Analisis kausalitas antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Manusia adalah kekayaan nyata suatu bangsa yang sesungguhnya. Indonesia

adalah negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi yang dapat mendorong
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Pembangunan adalah suatu proses
perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus menerus. Tujuan dari adanya
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi
rakyatnya untuk menikmati umur yang panjang, sehat, dan menjalankan
kehidupan yang produktif, karena hidup layak adalah hak setiap manusia yang
diakui universal.
Beberapa kalimat pembuka dalam Human Development Report (HDR)
pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme
(UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung
oleh setiap laporan pembangunan baik ditingkat global, tingkat nasional maupun
di tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia, yang
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebgai

alat bagi pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia cenderung
memperlakukan manusia sebagai input dari proses produksi bukan sebagai tujuan
akhir.
Di Indonesia ukuran pembangunan yang digunakan selama ini yaitu, PDB
dan PDRB, tetapi ukuran tersebut tidak mampu menjelaskan pembangunan
ekonomi, aspek sosial dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Untuk itu

Universitas Sumatera Utara

dibutuhkan suatu indikator yang mampu menjelaskan seluruh aspek atau dimensi
kesejahteraan manusia dan dapat diterjemahkan kedalam sebuah kebijakan. Agar
konsep pembangunan manusia dapat mudah diterjemahkan ke dalam pembuatan
kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau dengan mudah.
Pada Human Development Report (HDR) pertama tahun 1970, indeks
pembangunan manusia (IPM) mulai diperkenalkan, sebagai salah satu alat ukur
pembangunan manusia. IPM mengukur aspek-aspek yang relevan dengan
pembangunan manusia melalui indeks yang terdiri dari tiga komponen utama
yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan (daya beli).
Indeks pembangunan manusia sebagai alat ukur tunggal yang menyajikan
ukuran kemajuan pembangunan yang lebih sederhana dan lebih menyeluruh dari

pada pertumbuhan PDRB perkapita. Indeks pembangunan manusia digunakan
untuk mengklasifikasi apakah sebuah negara dikatakan sebagai negara maju,
sedang berkembang atau negara terbelakang. Selain itu indeks pembangunan
manusia digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap
kualitas hidup dan mengukur tingkat kemiskinan masyarakat suatu negara.
IPM yang merupakan tolak ukur dari sebuah pembangunan memiliki
korelasi positif atau negatif terhadap kondisi kemiskinan di negara atau wilayah
tersebut, karena diharapkan sutau negara atau wilayah yang memiliki IPM yang
tinggi idealnya kualitas hidup masyarakat juga tinggi sehingga tingkat kemiskinan
negara tersebut semakin rendah. Tetapi pada kenyataannya IPM yang tinggi justru
tidak menjamin tingkat kesejahteraan masyarakt akan tinggi atau menjamin tingat
kemiskinan yang rendah. Hal ini dikarenakan hitungan nilai IPM didasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

nilai

agregat

yang


menggunakan

prinsip

rata-rata,

sehingga

terjadi

ketidakakuratan nilai IPM tersebut. Tingkat IPM untuk setiap propinsi di
Indonesia berbeda, dan tingkat IPM untuk daerah terpencil masih rendah, kondisi
ini disebabkan masih minimnya fasilitas pendidikan seperti kurangnya tenaga
pengajar, perbedaan kurikulum, tidak lengkapnya fasilitas buku dan sarana- sarana
penunjang proses belajar mengajar yang kurang lengkap dan rendahnya tingkat
kesehatan di daerah.
Kemiskinan juga merupakan salah satu masalah yang harus diperhatikan
dalam pembangunan, karena ukuran keberhasilan sebuah pembangunan suatu
negara dapat dilhat dari jumlah penduduk yang miskin. Istilah kemiskinan muncul

ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat
kemakmuran ekonomi sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu atau
dengan kata lain kemiskinan lazim dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dengan demikian kemiskinan
merupakan gejala yang berlawanan dengan ide dasar setiap pembangunan yang
ingin menggerakkan seluruh roda ekonomi rakyat guna mencapai taraf hidup yang
layak. Latar belakang terjadinya kemiskinan adalah bersumber dari proyek-proyek
yang selalu mengatasnamakan pembangunan dengan menggusur dan menindas
hak-hak rakyat miskin (Yustika,2003:5). Kemiskinan banyak ditemukan di
negara- negara yang sedang berkembang dan negara yang terbelakang.
Bertambahnya angka kemiskinan pada suatu wilayah merupakan indikator
terjadinya ketimpangan ekonomi baik secara mikro maupun makro. Bentuk
kemiskinan dalam skala mikro ditandai dengan tingkat kesejahteraan suatu rumah

Universitas Sumatera Utara

tangga dengan tingkat konsumsi dibawah ambang batas tertentu atau dibawah
garis kemiskinan. Sedangkan pada tingkat makro, kemiskinan merupakan suatu
indikator tingkat ketidaksejahteraan di suatu wilayah tertentu. Pemerintah pusat
dan daerah telah berupaya melaksanakan berbagai kebijakan dan programprogram penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan.

Kebijakan dan program yang dilakukan belum menampakkan hasil yang optimal.
Oleh karena itu upaya untuk mengurangi kemiskinan perlu dikaitkan dengan
masalah kualitas hidup yang mengacu pada IPM. Karena IPM dan kemiskinan
merupakan dua hal yang dapat mempengaruhi pembangunan suatu negara, dan
saling berkaitan, maka penulis tertarik untuk membuat tulisan ilmiah yang
berjudul “Analisis Kausalitas antara IPM dan Kemiskinan di Provinsi-provinsi
Indonesia”
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat ditulis adalah:

1.

Bagaimana pola perkembangan tingkat IPM dan kemiskinan di ProvinsiProvinsi Indonesia?

2.

Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara IPM dan kemiskinan di
Provinsi- Provinsi Indonesia?


Universitas Sumatera Utara

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui pola perkembangan tingkat Indeks Pembangunan
Manusia dan kemiskinan di Provinsi- Provinsi Indonesia.

2.

Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya hubungan konitegrasi antara
IPM dan kemiskinan di Provinsi- Provinsi Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswa yang ingin
melakukan penelitian selanjutnya.

2.

Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan
hubungan kausalitas antara IPM dan kemiskinan di Indonesia.

3.

Sebagai masukan bagi instansi-instansi atau pemerintah yang terkait

Universitas Sumatera Utara