Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2015

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial mendasar yang dihadapi
oleh Bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai kekurangan dan
ketidakberdayaan. Berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan tersebut disebabkan
beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal, seperti adanya keterbatasan
untuk memelihara dirinya sendiri, tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhan (Obbrow, 2012).
Di Indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak zaman dahulu dimana pemerintah
di Indonesia tidak dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke tahun bahkan
kemiskinan sudah menjadi pekerjaan yang serius untuk pemerintah kita. Banyak cara
yang telah dilakukan oleh pemerintah, tapi untuk menekan atau bahkan mengurangi
angka kemiskinan sangat sulit. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya
alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk
miskin tersebut terdiri dari gabungan penduduk di perkotaan dan di perdesaan. Akibat
krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah (Venus, 2013).
Namun menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), ada penurunan jumlah
penduduk miskin di Indonesia dari data 2009-2013, yaitu berkurang 1,51 juta jiwa,
dengan jumlah tahun 2009 sebesar 32,13 juta jiwa dan tahun 2013 sebesar 31,02 juta
jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada bulan Maret 2012

sebesar 1.378.400 orang (10,41%). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada
1

bulan Maret 2011 yang berjumlah 1.499.900 orang (11,31%) (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara 2013).
Kemiskinan berdampak kepada rendahnya kualitas hidup penduduk ditandai
dengan terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, akibat dari rendahnya daya beli,
ketersediaan pangan yang tidak merata, selain itu karena kurangnya dukungan
pemerintah dan terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Rendahnya
kualitas hidup manusia ditandai dengan angka kematian bayi pada keluarga miskin
yaitu masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup. Selain itu rendahnya kualitas hidup
pada keluarga miskin menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan gangguan gizi
terutama pada usia balita (Osi, 2011).
Gangguan gizi yang sering terjadi pada balita adalah gizi kurang, gizi buruk,
pendek, kurus, gemuk dan obesitas. Prevalensi gangguan gizi di Indonesia menurut
Riskesdas 2013 adalah berdasarkan BB/U yang mana gizi kurang 13,5%, gizi buruk
5,7%, TB/U dengan pendek 19,2%, sangat pendek 18%, kurus 6,8%, sangat kurus
5,3%, dan gemuk 11,9% (Riskesdas, 2013).
Usia balita yang tidak boleh luput dari perhatian adalah usia 0–24 bulan selain
dalam masa kehamilan, dimana pada usia ini pertumbuhan otak maksimal dan masuk

pada priode emas (Jellife,1989). Stimulasi yang baik juga harus didukung dengan
pemberian nutrisi yang cukup dan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan dengan
imunisasi yang teratur dan penerapan pola hidup sehat sejak dini, sehingga dimana
pola asuh ibu harus mencukupi tentang nutrisi, ASI dan makanan tambahan dan porsi
yang cukup atau sesuai dangan kebutuhan balita. Setiap anak harus dapat diberikan
perkembangan sesuai dengan tahapan usia terutama dalam periode percepatan
perkembangan otak yang disebut dengan periode emas pada usia 0-24 bulan
(Rukmini, 2012).

Kondisi permasalahan sebenarnya dapat diatasi jika pemerintah bersama-sama
dengan keluarga dapat saling mendukung kegiatan peningkatan status gizi balita.
Beberapa program peningkatan status gizi telah dilakukan pemerintah untuk
menanggulangi permasalahan ini khususnya pada kelompok keluarga yang
dikategorikan miskin, namun dalam kenyataan indeks status gizi balita masih belum
bergeser ke arah nilai yang lebih baik (Lewis, 2013).
Penanganan yang serius terhadap status gizi balita tidak hanya dari
pemerintah tetapi juga dari peran keluarga sebagai orang yang paling dekat dengan
balita. Apabila pada masa tumbuh kembang ini perawatan dan makanan yang bergizi
diberikan secara baik dan benar dapat membentuk generasi penerus bangsa yang
sehat, cerdas dan produktif (Depkes RI, 2013).

Kondisi kesehatan masyarakat khususnya kesehatan balita di Provinsi
Sumatera Utara masih jauh dari visi pembangunan kesehatan yang ada. Berbagai
hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor yang menjadi penyebab permasalahan
keadaan ini adalah kondisi sosial ekonomi keluarga, pengetahuan ibu yang masih
kurang tentang pola asuh, jumlah keluarga yang banyak, pendidikan ibu yang masih
rendah, pola pemberian ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI
yang belum baik serta sosial budaya yang kurang selaras dengan konsep pelayanan
kesehatan (Purwo, 2011). Soekirman (2000) juga menyatakan hal yang sama tentang
faktor penyebab status gizi, yaitu ditingkat rumah tangga, keadaan gizi dipengaruhi
oleh kemampuan keluarga menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang
cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan

kesehatan keluarga Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita
adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai.
Salah satu faktor penyebab permasalahan gizi atau tumbuh kembang anak
adalah pengasuhan, yang erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga atau
rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan
untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya (Engel, 1997).
Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga,

merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang
dikutip dalam Sunarti (2010) menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga,
memerhatikan serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan.
Kurangnya perhatian pada proses tumbuh kembang usia balita akan menyebabkan
status gizi balita menjadi kurang baik.
Proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah, proses tersebut
sangat bergantung kepada orang tua. Apalagi usia bawah lima tahun (balita) adalah
periode penting dalam tumbuh kembang anak dan merupakan masa yang akan
menentukan pembentukan fisik, psikis dan inteligensia (Soetjiningsih, 2001).
Menurut Engle et al. (1997), pola asuh meliputi 6 hal yaitu : (1) perhatian /
dukungan ibu terhadap anak, (2) pemberian ASI atau makanan pendamping pada
anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak, (4) persiapan dan penyimpanan
makanan, (5) praktek kebersihan atau higiene dan sanitasi lingkungan dan (6)
perawatan balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan. Pemberian

ASI dan makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan
tercakup dalam praktek pemberian makan.
Hasil survei awal, di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan
Denai, terdapat keluarga miskin sebanyak 9.397 kepala keluarga (KK), dan dari
jumlah tersebut terdapat 987 kepala keluarga (KK) miskin yang memiliki balita.

Berdasarkan laporan kegiatan posyandu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai, ditemukan 8,2% balita gizi buruk dan 5,7% balita gizi
kurang. Angka gizi buruk di kelurahan ini masih tinggi dibanding dengan angka
nasional dimana gizi buruk 5,7%, sementara gizi kurang lebih rendah dari angka
nasional 13,5%. Berdasarkan dari perbandingan data di atas maka gizi buruk lebih
banyak dibanding dengan gizi kurang. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa anakanak yang ada di daerah Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai
ini lepas dari perhatian ibu, artinya BB anak setiap bulan tidak dipantau oleh ibu
balita sehingga anak dalam posisi gizi kurang dan tidak ada perbaikan setiap bulan
dan cenderung akan jatuh ke gizi buruk.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap 8 orang ibu yang
memiliki balita di keluarga miskin, seluruhnya memperlihatkan dalam hal pola asuh
anak masih jauh dari memadai. Hal ini terlihat dari ibu yang bekerja dari pagi hingga
sore kebanyakan sebagai buruh pabrik dan pembantu rumah tangga. Anak-anak
sering dititipkan ke tetangga sampai ibu balita pulang kerja. Anak-anak yang di
titipkan juga mempunyai pola makan yang kurang baik, seperti anak-anak hanya
diberikan nasi beserta lauk pauk di dalam tempat makan dan uang saku Rp.2000

sampai sore atau sampai ibu pulang kerja, masih kurangnya jenis makanan yang
diberikan seperti sayur-sayuran, dan susu hanya diberikan jika anak memintanya
ketika anak sudah bersama ibunya.

Anak balita yang dititipkan pada tetangga, cenderung dibiarkan bermain sendiri
dengan kondisi hygine dan sanitasi yang kurang baik. Mengingat tetangga tempat
penitipan tersebut juga memiliki kesibukan tersendiri antara lain sebagai tukang jahit.
Sebagai contoh, seperti anak balita yang buang air sembarangan hanya disuruh
membuka celana sendiri dan pergi ke kamar mandi atau ke lobang parit terdekat,
tetapi jika anak terlanjur buang air di celana hanya dibiarkan sampai ibu pulang kerja
akibatnya anak balita rentan terkena penyakit infeksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis
apakah ada pengaruh pola asuh ibu (asuhan pemberian makan, asuhan perawatan
dasar anak, asuhan higiene dan sanitasi) terhadap status gizi balita dari keluarga
miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Kabupaten
Kota Madya Medan.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
penelitian adalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh pola asuh ibu (asuhan
pemberian ASI dan makanan, asuhan praktik kebersihan, asuhan praktik kesehatan

rumah) terhadap status gizi anak umur 6-24 bulan pada keluarga miskin di Kelurahan
Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Kota Medan”.


1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh pola asuh ibu (asuhan pemberian ASI dan makanan, asuhan
praktik kebersihan, asuhan praktik kesehatan rumah) terhadap status gizi anak umur
6-24 bulan pada keluarga miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Kota Medan

1.4. Hipotesis
Ada pengaruh pola asuh ibu (asuhan pemberian ASI dan makanan, asuhan
praktik kebersihan, asuhan praktik kesehatan rumah) terhadap status gizi anak umur
6-24 bulan pada keluarga miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Kota Medan

1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Meyakinkan masyarakat khususnya ibu tentang potensi diri yang dimilikinya
dengan berperilaku kearah yang positif di dalam pengasuhan anak sehingga
diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya. Memberikan informasi
kepada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita tentang pola asuh yang


baik dalam keluarga yang meliputi asuhan pemberian makan, asuhan perawatan dasar
anak, asuhan higiene dan sanitasi.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai informasi untuk mengambil kebijakan dalam pengelolaan program
gizi khususnya penerapan pola asuh ibu yang baik terhadap balita dalam rangka
penanggulangan masalah kekurangan gizi pada keluarga miskin.
3. Bagi Akademisi
Menjadi ilmu pengetahuan untuk penelitian serta kajian ilmiah tentang pola
asuh ibu yang baik terhadap balita dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak, sehingga anak yang mendapatkan gizi yang cukup sejak dalam kandungan akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak.