Karakteristik Peserta Kontrasepsi Sterilisasi Di Klinik Mantap Medan Periode2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Menurut BKKBN (2006, dalam Seto, dkk, 2011) jumlah penduduk yang

terus meningkat merupakan masalah besar bagi Negara-negara di dunia khususnya
negara berkembang. Indonesia merupakan negara berkembang yang termasuk
mempunyai masalah dalam bidang kependudukan. Dengan jumlah yang sangat
besar yaitu sekitar 215 juta jiwa. Pada tahun 2007 menduduki urutan ke-4 dari
seluruh dunia. Kepesatan penduduk Indonesia tersebut merupakan fenomena yang
memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih sungguh-sungguh dan
berkelanjutan. Keadaan ini sangat mempengaruhi masalah kualitas sumber daya
manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang sangat
memerlukan bantuan untuk sekedar hidup.
Jumlah penduduk yang bertambah pesat berada di negara-negara
berkembang. Sebagai akibatnya penduduk di negara tersebut belum menikmati
kehidupan yang layak. Mereka menderita kekurangan makan dan gizi, sehingga
tingkat kesehatan buruk, mempunyai pendidikan yang rendah, dan kekurangan
lapangan pekerjaan. Secara khusus, tingkat kelahiran dan kematian masih tinggi.

Di Indonesia kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah besar.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatn Indonesia (SDKI), angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan dari angka 390 per 100.000
kelahiran hidup pada periode tahun 1990-1994 menjadi 334 per 100.000 kelahiran
hidup pada periode tahun 1993-1997, 307 pada SDKI 2002-2003, dan 228 pada
tahun 2007. Walaupun mengalami penurunan secara signifikan akan tetapi angka

tersebut masih berada dibawah target Millennium Development Goals (MDG’S)
yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup. Terlebih bila dibandingkan dengan AKI di
negara-negara ASEAN, AKI di Indonesia 3-6 kali lipat jumlahnya. Oleh karena
itu, berbagai beban kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan akibat tekanan
penduduk. (Fienalia 2012).
Menurut BPS (2010, dalam Herlinawati, 2012) pada awal tahun 2010,
pemerintah telah melakukan sensus penduduk dan diperoleh jumlah penduduk
Indonesia saat itu adalah 237.556.363 jiwa yang tersebar dari sabang sampai
merauke dengan tingkat kepadatan 124/km2.
Menurut BPS (2010, dalam Herlinawati, 2012) adapun jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12.982.204 jiwa, mencakup mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 6.382.672 (49.16%), sedangkan
yang bertempat tinggal di desa sebanyak 6.599.532 (50,84%) dengan kepadatan

penduduk 178 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk 1,10 %/tahun.
Menurut BKKBN (2006, dalam Seto, dkk, 2011) Salah satu upaya yang
perlu dilakukan pemerintah untuk masalah ini adalah dengan menggalakkan dan
mengaktifkan

kembali

program

keluarga

berencana

Indonesia

untuk

pembangunan yang berorientasi pada masa depan yang lebih baik. Pembangunan
Keluarga Berencana Nasional diarahkan kepada terwujudnya “Keluarga
Berencana 2015” yang pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan

keluarga-keluarga

Indonesia

yang mempunyai

anak

yang ideal,

sehat,

berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya.

Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempel nya sel sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim. (Mulyani, 2013).
Menurut data Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia tahun 2012
kesehatan masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah
peserta KB yang memakai kontrasepsi MOW atau tubektomi 3,2%. Padahal

tubektomi merupakan alat kontrasepsi yang dianggap sangat efektif, murah dan
aman dalam menghentikan kehamilan. (Herlinawati, 2012).
Kontrasepsi sterilisasi adalah salah satu metode kontrasepsi yang
dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur. Dengan cara ini,
proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk
selamanya. Karena sifatnya yang permanen, kontrasepsi ini hanya di perkenankan
bagi mereka yang sudah mantap memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak.
(Mulyani, 2013).
Program keluarga berencana mempunyai tujuan yang salah satunya adalah
menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Program KB
Nasional salah satu diantaranya yakni mengakhiri kehamilan dengan metode yang
paling efektif yaitu Kontrasepsi mantap Medis Operatif Wanita, khususnya untuk
Pasangan Usia Subur (PUS) wanita usia minimal 35 tahun dan telah memiliki 2
orang anak atau lebih. Pengembangan metode kontrasepsi mantap masih jauh
tertinggal, hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan
kontrasepsi mantap diantaranya umur, pendidikan,pekerjaan, ekonomi dan paritas.

Data SDKI tahun 2007 memperlihatkan bahwa peserta sterilisasi
(vasektomi maupun tubektomi) paling banyak dilakukan oleh mereka yang
berusia 45-49 tahun (masing-masing 7,4 persen untuk tubektomi dan 0,5 persen

untuk vasektomi), dan tertinggi pada mereka yang telah memiliki anak lebih dari 5
(masingmasing 7,1 persen dan 0,5 persen). Hasil analisis lanjut ”Pola Pemakaian
Kontrasepsi” berdasarkan data dari Pemantauan PUS Melalui Mini Survei tahun
2009 juga memperkuat temuan di atas, bahwa proporsi terbesar peserta MOW dan
MOP adalah mereka yang berusia 40 tahun ke atas, dan telah memiliki 3 anak
bahkan lebih. Kenyataan ini menggambarkan bahwa saat disterilisasi umumnya
para akseptor memang telah memiliki jumlah anak banyak dan berumur relatif
tua, sehingga secara demografis kurang memberikan kontribusi terhadap
penurunan angka kelahiran.
Menurut Purwanti (2009, dalam Etty, 2010) di Bandung, Karakteristik
ibu terutama paritas berpengaruh terhadap pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa paritas tinggi meningkatkan angka kejadian
seksio sesarea sebesar 3,2 kali lipat. Begitu pula dalam penelitian yang dilakuakan
oleh Mesleh di Saudi Arabia (2008) yang menyebutkan bahwa paritas tinggi
(lebih dari 3) mengalami persalinan bantuan alat (forsep) sebesar 1,6 kali lipat.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang
“karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi di Klinik Mantap Medan tahun 2014”.
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini “karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi di Klinik Mantap Medan
tahun 2014”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi di Klinik
Mantap Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi
berdasarkan umur di Klinik Mantap Medan Tahun 2014.

2.

Untuk mengetahui karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi
berdasarkan pendidikan Klinik Mantap Medan Tahun 2014.


3.

Untuk mengetahui karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi
berdasarkan pekerjaan di Klinik Mantap Medan Tahun 2014.

4.

Untuk mengetahui karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi
berdasarkan paritas (jumlah anak hidup) di Klinik Mantap Medan
Tahun 2014.

D.

Manfaat Penelitian
1. Bagi insitusi pendidikan
Di harapakan hasil penelitian ini dapat diterapkan bagi pendidikan D-IV

bidan pendidik fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai bahan
masukan kepustakaan untuk menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut

tentang karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi.

2. Bagi Klinik Mantap
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
masukan dan informasi bagi pihak Klinik Mantap Medan.
3. Bagi peneliti
Sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah
dipelajari untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi
tentang karakteristik peserta kontrasepsi sterilisasi di Klinik Mantap Medan tahun
2014.