Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Siswi tentang Dismenore Primer di SMA Istiqlal Deli Tua Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyuluhan

1. Defenisi

Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses belajar untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif dari individu atau kelompok terhadap kesehatan yang bersangkutan mempunyai cara hidup sehat sebagai bagian dari cara hidupnya sehari-hari atas kesadaran dan kemauannya sendiri (Syafrudin, 2009).

Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, mengajarkan sikap dan perilaku hidup sehat, serta membentuk kebiasaan hidup sehat (Mubarak, 2011).

Menurut Nyswander (1747) dalam Syafrudin (2009), pendidikan kesehatan/ penyuluhan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan.

2. Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan cara hidup sehat dan dapat berperan serta aktif dalam upaya kesehatan (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009).

3. Sasaran Penyuluhan

Menurut Syafrudin (2009), sasaran dari kegiatan pokok penyuluhan kesehatan diserasikan dengan sasaran program kesehatan yang ditunjang.


(2)

a. Kelompok umum

Masyarakat umum baik di pedesaan maupun perkotaan. b. Kelompok khusus

1) Masyarakat didaerah terpencil dan masyarakat terasing.

2) Masyarakat didaerah pemukiman baru termasuk transmigrasi dan daerah perbatasan.

3) Masyarakat yang terkena masalah kesehatan, misalnya pada KLB (wabah) seperti diare, DHF,dll.

4) Masyarakat yang rentan terhadap masalah kesehatan tertentu, misalnya bumil, buteki, manula, bayi, balita, golongan remaja.

5) Masyarakat yang berada diberbagai institusi atau forum, baik pemerintahan maupun swasta, misalnya: RS, posyandu, sekolah.

6) Masyarakat yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan kesehatan.

7) Kelompok-kelompok yang mempunyai potensi dalam kegiatan penyuluhan seperti, PKK, karang taruna, kader kesehatan, dll.

4. Metode dan Media Penyuluhan

Metode dalam penyuluhan adalah cara untuk melaksanakan penyuluhan tersebut kepada masyarakat (Syafrudin, 2009). Media adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melaui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan (Mubarak, 2011).


(3)

Menurut Syafrudin & Yudhia Fratidhina (2009), penggunaan metode penyuluhan dan media penyuluhan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan penyuluhan kesehatan dimasyarakat. Oleh karena itu, penentuan metode penyuluhan yang tepat dan penggunaan media penyuluhan yang sesuai dengan materi serta sasaran penyuluhan mutlak diperlukan dalam setiap penyuluhan kesehatan termasuk upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak.

a. Metode penyuluhan

Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering dilakukan oleh tenaga kesehatan dilapangan yang diserahi tugas penyuluhan adalah :

1) Ceramah

Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan Tanya jawab, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang diperlukan.

2) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode penyuluhan kesehatan dengan jalan Tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. 3) Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur. Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga dan Tanya jawab. Biasanya demonstrasi diberikan pada kelompok individu yang tidak terlalu besar jumlahnya.


(4)

b. Media penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2005), penggolongan ditinjau dari berbagai aspek, antara lain :

1. Berdasarkan bentuk umum penggunaanya :

a) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, bulletin, dan sebagainya.

b) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film, dan seterusnya.

2. Berdasarkan cara produksinya

a) Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Adapun macam-macamnya adalah :

1. Poster 2. Leaflet 3. Brosur 4. Majalah 5. Surat kabar 6. Lembar balik 7. Sticker dan pamflet

b) Media elektronika adalah suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam media tersebut adalah :

1. TV 2. Radio 3. Film


(5)

4. Video film 5. Cassette 6. CD 7. VCD

3. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya : a) Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara

umum di perjalanan.

b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat diatas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategis agar dapat dilihat oleh semua orang. c) Pameran

d) Banner

e) TV layar lebar.

5. Lingkup Penyuluhan Kesehatan pada Masa Remaja

Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Namun, jika seseorang sudah menikah pada masa remaja, maka ia tergolong dewasa atau bukan remaja lagi. Sebaliknya, jika seseorang masih bergantung pada orang tua ( belum mandiri) di usia yang sudah bukan remaja lagi, maka ia dimasukkan kedalam kelompok remaja. Upaya promosi kesehatan pada remaja meliputi gizi atau nutrisi, sosialisasi, pendidikan kesehatan, pergaulan, seksualitas dan kemandirian.remaja tumbuh berkembang secara biologis yang juga diikuti dengan perkembangan psikologis dan social. Oleh karena itu, pembinaan remaja, terutama remaja wanita,


(6)

tidak hanya ditujukan pada masalah kesehatan sistem reproduksi semata (Mubarak, 2011).

Faktor perkembangan psikologi dan sosial juga perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dalam memahami alam dan fikiran remaja. Penyampaian pesan kesehatan dan bimbingan remaja mencakup perkawinan yang sehat, keluarga yang sehat, sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku remaja yang positif, dan sebagainya. Pesan harus disampaikan sesuai bahasa remaja (Mubarak, 2011).

B. Pengetahuan 1. Defenisi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu sesorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami (Mubarak, 2011).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


(7)

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau I meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.


(8)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

3. Faktor-faktor yang Mempengruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dengan menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semaakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan maka akan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.


(9)

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka


(10)

sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Kategori Pengetahuan

Menurut Machfoedz (2009), penentuan tingkat pengetahuan responden penelitian dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55%

C. Remaja 1. Defenisi

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sam 24 tahun, menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah10 sampai 19 tahun (Widyastuti. dkk, 2009).

Menurut Piaget dalam Proverawati (2009), mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan diantara orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.


(11)

Menurut Undang-undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Namun, menurut Undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, masa remaja umumnya berumur 16-19 tahun dan merupakan masa peralihan menuju kematangan (dewasa).

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).

Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul cirri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).

Memasuki masa remaja, beberapa jenis hormon, terutama hormon estrogen dan progesteron, mulai berperan aktif sehingga pada diri anak perempuan mulai tumbuh payudara, pinggul melebar dan membesar sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur dari salah satu ovariumnya. Bila sel telur ini tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan atau menstruasi (Proverawati,2009).

Menurut Kusmiran (2011), defenisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :


(12)

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.

b. Secara fisik, remaja ditandai oleh cirri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.

c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak menuju dewasa.

2. Tahap-tahap Perkembangan Masa Remaja

Menurut Widyastuti,dkk (2009), tahap-tahap perkembangan masa remaja terdiri dari :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

4) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1) Manampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.


(13)

5) Memiliki kemampuan berfikir khayal ataau abstrak

D. Fisiologi Haid

Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, endrogen, uterus-endometrium dan alat seks sekunder (Manuaba, 2008).

Menstruasi pertama terjadi ketika hipotalamus (bagian otak yang paling primitif) menghasilkan hormon pelepas gonadotropin / GnRH (gonadotropin releasing hormone). Hormon ini menstimilasi kelenjar pituitary untuk membuat gonadotropin, yang mencakup hormon perangsang folikel / FSH (follicle stimulating hormone) dan hormon luteinizing / LH (luteinizing hormone). Hormon gonadotropin dilepaskan kedalam aliran darah, yang merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron pemeran utama dalam siklus reproduksi. Di dalam ovarium, unit reproduksi dan produksi hormon disebut folikel. Folikel-folikel ini merupakan sebuah telur yang mengambang didalam sebuah kantung kecil, dan dinding sel yang membuat estrogen dan progesteron (Livoti dan Elizabeth, 2006).

Menurut Kusmiran (2011), menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan, yang terdiri dari :

1. Stadium menstruasi

Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu, endometrium dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah.

2. Stadium proliferasi

Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke 14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase


(14)

proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke 12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur disebut ovulasi.

3. Stadium sekresi

Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

4. Stadium premenstruasi

Stadium yang berlangsung selama tiga hari. Pada saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah.

E. Gangguan Haid dan Siklusnya

1. Gangguan yang berhubungan dengan haid

a. Premenstual tension (ketegangan prahaid)

b. Mastodinia

c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) d. Dismenore

2. Perdarahan uterus abnormal

a. Gangguan siklus : polimenorea, oligomenorea, dan amenorea. b. Gangguan perdarahan : hipermenorea, hipomenorea dan menoragia. c. Perdarahn diluar haid : metroragia (Wiknjosastro, 2008).


(15)

F. Dismenore

1. Defenisi Dismenore

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Maulana, 2009).

Dysmenorrhoea biasanya timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku didalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didirorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyeruai kejang ini terasa diperut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid dating dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesudah itu semua rasa tidak enak tadi hilang (Derek, 2005).

Dismenore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Sekitar 2-3 tahun setelah. Derajat rasa nyeri menyangkut beberapa variasi yaitu :

a. Dismenore ringan yaitu berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari.

b. Dismenore sedang yaitu sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya.

c. Dismenore berat yaitu rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya (Manuaba, 2008). Menurut Prasetyono (2010), dismenore adalah suatu keadaan dimana proses menstruasi dialami dengan rasa sakit yang berlebihan dan kram. Dismenore dibagi atas dua jenis yaitu :


(16)

a. Dismenore primer merupakan menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri yang hebat. Dismenore primer timbul pada masa 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkannya.

b. Dismenore sekunder merupakan gangguan haid yang disebabkan adanya gejala penyakit seperti endometriosis, infeksi rahim, kista/polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya. Sebab lain mungkin ditimbulkan oleh kondisi panggul, fibroid, adenomiosis, radang saluran telur, pemakaian alat kontrasepsi IUD.

G. Dismenore Primer

1. Defenisi Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genitalia yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid atau berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2008).

Dismenore primer disebut juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Dismenore primer murni karena proses kontraksi rahim tanpa penyakit dasar sebagai penyebab (Proverawati dan Maisaroh, 2009).


(17)

Dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkan. Namun, dengan berjalannya waktu, tepatnya saat hormon tubuh lebih stabil atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan gangguan ini akan berkurang. Penyabab dari dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan dari jaringan dari lapisan rahim melewati serviks, terutama jika saluran serviks nya sempit (Kasdu, 2005).

H. Etiologi Dismenore Primer

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:

a. Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam


(18)

hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. d. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesterone menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesterone.

Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umun seperti, diare, nausea, muntah, dan flushing.


(19)

e. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer (Wiknjosastro, 2008).

I. Gejala Dismenore Primer

1. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama.

2. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai.

3. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.

4. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai.

5. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus.

6. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening (Kasdu, 2005).

J. Penanganan Dismenore Primer 1. Penerangan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul


(20)

mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2. Pemberian obat anelgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nteri berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memeungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kontrasepsi.

4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikansebelum haid mulai 1 sampai 3 hri sebelum haid, dan pada hari pertama haid.

5. Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat member keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral


(21)

(pemotongan urat saraf sensorik anatar uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal (Wiknjosastro, 2008).

K. Tips untuk Mengurangi Dismenore Primer

Untuk mengatasi nyeri menstruasi, ada beberapa tips yang dapat dilakukan antara lain :

1. Latihan aerobik, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang, membantu memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit.

2. Pakai kompres panas atau dingin pada daerah perut jika nyeri terasa. 3. Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama periode menstruasi. 4. Orgasme dapat meringankan kram menstruasi pada beberapa perempuan.

5. Latihan relaksasi atau yoga, dapat membantu menanggulangi sakit (Proverawati, 2009).


(1)

a. Dismenore primer merupakan menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri yang hebat. Dismenore primer timbul pada masa 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkannya.

b. Dismenore sekunder merupakan gangguan haid yang disebabkan adanya gejala penyakit seperti endometriosis, infeksi rahim, kista/polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya. Sebab lain mungkin ditimbulkan oleh kondisi panggul, fibroid, adenomiosis, radang saluran telur, pemakaian alat kontrasepsi IUD.

G. Dismenore Primer

1. Defenisi Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genitalia yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid atau berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2008).

Dismenore primer disebut juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Dismenore primer murni karena proses kontraksi rahim tanpa penyakit dasar sebagai penyebab (Proverawati dan Maisaroh, 2009).


(2)

Dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkan. Namun, dengan berjalannya waktu, tepatnya saat hormon tubuh lebih stabil atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan gangguan ini akan berkurang. Penyabab dari dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan dari jaringan dari lapisan rahim melewati serviks, terutama jika saluran serviks nya sempit (Kasdu, 2005).

H. Etiologi Dismenore Primer

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:

a. Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam


(3)

hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. d. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesterone menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesterone.

Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umun seperti, diare, nausea, muntah, dan flushing.


(4)

e. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer (Wiknjosastro, 2008).

I. Gejala Dismenore Primer

1. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama.

2. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai.

3. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.

4. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai.

5. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus.

6. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening (Kasdu, 2005).

J. Penanganan Dismenore Primer

1. Penerangan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul


(5)

mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2. Pemberian obat anelgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nteri berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memeungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kontrasepsi.

4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikansebelum haid mulai 1 sampai 3 hri sebelum haid, dan pada hari pertama haid.

5. Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat member keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral


(6)

(pemotongan urat saraf sensorik anatar uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal (Wiknjosastro, 2008).

K. Tips untuk Mengurangi Dismenore Primer

Untuk mengatasi nyeri menstruasi, ada beberapa tips yang dapat dilakukan

antara lain :

1. Latihan aerobik, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang, membantu memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit.

2. Pakai kompres panas atau dingin pada daerah perut jika nyeri terasa. 3. Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama periode menstruasi. 4. Orgasme dapat meringankan kram menstruasi pada beberapa perempuan.

5. Latihan relaksasi atau yoga, dapat membantu menanggulangi sakit (Proverawati, 2009).