Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Keuangan Daerah
Keuangan Daerah tidak terlepas dan selalu terkait dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), karena keuangan
daerah tersebut telah ditetapkan dalam APBD (Nordiawan, 2007).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 58
tahun 2005,tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat di nilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas - batas
kewenangan daerah, dan keuangan daerah dituangkan sepenuhnya ke
dalam APBD.
Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara
hati – hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Anggaran
daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan
instrumen pengelolaan, anggaran pengelolaan menduduki porsi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pemerintah
daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alatuntuk
6
menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu
pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas
pengeluaran dimasa yangakan datang. Ukuran standar untuk evaluasi
kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas diberbagai unit kerja.
Penentuan besarnya penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja
daerah tidak terlepas dari peraturan perundang undangan yang berlaku.
Mardiasmo (1999).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disingkat
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah (Perda) (PPRI No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah).
Perencanaan,
pertanggungjawaban,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
penatusahaan,
keuangan
pelaporan,
daerah
adalah
merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari pengelolaan Keuangan
daerah/APBD oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai
pengguna keuangan daerah /APBD untuk pelayanan publik.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 311,
menyebutkan bahwa (1) DPRD melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah (Perda) tentang APBD, (2) Pengawasan
7
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan pemeriksaan tetapi
pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran
yangtelah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD, dan pasal
312 menyebutkan Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang - undangan.
Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai
dengan tetap memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya
yang
ada,
maka
pembangunan
baik
dalam
secara
rangka
untuk
nasional
memenuhi
atau
regional
tujuan
perlu
mengarahkan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan
pengendalian yang ketat baik yang dilakukan oleh aparat tingkat atas
maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku. Sumber pembiayaan pembangunan yang
penting untuk diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena
sumber inilah yang merupakan wujud partisipasi langsung masyarakat
suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan. Pengelolaan
keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu
daerah, karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan berkuasa
serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak
berdaya tergantung pada cara pengelolaan keungannya. Dalam hal ini
pengelolaan keuangan daerah mengadung beberapa kepengurusan
administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut
8
pengurusan bendaharawan.
Sampai saat ini berbagai pengelolaan telah diambil oleh
pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
daerah dibidang keuangan daerah, karena aspek keuangan daerah
menjadi suatu yang penting, sebab untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan daerah dibutuhkan dana atau biaya
yang cukup besar sehingga kepada daerah diberi hak untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti menggali
dan mengelola pendapatan asli daerah guna membiayai pengeluaran pengeluaran pemerintah daerah.
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Halim (2001), Arti luas anggaran daerah atau anggaran sektor publik
memiliki beberapa fungsi yaitu, sebagai instrumen politik, instrumen
kebijakan fiskal, instrumen perencanaan, dan instrumen pengendalian.
Sedangkan menurut Renyowijoyo (2008) fungsi anggaran adalah:
(1) sebagai pedoman pemerintah dalam mengelola Negara pada
periode mendatang, (2) alat pengawas bagi masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah, (3) dan alat pengawas terhadap kemampuan
pelaksanaan kebijakan pemerintah. Dan menurut Noordiawan, Putra,
Rahmawati (2007) menyebtukan bahwa fungsi utama anggaran sektor
publicadalah : (1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat
kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6)
9
alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi dan alat menciptakan ruang publik
dan terakhir menurut Mardiasmo (2002) memberikan fungsi anggaran
dengan hal yang sama dengan Noordin dan kawankawan.
Agar strategi yang telah ditetapkan dapat dicapai, maka
pemerintah daerah perlu untuk tetap memiliki komitmen bahwa
Anggaran Daerah adalah perwujudan amanat rakyat kepada pihak
eksekutif
dan
legislatif
dalam
rangka
mencapai peningkatan
kesejahteraan rakyat, oleh karena itu anggaran sektor publik atau
anggaran daerah harus mengacu pada prinsip - prinsip berikut: (1)
keadilan anggaran, (2) effisiensi dan efektifitas anggaran, (3) anggaran
berimbang dan defisit, (4) disiplin anggaran, (5) transparansi dan
akuntabilitas anggaran (Halim 2001).
Renyowijiyo
(2008),
Daur
anggaran
pemerintah
RI
dikelompokkan dalam 5 tahap yaitu :
1. Penyusunan dan pengajuan RUU-APBN dan penetapan UU-APBN
oleh DPR.
2. Pembahasan dan pengesahan RUU-APBN dan Penetapan UU-APBN
oleh DPR.
3. Pelaksanaan
anggaran,akuntansi
dan
pelaporan
keuangan
NegaraolehPemerintah.
4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan laporan keuangan
oleh BPK.
5. Pembahasan
dan
persetujuan
Laporan
Pertanggungjawaban
10
Pelaksanaan APBNdan penetapan UU-Laporan pertanggungjawaban
APBN oleh DPR.
MenurutMardiasmo (2002 :70), prinsip - prinsip pokok siklus
anggaran perlu diketahui dengan baik oleh penyelenggara pemerintah.
Pada dasarnya prinsip –prinsip dan mekanisme penganggaran relatif
tidak berbedaantara sektor swasta dengan sektor publik. Mardiasmo
dalam bukunya (Henley 1990), siklus anggaran memiliki empat tahap
yang terdiri dari (1) tahap persiapan (preperation), (2) tahap ratifikasi
(ratification), (3) tahap implementasi (implementation) dan (4) tahap
pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)
2.1.3 Pejabat Pengguna Anggar an dan Bar ang
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
tahun 2006yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah No.58 tahun
2007 bahwa pejabat pengguna anggaran/pengguna barang terdiri
dari:(1) Kepala SKPD, (2) Pejabatkuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang, (3) Pejabat pelaksana teknis kegiatan SKPD, (4)
Pejabat penatausahaan Keuangan SKPD (5) Bendahara Penerimaan
Bendahara
Pengeluaran.
anggaran/pengguna
Masing-Masing
barang
tersebut
Pejabat
mempunyai
Pengelola
tugas
dan
tanggungjawab yang berbeda - beda.
11
2.1.4 Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemerintahan yang baik(Good
Governance),
adalah suatu
kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan
umum (sektor public) dengan baik.
Maryono, Warella, Kismartini (2007) Word Bank mengusung tiga
indicator yang perlu diperhatikan dalam Good Governance yaitu (1)
bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam
mangement sumber daya sosial dan ekonomi
bagi
pembangunan, (3) kemampuan
untuk mendesain,
pemerintah
kepentingan
memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi fungsinya. United Nation Development Program menyebutkan enam
indicator kesuksesan good governance yaitu : (1) Mengikut sertakan
semua, (2) transparan dan bertanggungjawab, (3) efektif dan adil, (4)
menjamin adanya supremasi hukum, (5) menjamin bahwa prioritas prioritas politik, sosial, ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat,
(6) memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskindan lemah
dalam proses mengambil keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan.
Selanjutnya Mardiasmo (1999) mengemukakan elemen manajemen
keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan
keuangan daerah tersebut meliputi akuntabilitas, value for money,
kejujuran, transparansi, dan pengendalian.
12
2.1.5 Akuntabilitas Keuangan Daerah
Akuntabilitas keuangan daerah adalah kewajiban pemerintah
daerah
untuk
memberikan
pertanggungjawaban,
menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala akfivitas dan kegiatan yang
terkait dengan penerimaan dan penggunaan uangpublik kepada pihak
yang
memiliki
hak
dan
kewenangan
untuk
meminta
pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan masyarakat luas). Aspek
penting yang harus dipertimbangkan ialah : (1) aspek legalitas
penerimaan dan pengeluaran daerah.Setiap transaksi yang dilakukan harus
dapat dilacak otoritas legalnya; (2) pengelolaan (stewardship) keuangan
daerah secara baik, perlindungan aspek fisik dan financial, mencegah
terjadinya pemborosan dan salah urus. Prisip - prinsip akuntabilitas
keuangan daerah meliputi: (1) adanya suatu sistem akuntansi dan
sitem anggaran yang dapat menjamin bahwa pengelolaan keuangan
daerah
dilakukan
secara konsisten sesuai peraturan perundang -
undangan yang berlaku; (2) pengeluaran daerah yang dilakukan
berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil
(manfaat) yang akan dicapai.
Mardiasmo (2001), menyebutkan bahwa Akuntabilitas sektor
publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan
pertanggungjawaban,
menyajikan
dan
melaporkan,
mengungkap segala aktifitas kegiatan dan kegiatan yang menjadi
tangungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
13
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut.
Sedangkan menurut Sulistioni (2003) Pemerintah yang Akuntabel
adalah Pemerintah yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut : (1)
mampu menyajikan informasi penyelenggaraan secara terbuka,
cepat, tepat kepada masyarakat, (2) mampu memberikan pelayanan
yang memuaskan bagi publik, (3) mampu meberikan ruang bagi
masyarakat
pemerintahan,
untuk
terlibat
(4)
dalam
mampu
mempertanggungjawabkan
setiap
proses
pembangunan
menjelaskan
kebijakan
public
dan
dan
secara
proporsional, dan (5) adanya saran bagi publik untuk menilai
kinerja pemerintah. Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat
dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah.
Akuntabilitas keuangan daerah dapat dilihat dari kemampuan
pemerintah
daerah
dalam
mempertanggung-jawabkan
menjelaskan,
setiap
kebijakan
menjawab
publik
dan
secara
proporsional kepada publik melalui Laporan Pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah yang telah diperiksa oleh BPK dan disampaikan
kepada DPRD selambat - lambatnya 6 bulan setelah berakhir tahun
anggaran.
14
Berdasarkan pembahasan diatas, hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut:
H1: Akuntabilitas keuangan daerah berpengaruh positip terhadap
pengelolaan
keuangan
daerah
di
pemerintahan
kabupaten
Labuhanbatu.
2.1.6 Value For Money
Value For Money (VFM) merupakan konsep pengelolaan
organisasi sector publik yang mendasarkan pada tiga jenis elemen
yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. (Renyowijoyo, 2008, dalam
bukunya Mardiasmo (2002)).
Ekonomi merupakan perolehan
pemasukan (input) dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan
harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara masukan
yang terjadi dengan nilai masukan yang seharusnya. Ekonomi terkait
dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisisr
sumber daya yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif. Efisiensi merupakan pencapaian keluaran
(output)
yang
maksimum
dengan
masukan
tertentu
dengan
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/input)
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Sedangkan efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil program
dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan
perbandingan Outcame dengan Output. Ketiga hal tersebut merupakan
elemen pokok Value For Money (VFM) sedangkan tambahan dua elemen
15
lain yaitu keadilan (Equity) dan pemerataan atau kesetaraan
(Equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (Social
Opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan perlu dilakukan
distribusi secara merata (equality). Penggunaan publik hendaknya tidak
hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja melainkan secara
merata.
Menurut Ulum (2009) pembahasan Value for Money (VFM)
menyangkut apa yang dikenal dengan 3 E yaitu :
1.
Ekonomi adalah pratek pembelian barang dan jasa dengan
tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan
(spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering
disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati hati / cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu
kegiatan
operasional
dikatakan
ekonomis
apabila
dapat
menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.
2.
Effisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan (Cost of Output). Efisiensi
berhubungan dengan produktifitas. Proses kegiatan operasional dapat
dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat
dicapai dengan menggunakan sumberdaya dan dana yang serendah rendahnya (spending well)
3.
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan
16
atau target kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan antara
keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan
mencapai tujuan dan sasaran ahir kebijakan (spending wisely).
Kinerja anggaran pada daasarnya adalah sistem penyusunan dan
pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian
hasil atau kinerja.Kinerja tersebut harus dapat memanfaatkan uang
sebaik mungkin dengan konsep Value for Money yang berorientasi pada
kepentingan publik. Hal ini berarti dalam pengelolaan keuangan daerah
tersebut harus mencerminkan tiga pilar utama (3-E) dalam proses
penganggaran yaitu : ekonomis, merupakan ukuran penggunaan dana
masyarakat sesuai dengan
kebutuhan sesungguhnya; efisiensi,
merupakan ukuran pengguna dana masyarakat (public money) yang dapat
menghasilkan
output
maksimal
(berdayaguna);
dan
efektifitas,
merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, pengelolaan dan
prosedur untuk dapat mencapai tujuan kepentingan publik.
Peran
pemerintah
daerah
tidak
lagi
merupakan
alat
kepentingan pemerintah pusat, melainkan merupakan alat untuk
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah. Konsep Value for
Money (VFM) ini penting bagi pemerintah daerah sebagai pelayan
masyarakat, karena implementasinya akan memberikan manfaat seperti :
1. Efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran;
17
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan
penghematandalam penggunaan resources;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;
5. Meningkakan public costawarenessse bagai akar pelaksanaan
pertanggungjawaban publik.
Dalam
konteks
ekonomi
daerah
VFM
merupakan
jembatan untuk mengatarkan pemerintah daerah mencapai good
governance yaitu pemerintah daerah yang transparan, ekonomis,
efisiensi, efektif, responsif dan akuntabel. VFM tersebut harus
dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut berikut:
H2: Value for money berpengaruh positip terhadap pengelolaan
keuangan daerah pada pemeritahan Kabupaten Labuhanbatu.
2.1.7 Kejujuran
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staff yang
memiliki integeritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan
untuk korupsi dapat diminimalkan.
Kejujuran
atau
fairness
merupakan
bagian
dari
tujuan
“goodgovernance” yaitu hal wajib yang harus dilaksanakan oleh
18
pemerintah daerah untuk menunjang terlaksananya pemerintahan yang
bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), dan salahsatunya
pemerintah
daerah
selama
ini
dengan
tegasmelaksanakan
akuntablitas kejujuran (Accountability for probit) terkait dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dengan
memberikan funishment (hukuman) kepada setiapaparatur pemerintah yang
melanggarnya.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut berikut:
H3: Tingkat kejujuran pegawai berpengaruh positip terhadap
pengelolaan
keuangan
pada
pemerintahan
Kabupaten
Labuhanbatu.
2.1.8 Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat
pengelolaan -pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi
keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan
pengelolaan
horizontal
accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya,
sehingga
tercipta
pemerintah
daerah
yang
bersih,
efektif,
efisien,akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan
masyarakat.
Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan
19
transparansi jika memenuhi criteria berikut: (Sopamah dan Mardiasmo,
2003) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran
1. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses
2. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu
3. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik
Sedangkan menurut Hadi Sumarsono (2003), Transparansi adalah
keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan keuangan daerah,
sehingga dapat diketahui dandiawasi oleh DPRD dan masyarakat.
Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan
menciptakan “ Horizontal Accountability” antara pemerintah daerah
dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang
bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan
kepentingan masyarakat.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut berikut:
H4: Transparansi berpengaruh positip terhadap pengelolaan
keuangan pada Pemerintahan kabupaten Labuhanbatu.
2.1.9 Pengawasan
Menurut Keputusan Presiden (Kepres) No. 74 tahun 2001 tentang
tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah, pasal 1 ayat
6 menyebutkan bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah
berjalan sesuai dengan rencana ketentuan peraturan perundang -
20
undangan yang berlaku. Pengawasan keuangan daerah perlu untuk
mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun sudah berjalan
dengan efisien, efektif dan ekonomis atau belum.
Fathurrochman (2002), membedakan pengawasan menjadi dua
yaitu : (1) pengawasan internal yang terdiri dari pengawasan melekat
(waskat) dan pengawasan fungsional, (2) pengawasan eksternal.
Mengacu pada Instruksi Presiden No. 15 tahun1983, menyebutkan
adanya dua jenis pengawasan yaitu pengawasan atasan langsung dan
pengawasan fungsional. Pengawasan melekat (waskat) merupakan
suatu pengawasan yang merupakan bagian integral dari suatu manajemen
yang memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
1. Penggarisan sruktur organisasi dengan pembagian tugas beserta
uraiannya yang jelas
2. Rincian kebijakan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis
dan dapat menjadi pedoman bagi yang menerima pelimpahan
wewenang dari atasan
3. Rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus
dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut dan
hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus di
capai
4. Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas
dari atasan kepada bawahan
5. Pencatatan hasil kerja serta pelaporan yang merupakan alat bagi
21
atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi
pengambil
keputusan
serta
penyusunan,
baik
mengenai
pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan
6. Pembinaan personal yang terus menerus agar pelaksanaan menjadi
unsur
yang
mampu
melaksanakan
tugas
yang
menjadi
tanggungjawabnya.
Pengawasan Fungsional yang berasal dari internal organisasi
pemerintahanyaitu APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintahan),
yang
terdiri
dari
BPKP
(Badan
Pengawas
Keuangan
dan
Pembangunan), IRJEN (Inspektorat JendralDepartemen) atau Unit
Pengawas Lembaga Non Departemen, IRWIL (InspektoratWilayah),
dan SPI (Satuan Pengawas Internal).
Pengawasan
yang
dilakukan
oleh
Dewan
dapat
berupa
pengawasan secara langsung maupun tidak langsung, serta preventif dan
represif. Pengawasan langsung dilakukan secara pribadi dengan
mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiriditempat pekerjaan
dan meminta secara langsung dari pelaksanaan dengan cara inspeksi.
Sedangkan pengawasan
tidak langsung dilakukan dengan cara
mempelajari laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan
Preventif dilakukan melalui preaudit yaitu sebelum pekerjaan dimulai,
sedangkan pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).
Mardiasmo (2001) mengatakan bahwa pengawasan yang
22
dilakukan oleh DPRD terhadap eksekutif dilaksanakan agar terdapat
jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang terhindar
dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), baik mulai proses
perencanaan, pengesahan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban.
Disamping DPRD mengawasi secara langsung tentang mekanisme
anggaran, DPRD juga menggunakan aparat pengawasan eksternal
pemerintah, yang indepent terhadap lembaga eksekutif di daerah, yaitu
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Pengawasan merupakan tahap
integral dengan keseluruhan tahap dan penyusunan dan pelaporan
APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya
pada evaluasi saja.
Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan untuk
meminimalisir
kebocoran
keuanga
daerah,
dengan
metode
pembukuan yang tertib dan metode pengawasan keuangan daerah
sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku.Pengawasan
pengelolaan
keuangan
daerah
dilakukan
oleh Itwilkot
(inspektorat wilayah kota) sebagai Pengawas Intern Pemerintah dan
BPK sebagai Pengawas Extern Pemerintah dan dalam pengawasan
pengelolaan keuangan daerah pemerintah daerah melakukan pembinaan
meliputi
pemberian
pedoman,
bimbingan,
supervisi,
konsultasi,
pendidikan dan pelatihan.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
23
sebagai berikut berikut:
H5: Pengawasan
berpengaruh
positip
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah pada pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu.
2.1.10 Pengelolan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggung- jawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Permendagri
No.13 tahun 2006). Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan
perundang
-
undangan,efektif,
efisien,
ekonomis,
transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Kepala daerah
selaku
pemegang
kekuasaan
pengelolaan
keuangan
daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada (a) sekretaris
daerah selaku kordinator pengelola keuangan daerah, (b) kepala
SKPKD selaku PPKD, (c) kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang.
2.2. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengidentifikasi 5 (lima) eksogen
variabel yaitu akuntabilitas keuangan daerah(X1), value for money (X2),
kejujuran (X3), transparansi (X4), dan pengawasan (X5 ), yang diperkirakan
mempengaruhi parsial terhadap pengelolaan keuangan daerah (Y).
24
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel Eksogen (X)
H1
Akuntabilitas Keuangan Daerah
(X1)
H2
Value for Money
(X2)
H3
Kejujuran
(X3)
H4
Variabel Endogen (Y)
Pengelolaan
Keuangan
Daerah (Y)
Transparansi
(X4)
H5
Pengawasan
(X5)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada Landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2.3. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka (teori), maka hipotesis penelitian ini
adalah :
H1 :
Akuntabilitas keuangan daerah berpengaruh terhadap
pengelolaan
keuangan daerah di pemerintahan kabupaten Labuhanbatu.
H2 :
Value for money berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah
25
pada pemeritahan Kabupaten Labuhanbatu.
H3 :
Tingkat kejujuran pegawai berpengaruh terhadap pengelolaan
keuangan pada pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu.
H4 :
Transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan pada
Pemerintahan kabupaten Labuhanbatu.
H5 :
Pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah pada
pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu.
26
Tabel. 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Siregar
(2011)
Judul Penelitian
Pengaruh
akuntabilitas
publik dan
pengawasan
terhadap
pengelolaan
APBD dengan
standar akuntansi
pemerintahan
sebagai variabel
2.
Askam Pengaruh
Tuasikal pengawasam
(2006) internal dan
eksternal,
pemahaman
sistem akuntansi
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah
serta implikasinya
terhadap kinerja
unit satuan kerja
perangkat daerah
Variabel Penelitian
Variabel
Independen :
akuntabilitas
publik, transparansi
publik dan
pengawasan
dengan standar
akuntansi publik
sebagai
pemoderatingnya
Variabel Dependen :
Pengelolaan APBD
Pengawasan
internal, eksternal
dan pemahaman
sistem akuntansi
sebagai variabel
independen,
pengelolaan
keuangan daearah
sebagai variabel
dependen dan
kinerja satuan
pemerintah daerah
sebagai variabel
intervening
Hasil dar i Penelitian
Akuntabilitas publik
secara parsial
berpengaruh positif
secara signifikan
terhadap pengelolaan
APBD, sedangkan
transparansi dan
pengawasan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
pengelolaan APBD
Pengawasan internal,
eksternal dan
pemahaman sistem
akuntansi
berpengaruh
terhadap pengelolaan
keuangan daerah.
Pengawasan internal,
eksternal dan
pemahaman sistem
akuntansi tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
satuan kerja
perangkat daerah.
Pengawasan internal,
eksternal, dan
pemahaman sistem
akuntansi,
pengelolaan
keuangan daerah
berpengaruh
terhadap kinerja
satuan kerja
pemerintah daerah.
27
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Keuangan Daerah
Keuangan Daerah tidak terlepas dan selalu terkait dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), karena keuangan
daerah tersebut telah ditetapkan dalam APBD (Nordiawan, 2007).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 58
tahun 2005,tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat di nilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas - batas
kewenangan daerah, dan keuangan daerah dituangkan sepenuhnya ke
dalam APBD.
Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara
hati – hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Anggaran
daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan
instrumen pengelolaan, anggaran pengelolaan menduduki porsi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pemerintah
daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alatuntuk
6
menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu
pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas
pengeluaran dimasa yangakan datang. Ukuran standar untuk evaluasi
kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas diberbagai unit kerja.
Penentuan besarnya penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja
daerah tidak terlepas dari peraturan perundang undangan yang berlaku.
Mardiasmo (1999).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disingkat
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah (Perda) (PPRI No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah).
Perencanaan,
pertanggungjawaban,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
penatusahaan,
keuangan
pelaporan,
daerah
adalah
merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari pengelolaan Keuangan
daerah/APBD oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai
pengguna keuangan daerah /APBD untuk pelayanan publik.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 311,
menyebutkan bahwa (1) DPRD melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah (Perda) tentang APBD, (2) Pengawasan
7
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan pemeriksaan tetapi
pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran
yangtelah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD, dan pasal
312 menyebutkan Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang - undangan.
Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai
dengan tetap memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya
yang
ada,
maka
pembangunan
baik
dalam
secara
rangka
untuk
nasional
memenuhi
atau
regional
tujuan
perlu
mengarahkan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan
pengendalian yang ketat baik yang dilakukan oleh aparat tingkat atas
maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku. Sumber pembiayaan pembangunan yang
penting untuk diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena
sumber inilah yang merupakan wujud partisipasi langsung masyarakat
suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan. Pengelolaan
keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu
daerah, karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan berkuasa
serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak
berdaya tergantung pada cara pengelolaan keungannya. Dalam hal ini
pengelolaan keuangan daerah mengadung beberapa kepengurusan
administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut
8
pengurusan bendaharawan.
Sampai saat ini berbagai pengelolaan telah diambil oleh
pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
daerah dibidang keuangan daerah, karena aspek keuangan daerah
menjadi suatu yang penting, sebab untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan daerah dibutuhkan dana atau biaya
yang cukup besar sehingga kepada daerah diberi hak untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti menggali
dan mengelola pendapatan asli daerah guna membiayai pengeluaran pengeluaran pemerintah daerah.
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Halim (2001), Arti luas anggaran daerah atau anggaran sektor publik
memiliki beberapa fungsi yaitu, sebagai instrumen politik, instrumen
kebijakan fiskal, instrumen perencanaan, dan instrumen pengendalian.
Sedangkan menurut Renyowijoyo (2008) fungsi anggaran adalah:
(1) sebagai pedoman pemerintah dalam mengelola Negara pada
periode mendatang, (2) alat pengawas bagi masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah, (3) dan alat pengawas terhadap kemampuan
pelaksanaan kebijakan pemerintah. Dan menurut Noordiawan, Putra,
Rahmawati (2007) menyebtukan bahwa fungsi utama anggaran sektor
publicadalah : (1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat
kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6)
9
alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi dan alat menciptakan ruang publik
dan terakhir menurut Mardiasmo (2002) memberikan fungsi anggaran
dengan hal yang sama dengan Noordin dan kawankawan.
Agar strategi yang telah ditetapkan dapat dicapai, maka
pemerintah daerah perlu untuk tetap memiliki komitmen bahwa
Anggaran Daerah adalah perwujudan amanat rakyat kepada pihak
eksekutif
dan
legislatif
dalam
rangka
mencapai peningkatan
kesejahteraan rakyat, oleh karena itu anggaran sektor publik atau
anggaran daerah harus mengacu pada prinsip - prinsip berikut: (1)
keadilan anggaran, (2) effisiensi dan efektifitas anggaran, (3) anggaran
berimbang dan defisit, (4) disiplin anggaran, (5) transparansi dan
akuntabilitas anggaran (Halim 2001).
Renyowijiyo
(2008),
Daur
anggaran
pemerintah
RI
dikelompokkan dalam 5 tahap yaitu :
1. Penyusunan dan pengajuan RUU-APBN dan penetapan UU-APBN
oleh DPR.
2. Pembahasan dan pengesahan RUU-APBN dan Penetapan UU-APBN
oleh DPR.
3. Pelaksanaan
anggaran,akuntansi
dan
pelaporan
keuangan
NegaraolehPemerintah.
4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan laporan keuangan
oleh BPK.
5. Pembahasan
dan
persetujuan
Laporan
Pertanggungjawaban
10
Pelaksanaan APBNdan penetapan UU-Laporan pertanggungjawaban
APBN oleh DPR.
MenurutMardiasmo (2002 :70), prinsip - prinsip pokok siklus
anggaran perlu diketahui dengan baik oleh penyelenggara pemerintah.
Pada dasarnya prinsip –prinsip dan mekanisme penganggaran relatif
tidak berbedaantara sektor swasta dengan sektor publik. Mardiasmo
dalam bukunya (Henley 1990), siklus anggaran memiliki empat tahap
yang terdiri dari (1) tahap persiapan (preperation), (2) tahap ratifikasi
(ratification), (3) tahap implementasi (implementation) dan (4) tahap
pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)
2.1.3 Pejabat Pengguna Anggar an dan Bar ang
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
tahun 2006yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah No.58 tahun
2007 bahwa pejabat pengguna anggaran/pengguna barang terdiri
dari:(1) Kepala SKPD, (2) Pejabatkuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang, (3) Pejabat pelaksana teknis kegiatan SKPD, (4)
Pejabat penatausahaan Keuangan SKPD (5) Bendahara Penerimaan
Bendahara
Pengeluaran.
anggaran/pengguna
Masing-Masing
barang
tersebut
Pejabat
mempunyai
Pengelola
tugas
dan
tanggungjawab yang berbeda - beda.
11
2.1.4 Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemerintahan yang baik(Good
Governance),
adalah suatu
kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan
umum (sektor public) dengan baik.
Maryono, Warella, Kismartini (2007) Word Bank mengusung tiga
indicator yang perlu diperhatikan dalam Good Governance yaitu (1)
bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam
mangement sumber daya sosial dan ekonomi
bagi
pembangunan, (3) kemampuan
untuk mendesain,
pemerintah
kepentingan
memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi fungsinya. United Nation Development Program menyebutkan enam
indicator kesuksesan good governance yaitu : (1) Mengikut sertakan
semua, (2) transparan dan bertanggungjawab, (3) efektif dan adil, (4)
menjamin adanya supremasi hukum, (5) menjamin bahwa prioritas prioritas politik, sosial, ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat,
(6) memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskindan lemah
dalam proses mengambil keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan.
Selanjutnya Mardiasmo (1999) mengemukakan elemen manajemen
keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan
keuangan daerah tersebut meliputi akuntabilitas, value for money,
kejujuran, transparansi, dan pengendalian.
12
2.1.5 Akuntabilitas Keuangan Daerah
Akuntabilitas keuangan daerah adalah kewajiban pemerintah
daerah
untuk
memberikan
pertanggungjawaban,
menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala akfivitas dan kegiatan yang
terkait dengan penerimaan dan penggunaan uangpublik kepada pihak
yang
memiliki
hak
dan
kewenangan
untuk
meminta
pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan masyarakat luas). Aspek
penting yang harus dipertimbangkan ialah : (1) aspek legalitas
penerimaan dan pengeluaran daerah.Setiap transaksi yang dilakukan harus
dapat dilacak otoritas legalnya; (2) pengelolaan (stewardship) keuangan
daerah secara baik, perlindungan aspek fisik dan financial, mencegah
terjadinya pemborosan dan salah urus. Prisip - prinsip akuntabilitas
keuangan daerah meliputi: (1) adanya suatu sistem akuntansi dan
sitem anggaran yang dapat menjamin bahwa pengelolaan keuangan
daerah
dilakukan
secara konsisten sesuai peraturan perundang -
undangan yang berlaku; (2) pengeluaran daerah yang dilakukan
berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil
(manfaat) yang akan dicapai.
Mardiasmo (2001), menyebutkan bahwa Akuntabilitas sektor
publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan
pertanggungjawaban,
menyajikan
dan
melaporkan,
mengungkap segala aktifitas kegiatan dan kegiatan yang menjadi
tangungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
13
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut.
Sedangkan menurut Sulistioni (2003) Pemerintah yang Akuntabel
adalah Pemerintah yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut : (1)
mampu menyajikan informasi penyelenggaraan secara terbuka,
cepat, tepat kepada masyarakat, (2) mampu memberikan pelayanan
yang memuaskan bagi publik, (3) mampu meberikan ruang bagi
masyarakat
pemerintahan,
untuk
terlibat
(4)
dalam
mampu
mempertanggungjawabkan
setiap
proses
pembangunan
menjelaskan
kebijakan
public
dan
dan
secara
proporsional, dan (5) adanya saran bagi publik untuk menilai
kinerja pemerintah. Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat
dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah.
Akuntabilitas keuangan daerah dapat dilihat dari kemampuan
pemerintah
daerah
dalam
mempertanggung-jawabkan
menjelaskan,
setiap
kebijakan
menjawab
publik
dan
secara
proporsional kepada publik melalui Laporan Pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah yang telah diperiksa oleh BPK dan disampaikan
kepada DPRD selambat - lambatnya 6 bulan setelah berakhir tahun
anggaran.
14
Berdasarkan pembahasan diatas, hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut:
H1: Akuntabilitas keuangan daerah berpengaruh positip terhadap
pengelolaan
keuangan
daerah
di
pemerintahan
kabupaten
Labuhanbatu.
2.1.6 Value For Money
Value For Money (VFM) merupakan konsep pengelolaan
organisasi sector publik yang mendasarkan pada tiga jenis elemen
yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. (Renyowijoyo, 2008, dalam
bukunya Mardiasmo (2002)).
Ekonomi merupakan perolehan
pemasukan (input) dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan
harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara masukan
yang terjadi dengan nilai masukan yang seharusnya. Ekonomi terkait
dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisisr
sumber daya yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif. Efisiensi merupakan pencapaian keluaran
(output)
yang
maksimum
dengan
masukan
tertentu
dengan
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/input)
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Sedangkan efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil program
dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan
perbandingan Outcame dengan Output. Ketiga hal tersebut merupakan
elemen pokok Value For Money (VFM) sedangkan tambahan dua elemen
15
lain yaitu keadilan (Equity) dan pemerataan atau kesetaraan
(Equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (Social
Opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan perlu dilakukan
distribusi secara merata (equality). Penggunaan publik hendaknya tidak
hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja melainkan secara
merata.
Menurut Ulum (2009) pembahasan Value for Money (VFM)
menyangkut apa yang dikenal dengan 3 E yaitu :
1.
Ekonomi adalah pratek pembelian barang dan jasa dengan
tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan
(spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering
disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati hati / cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu
kegiatan
operasional
dikatakan
ekonomis
apabila
dapat
menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.
2.
Effisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan (Cost of Output). Efisiensi
berhubungan dengan produktifitas. Proses kegiatan operasional dapat
dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat
dicapai dengan menggunakan sumberdaya dan dana yang serendah rendahnya (spending well)
3.
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan
16
atau target kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan antara
keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan
mencapai tujuan dan sasaran ahir kebijakan (spending wisely).
Kinerja anggaran pada daasarnya adalah sistem penyusunan dan
pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian
hasil atau kinerja.Kinerja tersebut harus dapat memanfaatkan uang
sebaik mungkin dengan konsep Value for Money yang berorientasi pada
kepentingan publik. Hal ini berarti dalam pengelolaan keuangan daerah
tersebut harus mencerminkan tiga pilar utama (3-E) dalam proses
penganggaran yaitu : ekonomis, merupakan ukuran penggunaan dana
masyarakat sesuai dengan
kebutuhan sesungguhnya; efisiensi,
merupakan ukuran pengguna dana masyarakat (public money) yang dapat
menghasilkan
output
maksimal
(berdayaguna);
dan
efektifitas,
merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, pengelolaan dan
prosedur untuk dapat mencapai tujuan kepentingan publik.
Peran
pemerintah
daerah
tidak
lagi
merupakan
alat
kepentingan pemerintah pusat, melainkan merupakan alat untuk
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah. Konsep Value for
Money (VFM) ini penting bagi pemerintah daerah sebagai pelayan
masyarakat, karena implementasinya akan memberikan manfaat seperti :
1. Efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran;
17
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan
penghematandalam penggunaan resources;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;
5. Meningkakan public costawarenessse bagai akar pelaksanaan
pertanggungjawaban publik.
Dalam
konteks
ekonomi
daerah
VFM
merupakan
jembatan untuk mengatarkan pemerintah daerah mencapai good
governance yaitu pemerintah daerah yang transparan, ekonomis,
efisiensi, efektif, responsif dan akuntabel. VFM tersebut harus
dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut berikut:
H2: Value for money berpengaruh positip terhadap pengelolaan
keuangan daerah pada pemeritahan Kabupaten Labuhanbatu.
2.1.7 Kejujuran
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staff yang
memiliki integeritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan
untuk korupsi dapat diminimalkan.
Kejujuran
atau
fairness
merupakan
bagian
dari
tujuan
“goodgovernance” yaitu hal wajib yang harus dilaksanakan oleh
18
pemerintah daerah untuk menunjang terlaksananya pemerintahan yang
bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), dan salahsatunya
pemerintah
daerah
selama
ini
dengan
tegasmelaksanakan
akuntablitas kejujuran (Accountability for probit) terkait dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dengan
memberikan funishment (hukuman) kepada setiapaparatur pemerintah yang
melanggarnya.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut berikut:
H3: Tingkat kejujuran pegawai berpengaruh positip terhadap
pengelolaan
keuangan
pada
pemerintahan
Kabupaten
Labuhanbatu.
2.1.8 Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat
pengelolaan -pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi
keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan
pengelolaan
horizontal
accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya,
sehingga
tercipta
pemerintah
daerah
yang
bersih,
efektif,
efisien,akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan
masyarakat.
Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan
19
transparansi jika memenuhi criteria berikut: (Sopamah dan Mardiasmo,
2003) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran
1. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses
2. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu
3. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik
Sedangkan menurut Hadi Sumarsono (2003), Transparansi adalah
keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan keuangan daerah,
sehingga dapat diketahui dandiawasi oleh DPRD dan masyarakat.
Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan
menciptakan “ Horizontal Accountability” antara pemerintah daerah
dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang
bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan
kepentingan masyarakat.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
sebagai berikut berikut:
H4: Transparansi berpengaruh positip terhadap pengelolaan
keuangan pada Pemerintahan kabupaten Labuhanbatu.
2.1.9 Pengawasan
Menurut Keputusan Presiden (Kepres) No. 74 tahun 2001 tentang
tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah, pasal 1 ayat
6 menyebutkan bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah
berjalan sesuai dengan rencana ketentuan peraturan perundang -
20
undangan yang berlaku. Pengawasan keuangan daerah perlu untuk
mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun sudah berjalan
dengan efisien, efektif dan ekonomis atau belum.
Fathurrochman (2002), membedakan pengawasan menjadi dua
yaitu : (1) pengawasan internal yang terdiri dari pengawasan melekat
(waskat) dan pengawasan fungsional, (2) pengawasan eksternal.
Mengacu pada Instruksi Presiden No. 15 tahun1983, menyebutkan
adanya dua jenis pengawasan yaitu pengawasan atasan langsung dan
pengawasan fungsional. Pengawasan melekat (waskat) merupakan
suatu pengawasan yang merupakan bagian integral dari suatu manajemen
yang memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
1. Penggarisan sruktur organisasi dengan pembagian tugas beserta
uraiannya yang jelas
2. Rincian kebijakan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis
dan dapat menjadi pedoman bagi yang menerima pelimpahan
wewenang dari atasan
3. Rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus
dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut dan
hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus di
capai
4. Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas
dari atasan kepada bawahan
5. Pencatatan hasil kerja serta pelaporan yang merupakan alat bagi
21
atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi
pengambil
keputusan
serta
penyusunan,
baik
mengenai
pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan
6. Pembinaan personal yang terus menerus agar pelaksanaan menjadi
unsur
yang
mampu
melaksanakan
tugas
yang
menjadi
tanggungjawabnya.
Pengawasan Fungsional yang berasal dari internal organisasi
pemerintahanyaitu APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintahan),
yang
terdiri
dari
BPKP
(Badan
Pengawas
Keuangan
dan
Pembangunan), IRJEN (Inspektorat JendralDepartemen) atau Unit
Pengawas Lembaga Non Departemen, IRWIL (InspektoratWilayah),
dan SPI (Satuan Pengawas Internal).
Pengawasan
yang
dilakukan
oleh
Dewan
dapat
berupa
pengawasan secara langsung maupun tidak langsung, serta preventif dan
represif. Pengawasan langsung dilakukan secara pribadi dengan
mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiriditempat pekerjaan
dan meminta secara langsung dari pelaksanaan dengan cara inspeksi.
Sedangkan pengawasan
tidak langsung dilakukan dengan cara
mempelajari laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan
Preventif dilakukan melalui preaudit yaitu sebelum pekerjaan dimulai,
sedangkan pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).
Mardiasmo (2001) mengatakan bahwa pengawasan yang
22
dilakukan oleh DPRD terhadap eksekutif dilaksanakan agar terdapat
jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang terhindar
dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), baik mulai proses
perencanaan, pengesahan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban.
Disamping DPRD mengawasi secara langsung tentang mekanisme
anggaran, DPRD juga menggunakan aparat pengawasan eksternal
pemerintah, yang indepent terhadap lembaga eksekutif di daerah, yaitu
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Pengawasan merupakan tahap
integral dengan keseluruhan tahap dan penyusunan dan pelaporan
APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya
pada evaluasi saja.
Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan untuk
meminimalisir
kebocoran
keuanga
daerah,
dengan
metode
pembukuan yang tertib dan metode pengawasan keuangan daerah
sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku.Pengawasan
pengelolaan
keuangan
daerah
dilakukan
oleh Itwilkot
(inspektorat wilayah kota) sebagai Pengawas Intern Pemerintah dan
BPK sebagai Pengawas Extern Pemerintah dan dalam pengawasan
pengelolaan keuangan daerah pemerintah daerah melakukan pembinaan
meliputi
pemberian
pedoman,
bimbingan,
supervisi,
konsultasi,
pendidikan dan pelatihan.
Berdasarkan pembahasan diatas,hipotesis utamanya dirumuskan
23
sebagai berikut berikut:
H5: Pengawasan
berpengaruh
positip
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah pada pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu.
2.1.10 Pengelolan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggung- jawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Permendagri
No.13 tahun 2006). Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan
perundang
-
undangan,efektif,
efisien,
ekonomis,
transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Kepala daerah
selaku
pemegang
kekuasaan
pengelolaan
keuangan
daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada (a) sekretaris
daerah selaku kordinator pengelola keuangan daerah, (b) kepala
SKPKD selaku PPKD, (c) kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang.
2.2. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengidentifikasi 5 (lima) eksogen
variabel yaitu akuntabilitas keuangan daerah(X1), value for money (X2),
kejujuran (X3), transparansi (X4), dan pengawasan (X5 ), yang diperkirakan
mempengaruhi parsial terhadap pengelolaan keuangan daerah (Y).
24
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel Eksogen (X)
H1
Akuntabilitas Keuangan Daerah
(X1)
H2
Value for Money
(X2)
H3
Kejujuran
(X3)
H4
Variabel Endogen (Y)
Pengelolaan
Keuangan
Daerah (Y)
Transparansi
(X4)
H5
Pengawasan
(X5)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada Landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2.3. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka (teori), maka hipotesis penelitian ini
adalah :
H1 :
Akuntabilitas keuangan daerah berpengaruh terhadap
pengelolaan
keuangan daerah di pemerintahan kabupaten Labuhanbatu.
H2 :
Value for money berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah
25
pada pemeritahan Kabupaten Labuhanbatu.
H3 :
Tingkat kejujuran pegawai berpengaruh terhadap pengelolaan
keuangan pada pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu.
H4 :
Transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan pada
Pemerintahan kabupaten Labuhanbatu.
H5 :
Pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah pada
pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu.
26
Tabel. 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Siregar
(2011)
Judul Penelitian
Pengaruh
akuntabilitas
publik dan
pengawasan
terhadap
pengelolaan
APBD dengan
standar akuntansi
pemerintahan
sebagai variabel
2.
Askam Pengaruh
Tuasikal pengawasam
(2006) internal dan
eksternal,
pemahaman
sistem akuntansi
terhadap
pengelolaan
keuangan daerah
serta implikasinya
terhadap kinerja
unit satuan kerja
perangkat daerah
Variabel Penelitian
Variabel
Independen :
akuntabilitas
publik, transparansi
publik dan
pengawasan
dengan standar
akuntansi publik
sebagai
pemoderatingnya
Variabel Dependen :
Pengelolaan APBD
Pengawasan
internal, eksternal
dan pemahaman
sistem akuntansi
sebagai variabel
independen,
pengelolaan
keuangan daearah
sebagai variabel
dependen dan
kinerja satuan
pemerintah daerah
sebagai variabel
intervening
Hasil dar i Penelitian
Akuntabilitas publik
secara parsial
berpengaruh positif
secara signifikan
terhadap pengelolaan
APBD, sedangkan
transparansi dan
pengawasan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
pengelolaan APBD
Pengawasan internal,
eksternal dan
pemahaman sistem
akuntansi
berpengaruh
terhadap pengelolaan
keuangan daerah.
Pengawasan internal,
eksternal dan
pemahaman sistem
akuntansi tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
satuan kerja
perangkat daerah.
Pengawasan internal,
eksternal, dan
pemahaman sistem
akuntansi,
pengelolaan
keuangan daerah
berpengaruh
terhadap kinerja
satuan kerja
pemerintah daerah.
27