Laporan Praktikum Farmasi Fisika Emulsif (1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
EMULSIFIKASI
Tanggal Praktikum

: 19 Desember 2014

Tanggal Pengumpulan: 26 Desember 2014

Disusun oleh
Grup D – Kelompok 3
Kenny Indra (1343050005) Pembahasan
Siska Nurul F (1343050046) Prinsip, Metode Kerja
Acep Moch R (1343050081) Pembahasan
Glori Elisabet (1343050095) Pengolahan data,Editor
Supiadui P

(1443057013) Teori

LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

2014

EMULSIFIKASI
Tujuan Percobaan

:

1. Untuk dapat menentukan nilai HLB butuh minyak
2. Untuk dapat mengevaluasiketidakstabilan suatu emulsi
Pendahuluan

:

a. Teori Umum
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya
didispersikan sebagai globul dalam fase cair lain. Sistem ini dibuat stabil dengan bantuan
suatu zat pengemulsi atau emulgator. Bila dua buah cairan yang saling tidak bercampur
dimasukkan bersama dalam suatu wadah, maka akan terbentuk dua lapisan yang terpisah.
Hal ini disebabkan karena gaya kohesi antara molekul-molekul dari tiap cairan yang

memisah lebih besar daripada gaya adhesi antara kedua cairan.Proses pengadukan akan
menyebabkan suatu fasa terdispersi dalam fasa yang lain dan akan memperluas
permukaan globul sehingga energi bebasnya semakin besar.Fenomena inilah yang
menyebabkan sistem ini tidak stabil secara termodinamika. Stabilisasi sistem emulsi
dapat dicapai dengan suatu zat pengemulsi. Usaha stabilisasi globul-globul kecil fasa
terdispersi dalam emulsi dapat dilakukan dengan cara mencegah kontak antara sesama
globul dengan menggunakan zat pengemulsi/emulgator. Ada beberapa mekanisme kerja
zat pengemulsi dalam pembentukan emulsi, yaitu menurunkan tegangan antara muka air
dan minyak, pembentukan film antar muka yang menjadi halangan mekanik untuk
mencegah koalesensi, pembentukan lapisan rangkap elektrik yang menjadi halangan
elektrik pada waktu partikel berdekatan sehingga tidak akan bergabung, dan melapisi
lapisan minyak dengan partikel mineral.
Zat pengemulsi bisa dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut :
a. Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorpsi pada antarmuka
minyak/air membentuk lapisan monomolekular dan mengurangi tegangan
antarmuka. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat
menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang

diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut
hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan

permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan
sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan
dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan
tetesan yang mendekat.
b. Koloid hidrofilik yang membentuk suatu lapisan multimolekular sekitar
tetesan-tetesan terdispers dari minyak dalam suatu emulsi o/w. Membentuk
lapisan multimolekuler ; koloid lipofilik membentuk lapisan multimolekuler
disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi
pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan.
Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat,
lapisan multimolekuler yang koheren.
c. Partikel-partikel padat yang terbagi halus, yang diadsorpsi pada batas
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan membentuk suatu lapisan
partikel di sekitar bola-bola terdispersi. Pembentukan kristal partikel-partikel
padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat
secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal
mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak dikenal
melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam
ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara
penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena

pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
Ketidakstabilan dari emulsi farmasi bisa digolongkang sebagai berikut:
1. Flokulasi dan creaming.
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul
yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming adalah suatu
peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di
dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling pekat akan berada di sebelah
atas atau bawah tergantung dari bobot jenis.
2. Penggabungan
(Koalesen)
dan
pemecahan

(Deemulsifikasi)

Creaming harus dilihat secara terpisah dari pemisahan, karena creaming

merupakan suatu proses bolak-balik, sedangkan pemecahan merupakan proses
searah. Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali dengan mudah,
dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang homogen dari suatu emulsi

yang membentuk krim dengan pengocokan, karena bola-bola minyak masih
dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi
pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola
tersebut dalam suatu bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan partikelpartikel tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung. Telah
dilakukan suatu usaha yang dapat dipertimbangkan untuk mempelajari
ketidakstabilan pemecahan.
b. Prinsip Percobaan
-

Evaluasi Stabilitas emulsi
Evaluasi yang dilakukan untuk sediaan emulsi dengan pemeriksaan organoleptis,
membiarkan emulsi tanpa diberi kontak dengan udara dan tidak digoyang selama +/24 jam. Kemudian diamati yang terjadi pada emulsi.

-

Penentuan HLB Butuh minyak
Dengan membuat emulsi dengan berbagai macam nilai HLB dari campuran span dan
tween. Kemudian diamati kestabilannya. Yang paling stabil menunjukan HLB untuk
minyak tersebut.


Metode Percobaan

:

A. Alat dan Bahan
-

Lumpang dan Alu

-

Gelas ukur

-

Penangas air

-

Oleum Olivarum


-

Aqua Dest

-

Span

-

Tween

-

Alluminium Foil

B. Metode Kerja

1. Pembuatan emulsi

Emulsi dibuat berdasarkan resep yang diberikan. Kemudian dihitung
jumlah span dan tween untuk masing masing nilai HLB butuh yang
hendak diuji. Tween dicampurkan kedalam air, Span dicampurkan ke
dalam minyak kemudian kedua campuran tersebut dipanaskan diatas
penangas air hingga keduanya mencapai suhu 70°C. Kemudian keduanya
dicampurkan kedalam Lumpang dan alu yang kering gerus cepat hingga
diperoleh warna putih susu kemudian encerkan dengan Aqua Dest qs dan
adkan dengan Aqua Dest
2. Evaluasi Stabilan Emulsi
Emulsi dengan masing masing nilai HLB, masing masing dimasukan
kedalam tabung sedimentasi dengan tinggi yang sama. Kemudian emulsi
diamati perubahan saat 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan 24 jam.
Hasil dan Pengolahan data
Nilai HLB

Tinggi creaming (cm)
30 mnt 1 jam
2 jam
0.1
0.2


HLB 9
HLB 10

Vo
24 jam Ket.
0.3
95 ml
0.3
24 jam – 96 ml

Volume emulsi yg masih stabil (Vu)
30 mnt
1 jam 2 jam 24 jam
95 ml
95 ml 95 ml 93 ml
96 ml
95 ml 95 ml 94 ml

ada

butiran
minyak
HLB 11
HLB 12
HLB 13
HLB 14

0.7
-

0.9
-

1.0
0.1
-

1.4
0.1
0.7

0.2

94 ml
95 ml
96 ml
95 ml

90 ml
95 ml
96 ml
95 ml

88 ml
95 ml
96 ml
95 ml

87 ml
95 ml
96 ml
95 ml

Perhitungan
A. Pembuatan Emulsi
R/ Ol. Olivarum 1 %
Emulgator

5%

Air ad

100

-

Emulgator – Span 20 (HLB = 8.6) , Tween 80 (HLB = 15)

HLB 9
(a x 15) + ((5-a) x 8.6) = 5 x 9

85 ml
95 ml
92 ml
94 ml

15 a + 43 – 8.6a = 45
a = 0.3125 ≈ 0.31 g– Tween 80
Span 20

= 5- 0.31
= 4.69 g

-

HLB 10
(a x 15) + ((5-a) x 8.6) = 5 x 10
15 a + 43 – 8.6a = 50
a = 1.09375 ≈ 1.1 g– Tween 80
Span 20

= 5- 1.1
= 3.9 g

-

HLB 11
(a x 15) + ((5-a) x 8.6) = 5 x 11
15 a + 43 – 8.6a = 55
a = 1.875 ≈ 1.88g – Tween 80
Span 20

= 5- 1.88
= 3.12g

-

HLB 12
(a x 15) + ((5-a) x 8.6) = 5 x 12
15 a + 43 – 8.6a = 60
a = 2.65625 ≈ 2.65g – Tween 80
Span 20

= 5- 2.65
= 2.35g

-

HLB 13
(a x 15) + ((5-a) x 8.6) = 5 x 13
15 a + 43 – 8.6a = 65
a = 3.4375 ≈3.44 g– Tween 80
Span 20

= 5- 3.44
= 1.56g

-

HLB 14
(a x 15) + ((5-a) x 8.6) = 5 x 14
15 a + 43 – 8.6a = 70

a = 4.21875 ≈ 4.22 g– Tween 80
Span 20

= 5- 4.22
= 0.78 g

B. Volume Sedimentasi ( F)
-

HLB 9
F =
=

Vu
Vo
93 ml
95 ml

= 0.9789
-

HLB 10
F =
=

Vu
Vo
94 ml
96 ml

= 0.9791
-

HLB 11
F =
=

Vu
Vo
85 ml
94 ml

= 0.9042
-

HLB 12
F =
=

Vu
Vo
95 ml
95 ml

=1
-

HLB 13
F =
=

Vu
Vo
92 ml
96 ml

= 0.9583
-

HLB 14
F =
=

Vu
Vo
94 ml
95 ml

= 0.9894
Pembahasan

:

Emulsi adalah suatu sistem disperse yang tidak stabil secara termodinamika karena gaya
kohesi lebih besar dari gaya adhesi sehingga energy bebas akan meningkat. Untuk dapat
membuat stabil maka harus ditambah dengan emulgator. Emulsi yang dibuat dalam percobaan
adalah emulsi Oleum Olivarum dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan. Emulgator
golongan surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga menurunkan
energy bebas dengan membentuk lapisan monomolekuler. Pada emulsi percobaan ini
menggunakan emulgator golongan surfaktan terdapat 2 gugus yakni gugus lipofil dan gugus
hidrofil dan menggunakan dua campuran dari Tween dan Span agar lapisan monomolekuler yang
didapat lebih bagus dan tidak mudah rusak. Tween 80 memiliki nilai HLB 15 sedangkan Span 20
memiliki nilai HLB 8.6 . HLB (Hidrofil Lipofil Balance) adalah nilai yang menunjukan
perbandingan antara gugus lipofil dan hidrofil semakin besar nilai HLB maka gugus lipofil
semakin banyak dan semakin larut dalam air. Sehingga dalam proses pengerjaan Tween 80 akan
dicampurkan dengan air dan Span 80 dicampurkan dengan minyak.
Pada percobaan kali ini untuk menentukan nilai HLB butuh dari oleum Olivarum maka
kami melihat dari tingkat Kestabilan emulsi yang dapat dilihat dengan mendiamkan emulsi
tersebut selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan 24 jam. Pada semua HLB setelah dibiarkan 24 jam
semua menunjukan creaming ditandai dengan terdapat lapisan putih yang lebih pekat dibagian
atas emulsi. Creaming adalah peristiwa terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki
viskositas yang berbeda, dimana agregat dari bulatannya fase dalam mempunyai kecenderungan
yang lebih besar untuk naik kepermukaan emulsi atau jatuh kedasar emulsi tersebut dengan
keadaan yang bersifat reversibel atau dapat didistribusikan kembali melalui pengocokan.
(Ansel,1989, 388). Namun pada hlb 10 setelah didiamkan 24 jam terdapat butiran butiran minyak
yang menuju untuk breaking / deemulsifikasi (pecah) sehingga menunjukan hlb tersebut tidak

mampu untuk membuat lapisan monomolekuler/ dengan kata lain lapisan monomolekuler telah
rusak.
Untuk mengetahuinya dapat melihat dari nilai f ( Volume sedimentasi). Volume sedimentasi
didapatkan dengan membagi volume akhir dari emulsi yang masih stabil dengan volume awal
dimana HLB 12 memiliki nilai F=1 yang berarti emulsi tersebut baik karena hanya memiliki
creaming 1 mm setelah didiamkan selama 24 jam. Creaming bersifat reversible dan dapat
terdispersi kembali melalui pengocokan. Namun creaming jika dibiarkan dapat menuju
deemulsifikasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa HLB butuh dari Oleum olivarum adalah 12
dengan tipe emulsi minyak dalam air (m/a)
Kesimpulan

:

1. HLB butuh minyak zaitun (Oleum Olivarum) adalah 12
2. Kestabilan emulsi seperti creaming dapat dilihat jika terdapat lapisan dengan kepekatan
yang berbeda dan deemulsifikasi/cracking dapat dilihat jika terdapat butiran butiran
minyak yang menyatu.
Daftar Pustaka

:

1. Ansel.2008. Pengantar bentuk sediaan Farmasi : Edisi 4. Jakarta:UIpress