Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak Yayasan Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu
lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK
sedang mengalami masa tumbuh kembang yang relatif pesat. Pada saat ini proses
perubahan fisik, emosi dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri dan lingkungan. Pada usia ini
anak masih merupakan golongan konsumen pasif, yaitu belum dapat mengambil dan
memilih makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan sehingga pada usia ini anak sangat
rentan terhadap berbagai masalah kesehatan apabila kondisinya kurang gizi (Santoso,
2004). Berbagai masalah kesehatan dijumpai di kalangan anak Taman Kanak-Kanak di
antaranya adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor yang
sangat menentukan adalah factor gizi.
Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
badan, kecerdasan dan mudah terserang penyakit infeksi. Di samping kurang gizi
ditemukan juga masalah kesehatan pada anak yang disebabkan gizi lebih yang dapat
menyebabkan kegemukan dan anak berisiko menderita penyakit degenaratif seperti
penyakit hipertensi, penyakit jantung dan lain sebagainya (Santoso, 2004). Seorang
anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang

dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake zat gizi yang
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan

Universitas Sumatera Utara

dimanisfestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar
(Khomsan, 2003). Krisis ekonomi yang terjadi di Indosesia telah menimbulkan lost
generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan zat gizi sehingga tingkat
kecerdasan (IQ) lebih rendah. Menurut Baliwati (2004), anak yang mengalami kurang
energi protein mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan dengan anak yang
tidak Kurang Energi Protein (KEP). Hasil penelitian yang dilakukan di Jakarta
menunjukkan pada anak Taman Kanak-Kanak (usia 4-6 tahun), didapatkan prevalensi
kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung tiga bulan,
tentunya hal ini akan berdampak kepada kondisi status gizi anak (Judarwan, 2007).
Menurut Berg (1986) seperti yang dikutip oleh Gunanti (2006), anak dengan
status gizi yang baik merupakan perwujudan dan terpenuhinya konsumsi pangan sesuai
dengan kebutuhan sepanjang masa pertumbuhan dan perkembangan. Agar terpenihinya
kebutuhan gizi anak, maka anak harus mengonsumsi makanan dalam yang memadai dan
dengan mutu gizi yang baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2004)
menunjukkan hasil yang positif antara konsumsi makanan dengan status gizi anak (p<

0,001). Anak yang diberi makanan lengkap status gizinya lebih baik dari pada anak
yang diberi makanan tidak lengkap. Makanan yang lengkap untuk gizi yang baik yaitu
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan
secara nasional sebanyak 18,4% anak balita berstatus gizi buruk dan kurang, 13,6%
anak balita kurus (wasting). Sementara itu menurut Riskesdas tahun 2010, gizi kurang
tidak mengalami perubahan dan gizi buruk mengalami peningkatan prevalensi yaitu

Universitas Sumatera Utara

5,9%. Sedangkan prevalensi gizi kurus menjadi 13,3% (Depkes, 2010). Hasil Riskesdas
Provinsi Aceh tahun 2007 menunjukkan prevalensi gizi kurus dan sangat kurus di
Provinsi Aceh sebesar 13,2% dan meningkat menjadi 15% pada tahun 2010. Sedangkan
prevalensi gizi kurang 12,6%

dan meningkat menjadi 14,2% pada tahun 2010).

Indonesia adalah negara agraris, tapi lebih dari 37% anak Indonesia usia 0-5 tahun
(balita) kekurangan gizi yang ditandai dengan bentuk fisik stunted atau tinggi badan
tidak sesuai dengan umur.

Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamatan Darul Aman menunjukkan bahwa
terdapat balita gizi buruk sekitar 3,35% balita, dengan gizi kurang 17,09%, balita
dengan kondisi gizi baik 78,93% dan balita dengan kondisi gizi lebih 0,64%. Kebiasaan
makan yang baik adalah yang dapat menjamin tercukupinya kebutuhan gizi, sedangkan
kebiasaan makan yang buruk yaitu kebiasaan yang dapat menghambat terpenuhinya
kecukupan gizi. Kebiasaan makan yang salah dan berlangsung dalam jangka waktu
yang cukup lama akan berimplikasi pada rendahnya status gizi masyarakat. Masalah
perbaikan gizi memang berhubungan atau berkaitan dengan banyak hal, salah satunya
adalah persoalan pola makan yang baik. French et al (2001) menyatakan bahwa,
masalah gizi kurang sangat erat hubungannya dengan kuantitas dan kualitas makanan
yang dikonsumsi, di mana faktor yang menentukan kualitas makan adalah tingkat
pendapatan. Namun demikian, peningkatan pendapatan tidak selalu membawa
perbaikan pada konsumsi pangan, karena meningkatnya pengeluaran pangan atau
pendapatan belum tentu diikuti dengan peningkatan kualitas makanan. Hal ini karena
peningkatan pengeluaran belum tentu digunakan untuk pangan. Selain tingkat

Universitas Sumatera Utara

pendapatan, faktor sosial budaya termasuk kebiasaan makan yang buruk yang secara
tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi kurang. Menurut Santoso

(2004), kurang gizi pada anak TK umumya disebabkan karena kebiasaan makan anak
yang tidak teratur. Dimana pada saat ini anak sudah mulai memilih sendiri makanan
yang disenangi dan sudah mulai menyukai makanan jajanan dari pada makanan
dirumah.
Berdasarkan hasil observasi di TK Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman

bahwa

pihak sekolah selalu membiasakan anak TK untuk membawa bekal dari rumah dan
dimakan bersama pada jam istirahat. Bekal makanan anak TK umumnya terdiri dari
nasi, mie lontong dan kue-kue yang dibelikan orang tuanya di warung dekat sekolah,
namun ada juga anak TK yang jarang membawa bekal ke sekolah.
Berdasarkan survei pendahuluan dari 20 anak TK Al-Ikhsan, diketahui bahwa 10
anak berstatus gizi normal (50%), 8 anak berstatus gizi kurus (40%) dan 2 anak
berstatus gizi gemuk (10%) menurut indeks BB/TB. Status sosial ekonomi keluarga di
Kecamatan Darul Aman masih dikatakan tingkat ekonomi golongan rendah, rata-rata
masyarakat berpendidkan dasar tamat SD dan SLTP, pekerjaan kepala keluarga adalah
tidak tetap sehingga penghasilan yang diperoleh dalam satu bulan tidak tetap juga, hal
ini menyebabkan konsumsi makanan di dalam keluarga yang tidak beragam. Pekerjaan
mereka rata-rata nelayan, petani, supir, dan penjual ikan, pendapatan yang di dapatkan

oleh kepala keluarga kurang mencukupi untuk memenuhi pangan keluarga terutama
membeli bahan makanan sehingga berpengaruh terhadap konsumsi keluarga terutama
anak yang masih banyak membutuhkan makanan yang mengandung zat gizi.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Worsley (2003), disebutkan bahwa pendapatan per kapita secara luas
terkait dengan konsumsi makanan individu dan indeks total makanan berbagai
kelompok. Umumnya rumah tangga berpenghasilan rendah memiliki makanan yang
kurang bervariasi dari pada rumah tangga dengan pendapatannya tinggi. Bahkan rumah
tangga dengan penghasilan tinggi khususnya wanita telah menolak sejumlah makanan
tradisional. Menurut Almatsier (2001), masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan
ekonomi pada lapisan tertentu disertai kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan.
Menurut Arnelia dan Sri Muljati (1991), adanya penurunan status gizi disebabkan
karena kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kuantitas maupun
kualitas. Kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, ketersediaan pangan dikeluarga
dan tingkat pendapatan keluarga.
Kebiasaan makan yang tidak beragam dengan susunan makanan yang tidak
sesuai jumlahnya akan mengakibatkan kurang tercukupinya zat gizi yang dibutuhkan

oleh tubuh bila terus menerus akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang akan sangat berpengaruh terhadap pentingnya
makanan yang bergizi yang sangat dibutuhkan anak pada masa balita.

Tingkat

pengetahuan orangtua di Kecamatan Darul Aman masih dikatakan rendah dan tingkat
pendidikan yang rendah sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat pegetahuan ibu
tentang gizi. Data profil Dinas Kesehatan tahun 2012 diketahui jumlah dari seluruh
balita 1757 anak, yang berstatus gizi buruk sekitar 58 orang, yang berstatus gizi kurang
296 orang dan yang berstatus gizi lebih 11 orang. Dengan adanya permasalahan tersebut

Universitas Sumatera Utara

maka dirasa perlu untuk meneliti bagaimana hubungan status sosial ekonomi keluarga
dan kebiasaan makan dengan status gizi anak TK di Kecamatan Darul Aman.

1.2 Permasalahan
Dari uraian pada latar belakanag diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana Hubungan status sosial ekonomi keluarga (pendapatan kepala

keluarga, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan orangtua, pengetahuan gizi ibu, besar
keluarga) dan kebiasaan makan dengan status gizi anak Taman Kanak-Kanak Yayasan
Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara

status sosial ekonomi keluarga dan

kebiasaan makan dengan status gizi anak TK Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman.

1.4. Hipotesis
Ada hubungan status sosial ekonomi keluarga (pendapatan keluarga, pekerjaan
kepala rumah tangga, pendidikan orangtua, pengetahuan gizi ibu, besar keluarga) dan
kebiasaan makan dengan status gizi anak TK.

1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau masukan kepada
berbagai pihak :


Universitas Sumatera Utara

1. Sebagai masukan kepada Puskesmas Kecamatan Darul Aman untuk lebih
mengaktifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang makanan bergizi
kepada balita.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak pendidikan untuk memberikan masukan bagi
orang tua murid tentang pentingnya memperhatikan konsumsi makanan anak
sesuai dengan tingkat kecukupan yang dianjurkan dalam rangka pencapaian
status gizi yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara

3 67 95

Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007

0 52 103

ANALISIS POSITIVE DEVIANCE STATUS GIZI BALITA PESERTA TAMAN KANAK-KANAK PADA KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN HELVETIA TIMUR KECAMATAN MEDAN HELVETIA.

0 2 18

MANFAAT PEMBIASAAN MAKAN DI TAMAN KANAK-KANAK DARUL HIKAM BANDUNG PADA KEBIASAAN MAKAN DI RUMAH.

0 0 23

Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak Yayasan Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

0 0 17

Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak Yayasan Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak Yayasan Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

0 0 25

Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak Yayasan Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

1 1 5

Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak Yayasan Yapina Al-Ikhsan Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

0 0 29

PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN ASUPAN MAKANAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK TAMAN KANAK- KANAK

0 0 11