek menjawab “Ya kurang jelas sih mbak, soalnya kalau menurut saya ya mbak,
kalau njelasin tu ini lo mbak langsung ke hasilnya tapi hasilnya itu ndak di bukak dulu gitu lo mbak,
jadi kalu menurut saya harusnya caranya diuraikan dulu biar anaknya mudeng gitu lo”. Menurut

KS penjelasan guru susah untuk dimengerti dan tidak diuraikan pun juga dengan kondisi
kelas yang ramai membuat susah untuk berkonsentrasi. Menurut keterangan guru “KS juga
termasuk siswa yang aktif, namun aktifnya itu ramai jadi kalau dijelaskan suka tidak
memperhatikan, kadang maju bertanya minta dijelaskan ulang juga”.

2. Siswa Berkemampuan Sedang
GY dan RI adalah siswa yang tergolong berkemampuan sedang. Seperti keterangan
subjek GY ketika diwawacarai “Trus menurutmu bagaimana cara penyampaiannya guru
matematikamu? Apakah jelas atau kurang jelas?” subjek menjawab “Ya sebenarnya sih jelas, tapi
kadang ndak jelas gitu”. GY sering tidak paham dengan penjelasan guru, namun saat subjek

tidak paham subjek tetap memperhatikan setelahnya bertanya dan meminta dijelaskan ulang
oleh guru. Menurut hasil wawancara dengan guru, subjek sering tidak paham dengan
penjelasan guru namun juga sering minta dijelaskan ulang. Subjek juga jarang
memperhatikan ketika guru menjelaskan dan juga jarang mencatat, namun subjek dapat
mengerjakan setiap tugas dan latihan yang diberikan oleh guru, nilai ulangannya juga baik.
Lain halnya dengan RI, menurut wawancara dengan RI, “Bagaimana keadaaan catatan
matematika kamu?” subjek menjawab “ ya kurang lengkap, bolong-bolong gitu”. Subjek lebih

sering memperhatikan penjelasan guru. Namun karena subjek tidak suka mencatat sehingga
catatannya banyak yang terlewatkan. Menurut guru subjek merupakan seorang yang pendiam
dan tidak sering bertanya, namun memiliki kemampuan yang cukup baik dalam pelajaran
matematika.
3. Siswa Berkemampuan Tinggi
PY dan HS sama-sama memiliki kemampuan yang baik dalam pelajaran matematika.
Ketika melakukan wawancara dengan guru, dijelaskan “PY sama HS sama-sama memiliki
kemampuan yang baik dalam pelajaran matematika. Bedanya ya kalau cowok tu kadang lebih
cuek kalau pelajaran, jadi kadang jarang memperhatikan, tapi bisa mengikuti”. Menurut
penjelasan guru, kedua subjek tidak pernah remidi dan juga selalu mencatat dan
memperhatikan penjelasan Guru. Ketika diwawancarai terdapat satu perbedaan dari kedua
subjek. HS ketika di beri pertanyaan bagaimana jika nilai ulangan matematika jelek, ia
menjawab sedih kemudian berusaha untuk mencari jawaban yang benar dan mempelajari
lagi. Lain halnya dengan PS ketika diberi pertanyaan bagaimana jika niali ulangan

matematikanya jelek, dia merasa frustasi dan acuh tak acuh. Hasil wawancara dengan HS
dapat dilihat di Tabel 8 dan PY di Tabel 9.
Tabel 8. Hasil Wawancara dengan Subjek HS Terkait Faktor Lingkungan Sekolah
Subjek
Peneliti
HS
Peneliti
HS

Jawaban Wawancara :
“Lalu, apa yang kamu lakukan jika tidak paham dengan penjelasan gurumu?”
“Kalau ndak jelas tanya sama guru habis itu dipelajari lagi”
“Bagaimana sikapmu jika nilai ulangan matematikamu jelek?”
“Ya sedih lah, ya tetep kita nyari kesalahane dimana kemudian nyari jawaban
yang bener kayak gimana gitu.”

Tabel 9. Hasil Wawancara dengan Subjek PY Terkait Faktor Lingkungan Sekolah
Subjek
Peneliti
PY

Jawaban Wawancara :
“Bagaimana sikapmu jika nilai ulangan matematikamu jelek?”
“Frustasi banget lah, habis itu ahh yaudahlah ndak papa”

Lingkungan Tempat Tinggal
1. Siswa Berkemampuan Rendah
Menurut wawancara yang dilakukan oleh subjek KS terkait lingkungan rumah,
“Bagaimana keadaan tempat tinggal mu?”, subjek menjawab “ Iya sering-seringnya sepi mbak,
soalnya jarang ada anak kecil sih”. Menurut wawancara yang dilakukan oleh orang tua, “Kalau

di rumah tu biasane KS ya aktif kalau ada kegiatan lingkungan, tapi nek udah di luar ya gitu
mbak lupa pulang”. Menurut keterangan orang tua, KS merupakan anak yang aktif
dilingkungan sekitar. Ia sering mengikuti kegiatan di perumahan dan kegiatan keremajaan
yang ada di lingkungan rumah. Namun kadang ketika sudah berada diluar rumah, subjek lupa
waktu untuk belajar.
Sesuai hasil wawancara dengan orang tua VI, “menurut Ibu bagaimana sih keseharian
VI di lingkungan rumah? Apakah sering mengikuti kegiatan karang taruna atau bagaimana?”.
Orang tua subjek menjawab “VI niku jarang mbak keluar rumah, nek biasane niku nggih di
rumah nonton tv nek mboten nggih dolanan hp, soale mboten wonten karang taruna ndek
kampung mbak”. VI merupakan anak yang jarang sekali keluar rumah. Menurut orang tua
subjek, VI lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv dan bermain hp. Karena
dilingkungan sekitar tidak ada kegiatan remaja, maka VI jarang sekali kelauar dan bergaul
dengan masyarakat. Saat melakukan wawancara dengan subjek terkait waktu untuk istirahat
“Untuk menjaga kondisi tubuh, berapa banyak waktu yang kamu butuhkan untuk istirahat
atau tidur?” subjek menjawab “siang biasanya dua jam, kalau keseluruhan sehari 5 jam”.
Menurut keterangan subjek waktu untuk istirahat juga sangat kurang, hanya 5 jam dalam

sehari. Keadaan lingkungan sekitar juga terbilang ramai karena banyak anak berusia 6 tahun
yang sering bermain di lingkungan sekitar tempat tinggal VI.

2. Siswa Berkemampuan Sedang
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan subjek RI, “Bagaimana suasana
lingkungan masyarakat di sekitar rumahmu?”, subjek menjawab “Ramai tapi tentram”.
Menurut subjek kondisi di rumah terbilang cukup ramai karena banyak anak-anak namun
tentram karena tidak ada keributan antar warganya. Sama halnya dengan subjek GY, saat
melakukan wawncara terkait lingkungan tempat tinggal, “Bagaimana suasana lingkungan
masyarakat di sekitar rumah mu?” subjek menjawab “Ramai sih tapi bukan ramai karena
berantem warganya lo ya”.
Menurut penelitian kedua sujek tinggal di lingkungan yang cukup ramai, kebanyakan
masyarakat memiliki anak yang masih berusia 9 tahunan. Kondisi rumah yang cukup ramai
tersebut tidak mengganggu kedua subjek dalam belajar pelajaran matematika. Kedua subjek
aktif dalam kegiatan remaja yang ada di lingkungan masyarakat. Waktu yang dibutuhkan
untuk istirahat dalam sehari juga terbilang cukup bagi kedua subjek yaitu 6 jam dalam sehari.

3. Siswa Berkemampuan Tinggi
Ketika melakukan wawancara dengan subjek HS, “Suasana lingkungan rumah kamu
tu seperti apa, tetangga nya seperti apa?” subjek menjawab “Harmonis sih, warganya ga
rame”. Lingkungan tempat tinggal subjek HS merupakan lingkungan perumahan, sehingga
jarang sekali ada anak yang bermain di halaman rumah subjek, sedangkan saat melakukan
wawancara dengan subjek PY terkait lingkungan tempat tinggal, “Bagaimana suasana
lingkungan sekitar rumah kamu?” subjek menjawab “Di rumah sih banyak anak kost
jadinya ya rame”. Suasana rumah PY terbilang ramai, hal tersebut dikarenakan rumah
dijadikan kos-kosan dan setiap hari selalu ramai. Lingkungan tempat tinggal PY
merupakan lingkungan yang sebagian banyak warganya memiliki kos-kosan di rumah, jadi
lingkungannya terbilang ramai dan jarang sepi. Berdasarkan wawancara dengan kedua
subjek, masing-masing dari subjek memiliki waktu untuk istirahat dalam sehari selama 7
jam. Waktu istirahat tersebut terbilang sangat cukup untuk membantu menjaga kesehatan
tubuh.

E. PEMBAHASAN
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah diuraikan terdapat beberapa
faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran matematika pada siswa
kelas X SMA Kristen 1 Salatiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan
masyarakat. Dari faktor-faktor tersebut, faktor keluarga yang memberikan pengaruh besar
terhadap keberhasilan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim Muidah (2011). Suasana rumah yang
nyaman dan tenang dapat membuat siswa mudah untuk berkonsentrasi dalam belajar dan juga
materi yang dipelajari akan mudah untuk dipahami dan prestasi belajar juga akan meningkat.
Jika anak sering diberikan motivasi belajar dari orang tua, maka anak akan merasa
diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga anak semakin termotivasi untuk belajar dan
prestasinya akan meningkat. Lain jika anak jarang diberi motivasi oleh orang tua, mereka
akan merasa kurang diperhatikan dan minat untuk belajar juga cenderung tidak ada dan
berakibat prestasi belajar kurang baik.
Faktor lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Tata
bahasa yang guru gunakan haruslah baik, karena jika tidak baik siswa akan sulit untuk
memahami maksud yang disampaikan oleh guru. Sarana prasarana juga harus diperhatikan,
karena dengan adanya sarana prasarana matematika yang lengkap dapat membantu siswa
dalam memahami pelajaran matematika. Cara siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang sering
mengerjakan tugas akan sering berlatih dan sering membaca buku, sehingga siswa akan
mudah untuk memahami materi yang sulit dipahami. Dengan sering sering membaca buku
dan latihan soal dapat membantu siswa dalam prestasi belajar.
Faktor Lingkungan Masyarakat dilihat dari keadaan atau kondisi tempat tinggal
subjek. Dari penelitian lingkungan masyarakat yang harmonis, tenang dan diantara warganya
saling membantu satu sama lain, dapat membantu subjek dalam belajar karena siswa akan
merasa nyaman dan tenang sehingga siswa lebih berkonsentrasi dalam belajar mata pelajaran
matematika. Akan tetapi sebaliknya jika keadaan lingkungan masyarakat tidak harmonis
maka siswa akan terganggu dna sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar matematika.

F. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menunjukkan bahwa
faktor-faktor ekstern dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sama-sama
memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Salah satu
faktor yang paling memiliki dampak yang besar adalah faktor keluarga. Ini dibuktikan dari
enam subjek yang diteliti, semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh keluarga maka
prestasi belajar matematika anak tersebut dapat meningkat. Sebaliknya semakin rendah
dukungan yang diberikan oleh keluarga maka prestasi belajar matematika anak tersebut
dapat menurun bahkan terbilang rendah.
Beberapa saran diberikan peneliti untuk kemajuan prestasi belajar siswa dalam
akademik di sekolah. Saran pertama ditujukan untuk Guru mata pelajaran matematika.
Guru sebaiknya meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya dengan cara memberikan
pertanyaan dan perhatian yang lebih terhadap siswa yang kurang paham terhadap
penjelasan guru. Selain untuk guru, peneliti juga memberikan saran kepada orang tua
siswa. Orang tua hendaknya memberikan perhatian dengan cara memberikan motivasi
belajar siswa melalui fasilitas dan sarana prasarana belajar matematika yang lengkap.
Orang tua dan lingkungan masyarakat juga hendaknya menciptakan kondisi tempat tinggal
yang tenang dan nyaman dengan menjaga keharmonisan antar keluarga maupun antar
lingkungan sekitar agar siswa tidak terganggu dalam belajar matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Almanshur Fauzan, Ghony Djunaidi. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Annurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jabar, Abdul. 2013. Penguatan Kepemerintahan yang Baik Melalui Pengenbangan Budaya
Demokrasi Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi: UPI. diakses pada tanggal 22
Juli 2016.
Kurnia,Pradika. Analisis Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Mata Pelajaran
Matematika Siswa Kelas VII MTS Amal Sholeh Kecamatan Getasan. Jurnal:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
________. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana, Nana. 1990. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:Alfabeta.
Supriyono, Widodo dan Abu Ahmadi. 2008. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Solo: Rineka
Cipta.
Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syah,
Muhibin.
2008.
Psikologi
Pendidikan
dengan
Pendekatan
Baru.
Bandung: Rosdakarya.
Tu’u, Tulus.2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22