PERBANDINGAN SISTEM PEMILU INDONESIA DEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut moh. Kusnardi & harmaily ibrahim pemilihan umum merupakan sebuah
cara untuk memilih wakil-wakil rakyat. Oleh karenanya bagi sebuah negara yang
mennganggap dirinya sebagai negara demokratis, pemilihan umum itu wajib dilaksanakan
dalam periode tertentu. Bagir manan dalam bukunya menyatakan pemilihan umum yang
diselenggarakan dalam periode lima 5 tahun sekali adalah saat ataupun momentum
memperlihatkan secara langsung dan nyata pemerintahan oleh rakyat. Ketika pemilihan
umum itulah semua calon yang bermimpi duduk sebagai penyelenggara negara dan juga
pemerintahan bergantung sepenuhnya pada kehendak atau keinginan rakyatnya. . Menurut
pasal 1 angka 1 uu no 10 tahun 2008, pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung,umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam negara
kesatuan republik indonesia berdasarkan pancasila dan uudnri tahun 1945.
Pertanyaan mendasar yang timbul tentang sistem pemilu adalah mengapa perlu
diadakan pemilu. Di sini ada dua teori yang mengemukakan tentang sistem pemilu. Yang
pertama adalah bottom-up teori yang dikemukakan oleh harrold dan miller. Teori ini
menekankan pada bagaimana pemilu merupakan suatu penerjemahan akuntabilitas
pemerintah terhadap yang diperintah, pemilu akhirnya menentukan siapa yang memerintah
dan hasil pemilu berikutnya sangat tergantung pada bagaimana pemerintahan tersebut

dijalankan. Yang kedua adalah top-down teori( ginsberg). Teori ini fokus utamanya adalah
pada proses pemilu sehingga berkesimpulan bahwa “ pemilu, pada kenyataannya adalah alat
untuk memperbesar kekuasaan para elite terhadap rakyat”.
1

Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak
ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana
keterbukaan dengan
mencerminkan

kebebasan

walaupun

berpendapat

tidak

begitu


dan
akurat,

kebebasan

berserikat,

partisipasi

dan

dianggap
kebebasan

masyarakat. Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum (pemilu) tidak merupakan
satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang
lebih bersifat berkesinambungan. Pemilihan umum memang menunjukkan seberapa besar
partisipasi politik masyarakat, terutama di negara berkembang. Kebanyakan negara ini ingin
cepat mengadakan pembangunan untuk mengejar keterbelakangannya, karena dianggap
bahwa berhasil-tidaknya pembangunan banyak bergantung pada partisipasi rakyat. Ikut

sertanya masyarakat akan membantu penanganan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
perbedaan-perbedaan etnis, budaya, status sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Integritas nasional, pembentukan identitas nasional, serta loyalitas terhadap negara
diharapkan akan ditunjang pertumbuhannya melalui partisipasi politik.
indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan juga sebagai demokrasi yang
sedang berusaha mencapai stabilitas nasional dan memantapkan kehidupan politik tidak
terlepas dari reaksi gejolak-gejolak sosial dan politik dalam proses pemilihan umum. Dalam
perkembangan kehidupan politiknya, indonesia selalu berusaha memperbaharui sistem
pemlihan umumbaik itu dengan mengadopsi sistem yang ada di negara demokrasi lain atau
menciptakan sistem tersendiri untuk mencapai stabilitas nasional dan politik. Berbeda dengan
negara amerika serikat yang tingkat kesadaran dan intelektualnya dalam berdemokrasi jauh
lebih dewasa dari negara indonesia. Meskipun ada 50 negara bagian disana tapi hanya ada 2
partai, padahal tidak ada satu aturan pun yang mengatur tentang pembatasan partai.
Banyaknya partai hanya menimbulkan kekacauan dan syarat akan terjadinya perpecahan. Di
amerika cara memilihnya pakai touch screen on line sehingga hasilnya bisa langsung terlihat.

2

Di samping pemilu untuk pemilihan presiden, ada pula pemilu paruh waktu, yang diadakan
pada pertengahan masa jabatan presiden. Dalam pemilu ini yang dipilih bukanlah presiden

melainkan seluruh anggota dewan perwakilan dan sepertiga dari semua senator dari tiap
negara bagian. Selain negara bagian, ada satu daerah federal dan ada beberapa daerah yang
bisa disebut sebagai daerah jajahan.
Secara garis besar sistem pemilu amerika dengan indonesia tidak jauh berbeda, ini efek
dari gaya demokrasi yang di bentuk kedua negara tidak jauh berbeda. Pemilu dipandang
sebagai tolok ukur demokrasi. Keyakinan kuat pada pemilu sebagai ukuran utama demokrasi
didasarkan pada tiga pertimbangan. Pertama, pemilu merupakan proses terbaik dibanding,
misalnya, sistem karir dan penunjukkan/pengangkatan, untuk menentukan pemimpin politik.
Kedua, pemilu memungkinkan pergantian kekuasaan secara berkala dan membuka akses bagi
aktoraktor baru masuk dalam arena kekuasaan. Ketiga, pemilu memungkinkan partisipasi
rakyat untuk menentukan pemimpin sesuai dengan kehendak mereka. Tapi keyakinan yang
berlebihan terhadap pemilu justru bisa menjadi jebakan yang menyesatkan. Tanpa
penghayatan demokrasi dari kalangan politisi, pemilu hanya merupakan sebuah proses
“demokrasi berkala” untuk membentuk demokrasi elektoral-formal. Dalam proses itu, rakyat
hanya bisa memberikan pilihan (voting) dalam ritual lima tahunan. Tanpa terobosan dalam
penerapan sistem –dengan segala elemen teknisnya, pemilu hanyalah proyek politik
demokrasi elektoral-formal semata-mata yang tidak berimplikasi dan memiliki manfaat bagi
rakyat dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat yang dimaksud adalah kinerja wakil rakyat di
lembaga perwakilan dan eksekutif yang berpihak pada kepentingan rakyat sehingga
menjembatani kesenjangan antara politik formal, hasil proses elektoral dengan politik seharihari.


3

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka penulis dapat
merumuskan suatu masalah, yaitu apakah perbedaan dan persamaan system pemilu Indonesia
dibandingkan dengan sistem pemilu amerika dengan landasan konstitusionalnya masingmasing?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan akan tugas pada matakuliah
perbandingan HTN di fakultas hukum univeritas Jambi juga sebagai sarana membagi
informasi dan pandangan baru bagi para pembaca, sehingga penulis berharap makalah ini
dapat mendorong partisipasi politik para pembaca serta dapat menyumbangkan pemikiran
yang dapat membantu mencapai etika dan stabilitas politik Indonesia yang lebih baik.

4

BAB II
PEMBAHASAN


A. LANDASAN KONSTITUSIONAL SISTEM PEMILU INDONESIA
DENGAN AMERIKA.
Sejak kemerdekaan hingga sekarang bangsa Indonesia telah menyelenggarakan
sebelas kali pemilihan umum, yaitu tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999,
2004, 2009 dan yang terakhir adalah 2014. Akan tetapi pemilihan pada tahun 1955
merupakan pemilihan umum yang dianggap istimewa karena ditengah suasana kemerdekaan
yang masih tidak stabil Indonesia melakukan PEMILU , bahkan dunia internasional memuji
pemilu pada tahun tersebut. Secara konstitusiaonal pemilu Indonesia diatur dalam pasal 22E
Undang-undang dasar amandemen ke empat, Untuk pemilu di Indonesia semuanya serentak
mempunyai masa jabatan 5 tahun. DPR, DPD Diatur dalam UU No. 10 Tahun 2008 Tentang
Pemilu DPR, DPD dan DPRD. Dan UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.
Sesuai dengan Konstitusi tahun 1787 yang mengalami perubahan sebayak 27 kali, Di
amerika serikat sendiri pemilihan diatur dalam pasal 1 dan pasal 2. Sedangkan untuk
kelanjutannya diserahkan pada negara bagian masing-masing.

B. SISTEM PEMUNGUTAN SUARA DALAM PEMILU.
Pemilu di Amerika menggunakan sistem distrik. Sistem ini berdasarkan lokasi daerah
pemilihan, bukan berdasarkan jumlah penduduk. Dari semua calon, hanya akan ada satu
pemenang. Dengan begitu, daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama

dengan daerah yang banyak penduduknya, dan tentu saja banyak suara terbuang. Karena
5

wakil yang akan dipilih adalah orangnya langsung, maka pemilih bisa akrab dengan
wakilnya.

Kelebihan Pemilu sistem Distrik



Sistem ini merangsang terjadinya integrasi diantara partai, disebabkan kursi
kekuasaan yang diperebutkan hanya satu.



Perpecahan partai dan pembentukan partai baru bisa dihambat, bahkan bisa
mendorong penyederhanaan partai secara natural.




Distrik ialah daerah kecil, karena itu wakil terpilih kemungkinan akan dikenali dengan
baik oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih dekat



Untuk partai besar, lebih gampang untuk memperoleh kedudukan mayoritas di
parlemen.



Jumlah partai yang terbatas menyebabkan stabilitas politik mudah tercapai.

Kelemahan Pemilu Sistem Distrik



Partai besar lebih berkuasa karena terdapat kesenjangan persentase suara yang
diperoleh dengan jumlah kursi di partai politik




Partai kecil dan minoritas merugi sebab sistem ini menyebabkan banyak suara
terbuang.



Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen & pluralis.



Anggota Parlemen terpilih cenderung mengutamakan kepentingan daerahnya
dibanding kepentingan nasional.

6

Sementara Indonesia menggunakan Sistem Proporsional, Sistem yang melihat pada
jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan sistem distrik, wakil
dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar kertas suara saja.
Sistem proporsional banyak dianut oleh negara multipartai, seperti Italia, Indonesia, Swedia,
dan Belanda.


Kelebihan Pemilu Sistem Proporsional



Dinilai lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.



Setiap suara dihitung & tidak ada yg terbuang sehingga partai kecil & minoritas
mempunyai kesempatan memperoleh suara dan menempatkan wakilnya di parlemen. Sistem
ini dianggap lebih mewakili masyarakat pluralis dan heterogen.

Kekurangan Sistem Proporsional



Sistem proporsional ini kurang mendukung adanya integrasi partai politik. Jumlah
partai yang semakin banyak menghambat integrasi partai.




Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal
ini memberikan kedudukan yang kuat pada dewan pimpinan partai untuk menentukan
wakilnya di parlemen.



Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk
menjadi mayoritas. Hal ini menyebabkan sulitnya mencapai stabilitas politik dalam parlemen,
karena partai harus menyandarkan diri pada koalisi.
7

Hanya saja dalam sistem pemilu di USA, pilihan rakyat tak mutlak menentukan
kemenangan seorang calon presiden/kandidat sebab dalam pelaksanana pemilihan calon
presiden & wakil presiden, Amerika Serikat memakai sistem “Electoral College”. Electoral
College adalah dewan pemilih yang akan memilih presiden. Anggotanya dipilih oleh rakyat
pada hari pemilu. Para utusan itu sudah berjanji di awal untuk memilih kandidat tertentu.
Jumlah utusan pada dewan pemilih yaitu dua orang ditambah jumlah anggota DPR dari
negara bagian tersebut. Jadi, beberapa negara bagian memiliki jumlah utusan terbanyak,
seperti contohnya, California, dan menjadi begitu menentukan dalam pemenangan pemilu.
Dengan demikian, pemilihan presiden dan wakil presiden sebenarnya merupakan pemilu
dengan cara tidak langsung tetapi diwakilkan pada dewan pemilih sebab pemenangnya
ditentukan oleh suara para pemilih dalam Electoral College saat hari pencoblosan. Tata cara
pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden di Amerika dalam rangka pelaksanaan
pemilihan umum presiden & wakil presiden di Amerika Serikat ,masyarakat menggunakan
hak pilihnya sebanyak dua dua kali,yaitu :
i.

Pertama, untuk memilih calon presiden yang populer.

ii.

Kedua, untuk memilih utusan berjumlah 538 yang mewakili 50 negara bagian.Utusan
inilah yang berhak memilih presiden. Jadi, pilihan rakyat hanya berguna untuk
menentukan popularitas kandidat.

C. SISTEM KEPARTAIAN.
Maurice Duverger menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu system
partaitunggal, sistem dwipartai dan sistem banyak partai Namun dalam perkembangannya,
konsepsi

sistem

partai

tunggal

masih

dapat

8

digolongkan

kembali

berdasarkan

jumlahnya,yaitu partai tunggal totaliter dengan satu partai yang berkuasa penuh seperti yang
diterapkan

pada

negara

komunis

ataupun fasis, partai tunggal dominan yang

didalamnya terdapat lebih dari satu partai tetapi ada satu partai besar yang menguasai secara
dominan seperti di Jepang,serta yang terakhir adalah bentuk sistem partai tunggal yang tanpa
partai sebagaimana diterapkan dalam sistem politik Otokrasi Tradisional seperti di Brunei
Darussalam dan Arab Saudi. Sistem dwipartai bersaing merupakan suatu sistem kepartaian
yang didalamnya terdapat dua partai yang bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan
kewenangan memerintah melalui pemilihan umum. Dalam sistem kepartaian ini, pembagian
fungsi diantara kedua partai dibagi secara jelas, yaitu partai yang memenangkan pemilu akan
mendapatkan kewenangan memerintah dalam pemerintahan sedangkan yang kalah menjadi
oposisi dalam pemerintahan. Sistem banyak partai merupakan suatu sistem yang terdiri atas
lebih dari dua partai yang dominan. Sistem ini merupakan produk dari struktur masyarakat
yang majemuk, baik secara kultural maupun secara sosial ekonomi. Selain pembagian sistem
kepartaian berdasarkan jumlah partai yang ada, Giovanni Sartori kemudian memiliki
klasifikasi sistem kepartaian tersendiri berdasarkan atas jarak ideologi antar partai yang ada.
Menurut Giovanni Sartori, sistem kepartaian dapat dipilah menjadi 4 sistem kepartaian
berdasarkan jarak ideologi di antara partai-partai yang ada, yaitu:
a. Pluralisme sederhana yang tidak terpolarisasi, bipolar (dua partai) dan sentripetal
seperti sistem dua partai di Amerika Serikat.
b. Pluralisme moderat yang memiliki polaritas kecil, bipolar dengan tiga atau
empat partai sebagai basis, dan sentripetal seperti sistem banyak partai di Belanda.
c. Pluralisme ekstrim yang memiliki polaritas besar, multipolar dengan banyak
partai,dan sentrifugal seperti sistem kepartaian di Italia.
d. Sistem kepartaian hegemoni yang memiliki polaritas sangat besar, terdiri atas
partaidengan jumlah sangat banyak, dan sentrifugal. Dalam sistem ini, sejumlah partai

9

diizinkan ada tetapi hanya sebagai partai kelas dua karena mereka tidak
diizinkanuntuk berkompetisi bebas dengan partai hegemoni seperti ketika masa Orde
Baru diIndonesia dimana kekuasaan Golkar pada saat itu nyaris tidak tersentuh oleh
partai politik lain.

Setelah Perubahan UUD 1945, kedudukan dan peranan parpol dalam system
ketatanegaraan Indonesia menjadi semakin strategis. Secara eksplisit dalam Pasal 22E ayat(3)
UUD 1945 dinyatakan bahwa hanya parpol yang menjadi peserta pemilihan umum (Pemilu)
untuk memilih anggota DPR dan DPRD yang kemudian menjadi argumentasi
untuk pemberian hak recall oleh parpol atas anggotanya yang duduk di lembaga perwakilan
(DPRdan DPRD). System kepartaian di Indonesia menggunakan system multi partai ini
tersirat dalam Pasal 6A ayat (2) juga secara tegas dinyatakan bahwa pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan parpol, demikian pula untuk
pengusulan calon kepada daerah dan wakil kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah
(Pilkada) secara langsung, menurut UU No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,
parpol menjadi “embarkasi” dan “kendaraan” bagi pencalonan kepala daerah/wakil kepala
daerah. Sistem multi partai yang dianut oleh Indonesia, menjadi salah satu kendala bagi
masyarakatnya dalam menentukan pemimpin negara. Karena tentunya dapat membuat kita
bingung menentukan pilihan ditambah lagi kurangnya sosialisasi secara mendalam ke
masyarakat tentang kandidat yang ada
Sistem partai politik modern di Amerika Serikat adalah sistem dua partai yang didominasi
oleh Partai Demokrat dan Partai Republik. Kedua-dua partai ini memenangi setiappemilihan
Presiden Amerika Serikat sejak tahun 1852 dan mengendalikan Kongres Amerika
Serikat paling sedikit sejak tahun 1856. Beberapa partai ketiga dari waktu ke waktu
menerima perwakilan yang relatif sedikit pada tataran nasional dan negara bagian. Di antara

10

dua partai besar, Partai Demokrat secara umum menempatkan dirinya sebagai sayap kiri di
dalam politik Amerika dan mendukung prinsip liberalisme Amerika, sedangkan Partai
Republik secara umum menempatkan dirinya sebagai sayap kanan dan mendukung
prinsip konservatisme Amerika. Partai Republik membawakan kepentingan pengusaha,
kalangan militer, dan golongan konservatif. Sementara Partai Demokrat, lebih dekat ke
kalangan pekerja, gerakan sosial bernuansa hak asasi manusia, dan kesejahteraan sosial.

D. PENGAWAS PEMILIHAN.
Di Amerika pemilihan dilakukan di negara-negara bagian yang memiliki peraturanperaturan pemilihan yang dibuat oleh legislatif masing-masing negara bagian. Pelanggaran
terhadap peraturan pemilihan ini dapad digugat kedepan pengadilan setempat atau diajukan
protes ke Dewan Penyelidik Pemerintahan Daerah yang terdiri atas Pengawas, Hakim
Pengadilan Daerah, dan Kepala Dewan Komisaris Daerah. Selain itu terdapat pula Komisi
Penyelidik Pemilihan yang terdiri atas Gubernur, Sekretaris Negara, Kepala Divisi Pemilihan.
Komisi ini bertugas menyelidiki dan menyusun hasil-hasil pemilihan, kandidat pemenang
pemilihan dan bertanggung jawab atas kelalaian umum sistem pemilihan. Terdapat pula
Pengawas Pemilihan (Supervisor) di setiap kabupaten yang bertugas menunjuk Dewan
Pemilih yang terdiri atas inspektur dan karyawannya. Dewan ini bertugas menyelenggarakan
pemberian suara, penghitungan suaram mengesahkannya kepada Supervisor pada tengah hari
sesudah pemilihan.
Sedangkan perbandingannya di Indonesia adalah yang berwenang menyelesaikan
sengketa pemilu adalah MK ( Mahkamah Konstitusi) sesuai dengan pasal 10 UU no 24 tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya terdapat badan yang mengawasi pemilu.
Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas
11

mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk tingkat pusat, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu provinsi dan Panwaslu kabupaten/kota, adalah
panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah
provinsi dan kabupaten/kota., Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disebut
Panwaslu kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu kabupaten/kota untuk
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan.Pengawas Pemilu Lapangan
adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan
Pemilu di desa/kelurahan. Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang dibentuk oleh
Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PEMILU AMERIKA
DAN INDONESIA.
Mengapa Amerika Serikat yang dikategorikan sebagai negara yang

demokratis

hanya mendapatkan sekitar 60% suara sedangkan Indonesia yang di “cap” sebagai negara
yang otoriter mendapatkan sekitar 90% suara?
Dalam berbagai pemilihan dalam pemilu peserta bisa dibagi-bagi menjadi beberapa kategori,
pemilih yang idealis, pemilih yang pragmatis, atau pemilih yang politis. Pembagiannya
lainnya bisa disederhanakan menjadi dua pemilih, yaitu pemilih politis, dan pemilih
awam. Dimana secara sederhana bisa dikatan pemilih politi adalah pemilih yang terdidik,
menggunakan analisa politik, dan rasio untuk menentukan pilihan ini yang disebut dengan
educated voters, dan pemilih awam adalah pemilih yang memilih bukan karena alasan yang
politis dan logis.
Di Indonesia sendiri, dalam pemilihan umum sering kali terjadi mobilisasi pemilih dan
money politic dalam praktek pemilihan umumnya, dimana suatu partai atau kandidad, me
12

mobilisasi suatu massa menuju suatu TPS, agar memilih partainya, atau akan diberikan
imbalan sebagai pengganti karena telah memilih dirinya, prakte-praktk seperi ini lah yang
telah mencederai demokrasi itu endiri, sehingga 90% dianggap sebagai sebuah angka semu,
yang tidak diketahui seberapa besar pemilih yang mengikuti pemilu atas kemauan nya
sendiri. Pendekatan ini jelas sangat jauh berbeda dengan pendekatan di pemilu Amerika,
dimana para calon presiden lebih menggunakan pendekatan personal di bandingkan
pendekataan partai, para kandidad datang ke setiap negara bagian, dan mengadakan sebuah
pertemuan langsung dengan para pemilih untuk mendengar dan menyampaikan aspirasinya,
pendekatan dengan iklan, dan email sangat gencar dilakukan di Amerika, dialog antara
kandidat yang disiarkan di TV pun akhirnya memberikan gambaran jelas pada para pemilih,
tentang kandidatnya itu sendiri.

Kelamahan lainnya dari pemilu di Indonesia adalah karena terlalu banyaknya partai dan
kandidat yang maju untuk sebuah pemilihan, tidak aeanya seleksi fit and proper tes yang
ketat bagi para kandidat dan partai yang mencalonkan, ditambah lagi para pemilih diberikan
pilihan yg sangat terbatas, karena pada dasarnya, partai lah yang memilih kandidat untuk
dicalonkan, akhirnya menambah kebingungan dari para pemilih di Indonesia, banyaknya
partai dan kandidat dan kurangnya sosialisasi dan publikasi menjadikan pemilih merasa
bingung, dan tidak mengenal dengan baik tiap-tiap calon. Permasalahan lainnya adalah
berbeda dengan di Amerika dimana setiap partai mengadakan pemilihan. Dan rakyat dapat
memilih siapa yang akan maju sebagai kandidat dari sekian calon yang ingin mengjukan diri
dari sebuah partai. Di Indonesia rakyat hanya memilih partai yang telah ditentukan oleh
partai, sehingga rakyat sebenarnya tidak benar-benar memilih, karena hanya disuguhi dengan
pilihan yang telah dipilihkan oleh partai-partai tersebut.

13

Di Indonesia sendiri sedang dihadapkan dengan kenyataan bahwa jumlah golput dalam setiap
pemilihan selalau meninggi, dan yang lebih parah lagi kebanyakan dari orang-orang yang
memilih untuk golput berasal dari kalangan muda yang banyak diantaranya adalah akademisi,
yang lebih “melek’ tentang realitas politik, sehingga pemilih di Indonesia lebih banyak
berasal dari kalangan tua yang sangat identik dengan partaisentris, mereka tidak memilih
berdasar idealism, atau program-program yang diajukan oleh kandidat, tapi lebih ke
fanatisme partai yang mana adalah hasil dari rezim Orde Baru dahulu, berbeda dengan yang
dialami Amerika, walapun dalam kenyataannya jumlah partisipasi pemilihan di Amerika jauh
lebih rendah di banding Indonesia, namun tren di Amerika adalah semakin banyak pemilih
dari kalangan muda setiap tahunnya, dimana kalangan muda ini rata-rata lebih teredukasi
dalam politik di banding kalangan yang lebih tua.

Lalu tingginya tingkat pemilih di Indonesia pun tidak di barengi dengan tingginya partisipasi
politik dan artikulasi kepentingan yang sehat dalam perpolitikan Indonesia. Rakyat sangat
sulit untuk bertemu dan membicarakan masalahnya dengan perwakilan yang mewakili
mereka, sehingga sering kali mereka harus mengaspirasikan suara mereka dalam demo-demo,
kurang terbukanya akses kepada para wakil rakyat, dan kurang di ikut sertakannya rakyat
dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah adalah salah satu permasalahan akut Negara
Indonesia, para wakil rakyat itu lebih sering membawa perintah partai dari pada mewakili
kepentingan pemilihnya, berbeda dengan di Amerika yang akses kepada para wakl rakyat
begitu mudah, sidang-sidang sangat lah terbuka, bahkan rakyat bisa juga bersuara dalam
persidangan-persidangan tersebut. Hubungan antara pemilih dan yang dipilih sangatlah
terjaga, dan dengan sistem yang hanya dikuasai oleh dua partai, tipisnya perbedaan ideologis
kedua partai membuat para pemilih lebih fokus pada program-program yang ditawarkan dari
pada pada idelogi partai-pertai tersebut.

14

Tingginya tingkat pemilih di Indonesia juga tida diimbangi dengan perubahan sistem yang
lebih demokrtis pula, di Indonesia penduduknya dan perkembangan sangatlah tidak merata,
lebih dari setengah penduduknya berada di Jawa, sehingga bisa dikatan bahwasanya presiden
yang terpilih adalah presiden yang hanya mewakili hak-hak orang Jawa, berbeda dengan
Amerika yang tingkat penyebaran penduduknya sudah mulai merata, sehingga tiap negara
bagian bisa mendapatkan perwakilan yang sesuai dengan kepentingan mereka. Indonesia
sendiri walaupun sangat demokratis tapi masih sangat bermasalah dengan moral banggsa,
seperti korupsi, dan juga HAM yang belum di jaga dengan baik di negeri ini, hukum yang
masih compng camping, membuat bangsa ini belum bisa memenuhi cirri-ciri demokrasi yang
sesuai dengan teorinya, sehingga bisa disimpulkan walaupun tingkat partisipasi dalam pemilu
sangat besar, Indonesia masih belum bisa menempatkan dirinya sebgai negara yang
mempunyai sifat yg lebih demokratis dibandingkan pemerintahan di Amerika.

Berikut rincian secara umum perbandingan system pemilu Amerika serikat dengan system
pemilu Indonesia:

Amerika serikat
Partai hanya 2 yaitu partai demokrat dan

Indonesia
Partai ada banyak

partai republik
Karena hanya ada 2 partai maka hanya ada 2

Calon presiden juga ada banyak

calon presiden

15

Calon presiden masing-masing partai terlebih

Setiap partai berlomba-lomba mengajukan

dahulu di seleksi melalui konsesi yang

calon presiden

melibatkan kader masing-masing partai.

Dalan konsesi hanya masyarakat yang

Pemilu ada 2 kali yaitu untuk memilih partai

mendaftar dalam partai atau terdaftar yang

dan calon presiden,pemilu yang lalu pilpres

boleh ikut menentukan calon presiden

ada 2 tahap.

Karena ada 2 partai maka salah satu akan

Tidak jelas partai yang menang sama partai

menjadi partai penguasa dan partai yang lain

yang jadi oposisi

menjadi partai oposisi
Pemilu dilakukan 2 kali yaitu pemilu untuk

Dpr juga mengelompok sendiri-sendiri

pemilih umum atau masyarakat dan pemilu

sesuai partai masing-masing

yang diikuti oleh para senator
Pelaksanaan pemilu di amerika serikat

Orang indonesia berkampanye dengan

memakan waktu dua tahun

sistem direct selling, door to door

Pemilihan umum (pemilu) amerika

Pemilihan umum di indonesia

serikat diselenggarakan setiap dua tahun

diselenggarakan pada setiap lima tahun sekali

sekali

16

BAB III
PENUTUP

Sistem pemilihan umum merupakan salah satu instrumen kelembagaan penting di
dalam negara demokrasi. Demokrasi itu di tandai dengan 3 (tiga) syarat yakni : adanya
kompetisi di dalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, adanya partisipasi
masyarakat, adanya jaminan hak-hak sipil dan politik. Untuk memenuhi persyaratan tersebut
diadakanlah sistem pemilihan umum, dengan sistem ini kompetisi, partisipasi, dan jaminan
hak-hak politik bisa terpenuhi dan dapat dilihat. Secara sederhana sistem politik berarti
instrumen untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam pemilu ke dalam kursi-kursi yang
di menangkan oleh partai atau calon, dalam hal ini system politik Amerika dan Indonesia
tidak ada perbedaan. Indonesia sendiri walaupun tingkat partisipasinnya lebih baik dari
amerika tapi masih sangat bermasalah dengan pemahaman politik dan tujuan dari politik.
Politik yang pada hakekatnya adalah baik, tetapi belum di jaga dengan baik di negeri ini,
hukum yang masih dianggap sebagai dagangan politik, semakin membuat bangsa ini belum
bisa memenuhi ciri-ciri demokrasi yang sesuai dengan teorinya, sehingga bisa disimpulkan
walaupun tingkat partisipasi dalam pemilu sangat besar, Indonesia masih belum bisa
menempatkan dirinya sebgai negara yang mempunyai sifat yg lebih demokratis
dibandingkan pemerintahan dan masyarakat di Amerika.

Politik merupakan kualitas yang paling penting untuk membangkitkan dan
mengorganisasikan minat dan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan
ditingkat daerah. Pada unit pemerintahan yang lebih besar, politik memegang peranan penting
dalam proses pemerintahan perwakilan. Untuk mewujudkan aspirasi masyarakat guna
mewujudkan good governance. Pada akhirnya konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan
17

umum sudah berjalan denganm baik. Akan tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian
Indonesia juga sudah benar-benar siap untuk memasuki zaman global. Sejumlah kelemahan
yang bisa diinventarisir dari kepartaian kita adalah rekrutmen politik, kemandirian secara
pendanaan, kohesivitas internal,dan kepemimpinan.Dalam rangka hal tersebut, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan nyata
sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas KKN.

18