Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value For Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kota Dumai)

(1)

PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH,

VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN, TRANSPARANSI

DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

(STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)

TESIS

Oleh

SUPARNO

097017051/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH,

VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN, TRANSPARANSI

DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

(STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUPARNO

097017051/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN

DAERAH, VALUE FOR MONEY,

KEJUJURAN, TRANSPARANSI DAN

PENGAWASAN TERHADAP

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)

Nama Mahasiswa : Suparno

Nomor Induk Mahasiswa : 097017051

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Drs. Rasdianto, MA, Ak Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Prof.Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


(4)

Telah Diuji pada

Tgl : 24 Februari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA, Ak

2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak 3. Drs. Sri Mulyani, M.Si.,Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

“PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH, VALUE FOR

MONEY, KEJUJURAN, TRANSPARANSI DAN PENGAWASAN

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan sepengetahuan saya belum pernah di terbitkan dan dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, dan sumber – sumber data dan informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan dengan benar dan jelas.

Medan, Februari 2012 Yang membuat pernyataan

NIM : 097017051 Suparno


(6)

PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH, VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN,TRANSPARANSI DAN PENGAWASAN

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Sampel penelitian ini adalah seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pengguna anggaran yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kota Dumai berjumlah 31 SKPD dan masing – masing SKPD terdiri dari 2 orang pejabat yaitu Kepala SKPD dan Pelaksana Teknis sehingga berjumlah 62 orang. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus, dan data yang dipakai adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioer yang langsung diserahkan kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Berganda dan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan Uji F dan parsial digunakan Uji t.

Hasil penelitian dan uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah dan secara parsial pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah, tetapi akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran dan transparansi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Kata Kunci : Akuntabilitas, Value for money, kejujuran, transparansi, pengawasan dan pengelolaan keuangan daerah


(7)

THE INFLUENCE OF REGIONAL FINANCIAL ACCOUNTABILITY, VALUE FOR MONEY, HONESTY, TRANSPARENCY, AND CONTROL ON THE LOCAL FINANCIAL MANAGEMENT (A CASE STUDY IN THE CITY GOVERNMENT OF DUMAI)

ABSTRACT

The purpose of the study was to examine the influence of the regional financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control on the local financial management.

The sample was 31 SKPD (regional work units) that used the budget related to the local financial management in The City Government of Dumai, in which each SKPD comprised of two officials, the Head of SKPD and the Technical Administrator which meant that there were 62 all together. The samples were obtained by using census method, and the primary data were used as the source of data. The data were collected by distributing questionnaires and analyzed by using multiple linear regression tests. The hypotheses were simultaneously tested with F- test and partially with t-test.

The results of the study and the hypothetical test simultaneously showed that local financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control had significant influence on the regional financial management. However, local financial accountability, value for money, honesty, and transparency partially did not have any significant influence on the local financial management.

Keywords: Accountability, Value for Money, Honesty, Transparency, Control, and Local Financial Management


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value For Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kota Dumai).

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains dalam program studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan bimbingan Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA, CPA dan Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak selaku dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak atas bantuan, arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini. Kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak, Ibu Dra. Sri Mulyani, M.Si., Ak dan Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.

5. Seluruh Dosen Pengajar Mata Kuliah, Karyawan dan Karyawati Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

6. Walikota, Wakil Walikota, seluruh Kepala SKPD dan Pelaksana teknisnya, dan Aparatur Pemerintah Kota Dumai lainnya yang telah memberi izin penelitian, mengisi kuisioner, dan membantu birokrasi penelitian hingga selesai.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberi doa dan restu untuk anak - anaknya agar senantiasa sukses dalam segala pekerjaan, pendidikan, dan segala hal yang positif.

8. Spesial buat istri saya Evo Sefni, SE dan anak – anak saya tercinta, Althaf Mahmuda, Fayyadh Arkhan, dan Muhammad Salsabil Gantari yang senantiasa memberikan semangat, dorongan moril, dari awal perkuliahan hingga selesainya tesis ini.

9. Seluruh karyawan dan karyawati perumahan Althaf Regency dan kepada seluruh pihak yang senantiasa memberikan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini.


(10)

Akhirnya kata penulis berharap tesis ini kelak dapat berguna bagi yang membutuhkannya. Dan semoga Allah senantiasa meridhoi dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua. Amiin.

Wasalam,

Medan, Februari 2012 Peneliti


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Suparno

Tempat/Tgl. Lahir : Gunung Bayu / 15 Mei 1977 Jenis Kelamin : Laki – Laki

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Jl. Pauh Jaya No. 24 Kelurahan Jaya Mukti – Dumai

Riwayat Pendidikan

2009 – 2012 : S2 Program Magister Akuntansi Sektor Publik USU – Medan 1995 – 1999 : S1 Pertanian USU – Medan

1992 – 1995 : SMT Pertanian Negeri Pematang Raya 1989 – 1992 : SMP Swasta Sei – Kubung Rantau Prapat 1983 – 1989 : SD Inpres 117848 Suka Damai Rantau Prapat

Riwayat Pekerjaan

2005 – sekarang : Direktur PT. Dua Bintang Bangun Karya (Developper, Transportasi dan Agent Property) dan Wiraswasta Bidang Perkebunan dan Tanaman Pangan

2001 – 2005 : Staff PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Jakarta

1999 – 2001 : Assisten Perkebunan PT. Karyabadi Sama Sejati – Pematang Siantar


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.5 Originalitas Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Landasan Teori... 6

2.1.1 Keuangan Daerah... 6

2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah... 9

2.1.3 Pejabat Pengguna Anggaran dan Barang... 10

2.1.4 Pemerintahan yang Baik (Good Governance)... 11

2.1.5 Akuntabilitas Keuangan Daerah... 12

2.1.6 Value for Money... 13

2.1.7 Kejujuran... 16


(13)

2.1.9 Pengawasan... 18

2.1.10 Pengelolaan Keuangan Daerah... 20

2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 21

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………... 23

3.1 Kerangka Konsep... 23

3.2 Hipotesis... 26

BAB IV. METODE PENELITIAN... 27

4.1 Jenis Penelitian... 27

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

4.3 Populasi dan Sampel... 28

4.4 Metode Pengumpulan Data... 28

4.5 Defenisi Operasional... 29

4.6 Metode Analisis Data... 34

4.6.1 Uji Kualitas Data... 35

4.6.1.1 Uji Validitas... 35

4.6.1.2 Uji Reliabilitas... 35

4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik... 36

4.6.2.1 Uji Normalitas... 36

4.6.2.2 Uji Multikoleniaritas... ... 36

4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 37

4.7 Pengujian Hipotesis... 37

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

5.1 Deskriptif Data ... 39

5.1.1 Karakteristik Responden... 41

5.1.2 Karakteristik Penelitian... 44


(14)

5.2 Analisis Data.... ... 45

5.2.1 Uji Kualitas Data... 45

5.2.1.1 Uji Validitas... 45

5.2.1.2 Uji Reliabilitas... 45

5.2.2 Uji Asumsi Klasik... 46

5.2.2.1 Uji Normalitas... 46

5.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas... 49

5.2.2.3 Uji Multikolinieritas... 51

5.3 Pengujian Hipotesis... 52

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 57

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 66

6.1 Kesimpulan... 66

6.2 Keterbatasan Penelitian... 67

6.3 Saran... 67


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu... 22

4.1 Defenisi Operasional dan PengukuranVariabel... 32

5.1 Deskripsi Statistik... 39

5.2 Pengumpulan Data... 41

5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 42

5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 43

5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 43

5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 44

5.7 Uji Reliabilitas ... 46

5.8 Uji Normalitas Data... 47

5.9 Uji Glejser ... 51

5.10 Uji Multikolinieritas ... 52

5.11 Hasil Analisa Koefisien Determinasi (R2 5.12 Uji t ... 54

) ... 53


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual... 23

5.1 Grafik Histogram... 48

5.2 Pengujian Normalitas Data... 49


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Daftar Responden SKPD Pemerintah KotaDumai 2. Uji Validitas Variabel

3. Kuisioner Peneitian 4. Data Primer

5. Hasil Pemeriksaan atas LKPD Kota Dumai Tahun 2010 dan 2008 6. Rekomendasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengumpulan Data


(18)

PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH, VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN,TRANSPARANSI DAN PENGAWASAN

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Sampel penelitian ini adalah seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pengguna anggaran yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kota Dumai berjumlah 31 SKPD dan masing – masing SKPD terdiri dari 2 orang pejabat yaitu Kepala SKPD dan Pelaksana Teknis sehingga berjumlah 62 orang. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus, dan data yang dipakai adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioer yang langsung diserahkan kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Berganda dan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan Uji F dan parsial digunakan Uji t.

Hasil penelitian dan uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah dan secara parsial pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah, tetapi akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran dan transparansi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Kata Kunci : Akuntabilitas, Value for money, kejujuran, transparansi, pengawasan dan pengelolaan keuangan daerah


(19)

THE INFLUENCE OF REGIONAL FINANCIAL ACCOUNTABILITY, VALUE FOR MONEY, HONESTY, TRANSPARENCY, AND CONTROL ON THE LOCAL FINANCIAL MANAGEMENT (A CASE STUDY IN THE CITY GOVERNMENT OF DUMAI)

ABSTRACT

The purpose of the study was to examine the influence of the regional financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control on the local financial management.

The sample was 31 SKPD (regional work units) that used the budget related to the local financial management in The City Government of Dumai, in which each SKPD comprised of two officials, the Head of SKPD and the Technical Administrator which meant that there were 62 all together. The samples were obtained by using census method, and the primary data were used as the source of data. The data were collected by distributing questionnaires and analyzed by using multiple linear regression tests. The hypotheses were simultaneously tested with F- test and partially with t-test.

The results of the study and the hypothetical test simultaneously showed that local financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control had significant influence on the regional financial management. However, local financial accountability, value for money, honesty, and transparency partially did not have any significant influence on the local financial management.

Keywords: Accountability, Value for Money, Honesty, Transparency, Control, and Local Financial Management


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kewajiban Pemerintah Daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala akivitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan masyarakat luas).

Aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah aspek legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah, serta pengelolaan (stewardship) keuangan daerah secara baik, perlindungan aset fisik dan financial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus.

Berdasarkan pandangan tersebut diatas, baik pemerintah pusat maupun daerah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, dengan misi penting adalah peningkatan effisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.

Selanjutnya berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah khususnya dalam hal pengendalian, dapat dilihat dari seberapa besar SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) mampu melaksanakan elemen – elemen manajemen keuangan daerah yang


(21)

diperlukan meliputi Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan.

Dalam rangka menciptakan good governance dengan akuntabilitas publik yang baik, maka laporan keuangan daerah yang dihasilkan tersebut harus diupayakan untuk dapat secara sederhana dianalisis keterukurannya (akuntable), dan dapat diakses dengan mudah (transparan) oleh publik dalam format yang lebih sederhana pada setiap variabel sesuai dengan system dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang baku. Selain itu dalam melaksanakan kinerja anggaran harus dapat memanfaatkan uang sebaik mungkin dengan konsep Value for Money yang berorientasi pada kepentingan publik, dan pengelolaan keuangan harus dipercayakan kepada staff yang memiliki intergeritas dan kejujuan yang tinggi, serta penerimaan dan pengeluaran daerah harus sering dimonitor yaitu dengan membandingkan antara pencapaian dengan penganggaran.

Kajian yang peniliti lakukan adalah untuk menganalisis variabel – variabel yang menjadi tolak ukur terhadap pengelolaan keuangan daerah meliputi Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan, dengan melakukan studi kajian pada Pemerintah Kota Dumai – Provinsi Riau. Sehingga dengan adanya kajian ini diharapkan dapat meningkatkan responsibilitas seluruh SKPD Pemerintah Kota maupun Pemerintah Daerah/Kabupaten dan Provinsi untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang pada akhirnya meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana Latar Belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah secara simultan maupun parsial?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referansi dalam bidang ilmu akuntansi sektor publik khususnya tentang pengelolaan keuangan daerah; 2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam bidang pengelolaan

keuangan daerah;

3. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini pengguna anggaran atau SKPD, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, koreksi dan untuk perbaikan didalam implementasi pengelolaan keuangan daerah terutama bagi Pemerintah Kota Dumai.


(23)

1.5. Originalitas Penelitian

Telah banyak penelitian yang berhubungan dengan keuangan daerah baik pengelolaan maupun pengawasannya yang berkaitan dengan variabel – variabel independen seperti akuntabilitas, dan transparansi, telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti :

Tuasikal (2006), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pengawasan internal dan eksternal, pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan daerah serta implementasinya terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah.

Siregar (2011), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh akuntabilitas publik dan pengawasan terhadap pengelolaan APBD dengan standar akuntansi pemerintahan sebagai variabel moderating pada Pemerintah Kota Pematang Siantar. Dependen varibelnya adalah pengelolaan APBD, sedangkan variabel independennya adalah akuntabilitas publik, transparansi publik dan pengawasan dengan standar akuntansi publik sebagai pemoderatingnya. Dapat diperoleh hasil penelitiannya adalah akuntabilitas publik secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap


(24)

pengelolaan APBD, sedangkan transparansi dan pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan APBD.

Perbedaan antara beberapa peneliti terdahulu dengan yang peneliti lakukan sekarang adalah, peneliti terdahulu menggunakan beberapa jenis variabel independen yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya sedangkan yang peneliti lakukan dengan menggabungkan beberapa variabel – variabel independen yang peneliti anggap penting serta menambah variabel independen lain yang dianggap perlu tetapi dengan variabel dependen yang sama dengan peneliti terdahulu.

Peneliti memakai variabel independen akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan sedangkan variabel dependennya pengelolaan keuangan daerah, peneliti melakukan penelitian ini pada Pemerintah Kota Dumai Provinsi Riau.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah

Keuangan Daerah tidak terlepas dan selalu terkait dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), karena keuangan daerah tersebut telah ditetapkan dalam APBD (Nordiawan, 2007).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat di nilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas – batas kewenangan daerah, dan keuangan daerah dituangkan sepenuhnya ke dalam APBD.

Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati – hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen pengelolaan, anggaran pengelolaan menduduki porsi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran dimasa yang


(26)

akan datang. Ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas diberbagai unit kerja. Penentuan besarnya penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja daerah tidak terlepas dari peraturan perundang undangan yang berlaku. Mardiasmo (1999).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disingkat APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) (PPRI No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah).

Perencanaan, pelaksanaan, penata usahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah adalah merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari pengelolaan Keuangan daerah/APBD oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai pengguna keuangan daerah /APBD untuk pelayanan publik.

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 311, menyebutkan bahwa (1) DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah (Perda) tentang APBD, (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan pemeriksaan tetapi pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD, dan pasal 312 menyebutkan Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang – undangan.


(27)

Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai dengan tetap memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka untuk memenuhi tujuan pembangunan baik secara nasional atau regional perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat baik yang dilakukan oleh aparat tingkat atas maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai ketentuan perundang – undangan yang berlaku. Sumber pembiayaan pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena sumber inilah yang merupakan wujud partisipasi langsung masyarakat suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan. Pengelolaan keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah, karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak berdaya tergantung pada cara pengelolaan keungannya. Dalam hal ini pengelolaan keuangan daerah mengadung beberapa kepengurusan administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut pengurusan bendaharawan.

Sampai saat ini berbagai pengelolaan telah diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan daerah dibidang keuangan daerah, karena aspek keuangan daerah menjadi suatu yang penting, sebab untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah dibutuhkan dana atau biaya yang cukup besar sehingga kepada daerah diberi hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti menggali dan mengelola pendapatan asli daerah guna membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah daerah.


(28)

2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Halim (2001), Arti luas anggaran daerah atau anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi yaitu, sebagai instrumen politik, instrumen kebijakan fiskal, instrumen perencanaan, dan instrumen pengendalian.

Sedangkan menurut Renyowijoyo (2008) fungsi anggaran adalah : (1) sebagai pedoman pemerintah dalam mengelola Negara pada periode mendatang, (2) alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, (3) dan alat pengawas terhadap kemampuan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Dan menurut Noordiawan, Putra, Rahmawati (2007) menyebtukan bahwa fungsi utama anggaran sektor publik adalah : (1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi dan alat menciptakan ruang publik dan terakhir menurut Mardiasmo (2002) memberikan fungsi anggaran dengan hal yang sama dengan Noordin dan kawan – kawan.

Agar strategi yang telah ditetapkan dapat dicapai, maka pemerintah daerah perlu untuk tetap memiliki komitmen bahwa Anggaran Daerah adalah perwujudan amanat rakyat kepada pihak eksekutif dan legislatif dalam rangka mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu anggaran sektor publik atau anggaran daerah harus mengacu pada prinsip – prinsip berikut : (1) keadilan anggaran, (2) effisiensi dan efektifitas anggaran, (3) anggaran berimbang dan defisit, (4) disiplin anggaran, (5) transparansi dan akuntabilitas anggaran (Halim 2001).


(29)

Renyowijiyo (2008), Daur anggaran pemerintah RI dikelompokkan dalam 5 tahap yaitu :

1. Penyusunan dan pengajuan RUU-APBN dan penetapan UU-APBN oleh DPR. 2. Pembahasan dan pengesahan RUU-APBN dan Penetapan UU-APBN oleh DPR. 3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan Negara oleh

Pemerintah.

4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan laporan keuangan oleh BPK. 5. Pembahasan dan persetujuan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

dan penetapan UU-Laporan pertanggungjawaban APBN oleh DPR.

Menurut Mardiasmo (2002 :70), prinsip – prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dengan baik oleh penyelenggara pemerintah. Pada dasarnya prinsip – prinsip dan mekanisme penganggaran relatif tidak berbeda antara sektor swasta dengan sektor publik. Mardiasmo dalam bukunya (Henley 1990), siklus anggaran memiliki empat tahap yang terdiri dari (1) tahap persiapan (preperation), (2) tahap ratifikasi (ratification), (3) tahap implementasi (implementation) dan (4) tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)

2.1.3 Pejabat Pengguna Anggaran dan Barang

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006 yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2007 bahwa pejabat pengguna anggaran/pengguna barang terdiri dari : (1) Kepala SKPD, (2) Pejabat kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang, (3) Pejabat pelaksana teknis


(30)

kegiatan SKPD, (4) Pejabat penatausahaan Keuangan SKPD (5) Bendahara Penerimaan Bendahara Pengeluaran. Masing – Masing Pejabat Pengelola anggaran/pengguna barang tersebut mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berbeda – beda.

2.1.4 Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

Pemerintahan yang baik (Good Governance), adalah suatu kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan umum (sektor publik) dengan baik.

Maryono, Warella, Kismartini (2007) Word Bank mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam Good Governance yaitu (1) bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam mangement sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan, (3) kemampuan pemerintah untuk mendesain, memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi – fungsinya. United Nation Development Program menyebutkan enam indikator kesuksesan good governance yaitu : (1) Mengikut sertakan semua, (2) transparan dan bertanggungjawab, (3) efektif dan adil, (4) menjamin adanya supremasi hukum, (5) menjamin bahwa prioritas – prioritas politik, sosial, ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat, (6) memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses mengambil keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.


(31)

Selanjutnya Mardiasmo (1999) mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi akuntabilitas, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengendalian.

2.1.5 Akuntabilitas Keuangan Daerah

Akuntabilitas keuangan daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala akfivitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan masyarakat luas). Aspek penting yang harus dipertimbangkan ialah : (1) aspek legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah. Setiap transaksi yang dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya; (2) pengelolaan

(stewardship) keuangan daerah secara baik, perlindungan aspek fisik dan financial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus. Prisip – prinsip akuntabilitas keuangan daerah meliputi : (1) adanya suatu sistem akuntansi dan sitem anggaran yang dapat menjamin bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara konsisten sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku; (2) pengeluaran daerah yang dilakukan berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil (manfaat) yang akan dicapai.

Mardiasmo (2001), menyebutkan bahwa Akuntabilitas sektor publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan, mengungkap segala aktifitas kegiatan dan kegiatan yang


(32)

menjadi tangungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Sedangkan menurut Sulistioni (2003) Pemerintah yang Akuntabel adalah Pemerintah yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut : (1) mampu menyajikan informasi penyelenggaraan secara terbuka, cepat, tepat kepada masyarakat, (2) mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3) mampu meberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemerintahan, (4) mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, dan (5) adanya saran bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah. Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.

2.1.6 Value For Money

Value For Money (VFM) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga jenis elemen yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektifitas.(Renyowijoyo, 2008, dalam bukunya Mardiasmo (2002)). Ekonomi merupakan perolehan pemasukan (input) dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara masukan yang terjadi dengan nilai masukan yang seharusnya. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisisr sumber daya yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi merupakan pencapaian keluaran (output) yang maksimum dengan masukan tertentu dengan


(33)

penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/input) yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Sedangkan efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan Outcame dengan Output. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok Value For Money (VFM) sedangkan tambahan dua elemen lain yaitu keadilan (Equity) dan pemerataan atau kesetaraan (Equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (Social Opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Penggunaan publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja melainkan secara merata.

Menurut Ulum (2009) pembahasan Value for Money (VFM) menyangkut apa yang dikenal dengan 3 E yaitu :

1. Ekonomi adalah pratek pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati – hati / cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.


(34)

2. Effisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input

yang digunakan (Cost of Output). Efisiensi berhubungan dengan produktifitas. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya dan dana yang serendah – rendahnya (spending well)

3. Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran ahir kebijakan (spending wisely).

Kinerja anggaran pada daasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus dapat memanfaatkan uang sebaik mungkin dengan konsep Value for Money yang berorientasi pada kepentingan publik. Hal ini berarti dalam pengelolaan keuangan daerah tersebut harus mencerminkan tiga pilar utama (3-E) dalam proses penganggaran yaitu : ekonomis, merupakan ukuran penggunaan dana masyarakat sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya; efisiensi, merupakan ukuran pengguna dana masyarakat (public money) yang dapat menghasilkan output maksimal (berdayaguna); dan efektifitas, merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, pengelolaan dan prosedur untuk dapat mencapai tujuan kepentingan publik.


(35)

Peran pemerintah daerah tidak lagi merupakan alat kepentingan pemerintah pusat, melainkan merupakan alat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah. Konsep Value for Money (VFM) ini penting bagi pemerintah daerah sebagai pelayan masyarakat, karena implementasinya akan memberikan manfaat seperti : 1. Efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat

sasaran;

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;

3. Biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan resources;

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;

5. Meningkatkan public cost awarness sebagai akar pelaksanaan pertanggungjawaban publik.

Dalam konteks ekonomi daerah VFM merupakan jembatan untuk mengatarkan pemerintah daerah mencapai good governance yaitu pemerintah daerah yang transparan, ekonomis, efisiensi, efektif, responsif dan akuntabel. VFM tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.

2.1.7 Kejujuran

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staff yang memiliki integeritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.


(36)

2.1.8 Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat pengelolaan – pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya, sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi kriteria berikut : (Sopamah dan Mardiasmo, 2003)

Terdapat pengumuman kebijakan anggaran 1. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses

2. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu 3. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik

Sedangkan menurut Hadi Sumarsono (2003), Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan “Horizontal Accountability” antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.


(37)

2.1.9 Pengawasan

Menurut Keputusan Presiden (Kepres) No. 74 tahun 2001 tentang tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah, pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pengawasan keuangan daerah perlu untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun sudah berjalan dengan efisien, efektif dan ekonomis atau belum.

Fathurrochman (2002), membedakan pengawasan menjadi dua yaitu : (1) pengawasan internal yang terdiri dari pengawasan melekat (waskat) dan pengawan fungsional, (2) pengawasan eksternal. Mengacu pada Instruksi Presiden No. 15 tahun 1983, menyebutkan adanya dua jenis pengawasan yaitu pengawasan atasan langsung dan pengawasan fungsional. Pengawasan melekat (waskat) merupakan suatu pengawasan yang merupakan bagian integral dari suatu manajemen yang memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

1. Penggarisan sruktur organisasi dengan pembagian tugas beserta uraiannya yang jelas

2. Rincian kebijakan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis dan dapat menjadi pedoman bagi yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan 3. Rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan,

bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut dan hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus di capai


(38)

4. Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan

5. Pencatatan hasil kerja serta pelaporan yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambil keputusan serta penyusunan, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan

6. Pembinaan personal yang terus menerus agar pelaksanaan menjadi unsur yang mampu melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

Pengawasan Fungsional yang berasal dari internal organisasi pemerintahan yaitu APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintahan), yang terdiri dari BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan), IRJEN (Inspektorat Jendral Departemen) atau Unit Pengawas Lembaga Non Departemen, IRWIL (Inspektorat Wilayah), dan SPI (Satuan Pengawas Internal).

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara langsung maupun tidak langsung, serta preventif dan represif. Pengawasan langsung dilakukan secara pribadi dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri ditempat pekerjaan dan meminta secara langsung dari pelaksanaan dengan cara inspeksi. Sedangkan pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan Preventif dilakukan melalui preaudit yaitu sebelum pekerjaan dimulai, sedangkan pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi). Mardiasmo (2001) mengatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD


(39)

terhadap eksekutif dilaksanakan agar terdapat jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang terhindar dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), baik mulai proses perencanaan, pengesahan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban. Disamping DPRD mengawasi secara langsung tentang mekanisme anggaran, DPRD juga menggunakan aparat pengawasan eksternal pemerintah, yang indepent terhadap lembaga eksekutif di daerah, yaitu Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap dan penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada evaluasi saja.

2.1.10 Pengelolan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Permendagri No.13 tahun 2006)

Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang – undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada (a) sekretaris daerah selaku kordinator pengelola keuangan daerah, (b) kepala SKPKD selaku PPKD, (c) kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.


(40)

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang pengelolaan keuangan daerah antara lain :

Tuasikal (2006), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pengawasan internal dan eksternal, pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan daerah serta implementasinya terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah.

Siregar (2011), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh akuntabilitas publik dan pengawasan terhadap pengelolaan APBD dengan standar akuntansi pemerintahan sebagai variabel moderating pada Pemerintah Kota Pematang Siantar. Dependen vaibelnya adalah pengelolaan APBD, sedangkan variabel independennya adalah akuntabilitas publik, transparansi publik dan pengawasan dengan standar akuntansi publik sebagai pemoderatingnya. Dapat diperoleh hasil penelitannya adalah akuntabilitas publik secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap pengelolaan APBD, sedangkan transparansi dan pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan APBD.


(41)

Tabel. 2.1 Review Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil dari Penelitian

1. Siregar

(2011) pengaruh akuntabilitas publik dan pengawasan terhadap pengelolaan APBD dengan standar akuntansi pemerintahan sebagai variabel moderating pada Pemerintah Kota Pematang Siantar Dependen vaibelnya adalah pengelolaan APBD, sedangkan variabel independennya adalah akuntabilitas publik, transparansi publik dan pengawasan dengan standar akuntansi

publik sebagai pemoderatingnya

Diperoleh hasil penelitannya adalah akuntabilitas publik secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap pengelolaan APBD, sedangkan transparansi dan pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan APBD.

2. Askam

Tuasikal, (2006) Pengaruh Pengawasan Internal dan Eksternal, Pemahaman Sistem Akuntansi Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah, Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pengawasan Internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi sebagai variable independen, Pengelolaan keuangan daerah sebagai variable dependen, dan kinerja satuan pemerintah daerah sebagai variable intervening

Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti menidentifikasi 5 (lima) independen variabel yaitu akuntabilitas keuangan daerah (X1), value for money (X2), kejujuran (X3), transparansi (X4), dan pengawasan (X5

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :

), yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap pengelolaan keuangan daerah (Y).

Variabel Independen(X) Variabel Dependen (Y)

Akuntabilitas Keuangan Daerah (X1)

Value for Money

(X2) Kejujuran

(X3) Transparansi

(X4) Pengawasan

(X5)

Pengelolaan Keuangan Daerah(Y)


(43)

Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian maka peneliti mengembangkan kerangka penelitian ini yang diuji secara simultan dan parsial yaitu pengelolaan keuangan daerah (Y) diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh variabel independen (X) yaitu akuntabilitas keuangan daerah (X1), value for money (X2), kejujuran (X3), transparansi (X4), dan pengawasan (X5

Akuntabilitas keuangan daerah dapat dilihat dari kemampuan pemerintah daerah dalam menjelaskan, menjawab dan mempertanggung-jawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional kepada publik melalui Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah yang telah diperiksa oleh BPK dan disampaikan kepada DPRD selambat – lambatnya 6 bulan setelah berakhir tahun anggaran.

).

Pengelolaan kuangan daerah dapat dilakukan dengan prisip Value For Money

yaitu (1) prinsip ekonomi adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh input dengan kualitas dan kuantitias tertentu pada harga yang terendah atau dengan kata lain menghindari pemborosan dan yang tidak produktif, (2) efisien adalah pemerintah mampu mencapai produktifitas kerja yang baik dalam setiap kegiatan pencapaian program dengan target yang telah ditetapkan atau pemerintah mampu melakukan penggunaan dana masyarakat dengan berdaya guna maksimal ( perbandingan output

/ input yang dikaitkan dengan standar kerja atau target yang telah ditetapkan. (3) efektif adalah pemerintah daerah mampu mencapai hasil program kerja yang


(44)

maksimal atas target yang telah ditetapkan. Selain itu prinsip value for money juga melaksanakan elemen lain yaitu adil (equity) dan merata (equality).

Kejujuran atau fairness merupakan bagian dari tujuan “good governance”

yaitu hal wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk menunjang terlaksananya pemerintahan yang bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), dan salah satunya pemerintah daerah selama ini dengan tegas melaksanakan akuntablitas kejujuran (Accountability for probit) terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dengan memberikan funishment (hukuman) kepada setiap aparatur pemerintah yang melanggarnya.

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah baik dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah, dan pemerintah daerah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan yang terbuka, menyeluruh dan jujur kepada masyarakat sebagai bukti pertanggungjawaban pemerintah dan pengelola sumberdaya yang dipercayakan kepadanya (fungsi pemerintah daerah sebagai Agent) dan informasi tentang keuangan daerah dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat maupun pihak pengguna informasi lainnya baik melalui media elektronik maupun media informasi lainnya.

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan untuk meminimalisir kebocoran keuanga daerah, dengan metode pembukuan yang tertib dan metode pengawasan keuangan daerah sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku.

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh Itwilkot (inspektorat wilayah kota) sebagai Pengawas Intern Pemerintah dan BPK sebagai


(45)

Pengawas Extern Pemerintah dan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah pemerintah daerah melakukan pembinaan meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.

Pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah, dengan baik dan benar dan memuaskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.2 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka (teori), maka hipotesis penelitian ini adalah : akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial


(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung.

Peneliti menggunakan penelitian ini untuk memberikan bukti empiris dari analisis pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada seluruh SKPD Pemerintah Kota Dumai, Provinsi Riau, rencana waktu penelitian yakni 6 minggu (Oktober s/d Desember 2011). Jumlah SKPD di lingkungan Pemerintahan Kota Dumai sebanyak 31 SKPD, dan seluruhnya disebarkan kuisioner.

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada 5 variabel independen (X) yang diperkirakan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah (Y) yaitu


(47)

akuntabilitas keuangan daerah (X1), value for money (X2), kejujuran (X3), transparansi (X4), dan pengawasan (X5

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuisioner secara langsung, instrumen dalam kuisioner berisi berbagai pertanyaan / pernyataan yang berkaitan dengan variabel – variabel yang akan diteliti.

).

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat/aparatur Pemerintah Kota Dumai yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu kepala dan pelaksana teknis disetiap SKPD, dan oleh karena jumlah seluruh SKPD yang berada pada Pemerintah Kota Dumai sebanyak 31 maka sampel sebanyak 62. Metode pengambilan sampel adalah sensus.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian ini merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan data primer. Untuk mendapatkan data dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuisioner yang diantar langsung oleh penulis dalam satu tahap yaitu kuisioner diantara langsung oleh peneliti kepada responden sebanyak 62 kuisioner, dan responden diberi waktu untuk menjawab pertanyaan kuisioner hingga


(48)

7 hari setelah kuisioner diberikan. Daftar responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kuisioner dalam penelitian ini peneliti adopsi dari Penelitian Siregar (2011), dan sebagian kuisioner peneliti tambah atau kurangi sesuai judul yang peneliti ambil dengan sumber referensi sebagai berikut : Nordiawan. Deddi, Iswahyudi Sondi Putra, Mulidah Rahmawati (2007) dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan. Jakarta; Mursyidi (2009), Akuntansi Pemerintahan di Indonesia, Refika Aditama Bandung; Mardiasmo (2002), Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Jogjakarta; Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun (2006), Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Sulistioni, G. (2003), Fiqh Korupsi : Amanah VS Kekuasaan, Somasi, Nusa Tenggara Barat

Setelah informasi yang diperoleh dianggap cukup memadai, setelah itu melakukan penyederhanaan informasi yang diperoleh kedalam kategori dan ukuran tertentu sehingga dapat dikuantifikasikan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pada akhirnya dapat ditafsirkan untuk merumuskan kesimpulan penelitian.

4.5. Defenisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuisioner penelitian, Menurut Jogiyanto (2004), defenisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan konsep kedalam elemen – elemen yang dapat di observasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan


(49)

dioperasionalkan dalam konsep. Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala interval.

Menurut Mas’ud (2004), sekala nominal digunakan untuk membedakan kategori – katgori yang berkaitan dengan variabel. Skala interval digunakan untuk menyatakan kategori, peringkat dan jarak variabel yang diukur, sedangkan skala rasio memiliki karakteristik yang sama dengan pengukuran lainnya, tetapi skala rasio memiliki tambahan karakteristik yaitu nilai nol yang memungkinkan untuk menyatakan hubungan dalam hal proporsi atau rasio.

Adapun Defenisi operasional dimaksud adalah :

1. Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) merupakan variabel terikat (dependen) adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point yang dikembangkan oleh Mahoney et.al., (1963 – 1965)

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah akuntabilitas keuangan daerah (X1), adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut DPRD dan Masyarakat luas. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh akuntabilitas keuangan daerah telah dilaksanakan.


(50)

3. Value for Money (VFM) (X2

Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh telah menggunakan konsep ”Value for Money”

) adalah Pemanfaatan uang sebaik mungkin dalam kinerja anggaran yang pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja atau merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga jenis elemen yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektifitas

4. Kejujuran (X3

5. Transparansi (X

) adalah suatu sikap jujur dan memiliki integeritas yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuiesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh kejujuran telah dilaksanakan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah

4

6. Pengawasan (X

) adalah keterbukaan pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diawasi oleh DPRD dan Masyarakat. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh transparansi telah dialaksanakan dalam pengelolaan pengelolaan keuangan daerah

5) adalah pengawasan keuangan daerah perlu untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun sudah berjalan dengan efisien, efektif dan ekonomis atau belum, yang dilakukan oleh eksekutif sebagai pengguna anggaran.


(51)

Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh pengawasan telah dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Masing – masing vriabel diukur dengan model Skala Likert yaitu mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor sebagai berikut :

5 = (SS = Sangat Setuju) 4 = (S = Setuju)

3 = (TT = Tidak Tahu) 2 = (TS = Tidak Setuju)

1 = (STS = Sangat Tidak Setuju)

Tabel 4.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian Defenisi Operasioanal Pengukuran Variabel Skala

Pengukuran Pengelolaan

Keuangan Daerah (Y)

Dependen Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah

perlu untuk mengetahui apakah telah dilakukan sesuai dengan amanat undang – undang terhadap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah

Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 poin yang dikembangkan oleh Mahoney et.al., (1963 – 1965), skala ini untuk menunjukkan tingkat pengelolaan keuangan daerah.


(52)

Akuntabilitas

Keuangan Daerah

(X

Independen Variabel

1

Kewajiban pemerintah daerah

untuk memberikan pertanggungjawaban,

menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut yaitu DPRD dan Masyarakat luas.

)

Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh akuntabilitas keuangan

daerah telah dilaksanakan.

Interval

Value for Money (VFM) (X2

Pemanfaatan uang secara

ekonomis, efisiensi, dan efektifitas

)

Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh telah menggunakan

konsep ”Value for

Money”

Interval

Kejujuran (X3 suatu sikap jujur dan memiliki

integeritas

) Pengukuran varibel ini

menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh

kejujuran telah dilaksanakan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah

Interval

Transparansi (X4 Keterbukaan pemerintah

dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diawasi oleh DPRD dan Masyarakat

) Pengukuran varibel ini

menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh transparansi telah dilaksanakan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah

Interval

Pengawasan (X5) Proses monitoring atau

membandingkan antara yang telah direncanakan dengan yang telah dicapai.

Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh pengawasan telah dilaksanakan


(53)

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yaitu analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data, uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 18.0.1 Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dimana :

+ e

Y = Pengelolaan Keuangan Daerah

b1, b2, b3, b4, b5 X

= Koeffisien regresi 1

X

= Akuntabilitas keuangan daerah 2

X

= Value for money

3

X

= Kejujuran 4

X

= Transparansi 5

e = error term


(54)

4.6.1. Uji Kualitas Data 4.6.1.1 Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2006). Pengukuran validitas pertanyaan kuisioner adalah korelasi product moment

dari karl pearson dengan ketentuan : jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan kuisioner dinyatakan valid, dan sebaliknya jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan kuisioner dinyatakan tidak valid.

4.6.1.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Pengukuran ulang (repeated measure) atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya atau tidak.

2. One shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali saja dan kemudian hasil nya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan


(55)

uji statistik Chronbach Alpha (á). Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Chronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1960)

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan Uji pengujian assumsi klasik yang meliputi pengujian Normalitas, Linieritas, multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas.

4.6. 2.1. Uji Normalitas

Tujuan Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang memiliki pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram.

Uji Normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas denga tingkat signifikansi tertentu yaitu :

1. Nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data tidak normal 2. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.

4.6.2.2. Uji Multikolinieritas.

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variable independen. Jika terjadi korelasi antar variable independen


(56)

maka akan ditemukan adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinearitas. Untuk itu diperlukan uji multikolinearitas terhadap setiap variable bebas yaitu dengan :

1. Melihat angka collinearity statistcs yang ditujukan oleh nilai variance inflation factor (VIF). Jika angka VIF > 5, variable bebas yang ada memiliki masalah multikollinearitas (Santoso, 2002)

2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikollinearitas yang tidak menunjukkan nilai tolerance < 10 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.

4.6.2.3 Uji Hetroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan variable dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut hetroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi hetroskedastisitas.

4.7 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variable bebas secara menyeluruh terhadap variable terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan α 0,05 dengan ketentuan, jika F hitung > F table maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain hipotesis yang diajukan dapat diterima. Atau dapat dinilai


(57)

berdasarkan hasil uji hipotesis yang diajukan oleh table koefisien pada kolom signifikan, yang menunjukkan nilai < α 0,05.

Penilaian variable dilakukan untuk setiap variable bebas untuk melihat variable apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variable yang ada. Pengujian dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial.

Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada α 0,05 Atau melihat nilai t hitung > t table. Sebaliknya jika t hitung < t table maka pengaruh yang terjadi tidak signifikan.


(58)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada pejabat/aparatur Pemerintah Kota Dumai yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu kepala dan pelaksana teknis disetiap SKPD, dan seluruhnya berjumlah 31 SKPD maka diperoleh sampel sebanyak 62 (31 x 2).

Deskripsi statistik jawaban kuisioner pengelolaan keuangan daerah oleh seluruh SKPD di Pemerintah Kota Dumai ditunjukkan pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Deskripsi Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Akuntabilitas Keuangan Derah

62,00 32,00 45,00 39,45 3,53

Value For Money

62,00 22,00 40,00 30,90 4,26 Kejujuran 62,00 21,00 40,00 32,16 4,29 Transparansi 62,00 27,00 50,00 39,89 4,83 Pengawasan 62,00 30,00 50,00 40,98 4,37 Pengelolan Keuangan Daerah

62,00 21,00 40,00 32,56 4,07 Valid N (listwise)

62,00

Sumber : Data Primer Olahan

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 62 sampel penelitian yang digunakan, variabel pengelolaan keuangan daerah (Y) memiliki nilai rata-rata 32,56 yang berarti jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner


(59)

sebanyak 8 maka diperoleh hasil 4,07. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon responden menyatakan setuju terhadap pengelolaan keuangan daerah yang sudah ada di pemerintah kota dumai.

Sedangkan untuk variabel independen yaitu akuntabilitas keuangan daerah (X1

Value For Money (X

), mempunyai nilai rata-rata sebesar 39,45artinya jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner sebanyak 9 maka diperoleh hasil 4,38. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon responden menyatakan setuju terhadap akuntabilitas keuangan daerah yang saat ini ada di pemerintahan Kota Dumai.

2

Kejujuran (X

) mempunyai nilai rata-rata sebesar 30,90 artinya jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner

sebanyak 8 maka diperoleh hasil 3,86. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon responden menyatakan tidak setuju. Hasil jawaban kuisioner ini menerangkan bahwa pemerintah kota dumai belum melaksanakan prinsip Value For Money dengan baik.

3

Transparansi (X

) mempunyai nilai rata-rata sebesar 32,16 yang berarti bahwa artinya bahwa nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner sebanyak 8 maka diperoleh hasil 4,02. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon responden menyatakan dalam katagori setuju terhadap kejujuran yang sudah ada pada pemerintahan Kota Dumai

4) mempunyai nilai rata –rata sebesar 39,89 yang berarti bahwa jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner sebanyak 10 maka diperoleh hasil 3,9. Hal ini menunjukkan bahwa rata


(60)

-rata respon responden menyatakan dalam katagori tidak tahu terhadap transparansi yang sudah ada pada pemerintahan Kota Dumai.

Pengawasan (X5) mempunyai nilai rata –rata sebesar 40,98 yang berarti bahwa jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner sebanyak 10 maka diperoleh hasil 4,09. Hal ini menunjukkan bahwa rata -rata respon responden menyatakan dalam katagori setuju terhadap pengawasan yang sudah ada pada pemerintahan Kota Dumai.

5.1.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kota Dumai. Sampel dalam

penelitian ini adalah, pejabat/aparatur Pemerintah Kota Dumai yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu kepala dan pelaksana teknis disetiap SKPD sebanyak 31 SKPD, dari setiap SKPD diedarkan 2 kuisioner sehingga total kuisioner sejumlah 62. Dari 62 kuisioner tersebut dapat kembali dan terkumpul seluruhnya dalam waktu yang relatif bersamaan.

Tabel 5.2 Pengumpulan Data

Keterangan Jumlah Persentase

Kuisioner yang dibagikan 62 100%

Kuisioner yang tidak kembali 0 0 %

Kuisioner yang kembali 62 100 %

Kuisioner yang dapat digunakan dalam penelitian 62 100 % Sumber : Data Primer Olahan


(61)

Karakteristik tentang demografi responden penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) jenis kelamin , (2) usia responden, (3) tingkat

pendidikan (4) masa kerja

Pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pejabat yang berhubungan dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu pejabat/kepala SKPD anggaran dan pelaksana teknis dalam penelitian ini berjumlah 62 orang terdiri dari 47 orang (76 %) berjenis kelamin pria dan 15 orang (24 %) berjenis kelamin wanita.

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 47 76%

Wanita 15 24%

Total 62 100%

Sumber : Data Primer Olahan

Tabel 5.4 menunjukkan data usia responden dikelompokkan ke dalam 4 kelompok usia yaitu usia 21-30 tahun sebanyak 7 orang (11%), usia 31-40 tahun sebanyak 24 orang atau (39%), usia 41 – 50 tahun sebanyak 23 orang (37%) dan usia >50 tahun sebanyak 8 orang (13%).

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


(62)

21-30 tahun 7 11 %

31-40 tahun 24 39 %

41-50 tahun 23 37 %

>50 tahun 8 13 %

Total 62 100%

Sumber : Data Primer Olahan

Tabel 5.5 menunjukkan data tingkat pendidikan responden yang juga

dikelompokkan dalam 4 kelompok tingkat pendidikan yaitu SLTA sebanyak 4 orang (6%), Diploma sebanyak 2 orang (3%), Strata satu sebanyak 41 orang (66%) dan Pasca sarjana sebanyak 15 orang (24%). Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa jumlah terbesar responden adalah berpendidikan Strata satu.

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 4 6 %

Diploma 2 3 %

Strata Satu 41 66 %

Pasca Sarjana 15 24 %

Total 62 100%

Sumber : Data Primer Olahan

Tabel 5.6 menunjukkan data tentang masa kerja responden yaitu masa kerja 0 – 10 tahun sebanyak 22 orang (35%), masa kerja >10-20 tahun sebanyak 17 orang (27%) dan masa kerja >20 tahun sebanyak 23 orang (37%).

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi Persentase

0 – 10 tahun 22 35 %

>10-20 tahun 17 27 %


(1)

Resp. AK.KEU.DRH (X1) TTL.1 VFM (X2) TTL.2 KEJUJURAN (X3) TTL.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 32 4 4 3 4 3 4 4 4 4 34 4 3 3 4 3 3 3 3 26 4 3 2 3 4 2 4 4 26 4 4 2 33 4 5 5 5 5 5 5 4 5 43 5 4 4 4 4 4 4 4 33 5 5 4 5 5 4 5 4 37 5 5 4 34 4 5 2 4 5 4 4 3 4 35 5 4 3 3 3 3 4 4 29 4 3 3 4 4 4 4 4 30 4 4 4 35 4 5 2 4 4 4 4 3 4 34 4 2 3 3 3 3 4 4 26 4 3 3 4 4 4 4 4 30 4 4 4 36 5 5 5 4 5 5 5 4 5 43 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 5 4 4 4 33 4 5 4 37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 39 5 5 5 5 4 4 5 4 5 42 5 3 4 5 4 3 4 4 32 5 5 3 5 4 4 4 4 34 4 4 4 40 5 4 4 4 4 4 4 3 4 36 2 4 2 5 4 3 4 3 27 4 4 4 4 4 4 4 5 33 4 4 3 41 5 4 3 4 3 3 4 4 4 34 4 4 3 4 3 3 4 4 29 3 4 4 3 3 3 3 4 27 4 4 3 42 5 5 5 5 4 4 5 5 4 42 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 5 5 5 35 5 4 4 43 4 5 4 4 4 4 4 4 4 37 2 2 2 4 2 4 4 4 24 4 2 2 2 4 2 2 4 22 4 4 2 44 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 5 5 4 5 5 4 4 5 37 5 5 4 5 5 5 4 5 38 5 5 4 45 4 4 4 3 3 4 4 3 4 33 4 3 2 4 3 3 4 3 26 3 3 3 3 3 3 3 4 25 4 4 3 46 5 5 4 4 5 5 5 3 4 40 4 3 4 4 4 3 3 4 29 4 4 3 4 4 4 5 5 33 4 3 3 47 5 5 4 5 4 4 5 4 5 41 5 4 4 5 5 4 5 4 36 5 4 5 5 4 5 5 4 37 5 4 4 48 4 5 3 5 5 5 5 5 5 42 4 4 4 5 4 5 5 5 36 4 4 5 5 4 3 3 3 31 4 4 4 49 3 3 4 3 4 4 4 4 3 32 3 3 3 3 3 3 4 4 26 5 3 3 4 4 3 3 3 28 3 3 2 50 5 5 4 5 5 5 5 4 4 42 4 4 4 5 4 5 5 4 35 4 5 1 4 4 5 4 5 32 4 5 5 51 5 5 4 4 4 4 4 4 5 39 4 4 5 5 4 4 4 5 35 5 4 2 4 5 5 5 4 34 5 5 4 52 5 5 5 4 4 4 5 4 4 40 5 4 4 4 4 4 4 4 33 5 4 4 5 5 4 4 4 35 4 4 4 53 5 5 4 5 4 4 3 3 4 37 4 3 3 3 3 3 3 4 26 4 3 4 4 4 4 4 3 30 4 5 5 54 5 5 5 4 5 4 4 3 4 39 4 4 4 4 4 3 3 4 30 5 3 4 3 4 4 4 4 31 4 4 4 55 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 5 5 56 5 5 5 5 5 5 5 4 5 44 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 5 57 5 5 4 4 5 5 5 4 4 41 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 5 5 4 4 4 4 34 4 5 4 58 4 5 5 5 5 4 4 5 5 42 3 2 4 4 4 3 4 4 28 4 4 4 4 5 5 4 4 34 4 2 2 59 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 4 5 5 5 4 4 4 4 35 5 4 4 4 5 4 5 5 36 5 5 5 60 4 4 3 4 3 4 4 4 4 34 4 3 3 4 3 3 3 3 26 4 3 2 3 4 2 4 4 26 4 4 2 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 62 5 5 4 5 4 4 5 4 5 41 5 4 4 5 5 4 5 4 36 5 4 5 5 4 5 5 4 37 5 4 4


(2)

HASIL PEMERIKSAAN ATAS LKPD KOTA

DUMAI TAHUN 2010

04/08/2011 – 08:42

Pekanbaru - Pada Semester I Tahun 2011 BPK Perwakilan Provinsi Riau melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada Pemerintah Kota Dumai. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) diserahkan kepada DPRD Kota Dumai dan Walikota Dumai pada tanggal 01 Agustus 2011 di Kantor Perwakilan BPK Provinsi Riau.

Laporan Hasil pemeriksaan atas LKPD Kota Dumai Tahun 2010 dikemas dalam tiga buku. Buku I adalah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang memuat Laporan Keuangan Pemerintah Kota Dumai dan opini atas Laporan Keuangan tersebut. Buku II, memuat LHP atas Sistem Pengendalian Intern dan Buku III adalah LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) memberikan opini Wajar

Dengan Pengecualian (WDP/qualified opinion) atas LKPD Kota Dumai Tahun 2010

sama dengan opini yang diberikan BPK RI atas LKPD Tahun 2009.

Hal-hal yang mempengaruhi kewajaran Laporan Keuangan tersebut adalah pertama,

Saldo Persediaan per 31 Desember 2010 disajikan senilai Rp3.927.348.784,00. Saldo persediaan tersebut tidak bisa diyakini kewajarannya karena penatausahaan Persediaan pada beberapa SKPD dilaksanakan belum memadai. Catatan dan data yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai persediaan per 31 Desember

2010. Kedua, Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2010 disajikan senilai

Rp2.320.415.336.801,33. Dari nilai tersebut, diantaranya senilai

Rp61.597.575.713,76 tidak dapat diyakini kewajarannya karena hasil inventarisasi Aset Tetap untuk saldo per 31 Desember 2008 belum digunakan sebagai dasar penyajian di Neraca per 31 Desember 2010. Catatan dan data yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan atas Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2010.

BPK RI juga menemukan permasalahan terkait kelemahan Sistem Pengendalian

Intern, antara lain (1) Dana Reboisasi dan Dana Alokasi Khusus di rekening Kas Daerah terindikasi digunakan untuk kegiatan yang bukan peruntukannya; (2)


(3)

Pelaksanaan pengadaan tanah untuk pencadangan kawasan industri tidak didukung perencanaan yang baik dan berindikasi tidak wajar.

Permasalahan lain terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan, antara lain, (1) Terdapat item pekerjaan yang tidak patut dibayarkan dan kelebihan pembayaran pada pekerjaan kolam air mancur yang berindikasi kerugian keuangan daerah sebesar Rp325.609.806,36 (2) Perjanjian Kemitraan untuk Pengelolaan Pasar Pulau Payung Tidak Menguntungkan Pemerintah Kota Dumai.

BPK RI berharap agar hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Tahun 2010 dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Dumai sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang menyatakan bahwa tindak lanjut hasil pemeriksaan diberitahukan secara tertulis oleh Walikota kepada BPK RI. Selain itu Pasal 20 ayat (2) dan (3) UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, menyatakan bahwa jawaban atau penjelasan mengenai tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan BPK RI disampaikan kepada BPK RI selambat-lambatnya 60 hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima.

Kepala Perwakilan Muktini


(4)

Opini LKPD Kota Dumai TA 2008 “Wajar Dengan

Pengecualian”

28/07/2009 – 14:34

BPK RI Perwakilan Provinsi Riau Berikan 55 Rekomendasi

Pekanbaru, Selasa (28/7) – BPK RI Perwakilan Provinsi Riau kembali menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada DPRD. Kali ini, Kepala Perwakilan Provinsi Riau BPK RI, Dr.H.Eko Sembodo, MM menyerahkan LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Dumai Tahun Anggaran 2008 kepada Ketua DPRD Kota Dumai, H.Ilyas Labay dan Wakil Walikota Dumai, H.Sunaryo. Penyerahan diserahkan di Kantor Perwakilan BPK RI Perwakilan Provinsi Riau, Selasa (28/7) dengan disaksikan oleh pejabat daerah dan penanggungjawab tim pemeriksa.

Seperti LHP atas LKPD Provinsi Riau dan LHP atas LKPD Kabupaten Pelalawan yang telah diserahkan sebelumnya, LKPD Kota Dumai TA 2008 juga mendapatkan opini “Wajar Dengan Pengecualian”. Opini ini diberikan, karena dalam LKPD Kota Dumai TA 2008 terdapat permasalahan – permasalahan sebagai berikut, Pertama, Pemerintah Kota Dumai belum menetapkan sistem dan prosedur pencatatan serta pelaporan persediaan, sehingga nilai persediaan dalam neraca sebesar Rp1.717.780.577,00 belum termasuk nilai persediaan di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada akhir tahun 2008. Penjelasan rinci atas permasalahan tersebut dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Temuan nomor empat. BPK RI telah melakukan pemeriksaan atas saldo persediaan, namun catatan dan data yang tersedia tidak memungkinkan BPK RI melaksanakan prosedur yang memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai persediaan tersebut. Kedua, Pemerintah Kota Dumai memiliki investasi berupa pinjaman dana bergulir yang dikelola oleh Lembaga Ekonomi Kerakyatan (LEK) sebesar Rp7.000.000.000,00 dan baru dikembalikan sebesar Rp8.000.000,00. Penjelasan rinci atas permasalahan tersebut dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan temuan nomor satu. BPK RI telah melakukan pemeriksaan atas pinjaman dana bergulir tersebut. Ketiga, Penyajian saldo Aset Tetap dalam Neraca sebesar Rp2.021.808.937.031,62 tidak dapat dirinci ke saldo aset tetap masing-masing SKPD dan tidak didukung dengan data jumlah, lokasi, status/kondisi dan nilainya. Dari nilai tersebut, terdapat aset tanah sebesar Rp252.121.573.710,00 dan tanah kemitraan pihak ketiga sebesar Rp7.334.880.000,00 belum disertai bukti kepemilikan. Penjelasan rinci atas permasalahan tersebut dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) temuan nomor tiga dan lima. Selain itu, aset tetap dalam neraca tidak dinilai/disajikan berdasarkan biaya perolehan menurut SAP, sehingga nilai yang disajikan belum menggambarkan seluruh biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk memperoleh aset tetap tersebut.


(5)

Selain memberikan opini, BPK RI Perwakilan Provinsi Riau juga menyampaikan (LHP) atas Pengendalian Intern serta LHP atas Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan Dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan TA 2008 yang merupakan bagian dari Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan. Temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan adalah: (1) Pengelolaan dana bergulir dari Pemerintah Daerah kepada Lembaga Ekonomi Kerakyatan (LEK) berpotensi merugikan Keuangan daerah sebesar Rp6.184.357.100,00; (2) Koperasi Putri Tujuh belum memberikan Kompensasi Sebesar Rp17.916.667,00 dari pinjaman yang diberikan oleh Pemerintah Kota Dumai; (3) Penyertaan modal Pemerintah Kota Dumai pada PT. Pembangunan Dumai berpotensi merugikan keuangan daerah sebesar Rp1.500.000.000,00; (4) Terdapat kegiatan yang tidak tepat dibebankan ke dalam pos bantuan sosial sebesar Rp2.265.339.360,00 dan kelebihan pembayaran bantuan sosial pendidikan sebesar Rp28.000.000,00; (5) Persediaan beras Program Raskin Gratis Pemerintah Kota Dumai Tahun Anggaran 2008 sebanyak 59.670 kg senilai Rp275.674.803,30 belum disalurkan oleh Perum Bulog Sub Divre Dumai dan terdapat kelebihan pembayaran biaya operasional sebesar Rp20.801.700,00; (6) Bantuan hibah

Community Development (CD)dari PT. Pertamina Unit pengolahan II sebesar Rp2.317.434.497,00

tidak dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Dumai; (7) Terdapat pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas jasa giro yang mengakibatkan hak daerah kurang diterima sebesar Rp29.587.038,00; (8) PT. Pertamina (Persero) UP II Dumai belum melunasi Pajak Penerangan Jalan Non-PLN sejak tahun 2006 sebesar Rp7.309.694.566,87; (9) penjualan lima kendaraan dinas roda empat tidak Sesuai prosedur dan tidak disertai SK penghapusan dan masih tercatat di neraca; (10) Pendapatan retribusi digunakan langsung oleh RSUD dan Badan Kependudukan dan Catatan Sipil (Basduk Capil) sebesar Rp4.476.929.768,00. (11) Biaya bahan bakar atas kendaraan operasional dinas yang dilakukan perjanjian pinjam pakai antara bagian perlengkapan dan anggota DPRD merugikan keuangan daerah sebesar Rp481.140.000,00. (12) Terdapat pembayaran ganda peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan lapis Cement Treated Recycle Base

(CTRB) yang merugikan keuangan daerah sebesar Rp60.356.945,00; (13) Terdapat kelebihan pembayaran terhadap pekerjaan timbunan tanah pilihan yang mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp138.203.475,04; dan (14) sistem dan prosedur penyaluran dana bergulir tidak sesuai ketentuan mengakibatkan Investasi Non-Permanen tidak tersaji dalam neraca dan berpotensi merugikan daerah sebesar Rp4.500.000.000,00.

Temuan atas kelemahan Sistem Pengendalian Intern adalah: (1) Pemerintah Kota Dumai belum menetapkan kebijakan dan sistem prosedur yang memadai atas penyusunan laporan keuangan; (2) Belum berjalannya proses rekonsiliasi, verifikasi dan review dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Dumai Tahun 2008; (3) Saldo Aset Tetap pada neraca Pemerintah Kota Dumai Per 31 Desember 2008 sebesar Rp2.022.539.658.450,62 tidak dapat diyakini kewajarannya; (4) Pemerintah Kota Dumai tidak menetapkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan persediaan sehingga nilai persediaan sebesar Rp1.717.780.577,00 dalam neraca per 31 Desember 2008 diragukan kewajarannya; (5) Tanah milik Pemerintah Kota Dumai yang digunakan oleh PT. Inti Griya Sakti sebesar Rp7.334.850.000,00 tidak jelas status kepemilikannnya; (6) Bagian penerimaan dana bagi Hasil PBB / BPHTB tidak melakukan


(6)

rekonsiliasi atas dana bagi hasil yang diterima; dan (7) Prosedur pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui bendahara penerimaan tidak sesuai ketentuan.

a

Sekretariat Perwakilan Drs.Pujo Sumekto Kepala Sekretariat Perwakilan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah

1 41 3

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

12 91 108

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 11

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 2

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 5

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 22

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 3

Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 29

Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Medan

0 0 7