Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dan Pengklasifikasian Utang

Keputusan pendanaan perusahaan akan mempengaruhi struktur modal

perusahaan. Sumber pendanaan ini dapat diperoleh dari modal internal mapun

modal eksternal. Sumber dana internal biasanya berasal dari laba ditahan,

sedangkan sumber dana eksternal berasal dari kreditur dan pemegang saham.

Dana dari kreditur inilah yang disebut dengan utang. FASB mendefinisikan

kewajiban atau utang sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di

masa depan yang muncul dari kewajiban saat ini dari suatu entitas tertentu

untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain di masa

depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu. (Stice,

2004:769).

Untuk tujuan pelaporan, utang diklasifikasikan menjadi dua jenis utama,

yaitu:

1. Utang lancar merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu

tahun dalam siklus operasi normal perusahaan. Selain itu, utang lancar

biasanya dibayar dengan aktiva lancar. Jika utang yang telah

diklasifikasikan sebagai tidak lancar akan jatuh tempo tahun depan, maka


(2)

2. Utang tidak lancar merupakan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari

satu tahun. Selain itu, utang tidak lancar akan dibayar dengan penyerahan

aktiva tidak lancar yang telah diakumulasikan untuk tujuan pelunasan

kewajiban.

2.1.2Kebijakan Utang

Kebijakan pendanaan suatu perusahaan ditentukan oleh tingkat

kebutuhan investasi. Manajemen akan mencari dana untuk mendanai investasi

tersebut. Higgins (2007:199) menyatakan bahwa kebijakan pendanaan harus

dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, apakah harus mengajukan

pinjaman atau menerbitkan saham baru. Hal ini karena kebijakan pendanaan

mempengaruhi nilai perusahaan.

Menurut Pecking Order Theory, perusahaan akan menggunakan

pendanaan internal jika tersedia (Brealey dan Myers, 2004:516). Namun, jika

dana internal tidak mencukupi, maka manajemen akan mencari sumber dana

eksternal. Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan terlebih

dahulu akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan

mulai dari utang kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel,

kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir. Kebijakan utang merupakan

kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh

sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk

membiayai aktivitas operasional perusahaan. Menurut Brailsford dalam

Bachtiar (2007:45), kebijakan utang dipandang sebagai mekanisme inter nal


(3)

pemegang saham. Chrurchley dan Hansen (1989) dalam Silvi et.al (2008:40)

menyatakan bahwa penambahan utang dalam struktur modal dapat

mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas.

Selain itu, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman

dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan

manajemen bekerja lebih keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat

memenuhi kewajibam dari penggunaan utang Selain mengurangi konflik

keagenan, utang dapat menguntungkan bagi perusahaan, terutama dalam hal

pengurangan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Higgins

(2007:211) menyatakan penurunan jumlah pajak yang harus dibayarkan dapat

meningkatkan jumlah kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada

pemegang saham dan kreditor.

Manajemen harus mempertimbangkan nilai manfaat pengajuan utang

dimana biaya utang berupa biaya bunga harus lebih rendah daripada manfaat

yang akan diperoleh perusahaan. Selain itu, manajemen juga perlu

memperhitungkan distress cost yang akan ditimbulkan dari utang yang

semakin tinggi. Distress cost ini berkaitan dengan biaya-biaya yang akan

dikeluarkan apabila terjadi kebangkrutan (bankruptcy costs), biaya tidak

langsung (indirect cost) berupa biaya yang timbul akibat kehilangan penjualan

atau pendapatan, serta konflik kepentingan yang akan terjadi dimana pihak

kreditor dan pemegang saham akan mengkhawatirkan pengembalian atas dana

mereka (Higgins, 2007:213). Kebijakan pendanaan suatu perusahaan dapat


(4)

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang (Kasmir, 2009:151). Jenis rasio solvabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER) dimana

rasio ini membandingkan antara total utang, termasuk utang lancar dengan

total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang

disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan yang berkaitan dengan

kebijakan pendanaan perusahaan.

Bagi kreditor, semakin tinggi debt to equity ratio, akan semakin tidak

menguntungkan karena risiko yang akan ditanggung atas kegagalan yang

mungkin terjadi pada perusahaan akan semakin tinggi. Debt to equity ratio

juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan

perusahaan.

2.1.3Kepemilikan Institusional

Komposisi kepemilikan saham dapat memiliki dampak penting dalam

sistem pengendalian manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan dalam suatu

perusahaan dapat dilihat dari sisi manajerial dan sisi institusional.

Kepemilikan manajerial merupakan presentase kepemilikan saham oleh pihak

manajerial yang mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham

sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang

diambil salah terutama pada pengambilan keputusan mengenai utang.

Sedangkan kepemilikan institusional merupakan prosentase kepemilikan


(5)

perusahaan asuransi, maupun berupa kepemilikan lembaga dan

perusahaan-perusahaan lain.

Pendapat Rozeff yang dikutip dalam Manan (2004:18) menyatakan

bahwa makin banyak pemegang saham, semakin tersebar kepemilikan,

sehingga hubungan negatif atau tidak signifikan bisa diharapkan diantara

banyaknya pemegang saham dan tingkat utang. Grier dan Zychowics

(1994:33) dalam penelitian Kurniati (2007:36) juga menyatakan bahwa

kepemilikan saham oleh institusi dapat menggantikan peranan utang dalam

memonitor manajemen perusahaan.

Moh’d, Perry, dan Rimbey (1998:121) menemukan bahwa kepemilikan saham oleh institusional mempunyai hubungan yang signifikan dan negatif

terhadap kebijakan utang. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka diharapkan pengendalian

internal terhadap perusahaan akan semakin kuat sehingga dapat mengurangi

a gency cost pada perusahaan. Pengendalian ini akan membuat manajer

menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Manan (2004:18) yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang

untuk perusahaan yang termasuk industri keuangan yang go public di BEJ


(6)

2.1.4Struktur Aset

Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya yang dimiliki

oleh perusahaan. Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan

pendanaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva lancar yang

lebih banyak dalam struktur aktivanya cenderung untuk menggunakan utang

dalam pemenuhan kegiatan pendanaanya, sedangkan perusahaan yang

memiliki jumlah aktiva tetap yang lebih banyak cenderung menggunakan

modal sendiri dalam memenuhi kegiatan pendanaanya.

Menurut Brigham dan Houston (2001:39) perusahaan yang aktivanya

sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan

banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak

perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya

digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan

kredit. Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu jaminan

pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada

perusahaan. Kreditor tentunya melakukan suatu analisis kredit yang mendalam

untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya

(likuiditas).

2.1.5Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebijakan utang yang akan

dilakukan perusahaan. Besar atau kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat


(7)

terjadi dalam suatu periode tertentu, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar

jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar pula

modal yang tertanam dalam perusahaan tesebut, semakin banyak penjualan

yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula

perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan

merupakan karakteristik perusahaan yang dapat mengklasifikasikan apakah

suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran perusahaan kecil, menengah,

ataupun besar.

Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan

cenderung kurang menguntungkan sedangkan perusahaan besar dapat

mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk

mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati dalam Pithaloka, 2009:22).

Perusahaan-perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih mudah untuk

memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses

kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Manan (2004:16) dan Pithaloka (2009:45) menunjukkan

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang yang

mengindikasikan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih

mudah dalam memperoleh dana dari kreditor dibandingkan dengan


(8)

Hasil penelitian tersebut ternyata bertentangan dengan Pecking Order

Theory yang dikutip oleh Pithaloka (2009:39) menyatakan bahwa semakin

besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal

juga semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit

menggunakan utang. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar mempunyai

resiko kebangkrutan yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Perusahaan

besar cenderung mendahulukan menggunakan dana internal untuk operasi

perusahaannya dan berhati-hati dalam mengajukan pinjaman kepada pihak

ketiga.

2.1.6Profitabilitas

Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh

perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba dari kegitan bisnis yang dilakukannya (Ghosh,et. al., 2000:225).

Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan sebagai penggunaan aktiva dan pasiva dalam suatu periode.

Investor menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar

penggunaan nilai atas saham yang dimiliki. Dalam penelitian ini pengukuran

terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak

dengan total aset.

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

Setiawan (2008:120) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial,


(9)

non manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap

kebijakan utang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap kebijakan utang. Arimoerti (2003:23) juga meneliti

mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang pada

perusahaan manufaktur yang go public dibursa efek. Hasil penelitian

menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size, berpengaruh

signifikan terhadap kebijakan utang. Shareholder dispersion tidak berpengaruh

signifikan terhadap kebijakan utang.

Fatmawati (2009:61) pengaruh kepemilikan manajerial, dividen,

kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset terhadap

kebijakan utang pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan dividen

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Damayanti (2006:87)

analisa pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap

kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian free

ca sh flow, rasio MVABVA, dividen yield mempunyai pengaruh signifikan

terhadap kebijakan utang sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

Manan (2004:19) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang

perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002 sebuah


(10)

vola tility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan

kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan,

struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

Kurniati (2007) Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang

perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di bursa efek Jakarta. Hasil

penelitian Secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan institusional, kepemilikan

manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

2.3Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Kepemilikan Institusional

(X1)

Struktur Aset (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Profitabilitas (X4)

Kebijakan Utang (Y)


(11)

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan

utang. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan

institusional, struktur asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Begitu juga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang,

karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka diharapkan semakin

kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi cost

a gency pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer

menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan.

Menurut Houston (2001:39) Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk

dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang.

Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan

jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu

tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan struktur aset, semakin banyak struktur

aset suatu perusahaan semakin banyak suatu perusahaan tersebut menggunakan

utangnya.

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah preposisi yang dirumuskan

dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau

pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenaranya mengenai

konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.


(12)

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan perumusan

masalah dalam kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah sebagai berikut: kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan

dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang


(1)

terjadi dalam suatu periode tertentu, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan tesebut, semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dapat mengklasifikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran perusahaan kecil, menengah, ataupun besar.

Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati dalam Pithaloka, 2009:22). Perusahaan-perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manan (2004:16) dan Pithaloka (2009:45) menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang yang mengindikasikan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih mudah dalam memperoleh dana dari kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya lebih kecil.


(2)

Hasil penelitian tersebut ternyata bertentangan dengan Pecking Order Theory yang dikutip oleh Pithaloka (2009:39) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal juga semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit menggunakan utang. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar mempunyai resiko kebangkrutan yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung mendahulukan menggunakan dana internal untuk operasi perusahaannya dan berhati-hati dalam mengajukan pinjaman kepada pihak ketiga.

2.1.6Profitabilitas

Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegitan bisnis yang dilakukannya (Ghosh,et. al., 2000:225). Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aktiva dan pasiva dalam suatu periode. Investor menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan nilai atas saham yang dimiliki. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aset.

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

Setiawan (2008:120) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap kebijakan utang perusahaan pada perusahaan


(3)

non manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Arimoerti (2003:23) juga meneliti mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang go public dibursa efek. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

Fatmawati (2009:61) pengaruh kepemilikan manajerial, dividen, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Damayanti (2006:87) analisa pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian free ca sh flow, rasio MVABVA, dividen yield mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

Manan (2004:19) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002 sebuah pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, dividen, stock


(4)

vola tility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Kurniati (2007) Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di bursa efek Jakarta. Hasil penelitian Secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan institusional, kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

2.3Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Kepemilikan Institusional

(X1)

Struktur Aset (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Profitabilitas (X4)

Kebijakan Utang (Y)


(5)

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan utang. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan institusional, struktur asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Begitu juga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang, karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi cost a gency pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan.

Menurut Houston (2001:39) Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan struktur aset, semakin banyak struktur aset suatu perusahaan semakin banyak suatu perusahaan tersebut menggunakan utangnya.

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau


(6)

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan baik secara simultan maupun parsial.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 75 76

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 71 76

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 24 74

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, KEBIJAKAN UTANG DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013).

0 0 114

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11