Analisis kausalitas antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Indonesia

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia pada awalnya dikembangkan oleh pemenang nobel asal India yaitu Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub Ul Hag yang dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London Scholl of Economic pada tahun 1990. Sejak itu IPM digunakan oleh PBB untuk mengukur perkembangan suatu negara dalam bentuk laporan tahunan IPM. IPM tidak hanya digunakan untuk mengukur pengelompokan suatu negara tetapi juga digunakan untuk mengukur pengelompokan suatu subnegara/ wilayah.

Di Indonesia perhitungan IPM pertama kali dilakukan pada tahun 1990 atas kerjasama BPS dan UNDP. IPM yang dihasilkan tahun 1990 dan1993 menujukkan perbandingan antara provinsi di Indonesia, karena Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) sebagai sumber data perhitungan IPM baru dilaksanakan pada tahun 1990, maka indeks sebelum tahun tersebut tidak dapat dilakukan . Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan sebagainya.

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks yang terdiri dari indeks harapan hidup yang diukur dengan harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara


(2)

angka melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama bersekolah, serta indeks standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan atau daya beli masyarakat.

Fungsi IPM serta indikator pembangunan manusia lainnya akan menjadi kunci dalam terlaksananya perencanaan dan pembangunan yang terarah. Perhitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting diantaranya adalah:

1. Membangun indikator yang mengujur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih.

2. Memanfaatkan sejumah indikator untuk menjaga ukuran tersebut agar sederhana.

3. Membentuk atu indeks komposit dari pada menggunakan sejumah indeks dasar.

4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

2.1.1 Indikator- Indikator Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia

Indikator- indikator pengujuran indeks pembangunan manusia adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu bangsa dan merupakan salah satu saran untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada pendidikn. Pentingnya pendidikan tercantum dalam UUD 1945 dan GBHN yang mengatakan bahwa pendidkan adalah hak setiap warga negara yang bertujuan untuk


(3)

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran penting dalam kemajuan bangsa, ekonomi maupun sosial. Keadaan pendidikan penduduk dapat diketahui dari bebrapa indikator seperti angka pastrisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan angka melek huruf.

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah merupakan indikator penting dalam pendidikan yang menunjukan persentase penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat dalam sistem persekolahan.

b. Tingkat Pendidikan Teringgi yang Ditamatkan

Rendahnya tingkat pendidikan dapat menghambat jalannya pembangunan, dengan demikian pendidikan yang tinggi sangat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keadaan seperti ini sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan tertingi yang ditamatkan sering juga disebut dengan rata-rata lama bersekolah. Rata-rata lama bersekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usi 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikian formal.

c. Angka Melek Huruf

Salah satu variabel yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tingi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Karena kemampuan membaca dan


(4)

menulis yang dimiliki dapat mendorong penduduk untuk berperan aktif dalam proses pembangunan. Angka melek huruf adalah peresentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis.

2. Kesehatan

Kesehatah merupakan salah satu variabel kesejahteraan rakyat yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat sehubungan dengan kualitas kehidupannya. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa karena dengan penduduk yang sehat, pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Variabel-variabel yang menggambarkan tingkat kesehatan penduduk pada umumnya adalah:

a. Tingkat Kesakitan penduduk

Tingkat kesakitan penduduk terhadap penduduk dapat dilihat dari tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatannya. Dimana semakin banyak keluhan maka, semakin buruk kesehatan di suatu negara atau daerah.

b. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan gambaran jumlah rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta beserta kapasitas daya tampung rumah sakit. Selain itu menjelaskan jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, balai pengobatan dan posyandu.

c. Usia Harapan Hidup

Penduduk yang hidup berumur panjang, pada umumnya memiliki tingkat kesehatan yang baik. Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada


(5)

umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehtan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori, serta pembrantasan kemiskinan. Usia harapan hidup pada umur X adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani sesorang yang telah berhasil mencapai umur X, pada satu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Usia harapan hidup dihitung dengan rumus:

Indeks harapan hidup = LE−25 85−25 Dimana:

LE= Angka harapan hidup yang disesuaikan dengan standar global UNDP d. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan menggambarkan jumlah dokter umum, dokter gigi, relawan kesehatan, dokter spesialis, bidan dan perawat.

3. Tingkat Konsumsi atau Tingkat Pendapatan

Tingkat kesejahteraan penduduk dapat juga diukur dari oleh besarnya pendapatan yang diterimanya. Namun demikian gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat melalui pendektan pendapatan sangat sulit dilakukan karena adanya hambatan teknis lapangan terutama pada saat wawancara. Oleh karena itu pendapatan keluarga diperkirakan dari data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menrut pengeluaran makanan dan bukan untuk makanan.


(6)

Di negara berkembang pengeluaran utnuk makanan masih merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pengeluaran rumah tangga. Sebaliknya di negara maju pengeluaran untuk aneka barang dan jasa merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran rumah tangga. Untuk indiktor konsumsi dan pengeluaran umah tangga, variabel yang digunakan adalah besarnya pengeluaran rill perkapita penduduk miskin setiap tahunnya.

Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0-100,0 dengan kategori sebagai berikut:

 Tinggi : IPM lebih dari 80,0

 Menegah Atas : IPM antara 66,0-79,0

 Menengah Bawah : IPM antara 50,0-59,0

 Rendah : IPM kurang dari 50,00

Indeks pembangunan manusia dihitung dengan menggunakan rumus: IPM = 1

3 (x(1)+ x(2)+ x(3)) Dimana:

X(1) = indeks harapan hidup X(2) = indeks pendidikan X(3) = indeks standar hidup layak

Masing- masing indeks komponen IPM tersebut adalah perbandingan antara selisih nilai suatu indikator maksimum dan minimum dari masing- masing indikator tersebut, denga rumus:

x- indeks = x−min⁡(x) max (x)−min (x)


(7)

Dimana nilai dari maksimum dan minimum dari setiap indikator sesuai dengan standar UNDP.

2.2 Konsep Kemiskinan

Istilah kemiskinan muncul ketika seorang individu atau sekelompok individu yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensial sehingga pengertian kemiskinan sangat beragam sesuai dengan evolusi ilmu pengetahuan atau perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Defenisi kemiskinan mengikuti pemikiran konvensional adalah terpenuhinya kebutuhan sandang, kebuthan pangan, dan kebutuhan papan. Defenisi tersebut semakin berkembang dengan terpenuhinya kebuthan sekunder dan tersier yang semakin meningkat.

Pendukung Neo-Liberal mengatakan bahwa kemiskinan merupakan persoaalan individu yang disebabkan karena kelemahan dan atau pilihan-piliahn individu yang bersangkutan. Sementara kelompok pendukung teori Sosial Demokrat mengatakan bahwa kemiskinan bukan merupakan persoalan individu, melainkan merupakan persoalan struktural. Kemiskinan disebkan karena ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakt akibat tersumbatnya akses

tertentu terhadap berbagai kemasyarakatan

Ukuran kemiskinan

menurut Nurkse (dalam Lincolin Arsyad, 1999) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:


(8)

1. Kemiskinan Absolut

Seseorang termasuk dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

2. Kemiskinan Relatif

Seseorang masuk dalam golongan miskin relatif apabila telah mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasrkan konsep kemiskinan ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan apabila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada.

Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (1993:3) menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh simiskin, melaikna karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Menurut Suparlan (1995) kemiskinan dapt diefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku berlaku dalam masyarakt yang bersangkutan.


(9)

Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Jingham (2000) terdapat tiga ciri utama pada negara berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat dari terjadinya kemiskinan. Ciri pertama, prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki keterampilan dan keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya sebgaian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif, akibatnya laju pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Ciri ketiga, adalah penduduk terkonsentrasi pada sektor pertanian dan pertambangan dengan metode produksi yang telah usang dan ketinggalan zaman. Hal ini karena penduduk tidak memiliki pilihan lain. Kepemilikan lahan rata-rata per petani cukup sempit sehingga mereka terpaksa hidup untuk hanya sekedar hidup.

Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan /BKKBN (1996:10) adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggub memeihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut PBB defenisi kemiskinan adalah bahwa kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.


(10)

World Bank (2004) mendefenisikan masyarakat miskin sebagai mereka yang hidup dalam keluarga yang kemampuan konsumsinya dibawah garis tertentu, seperti dibawah 1 atau 2 Dollar per hari atau dibawah level yang ditetapkan negara masing-masing. Sementara itu banyak faktor yang mempebagruhi baik secara langsung maupun tida langsung tingkat kemiskinan, mulai dari produktivitas, tenaga kerja, tingkat upah netto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, tingkat, inflasi, pajak, dan subsidi, investasi, alokasi serta sumber daya alam, ketersediaan fasilitas umum (seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik, air bersih, dan lokasi permukiman), penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja, budaya atau tardisi, politik, bencana alam dan peperangan, sebagian faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain (Tambunan,2001).

2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang masuk dalam kategori miskin. Namun menurut World Bank setidaknya ada tiga faktor utama penyebab kemiskinan yaitu:

1. Rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti: makanan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan, dan pendidikan.

2. Ketidakmampuan untuk bersuara dan ketidakadaan kekuatan didepan institusi negara dan masyarakat.

3. Rentan terhadap guncangan ekonomi, terkait dengan ketidakmampuan menanggulanginya.


(11)

Bank Dunia (World Bank) memiliki indikator-indikator kemiskinan yang terdiri dari :

1. Kepemilikan tanah dan modal yang terbatas.

2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 3. Pembangunan yang bias di kota.

4. Perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat. 5. Perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi 6. Rendahnya produktivitas.

7. Budaya hidup yang jelek. 8. Tata pemerintah yang buruk.

9. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.

Katarsasmita (1996) juga menjelaskan penyebab terjadinya kemiskinan dimana akibat dari berbagai hal yang terdiri dari: pertama, rendahnya tingkat pendidikan menyebabakan pengembangan diri yang terbatas. Kedua, rendahnya tingakt kesehatan dimana tingkat kesehatan gizi yang rendah menyebabkan daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa menjadi rendah. Dengan demikian produktivitas yang dihasilkan menjadi berkuran, baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Akibat dari hal ini adalah bargaining position mereka dalam hampir seluruh kegiatan ekonomi menjadi lemah. Ketiga, terbatasnya lapangan kerja. Selama lapangan pekerjaan atau kegiatan usaha masih ada, harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan masih dapat dilakukan. Keempat, kondisi keterisolasian. Dalam kondisi terpencil atau terisolasi penduduk akan kurang mampu menjalankan roda perekonomiannya.


(12)

Sedangkan menurut Sharp (1996) dari sudut pandang ekonomi terdapat tiga penyebab kemiskinan, yaitu:

1. Kemiskinan yang muncul karena ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dengan jumlahterbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan yang muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya mendapatkan upah yang rendah, rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.

3. Kemiskinan yang muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan peremuan tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakt miskin sebagai hak-hak mereka untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,air bersih, pertahanan sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik bagi perempuan maupn laki-laki (Bappenas 2004).


(13)

Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin, Bappenas mengguankan pendekatan utama, antara lain:

1. Pendekatan kebutuhan dasar ( Basic needs approach)

Pendekatan kebutuhan dasar ini melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenui kebutuhan minimum yang terdiri dari pangan, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

2. Pendekatan pendapatan (income approach)

Pendekatan ini menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan aset dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat.

3. Pendekatan kemampuan dasar ( human capabilty approach)

Pendektan ini menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat.

4. Pendekatan subjektif dan objektif

Pendekatan subjektif atau lebih sering dikenal sebagai pendekatan kesejahteraan ( the welfare approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan.

Dari pendekatan-pendekatan tersebut, Bappenas menguraikan indikator-indikator penyebab kemiskinan seprti :


(14)

1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.

2. Terbatasnya askes dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan mendapatkan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap prilaku hidup sehat, kurangnya layanan kesehatan reproduksi, jarak fasilitas kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal.

3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang disebabkan oleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, kesempatan memeperoleh pendidikan terbatas, tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.

4. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap aset dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga.

5. Terbatasnya akses kesehatan dan sanitasi. Masyarakt miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pingiran hutan dan pertanian lahan kering kesulitan memperoeh perumahan dan lingkungan pemukiman yang sehat dan layak. 6. Terbatasnya akses terhadap air bersih kesulitan medapatkan air bersih

terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu dumber air.


(15)

7. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian.

8. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta terbatasnya skses masyarakat akses terhadap sumber daya alam.

9. Lemahnya jaminan rasa aman. Hal ini terkait dengan permasalahan yang terjadi di daerah konflik.

10. Lemahnya partisipasi. Rendahnya pasrtisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang melibatkan mereka.

11. Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Analisis kauslitas antara indeks pembangunan manusia dengan kemiskinan selalu menarik untuk diteliti. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan antara indeks pembangunan manusia tidak selamanya ditemukan hubungan yang timbal balik diantara kedua variabel. Berikut beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan studi kasus yang berbeda.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Sofilda, Zilal Hamzah, dan Sholeh dengan judul Human Development And Poverty In Papua Province (An Analysis Of Simultaneous Approach On Panel Data Regression) dengan menggunakan pendekatan simultan dengan menggunakan metode data panel fixed effect di 20


(16)

Kabupaten di Provinsi Papua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadapi indeks pembangunan manusia, sementara tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan dan kesehatan tidak memiliki dampak terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Renny Risqiani, Zilal hamzah, Eleonora Sofilda dengan judul Human Develompent Quality And Its Problem In Indonoesia (2012). Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel, di 20 provinsi di Indonesia, pada periode 1993-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pembangunan manusia, sementara itu pendapatan perkapita, pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran, memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kuallitas pembangunan manusia.

2.4 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Penelitian ini akan membahas tentang analisis kausalitas antara Indeks pembangunan manusia dengan kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran tinjauan pustaka dari penelitian ini seperti yang tampak pada gambar kerangka konseptual 2.1 di atas.

Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)

Kemiskinan (Poverty)


(17)

2.4.1Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kointegrasi antara IPM dan kemiskinan di Provinsi- Provinsi Indonesia.


(1)

Sedangkan menurut Sharp (1996) dari sudut pandang ekonomi terdapat tiga penyebab kemiskinan, yaitu:

1. Kemiskinan yang muncul karena ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dengan jumlahterbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan yang muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya mendapatkan upah yang rendah, rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.

3. Kemiskinan yang muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan peremuan tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakt miskin sebagai hak-hak mereka untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,air bersih, pertahanan sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik bagi perempuan maupn laki-laki (Bappenas 2004).


(2)

Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin, Bappenas mengguankan pendekatan utama, antara lain:

1. Pendekatan kebutuhan dasar ( Basic needs approach)

Pendekatan kebutuhan dasar ini melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenui kebutuhan minimum yang terdiri dari pangan, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

2. Pendekatan pendapatan (income approach)

Pendekatan ini menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan aset dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat.

3. Pendekatan kemampuan dasar ( human capabilty approach)

Pendektan ini menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat.

4. Pendekatan subjektif dan objektif

Pendekatan subjektif atau lebih sering dikenal sebagai pendekatan kesejahteraan ( the welfare approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan.

Dari pendekatan-pendekatan tersebut, Bappenas menguraikan indikator-indikator penyebab kemiskinan seprti :


(3)

1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.

2. Terbatasnya askes dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan mendapatkan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap prilaku hidup sehat, kurangnya layanan kesehatan reproduksi, jarak fasilitas kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal.

3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang disebabkan oleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, kesempatan memeperoleh pendidikan terbatas, tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.

4. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap aset dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga.

5. Terbatasnya akses kesehatan dan sanitasi. Masyarakt miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pingiran hutan dan pertanian lahan kering kesulitan memperoeh perumahan dan lingkungan pemukiman yang sehat dan layak. 6. Terbatasnya akses terhadap air bersih kesulitan medapatkan air bersih

terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu dumber air.


(4)

7. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian.

8. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta terbatasnya skses masyarakat akses terhadap sumber daya alam.

9. Lemahnya jaminan rasa aman. Hal ini terkait dengan permasalahan yang terjadi di daerah konflik.

10. Lemahnya partisipasi. Rendahnya pasrtisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang melibatkan mereka.

11. Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. 2.3 Penelitian Sebelumnya

Analisis kauslitas antara indeks pembangunan manusia dengan kemiskinan selalu menarik untuk diteliti. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan antara indeks pembangunan manusia tidak selamanya ditemukan hubungan yang timbal balik diantara kedua variabel. Berikut beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan studi kasus yang berbeda.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Sofilda, Zilal Hamzah, dan Sholeh dengan judul Human Development And Poverty In Papua Province (An Analysis

Of Simultaneous Approach On Panel Data Regression) dengan menggunakan


(5)

Kabupaten di Provinsi Papua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadapi indeks pembangunan manusia, sementara tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan dan kesehatan tidak memiliki dampak terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Renny Risqiani, Zilal hamzah, Eleonora Sofilda dengan judul Human Develompent Quality And Its Problem In Indonoesia (2012). Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel, di 20 provinsi di Indonesia, pada periode 1993-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pembangunan manusia, sementara itu pendapatan perkapita, pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran, memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kuallitas pembangunan manusia.

2.4 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Penelitian ini akan membahas tentang analisis kausalitas antara Indeks pembangunan manusia dengan kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran tinjauan pustaka dari penelitian ini seperti yang tampak pada gambar kerangka konseptual 2.1 di atas.

Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)

Kemiskinan (Poverty)


(6)

2.4.1Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kointegrasi antara IPM dan kemiskinan di Provinsi- Provinsi Indonesia.