Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Auditor Switching

Auditor switching merupakan perpindahan auditor yang dilakukan oleh perusahaan karena adanya kewajiban rotasi auditor. Auditor switchingdimaksudkan untuk menjaga independensi auditor agar tetap obyektif dalam mengaudit laporan keuangan klien. Ketentuan mengenai auditor switchingtelah diatur dalam regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 359/PMK.06/2003 pasal 6 dan kemudian diperbaharui pada tahun 2008 dengan KMK No. 17/PMK.01/2008.

Ketika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktek akuntansi mereka. Sementara itu, auditor kemungkinan tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika auditor bersedia menerima klien baru, maka hal ini dapat disebabkan karena auditor telah mengetahui informasi tentang klien baru tersebut atau auditor menerima klien baru untuk alasan lain, seperti keuangan. Maka jelas bahwa dalam pergantian auditor seperti hal tersebut disebut voluntary auditor switching (pergantian auditor secara sukarela), perhatian pada alasan mengapa klien menganti auditor, dan mengapa auditor bersedia menerima klien baru.


(2)

10 Perusahaan juga melakukan voluntary auditor switching pada saat industri yang sama sedang bersaing dalam mempekerjakan auditor yang mempunyai reputasi tinggi, hal itu dilakukan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna laporan keuangan. Menurut General Accounting Office (GAO), (2003) dalam Azmi (2014) “menyatakan bahwa untuk memberi manfaat pada cara pandang baru (fresh look), perusahaan menunjuk KAP baru untuk melakukan jasa audit atas laporan keuangan mereka”. Maka, sangat jelas voluntary auditor switching layak untuk dinalisa karena mengapa perusahaan mengganti auditornya di saat masa audit yang ditentukan pemerintah belum habis.

2.1.2 Financial Distress

Penelitian yang dilakukan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999) dalam Wijayanti (2010) mendefinisikan “financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi”. Hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang menurut Net, el Africa, (2002) dalam Zulen (2013) akibat kesulitan keuangan sebagai berikut:

1. Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (trax relief) atas peningkatan level hutang.

2. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya dengan suplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.


(3)

11 3. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.

4. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya keraguan tentang longevity perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.

2.1.3 Pergantian Manajemen

Manajemen dapat berupa para pejabat perusahaan, pengawas perusahaan, dan orang-orang penting yang berada dalam suatu perusahaan. Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi suatu perusahaan. Pergantian Manajemen biasanya disebabkan karena keputusan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keputusan pergantian manajemen juga bisa disebabkan oleh keinginan manajemen pribadi yang ingin berhenti. Apabila perusahaan melakukan pergantian manajemen, maka akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan dalam berbagai bidang salah satunya dapat merotasi auditornya disebabkan oleh segala pemikiran direksi yang baru.

2.1.4 Opini Audit

Opini audit merupakan pernyataan atas suatu asersi yang dikeluarkan oleh auditor atas kewajaran laporan keuangan klien apakah sesuai dengan Standar Audit dan temuan auditor. Opini audit dibuat di dalam suatu laporan auditor. Laporan auditor bentuk baku berisi tentang semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang ditetapkan di Indonesia. Menurut Mulyadi (2002), ada 5 (lima) tipe pendapat audit, yaitu:


(4)

12 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinion), diberikan

oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit, dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) dalam penyusunan laporan keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language), diberikan auditor jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan (misalnya perubahan metode depresiasi).

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion), diberikan oleh auditor jika laporan keuangan yang disajikan klien adalah wajar.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion report), diberikan auditor jika laporan kauangan klien tidak disusun berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. 5. Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion

report), karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.

2.1.5 Ukuran KAP

Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Ukuran KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit. Watts dan Zimmerman (1986), juga dalam Wijayani (2011) menyatakan bahwa ukuran auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Wijayanti (2010) juga menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan.


(5)

13 2.1.6 Audit Tenure

Audit tenure merupakan panjangnya masa auditor dalam suatu perusahaan. Hal ini berkaitan dengan pergantian auditor secara wajib dan secara sukarela, kedua hal tersebut dapat dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian. Ketika klien mengganti auditornya saat tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan kemana klien tersebut akan berpindah.

Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktek akuntansi tertentu, maka diasumsikan klien akan pindah ke auditor dengan kesepakatan. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien. Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, maka perhatian utama beralih kepada auditor, tidak lagi pada klien. Berbeda dengan pergantian sukarela yang dapat terjadi karena konflik antara klien dengan auditor, pada pergantian secara wajib yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan seperti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang telah dijelaskan sebelumnya. Brody dan Moscove (1998) dalam Azmi (2014) “menyatakan bahwa rotasi auditor akan meningkatkan kualitas audit dan independensi audit melalui suatu pengurangan pengaruh klien terhadap auditor”. Tingkat independensi auditor semakin lama akan semakin menurun seiring dengan lamanya hubungan perikatan antara auditor dengan klien. Independensi auditor akan berpengaruh pada tingkat kualitas audit yang diberikan.


(6)

14 Knapp (1991) dalam Azmi (2014) mengemukakan sebuah pandangan bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan masa jabatan auditor hanya jika masa jabatan auditor dengan klien ditentukan selama 5 tahun. Sebaliknya, kualitas audit berepengaruh negatif jika dihubungkan dengan masa jabatan auditor dengan tenure lebih dari 5 tahun.

Pada bulan Juli 2003. Federasi Akuntan Internasional (IFAC) mengeluarkan suatu dokumen yang dinamakan Rebuilding Public Confidence in Financial Reporting, dokumen tersebut menjelaskan bahwa hubungan dalam jangka waktu yang panjang antara auditor dengan klien dapat mengancam independensi dari auditor itu dalam memberikan jasa auditnya. Pernyataan tersebut dikarenakan kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan keragu-raguan atau kepuasan auditor untuk menghadapi tantangan sewajarnya. Dengan demikian, untuk mengurangi tingkatan keragu-raguan diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam Azmi, 2014). Louwers (1998) dalam Azmi (2014) juga menemukan bahwa lamanya hubungan auditor-klien mempengaruhi kecenderungan auditor untuk menegluarkan opini going-concern. Karenanya, regulator menyatakan bahwa rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan meningkatkan kualitas proses pelaporan keuangan (Chi dan Huang, 2004).

2.1.7 Fee Audit

Fee audit adalah honorarium atau upah yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya


(7)

15 dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Masyarakat pada umumnya cenderung mengasosiasikan harga yang mahal sebanding dengan kualitas yang didapatkan, dan sebaliknya.

Seorang auditor tentunya bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu, penentuan fee audit harus disepakati bersama baik oleh klien maupun auditor tersebut. Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya sebagai alasan utama dalam auditor switching.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian Sihombing Mutiara (2012) menggunakan variabel independen ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, financial distress, audit tenure, dewan komisaris, opini audit, maka variabel yang berpengaruh hanya audit tenure saja. Sedangkan Wijayanti (2010) menggunakan variabel independennya berupa ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, financial distress, pergantian manajemen, opini audit, fee audit, variabel yang signifikan adalah ukuran KAP

dan fee audit. Dan untuk Astrini (2013) menggunakan variabel independen

reputasi auditor, pergantian manajemen, financial distress, opini akuntan, audit tenure,variabel yang berpengaruh hanya variabel audit tenure saja sama seperti


(8)

16 penelitian Sihombing Mutiara (2012). Peneliti yang terakhir adalah Wijaya(2010) menggunakan variabel independen financial distress, pergantian manajemen, opini audit, ukuran KAP, dan yang berpengaruh terhadap auditor switching adalah opini audit dan ukuran KAP. Dari keempat penelitian terdahulu di atas peneliti berharap mempunyai hasil yang berbeda dengan peneliti sebelumnya. Ringkasan dari penelitian terdahulu dapat dilihat di tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Sihombing

Mutiara (2012) Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur di Indonesia)

Ukuran KAP (KAP), ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, financial distress(Z), audit

tenure(TENURE), dewan komisaris, dan jenis opini audit

Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

2. Wijayanti (2010)

Analisis Hubungan Auditor Klien: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia(Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur di BEI)

Ukuran KAP,

ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, financial distress, pergantian

manajemen (CEO), opini audit (OPINI), fee audit (FEE)

Ukuran KAP, fee audit berpengaruh signifikan

terhadap auditor switching

3. Astrini (2013) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor Switching secara voluntary (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur di BEI)

Reputasi auditor, pergantian manajemen, financial distress, opini akuntan, audit tenure, dan auditor switching secara voluntary Audit tenureberpengaruh signifikan terhadap auditor switching Sumber: Peneliti


(9)

17 No. Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

4. Wijaya (2010)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Auditor Oleh Klien (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur di (BEI)

Financial distress, pergantian

manajemen, opini audit, ukuran KAP

Opini audit, ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

Sumber: Peneliti

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan mengenai masing-masing faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching, maka kerangka konseptual dan hipotesis penelitian ini adalah:

2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sebuah gambar atau bagan yang menggambarkan keseluruhan variabel dan hipotesis suatu penelitian. Dari seluruh variabel yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bentuk dari kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:


(10)

18 H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

Gambar 2.3.1 Kerangka Konseptual

2.3.1.1Financial Distress

Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran atas kinerja dari perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan klien memiliki peran penting terhadap pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan audit, dan menyebabkan klien berpindah ke auditor lain, karena perusahaan membutuhkan

FINANCIAL DISTRESS (X1)

PERGANTIAN MANAJEMEN (X2)

OPINI AUDIT (X3)

UKURAN KAP (X4)

AUDIT TENURE (X5)

FEE AUDIT (X6)

AUDITOR SWITCHING (Y)


(11)

19 auditor yang mampu memberikan penilaian laporan keuangan sesuai keinginan perusahaan tersebut.

2.3.1.2Pergantian Manajemen

Manajemen menuntut auditor untuk dapat memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Menurut Wijayanti (2010) menyatakan bahwa “perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP mereka karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan”.

2.3.1.3Opini Audit

Manajemen akan mengakhiri hubungan mereka dengan auditor jika opini yang tidak diharapkan oleh perusahaan atas laporan keuangannya dikeluarkan oleh auditor mereka. Menurut Chow dan Rice (1982) dalam Azmi (2014) mendapatkan bukti empiris bahwa “perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya”. Semakin besar keinginan auditor untuk menerbitkan opini selain wajar tanpa pengecualian kepada perusahaan kliennya, semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan auditor switching.

2.3.1.4Ukuran KAP

Manajemen perusahaan akan mencari KAP yang berkualitas tinggi karena investor dan pemakai laporan keuangan cenderung mengandalkan reputasi auditor sebagai indikator kredibilitas laporan keuangan (Barton, 2005, dalam Wijayani, 2011). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar


(12)

20 (Wijayani, 2011). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar.

Wibowo dan Hilda (2009) dalam Wijayanti (2010) berpendapat bahwa KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan KAP kecil, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. KAP yang besar biasanya memiliki reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga mereka akan selalu berusaha mempertahankan independensi. Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP besar yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena itu, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP. 2.3.1.5Audit Tenure

Audit Tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Lamanya audit tenure dengan klien akan berdampak buruk terhadap independennya seorang auditor. Menurut Sihombing Mutiara (2012) menyatakan bahwa:

Seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor. Karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat dan jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen.


(13)

21 Karena adanya peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai panjangnya masa audit di dalam perusahaan, kemungkinan perusahaan akan mengganti auditornya.

2.3.1.6Fee Audit

Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fees yang mereka bayarkan. Dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh fee audit yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya fee audit dan dapat mendorong perusahaan untuk berpindah kepada KAP yang lain (Schwartz dan Menon, 1985 dalam Wijayanti, 2010).

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Dari gambar kerangka konseptual di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H1: Financial Distress berpengaruh terhadap auditor switching pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H2: Pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H3: Opini audit berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI


(14)

22 H4: Ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H5: Audit tenure berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

H6: Fee Audit berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H7: Financial Distress, Pergantian Manajemen, Opini Audit, Ukuran KAP,

Audit tenure, Fee Audit berpengaruh terhadap auditor switching pada


(1)

17 No. Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

4. Wijaya (2010)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Auditor Oleh Klien (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur di (BEI)

Financial distress, pergantian

manajemen, opini audit, ukuran KAP

Opini audit, ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor switching

Sumber: Peneliti

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan mengenai masing-masing faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching, maka kerangka konseptual dan hipotesis penelitian ini adalah:

2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sebuah gambar atau bagan yang menggambarkan keseluruhan variabel dan hipotesis suatu penelitian. Dari seluruh variabel yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bentuk dari kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:


(2)

18 H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

Gambar 2.3.1 Kerangka Konseptual

2.3.1.1Financial Distress

Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran atas kinerja dari perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan klien memiliki peran penting terhadap pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan audit, dan menyebabkan klien berpindah ke auditor lain, karena perusahaan membutuhkan

FINANCIAL DISTRESS (X1)

PERGANTIAN MANAJEMEN (X2)

OPINI AUDIT (X3)

UKURAN KAP (X4)

AUDIT TENURE (X5)

FEE AUDIT (X6)

AUDITOR SWITCHING (Y)


(3)

19 auditor yang mampu memberikan penilaian laporan keuangan sesuai keinginan perusahaan tersebut.

2.3.1.2Pergantian Manajemen

Manajemen menuntut auditor untuk dapat memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Menurut Wijayanti (2010) menyatakan bahwa “perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP mereka karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan”.

2.3.1.3Opini Audit

Manajemen akan mengakhiri hubungan mereka dengan auditor jika opini yang tidak diharapkan oleh perusahaan atas laporan keuangannya dikeluarkan oleh auditor mereka. Menurut Chow dan Rice (1982) dalam Azmi (2014) mendapatkan bukti empiris bahwa “perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya”. Semakin besar keinginan auditor untuk menerbitkan opini selain wajar tanpa pengecualian kepada perusahaan kliennya, semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan auditor switching.

2.3.1.4Ukuran KAP

Manajemen perusahaan akan mencari KAP yang berkualitas tinggi karena investor dan pemakai laporan keuangan cenderung mengandalkan reputasi auditor sebagai indikator kredibilitas laporan keuangan (Barton, 2005, dalam Wijayani, 2011). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar


(4)

20 (Wijayani, 2011). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar.

Wibowo dan Hilda (2009) dalam Wijayanti (2010) berpendapat bahwa KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan KAP kecil, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. KAP yang besar biasanya memiliki reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga mereka akan selalu berusaha mempertahankan independensi. Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP besar yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena itu, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP. 2.3.1.5Audit Tenure

Audit Tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Lamanya audit tenure dengan klien akan berdampak buruk terhadap independennya seorang auditor. Menurut Sihombing Mutiara (2012) menyatakan bahwa:

Seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor. Karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat dan jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen.


(5)

21 Karena adanya peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai panjangnya masa audit di dalam perusahaan, kemungkinan perusahaan akan mengganti auditornya.

2.3.1.6Fee Audit

Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fees yang mereka bayarkan. Dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh fee audit yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya fee audit dan dapat mendorong perusahaan untuk berpindah kepada KAP yang lain (Schwartz dan Menon, 1985 dalam Wijayanti, 2010).

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Dari gambar kerangka konseptual di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H1: Financial Distress berpengaruh terhadap auditor switching pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H2: Pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H3: Opini audit berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI


(6)

22 H4: Ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H5: Audit tenure berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

H6: Fee Audit berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

H7: Financial Distress, Pergantian Manajemen, Opini Audit, Ukuran KAP,

Audit tenure, Fee Audit berpengaruh terhadap auditor switching pada


Dokumen yang terkait

Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

6 63 92

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

PENDAHULUAN Pengaruh Opini Audit, Pergantian Manajemen, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Financial Distres Terhadap Auditor Switching Voluntary (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 3 11

PENGARUH UKURAN KAP, OPINI AUDIT, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING Pengaruh Ukuran Kap, Opini Audit, Dan Profitabilitas Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-

1 6 14

PENGARUH UKURAN KAP, OPINI AUDIT, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING Pengaruh Ukuran Kap, Opini Audit, Dan Profitabilitas Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-

0 4 17

Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Financial Distress, Pergantian Mnajemen, Opini Audit, Ukuran KAP, AuditTenure, Fee Audit Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21