Hubungan Pengetahuan Tentang Akreditasi Rumah Sakit Dan Karakteristik Individu Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan Tahun 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).
Sedangkan perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat dinilai dari
kinerjanya. Yang dimaksud kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan.
Yang dimaksud asuhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung berpedoman pada standar dan etika keperawatan,
dalam lingkup dan wewenang tanggung jawab keperawatan.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu
lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka
Universitas Sumatera Utara
keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal
maupun tempat kerjanya.
Menurut Gibson et al. (2003), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang
memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi
dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok
kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan
dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), mengemukakan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “ACHIEVE” yang artinya
Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan),
Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non
material),
Environment
(lingkungan
tempat
kerja
karyawan),
Validity
(pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik hasil
kerja).
2.1.3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam
suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian
kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel)
dengan membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian
kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel
Universitas Sumatera Utara
dan usaha untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. Menurut Certo,
penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa
tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem
manajemen (Ilyas, 2001).
Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang
dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai
tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka,(2)
mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3)
berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya,
disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai
tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka
mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan mereka.
Penelitian terhadap kinerja perawat juga dilakukan oleh Rivai (2000) yang
menemukan ada beberapa tindakan keperawatan dilakukan oleh keluarga pasien
seperti: pemenuhan kebersihan diri, eliminasi dan nutrisi (28%). Pembuatan asuhan
keperawatan masih ada yang dikerjakan sebagian atau belum lengkap yaitu 11%.
Selain itu, 44.2% pasien menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat inap.
Penilaian kinerja perawat bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perawat
sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian
kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek
keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
Universitas Sumatera Utara
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku
pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume
yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2008).
Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu:
a.
Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
b.
Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya
akan
mempengaruhi
atau
mendorong
sumber
daya
manusia
secara
keseluruhannya.
c.
Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan
hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka
tentang prestasinya.
d.
Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan
pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai
tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan
dimasa depan.
e.
Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan
meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
f.
Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan
bawahan.
2.1.4. Indikator Kerja
Indikator
kinerja
adalah
ukuran
kuantitatif
dan
kualitatif
yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (LAN RI,
2000). Indikator kinerja dikategorikan kedalam enam kelompok :
1.
Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yangdibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output.
Indikator ini dapat berupa dana, personil yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan, data/informasi, kebijakan/peraturan perundangan dan sebagainya.
2.
Proses (Process), adalah berbagai aktifitas yang menunjukkan upaya yang
dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini
menggambarkan perkembangan pelaksanaan pengolahan masukan menjadi
keluaran.
3.
Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu yang diharapkan lansung dapat
diperoleh/dicapai dari suatu kegiatan, baik kegiatan berupa fisik maupun non
fisik.
4.
Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa
jauh setiap produk/jasa memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5.
Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outcomes) yang dirasakan
langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses
oleh publik.
6.
Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan
atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap
indikator dalam suatu kegiatan.
Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak lansung dapat
mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan indikator
kinerja
kegiatan
harus
didasarkan
pada
perkiraan
yang
realistis
dengan
memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus
diorganisasikan. Indikator kinerja dimaksud hendaknya : spesifik dan jelas, dapat
diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, tidak
bias (LAN RI, 2000).
2.1.5. Kinerja Keperawatan
Perawat di dalam profesinya fokus dan langsung pada pelayanan orang sakit,
bidang pelayanan keperawatan rumah sakit menerapkan manajemen kegiatan Asuhan
Keperawatan (Askep). Asuhan Keperawatan (Nursing Care) disusun menurut sistem
standar. Di dalam buku Dasar-dasar Keperawatan Profesional (Ali, 2002)
menjelaskan bahwa pekerjaan asuhan keperawatan harus dikendalikan dengan cara
yang identik manajemen POAC di manajemen umum. Disana di bahas mengenai
Renpra (Rencana Keperawatan – Nursing Care Plan), Askep (Asuhan Keperawatan,
Nursing Care), Pencatatan/Dokumentasi Keperawatan pada Rekam Medis dan buku
Universitas Sumatera Utara
pelaporan antar shift kerja dan Evaluasi kerja keperawatan dibantu oleh analisis
angket kepuasan pasien. Masalah Organizing (pegorganisasian) biasanya tidak
menyeluruh melibatkan perawat. Pengorganisasian biasanya hanya dilakukan oleh
pihak pelaku manajemen (sering disebut staf perawat) bekerja sama dengan bagian
sumber daya manusia sehingga masalah tersebut tidak terlalu intensif melibatkan
perawat pelaksana.
Pada masa kegiatan uji akreditasi peningkatan mutu ditingkatkan, tugas-tugas
persiapan dan manajemen Pokja Keperawatan sangat membebani perawat di samping
harus tetap melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Kegiatan uji akreditasi
adalah suatu yang baru terutama pada perawat pemula. Tidak banyak pelatihan
manajemen diajarkan kepada perawat saat masih belajar di akademi. Ketika tamatan
D3 masuk di arena pelayanan rumah sakit, mereka langsung dihadapkan pada
masalah-masalah manajemen dan teorinya.
2.1.6. Evaluasi Kinerja Keperawatan
Dalam atribut Self assessment Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi
2007 (yang menjadi dasar penilaian akreditasi sebelum akhir tahun 2012),
Keperawatan memiliki 23 parameter penilaian, lebih banyak dari 18 parameter
Pelayanan Medis yang diaplikasikan pada pelayanan dokter. Demikian besar peranan
dari para perawat di suatu rumah sakit, sehingga sasaran penelitian ini yaitu seberapa
besar tingkat pengaruh dari kompetensi keperawatan terhadap kinerja mereka di unit
rawat inap rumah sakit, menjadi sangat penting. Efek dari penerapan kebijakan uji
akreditasi, dimana saat perawat di akademi, tidak banyak dipelajari pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
akreditasi, lalu dibebani dengan beban pelajaran sistem manajemen akreditasi pada
masa awal bekerja di rumah sakit adalah satu beban kerja bagi pendatang baru di
profesi keperawatan.
Penilaian hasil kerja yang dibandingkan dengan target awal sebelum memulai
kegiatan pada satu periode adalah pekerjaan evaluasi. Menurut Nursalam (2007)
bahwa penilaian kinerja merupakan alat yang paling penting dapat dipercaya oleh
menejer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas
(Swanburg, 2000). Proses penilian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam
kualitas dan volume yang tinggi. Perawat menejer dapat menggunakan proses
operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing
merencanakan
karir
dan
memberikan
penghargaan
kepada
perawat
yang
berkompeten.
2.1.7. Self Assessment Pokja Keperawatan pada Program Akreditasi 2007
Pada program persiapan uji akreditasi rumah sakit versi 2007, pihak Pokja
(Kelompok Kerja) Keperawatan diberi informasi secukupnya serta dilatih bagaimana
melaksanakan persiapan uji akreditasi khusus tentang Pokja Keperawatan serta
tentang uji akreditasi secara umum di rumah sakit. Untuk kemudahan pada Pokja
Keperawatan diberikan satu set pemandu self assessment dalam bentuk dokumen
untuk dipakai sebagai pemandu proses kerja.
Self assessment Pokja Keperawatan memiliki 7 Standar, sama dengan yang
dimiliki oleh Pokja Yan Med (Pelayanan Medis), Pokja Administrasi Umum
Universitas Sumatera Utara
(Admin), Pokja Instalasi Gawat Darurat dan Pokja Rekam Medis. Sebagai contoh dari
butir pertanyaan pada Standar I Pertanyaan I (S.1.P.1.) : “Ada konsistensi antara misi
falsafah dan tujuan keperawatan yang merupakan acuan petugas melaksanakan
pelayanan keperawatan.”
Tabel 2.1 Standar Pokja Keperawatan
No
1
2
3
4
5
6
7
Standar
Falsafah dan Tujuan
Administrasi dan Pengelolaan
Staf dan Pimpinan
Fasilitas & Peralatan
Kebijakan & Prosedur
Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Jumlah
Jumlah Parameter
(Butir)
1
4
8
3
2
2
3
23
Pedoman Self Assessment adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
dijadikan sebagai nilai apakah suatu Pokja tertentu sudah mencapai nilai layak
standar atau belum layak. Batas kelayakan tersebut berada diantara ≥ 70 % dan ≤ 90
% dari nilai sempurna 100 % .
Pelaksanaan setiap Pokja harus mengikut sertakan seluruh anggota
keperawatan dengan berbagai tugas yang digariskan oleh pihak pimpinan Pokja.
Setiap anggota Pokja Keperawatan berkoordinasi dengan kelompok kelompok kecil
dengan tugas-tugas khusus melaksanakan pemenuhan apa saja yang digariskan
menjadi standar di bagian-bagian keperawatan. Jadi adalah suatu kewajiban bahwa
setiap anggota perawat di rumah sakit yang telah menjalani uji akreditasi, telah
mengkaji ulang apa saja yang harus perawatan lakukan dan kerjakan bila mereka
Universitas Sumatera Utara
ingin dikatakan bekerja secara profesional di bagian keperawatan rumah sakit modern
dan standar.
Perlu diperjelas bahwa setiap perawat dituntut bekerja di rumah sakit menurut
uraian tugas yang ditetapkan oleh supervisor. Asuhan keperawatan (pelayanan
langsung pada pasien) adalah sentral dari pekerjaan mereka sebagai perawat, tetapi
asuhan keperawatan bukan satu-satunya jenis kegiatan para perawat. Di dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang langsung pada pasien, pihak perawat
diperlukan mengerjakan porsi pelayanan-pelayanan yang tidak langsung pada pasien
tetapi kepada pekerjaan lain.
Pekerjaan-pekerjaan yang lain itu misalnya penanggung jawab pada bagian
peralatan di setiap bangsal. Ada juga sebagian perawat yang pada pekerjaan
khususnya adalah melakukan tugas-tugas administratif. Jadi setiap perawat tidak
selalu memiliki tugas-tugas keperawatan yang serupa. Tugas masing-masing mereka
bervariasi diperkaya dengan beberapa tugas pelayanan khusus. Pada akhir dari setiap
periode para perawat mengevaluasi bersama dengan suipervisornya masing-masing
tentang hasil pekerjaan yang mereka capai selama satu periode. Hasil pekerjaan yang
sebelumnya sudah tertulis mendetail di setiap rancangan tugas (job description) yang
juga berisi aneka ragam tugas khusus, dinilai berapa persen telah dapat memenuhi
target kerja. Rasio dari pencapaian dibandingkan dengan target kerja adalah nilai
kinerja yang dapat dicapai oleh setiap perawat dalam setiap periode kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi menurut ensiklopedi nasional adalah suatu bentuk pengakuan
yang diberikan oleh pemerintah untuk suatu lembaga atau institusi. Pasal satu
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417 tahun 2011 tentang
Komisi Akreditasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa Akreditasi rumah sakit adalah
pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen yang
ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar
pelayanan rumah sakit yang berlaku. Untuk sampai kepada pengakuan, rumah sakit
melalui suatu proses penilaian yang didasarkan pada standar nasional perumahsakitan
(Depkes RI, 1996).
Akreditasi rumah sakit mencakup penilaian terhadap terhadap fisik
bangunan, pelayanan kesehatan, perlengkapan, obat-obatan, ketenagaan dan
administrasi. Akreditasi dilakukan sekurang-kurangnya setiap tiga tahun sekali dan
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Penilaian dilakukan berulang dengan interval
yang regular diawali dengan kegiatan kajian mandiri (self assessment) oleh rumah
sakit yang dinilai. Survei akreditasi ini dilakukan oleh badan yang terlegitimasi dan di
Indonesia adalah komite akreditasi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya
(KARS). Sedangkan sertifikasi diberikan oleh dirjen pelayanan medis depkes RI
berdasarkan rekomendasi KARS.
2.2.1. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit
Menurut Depkes RI (1996), tujuan umum dari akreditasi rumah sakit adalah
mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenuhi
Universitas Sumatera Utara
berbagai standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit
dapat dipertanggungjawabkan.
1. Tujuan umum agar kualitas diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem
pelayanan di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a) Memberikan jaminan mutu, kepuasan dan perlindungan kepada masyarakat;
b) Memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang telah menerapkan standar
yang ditetapkan;
c) Menciptakan lingkungan internal yang kondusif untuk penyembuhan sesuai
standar struktur, proses dan outcomes.
2.2.2. Manfaat Akreditasi Rumah Sakit
1) Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical indicator);
2) Peningkatan administrasi dan perencanaan;
3) Peningkatan koordinasi asuhan pasien;
4) Peningkatan koordinasi pelayanan;
5) Peningkatan koordinasi antar staf;
6) Minimalisasi risiko;
7) Penggunaan sumber daya yang lebih efisien;
8) Penurunan keluhan (pasien dan staf);
9) Meningkatnya kesadaran pegawai akantanggungjawabnya;
10) Peningkatan kerjasama dari semua bagian organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Dasar Hukum Akreditasi Rumah Sakit
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan,
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. SK Menkes Nomor 436/93 menyatakan berlakunya Standar Pelayanan Rumah
Sakit dan Standar Pelayanan Medis.
4. SK Dirjen Yanmed Nomor YM.02.03.3.5.2626 Tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan Lainnya.
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain
tinggal menerimanya. Pengetahuan bukan sesuatu yang dapat dipindahkan dari
pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang
belum memiliki pengetahuan tersebut dan manusia juga dapat mengetahui sesuatu
dengan menggunakan inderanya (Budiningsih, 2005).
Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan adalah merupakan penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
Universitas Sumatera Utara
seperti mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya (Taufik, 2007). Berdasarkan
beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah aktivitas
manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tau setelah seseorang melakukan
penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indera penglihatan, indera penciuman, pendengaran, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga dan pengetahuan
merupakan domain kognitif dalam melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2012).
Kraiger (1993) membagi knowledge menjadi dua bagian yang saling
berhubungan, yaitu:
1) Theoritical Knowledge
Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto dan
misi perusahaan serta tugas dan tanggung jawab, informasi-informasi lainnya yang
diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah, universitas) maupun dari
non formal (pengalaman-pengalaman).
2) Practical Knowledge
Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk
memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam
menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan dari
pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman-pengalaman yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima, jadi “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi,
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam
komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dengan menggunakan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
e.
Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu
kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang dan
juga kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
b.
Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Contoh dari media masa kini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
c.
Keterpaparan Informasi
Pengertian informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu arti informasi
juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu tehnik untuk menyiapkan,
mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi sendiri mencakup
data, teks, image, suara, kode, program computer, data bases.Perubahan
definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat
diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita,
serta diteruskan melalui komunikasi.
d.
Pengalaman
Seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya
pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaianpenilaian seseorang terhadap objek tertentu, seseorang dapat memperoleh
pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
Universitas Sumatera Utara
e.
Lingkungan
Belajar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu
dari lingkungan sekitar, lingkungan tersebut-disebut sebagai sumber-sumber
belajar, karena dengan lingkungan tersebut memungkinkan seseorang berubah
menjadi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari
tidak terampil menjadi terampil.
2.4. Karakteristik Individu
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja dari individu, yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan
yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka
dengan organisasi. Kinerja perawat dipengaruhi oleh karakteristik individu berupa
pengetahuan, keterampilan, kapabilitas, sikap dan perilaku
Makmuri (2004) menyebutkan bahwa manusia berperilaku baik ataupun
buruk ditentukan oleh 4 (empat) variabel yaitu: karakteristik biografik, kemampuan,
kepribadian dan proses belajar. Karakteristik biografik pada diri individu dapat
berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga,
pendapatan dan senioritas. Pernyataan ini didukung oleh Hughes (dalam Atkinson,
2004) yang menemukan bahwa faktor karakteristik manusia berupa umur dan jenis
kelamin serta lama kerja mempengaruhi aktivitas bekerja seseorang
Pendapat lain yang dikemukakan Rakhmat (2004), salah satu faktor
situasional yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor - faktor sosial yang di
Universitas Sumatera Utara
dalamnya adalah karakteristik individu dalam populasi berupa usia, kecerdasan, dan
karakteristik biologis. Pendapat ini di dukung oleh Darma (2005), bahwa faktorfaktor karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis
kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja.
2.5. Keperawatan
2.5.1. Pengertian Keperawatan
Definisi keperawatan yang diberikan International Council Of Nurse (1965):
” The nurse is a person who has a complete a programe of a basic nursing education
and is a qualified an authorized in her country to supply the most responsible
nservice of nursing for the promotion of health, prevention of illness, and the care of
the sick” ( Kumar, 2002).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan
baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan
peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang
ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrsi. Perawat di
rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan sehingga
apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil yang dicapai
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja perawat di rumah
sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses pemberian asuhan
keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan keperawatan yang
telah di berikan (hasil asuhan keperawatan) (PPNI, 2002). Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi
dalam
pelayanan
keperawatan
akan
memengaruhi
tingkat
kualitas
dalam
keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari
kinerja perawat, dimana untuk mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga
keperawatan yang berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku (Gillies,
2006).
2.5.2. Pelayanan Keperawatan
Perawat adalah para profesional yang bekerja mengabdikan profesinya pada
pekerjaan merawat kesehatan di institusi ataupun rumah sakit yang menugaskannya.
Menurut Henderson (1980) yang dikutip oleh Ali (2002) bahwa pelayanan
keperawatan (nursing service) adalah upaya untuk membantu individu baik sakit
maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu yang dilayani tersebut
dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan professional.
Para perawat Indonesia Profesional adalah mereka yang telah diakui memiliki
masa pendidikan profesi dari SPR (Sekolah Pengatur Rawat) di masa sebelum tahun
2000 sampai mereka yang berpendidikan minimal D3 keperawatan ataupun
kebidanan, jenjang S1 dan S2 keperawatan. Sebelum direkrut bekerja di suatu
institusi atau rumah sakit bahwa para perawat sudah melalui masa pelatihan yang
terstruktur dan sistematis yang distandarisasi oleh Kementereian Kesehatan di
masing-masing institusi akademi dan universitas yang juga telah diakreditasi.
Sebelum disyahkan menjadi tenaga profesional, para perawat terlebih dahulu diuji
Universitas Sumatera Utara
dalam masalah kompetensi, diberi Sertifikat Tanda Registrasi (STR) dan SIP (Surat
Izin Praktek) keperawatan. Pihak rumah sakit yang merekrut selalu melakukan masa
percobaan kerja (minimal 3 bulan) sebelum para perawat direkrut dan disyahkan
menjadi perawat yang bekerja.
Mutu pelayanan rumah sakit banyak dipengaruhi oleh kinerja para perawat
yang jumlah ketenagaan mereka selalu lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
profesi lain. Pada masa uji akreditasi terdahulu sebelum tahun 2012, Kelompok Kerja
Keperawatan (Pokja Keperawatan) selalu menjadi anggota dari 5 kelompok kerja
dasar yang diutamakan untuk uji akreditasi setiap rumah sakit. Hal ini
menggambarkan bahwa prioritas keberadaan pelayanan keperawatan adalah salah
satu yang paling penting di rumah sakit.
Penugasan para perawat juga terdistribusi ke semua bagian pelayanan, selain
di unit rawat inap, sebagai fakta bahwa ada beberapa anggota keperawatan dialih
tugaskan ke bagian manajemen pelayanan lain karena keahlian mereka. Ada beberapa
tenaga senior keperawatan dialih-tugaskan kebagian manajemen rekam medis
misalnya, karena pengenalan mereka mengindentifikasi tulisan para dokter yang
memang sering sulit dibaca.
Perawat dengan jumlah terbanyak memerlukan suatu sistem pengaturan
manajemen tersendiri dalam struktur organisasi keperawatan dan dalam pengawasan
kepanitian (Komite) keperawatan. Pihak keperawatan sendiri memiliki kepanitiankepanitian (task force) atau komite. Komite-komite itu seperti komite kode etik,
disiplin keperawatan, Gugus Kendali Mutu (GKM), Pengendalian Nosokomial,
Universitas Sumatera Utara
keselamatan pasien di rumah sakit. Komite Diklat mengurusi tentang kebutuhan
pelatihan keterampilan keperawatan ataupun pendidikan berkelanjutan untuk
peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pihak pengembangan sumber daya
manusia memiliki akses yang bermakna terhadap pengembangan sumber daya
manusia kelompok keperawatan.
2.6. Rumah Sakit dan Pelayanan Kesehatan
2.6.1. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah sebutan untuk rumah-sakit, tempat kegiatan
terutama untuk melayani keperluan masyarakat terkait kesehatan ataupun kesakitan,
yang dikelola sepenuhnya untuk pelayanan yang bersifat umum. Arti bersifat umum
adalah tidak hanya melayani penyakit-penyakit kelompok spesialis tertentu saja.
Klasifikasi rumah sakit diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No,
340/Menkes/Per/III/2010 menurut kekhususan lingkup pelayanan. Rumah sakit
umum (general hospital) menyediakan pelayanan diseluruh bidang dan penyakit.
Rumah sakit khusus (specialized hospital) meliputi semua pelayanan khusus pada
suatu bidang spesialisasi, kelompok umur ataupun kelompok pelayanan kesehatan /
penyakit. Semua rumah sakit tersebut kemudian distratifikasi menjadi beberapa kelas
berbasis pada kelengkapan pelayanan,peralatan, fasilitas, infrastruktur, administrasi
dan sistem manajemen.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Pelayanan ini di Indonesia terdiri dari 4 komponen jenis pelayanan yaitu:
(1) Promosi, (2) Pencegahan, (3) Kuratif dan (5) Rehabilitatif. Pelayanan kuratif
secara umum dan khusus dilakukan di rumah sakit melalui 3 pos pelayanan utama
yaitu :
1) Pelayanan gawat darurat,
2) Pelayanan rawat jalan,
3) Pelayanan rawat inap
Pelayanan diagnostic, dan penunjang lain-lain seperti pelayanan gizi dan lainlain adalah pelayanan penunjang yang tidak diperhitungkan sebagai pintu masuk
utama bagi akses pasien ke pelayanan rumah sakit. Registrasi pertama selalu
dilakukan di bagian Rekam Medis (RM) baik di pos registrasi RM ataupun di pos
Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Pelayanan yang paling lengkap di rumah sakit didominasi oleh pelayanan
keperawatan terutama pelayanan di unit rawat inap. Di unit rawat inap para perawat
secara bergantian dalam 3 shift bekerja sepanjang hari dan sepanjang minggu dari
waktu kewaktu. Jadi tepat bila usaha mencermati kinerja keperawatan, maka
pencermatan tersebut dilakukan di lingkungan unit rawat inap keperawatan.
Keperawatan adalah suatu profesi yang distandarisasi oleh pihak Departemen
Kesehatan dalam melakukan pelayanan keperawatan menurut tingkat kompetensi
setiap perawat. Hal ini diterangkan melalui SK Direktur rumah sakit, Surat Tanda
Universitas Sumatera Utara
Registrasi dan Surat Ijin Peraktek oleh pihak Dinas Kesehatan setempat seperti yang
diterangkan pada buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit (2012).
Setiap perawat bekerja di dalam struktur organisasi di mana ia ditempatkan dan wajib
melaksanakan kode etik asosiasi keperawatan serta melaksanakan pelayanan yang
merujuk pada Standar Prosedur Operasional Keperawatan yang disyahkan dan
berlaku di rumah sakit.
2.7. Landasan Teori
Kinerja perawat dalam penelitian ini mengacu kepada tindakan keperawatan
dalam memeberikan pelayanan. Menurut Gibson et al. (2003) ada tiga variabel yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang yaitu: variabel individu, yang meliputi
kemampuan, keterampilan mental, fisik, dan latar belakang keluarga, tingkat sosial,
pengalaman pekerjaan, demografis, umur, etnis. Variabel organisasi meliputi
sumberdaya, kepemimpinan, insentif, struktur dan disain kerja. Sedangkan variabel
psikologis meliputi persepsi, sikap, keperibadian, belajar dan motivasi. Ketiga
variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang akhirnya akan berpengaruh pada
kinerja personel.
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja dari individu yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan
yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka
dengan organisasi. Kinerja perawat dipengaruhi oleh karakteristik individu berupa
pengetahuan, keterampilan, kapabilitas, sikap dan perilaku
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori maka sebagai kerangka konsep penelitian adalah
sebagai berikut:
Variabel Independen
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
Variabel Dependen
Pengetahuan tentang
Akreditasi
Falsafah dan tujuan
Administrasi dan
pengelolaan
Staf dan pimpinan
Fasilitas dan peralatan
Kebijakan dan prosedur
Pengembangan staf dan
program pendidikan
Evaluasi dan pengendalian
Mutu
Kinerja Perawat
Karakteristik Individu
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Status keluarga
Lama kerja
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).
Sedangkan perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat dinilai dari
kinerjanya. Yang dimaksud kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan.
Yang dimaksud asuhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung berpedoman pada standar dan etika keperawatan,
dalam lingkup dan wewenang tanggung jawab keperawatan.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu
lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka
Universitas Sumatera Utara
keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal
maupun tempat kerjanya.
Menurut Gibson et al. (2003), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang
memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi
dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok
kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan
dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), mengemukakan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “ACHIEVE” yang artinya
Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan),
Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non
material),
Environment
(lingkungan
tempat
kerja
karyawan),
Validity
(pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik hasil
kerja).
2.1.3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam
suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian
kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel)
dengan membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian
kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel
Universitas Sumatera Utara
dan usaha untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. Menurut Certo,
penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa
tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem
manajemen (Ilyas, 2001).
Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang
dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai
tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka,(2)
mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3)
berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya,
disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai
tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka
mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan mereka.
Penelitian terhadap kinerja perawat juga dilakukan oleh Rivai (2000) yang
menemukan ada beberapa tindakan keperawatan dilakukan oleh keluarga pasien
seperti: pemenuhan kebersihan diri, eliminasi dan nutrisi (28%). Pembuatan asuhan
keperawatan masih ada yang dikerjakan sebagian atau belum lengkap yaitu 11%.
Selain itu, 44.2% pasien menyatakan kurang puas terhadap pelayanan rawat inap.
Penilaian kinerja perawat bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perawat
sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian
kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek
keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
Universitas Sumatera Utara
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku
pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume
yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2008).
Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu:
a.
Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
b.
Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya
akan
mempengaruhi
atau
mendorong
sumber
daya
manusia
secara
keseluruhannya.
c.
Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan
hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka
tentang prestasinya.
d.
Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan
pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai
tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan
dimasa depan.
e.
Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan
meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
f.
Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan
bawahan.
2.1.4. Indikator Kerja
Indikator
kinerja
adalah
ukuran
kuantitatif
dan
kualitatif
yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (LAN RI,
2000). Indikator kinerja dikategorikan kedalam enam kelompok :
1.
Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yangdibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output.
Indikator ini dapat berupa dana, personil yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan, data/informasi, kebijakan/peraturan perundangan dan sebagainya.
2.
Proses (Process), adalah berbagai aktifitas yang menunjukkan upaya yang
dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini
menggambarkan perkembangan pelaksanaan pengolahan masukan menjadi
keluaran.
3.
Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu yang diharapkan lansung dapat
diperoleh/dicapai dari suatu kegiatan, baik kegiatan berupa fisik maupun non
fisik.
4.
Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa
jauh setiap produk/jasa memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5.
Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outcomes) yang dirasakan
langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses
oleh publik.
6.
Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan
atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap
indikator dalam suatu kegiatan.
Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak lansung dapat
mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan indikator
kinerja
kegiatan
harus
didasarkan
pada
perkiraan
yang
realistis
dengan
memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus
diorganisasikan. Indikator kinerja dimaksud hendaknya : spesifik dan jelas, dapat
diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, tidak
bias (LAN RI, 2000).
2.1.5. Kinerja Keperawatan
Perawat di dalam profesinya fokus dan langsung pada pelayanan orang sakit,
bidang pelayanan keperawatan rumah sakit menerapkan manajemen kegiatan Asuhan
Keperawatan (Askep). Asuhan Keperawatan (Nursing Care) disusun menurut sistem
standar. Di dalam buku Dasar-dasar Keperawatan Profesional (Ali, 2002)
menjelaskan bahwa pekerjaan asuhan keperawatan harus dikendalikan dengan cara
yang identik manajemen POAC di manajemen umum. Disana di bahas mengenai
Renpra (Rencana Keperawatan – Nursing Care Plan), Askep (Asuhan Keperawatan,
Nursing Care), Pencatatan/Dokumentasi Keperawatan pada Rekam Medis dan buku
Universitas Sumatera Utara
pelaporan antar shift kerja dan Evaluasi kerja keperawatan dibantu oleh analisis
angket kepuasan pasien. Masalah Organizing (pegorganisasian) biasanya tidak
menyeluruh melibatkan perawat. Pengorganisasian biasanya hanya dilakukan oleh
pihak pelaku manajemen (sering disebut staf perawat) bekerja sama dengan bagian
sumber daya manusia sehingga masalah tersebut tidak terlalu intensif melibatkan
perawat pelaksana.
Pada masa kegiatan uji akreditasi peningkatan mutu ditingkatkan, tugas-tugas
persiapan dan manajemen Pokja Keperawatan sangat membebani perawat di samping
harus tetap melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Kegiatan uji akreditasi
adalah suatu yang baru terutama pada perawat pemula. Tidak banyak pelatihan
manajemen diajarkan kepada perawat saat masih belajar di akademi. Ketika tamatan
D3 masuk di arena pelayanan rumah sakit, mereka langsung dihadapkan pada
masalah-masalah manajemen dan teorinya.
2.1.6. Evaluasi Kinerja Keperawatan
Dalam atribut Self assessment Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi
2007 (yang menjadi dasar penilaian akreditasi sebelum akhir tahun 2012),
Keperawatan memiliki 23 parameter penilaian, lebih banyak dari 18 parameter
Pelayanan Medis yang diaplikasikan pada pelayanan dokter. Demikian besar peranan
dari para perawat di suatu rumah sakit, sehingga sasaran penelitian ini yaitu seberapa
besar tingkat pengaruh dari kompetensi keperawatan terhadap kinerja mereka di unit
rawat inap rumah sakit, menjadi sangat penting. Efek dari penerapan kebijakan uji
akreditasi, dimana saat perawat di akademi, tidak banyak dipelajari pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
akreditasi, lalu dibebani dengan beban pelajaran sistem manajemen akreditasi pada
masa awal bekerja di rumah sakit adalah satu beban kerja bagi pendatang baru di
profesi keperawatan.
Penilaian hasil kerja yang dibandingkan dengan target awal sebelum memulai
kegiatan pada satu periode adalah pekerjaan evaluasi. Menurut Nursalam (2007)
bahwa penilaian kinerja merupakan alat yang paling penting dapat dipercaya oleh
menejer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas
(Swanburg, 2000). Proses penilian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam
kualitas dan volume yang tinggi. Perawat menejer dapat menggunakan proses
operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing
merencanakan
karir
dan
memberikan
penghargaan
kepada
perawat
yang
berkompeten.
2.1.7. Self Assessment Pokja Keperawatan pada Program Akreditasi 2007
Pada program persiapan uji akreditasi rumah sakit versi 2007, pihak Pokja
(Kelompok Kerja) Keperawatan diberi informasi secukupnya serta dilatih bagaimana
melaksanakan persiapan uji akreditasi khusus tentang Pokja Keperawatan serta
tentang uji akreditasi secara umum di rumah sakit. Untuk kemudahan pada Pokja
Keperawatan diberikan satu set pemandu self assessment dalam bentuk dokumen
untuk dipakai sebagai pemandu proses kerja.
Self assessment Pokja Keperawatan memiliki 7 Standar, sama dengan yang
dimiliki oleh Pokja Yan Med (Pelayanan Medis), Pokja Administrasi Umum
Universitas Sumatera Utara
(Admin), Pokja Instalasi Gawat Darurat dan Pokja Rekam Medis. Sebagai contoh dari
butir pertanyaan pada Standar I Pertanyaan I (S.1.P.1.) : “Ada konsistensi antara misi
falsafah dan tujuan keperawatan yang merupakan acuan petugas melaksanakan
pelayanan keperawatan.”
Tabel 2.1 Standar Pokja Keperawatan
No
1
2
3
4
5
6
7
Standar
Falsafah dan Tujuan
Administrasi dan Pengelolaan
Staf dan Pimpinan
Fasilitas & Peralatan
Kebijakan & Prosedur
Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Jumlah
Jumlah Parameter
(Butir)
1
4
8
3
2
2
3
23
Pedoman Self Assessment adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
dijadikan sebagai nilai apakah suatu Pokja tertentu sudah mencapai nilai layak
standar atau belum layak. Batas kelayakan tersebut berada diantara ≥ 70 % dan ≤ 90
% dari nilai sempurna 100 % .
Pelaksanaan setiap Pokja harus mengikut sertakan seluruh anggota
keperawatan dengan berbagai tugas yang digariskan oleh pihak pimpinan Pokja.
Setiap anggota Pokja Keperawatan berkoordinasi dengan kelompok kelompok kecil
dengan tugas-tugas khusus melaksanakan pemenuhan apa saja yang digariskan
menjadi standar di bagian-bagian keperawatan. Jadi adalah suatu kewajiban bahwa
setiap anggota perawat di rumah sakit yang telah menjalani uji akreditasi, telah
mengkaji ulang apa saja yang harus perawatan lakukan dan kerjakan bila mereka
Universitas Sumatera Utara
ingin dikatakan bekerja secara profesional di bagian keperawatan rumah sakit modern
dan standar.
Perlu diperjelas bahwa setiap perawat dituntut bekerja di rumah sakit menurut
uraian tugas yang ditetapkan oleh supervisor. Asuhan keperawatan (pelayanan
langsung pada pasien) adalah sentral dari pekerjaan mereka sebagai perawat, tetapi
asuhan keperawatan bukan satu-satunya jenis kegiatan para perawat. Di dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang langsung pada pasien, pihak perawat
diperlukan mengerjakan porsi pelayanan-pelayanan yang tidak langsung pada pasien
tetapi kepada pekerjaan lain.
Pekerjaan-pekerjaan yang lain itu misalnya penanggung jawab pada bagian
peralatan di setiap bangsal. Ada juga sebagian perawat yang pada pekerjaan
khususnya adalah melakukan tugas-tugas administratif. Jadi setiap perawat tidak
selalu memiliki tugas-tugas keperawatan yang serupa. Tugas masing-masing mereka
bervariasi diperkaya dengan beberapa tugas pelayanan khusus. Pada akhir dari setiap
periode para perawat mengevaluasi bersama dengan suipervisornya masing-masing
tentang hasil pekerjaan yang mereka capai selama satu periode. Hasil pekerjaan yang
sebelumnya sudah tertulis mendetail di setiap rancangan tugas (job description) yang
juga berisi aneka ragam tugas khusus, dinilai berapa persen telah dapat memenuhi
target kerja. Rasio dari pencapaian dibandingkan dengan target kerja adalah nilai
kinerja yang dapat dicapai oleh setiap perawat dalam setiap periode kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi menurut ensiklopedi nasional adalah suatu bentuk pengakuan
yang diberikan oleh pemerintah untuk suatu lembaga atau institusi. Pasal satu
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417 tahun 2011 tentang
Komisi Akreditasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa Akreditasi rumah sakit adalah
pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen yang
ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar
pelayanan rumah sakit yang berlaku. Untuk sampai kepada pengakuan, rumah sakit
melalui suatu proses penilaian yang didasarkan pada standar nasional perumahsakitan
(Depkes RI, 1996).
Akreditasi rumah sakit mencakup penilaian terhadap terhadap fisik
bangunan, pelayanan kesehatan, perlengkapan, obat-obatan, ketenagaan dan
administrasi. Akreditasi dilakukan sekurang-kurangnya setiap tiga tahun sekali dan
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Penilaian dilakukan berulang dengan interval
yang regular diawali dengan kegiatan kajian mandiri (self assessment) oleh rumah
sakit yang dinilai. Survei akreditasi ini dilakukan oleh badan yang terlegitimasi dan di
Indonesia adalah komite akreditasi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya
(KARS). Sedangkan sertifikasi diberikan oleh dirjen pelayanan medis depkes RI
berdasarkan rekomendasi KARS.
2.2.1. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit
Menurut Depkes RI (1996), tujuan umum dari akreditasi rumah sakit adalah
mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenuhi
Universitas Sumatera Utara
berbagai standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit
dapat dipertanggungjawabkan.
1. Tujuan umum agar kualitas diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem
pelayanan di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a) Memberikan jaminan mutu, kepuasan dan perlindungan kepada masyarakat;
b) Memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang telah menerapkan standar
yang ditetapkan;
c) Menciptakan lingkungan internal yang kondusif untuk penyembuhan sesuai
standar struktur, proses dan outcomes.
2.2.2. Manfaat Akreditasi Rumah Sakit
1) Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical indicator);
2) Peningkatan administrasi dan perencanaan;
3) Peningkatan koordinasi asuhan pasien;
4) Peningkatan koordinasi pelayanan;
5) Peningkatan koordinasi antar staf;
6) Minimalisasi risiko;
7) Penggunaan sumber daya yang lebih efisien;
8) Penurunan keluhan (pasien dan staf);
9) Meningkatnya kesadaran pegawai akantanggungjawabnya;
10) Peningkatan kerjasama dari semua bagian organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Dasar Hukum Akreditasi Rumah Sakit
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan,
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. SK Menkes Nomor 436/93 menyatakan berlakunya Standar Pelayanan Rumah
Sakit dan Standar Pelayanan Medis.
4. SK Dirjen Yanmed Nomor YM.02.03.3.5.2626 Tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan Lainnya.
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain
tinggal menerimanya. Pengetahuan bukan sesuatu yang dapat dipindahkan dari
pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang
belum memiliki pengetahuan tersebut dan manusia juga dapat mengetahui sesuatu
dengan menggunakan inderanya (Budiningsih, 2005).
Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan adalah merupakan penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
Universitas Sumatera Utara
seperti mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya (Taufik, 2007). Berdasarkan
beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah aktivitas
manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tau setelah seseorang melakukan
penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indera penglihatan, indera penciuman, pendengaran, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga dan pengetahuan
merupakan domain kognitif dalam melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2012).
Kraiger (1993) membagi knowledge menjadi dua bagian yang saling
berhubungan, yaitu:
1) Theoritical Knowledge
Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto dan
misi perusahaan serta tugas dan tanggung jawab, informasi-informasi lainnya yang
diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah, universitas) maupun dari
non formal (pengalaman-pengalaman).
2) Practical Knowledge
Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk
memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam
menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan dari
pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman-pengalaman yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima, jadi “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi,
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam
komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dengan menggunakan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
e.
Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu
kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang dan
juga kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
b.
Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Contoh dari media masa kini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
c.
Keterpaparan Informasi
Pengertian informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu arti informasi
juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu tehnik untuk menyiapkan,
mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi sendiri mencakup
data, teks, image, suara, kode, program computer, data bases.Perubahan
definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat
diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita,
serta diteruskan melalui komunikasi.
d.
Pengalaman
Seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya
pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaianpenilaian seseorang terhadap objek tertentu, seseorang dapat memperoleh
pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
Universitas Sumatera Utara
e.
Lingkungan
Belajar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu
dari lingkungan sekitar, lingkungan tersebut-disebut sebagai sumber-sumber
belajar, karena dengan lingkungan tersebut memungkinkan seseorang berubah
menjadi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari
tidak terampil menjadi terampil.
2.4. Karakteristik Individu
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja dari individu, yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan
yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka
dengan organisasi. Kinerja perawat dipengaruhi oleh karakteristik individu berupa
pengetahuan, keterampilan, kapabilitas, sikap dan perilaku
Makmuri (2004) menyebutkan bahwa manusia berperilaku baik ataupun
buruk ditentukan oleh 4 (empat) variabel yaitu: karakteristik biografik, kemampuan,
kepribadian dan proses belajar. Karakteristik biografik pada diri individu dapat
berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga,
pendapatan dan senioritas. Pernyataan ini didukung oleh Hughes (dalam Atkinson,
2004) yang menemukan bahwa faktor karakteristik manusia berupa umur dan jenis
kelamin serta lama kerja mempengaruhi aktivitas bekerja seseorang
Pendapat lain yang dikemukakan Rakhmat (2004), salah satu faktor
situasional yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor - faktor sosial yang di
Universitas Sumatera Utara
dalamnya adalah karakteristik individu dalam populasi berupa usia, kecerdasan, dan
karakteristik biologis. Pendapat ini di dukung oleh Darma (2005), bahwa faktorfaktor karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis
kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja.
2.5. Keperawatan
2.5.1. Pengertian Keperawatan
Definisi keperawatan yang diberikan International Council Of Nurse (1965):
” The nurse is a person who has a complete a programe of a basic nursing education
and is a qualified an authorized in her country to supply the most responsible
nservice of nursing for the promotion of health, prevention of illness, and the care of
the sick” ( Kumar, 2002).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan
baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan
peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang
ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrsi. Perawat di
rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan sehingga
apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil yang dicapai
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja perawat di rumah
sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses pemberian asuhan
keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan keperawatan yang
telah di berikan (hasil asuhan keperawatan) (PPNI, 2002). Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi
dalam
pelayanan
keperawatan
akan
memengaruhi
tingkat
kualitas
dalam
keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator dari
kinerja perawat, dimana untuk mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga
keperawatan yang berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku (Gillies,
2006).
2.5.2. Pelayanan Keperawatan
Perawat adalah para profesional yang bekerja mengabdikan profesinya pada
pekerjaan merawat kesehatan di institusi ataupun rumah sakit yang menugaskannya.
Menurut Henderson (1980) yang dikutip oleh Ali (2002) bahwa pelayanan
keperawatan (nursing service) adalah upaya untuk membantu individu baik sakit
maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu yang dilayani tersebut
dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan professional.
Para perawat Indonesia Profesional adalah mereka yang telah diakui memiliki
masa pendidikan profesi dari SPR (Sekolah Pengatur Rawat) di masa sebelum tahun
2000 sampai mereka yang berpendidikan minimal D3 keperawatan ataupun
kebidanan, jenjang S1 dan S2 keperawatan. Sebelum direkrut bekerja di suatu
institusi atau rumah sakit bahwa para perawat sudah melalui masa pelatihan yang
terstruktur dan sistematis yang distandarisasi oleh Kementereian Kesehatan di
masing-masing institusi akademi dan universitas yang juga telah diakreditasi.
Sebelum disyahkan menjadi tenaga profesional, para perawat terlebih dahulu diuji
Universitas Sumatera Utara
dalam masalah kompetensi, diberi Sertifikat Tanda Registrasi (STR) dan SIP (Surat
Izin Praktek) keperawatan. Pihak rumah sakit yang merekrut selalu melakukan masa
percobaan kerja (minimal 3 bulan) sebelum para perawat direkrut dan disyahkan
menjadi perawat yang bekerja.
Mutu pelayanan rumah sakit banyak dipengaruhi oleh kinerja para perawat
yang jumlah ketenagaan mereka selalu lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
profesi lain. Pada masa uji akreditasi terdahulu sebelum tahun 2012, Kelompok Kerja
Keperawatan (Pokja Keperawatan) selalu menjadi anggota dari 5 kelompok kerja
dasar yang diutamakan untuk uji akreditasi setiap rumah sakit. Hal ini
menggambarkan bahwa prioritas keberadaan pelayanan keperawatan adalah salah
satu yang paling penting di rumah sakit.
Penugasan para perawat juga terdistribusi ke semua bagian pelayanan, selain
di unit rawat inap, sebagai fakta bahwa ada beberapa anggota keperawatan dialih
tugaskan ke bagian manajemen pelayanan lain karena keahlian mereka. Ada beberapa
tenaga senior keperawatan dialih-tugaskan kebagian manajemen rekam medis
misalnya, karena pengenalan mereka mengindentifikasi tulisan para dokter yang
memang sering sulit dibaca.
Perawat dengan jumlah terbanyak memerlukan suatu sistem pengaturan
manajemen tersendiri dalam struktur organisasi keperawatan dan dalam pengawasan
kepanitian (Komite) keperawatan. Pihak keperawatan sendiri memiliki kepanitiankepanitian (task force) atau komite. Komite-komite itu seperti komite kode etik,
disiplin keperawatan, Gugus Kendali Mutu (GKM), Pengendalian Nosokomial,
Universitas Sumatera Utara
keselamatan pasien di rumah sakit. Komite Diklat mengurusi tentang kebutuhan
pelatihan keterampilan keperawatan ataupun pendidikan berkelanjutan untuk
peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pihak pengembangan sumber daya
manusia memiliki akses yang bermakna terhadap pengembangan sumber daya
manusia kelompok keperawatan.
2.6. Rumah Sakit dan Pelayanan Kesehatan
2.6.1. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah sebutan untuk rumah-sakit, tempat kegiatan
terutama untuk melayani keperluan masyarakat terkait kesehatan ataupun kesakitan,
yang dikelola sepenuhnya untuk pelayanan yang bersifat umum. Arti bersifat umum
adalah tidak hanya melayani penyakit-penyakit kelompok spesialis tertentu saja.
Klasifikasi rumah sakit diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No,
340/Menkes/Per/III/2010 menurut kekhususan lingkup pelayanan. Rumah sakit
umum (general hospital) menyediakan pelayanan diseluruh bidang dan penyakit.
Rumah sakit khusus (specialized hospital) meliputi semua pelayanan khusus pada
suatu bidang spesialisasi, kelompok umur ataupun kelompok pelayanan kesehatan /
penyakit. Semua rumah sakit tersebut kemudian distratifikasi menjadi beberapa kelas
berbasis pada kelengkapan pelayanan,peralatan, fasilitas, infrastruktur, administrasi
dan sistem manajemen.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Pelayanan ini di Indonesia terdiri dari 4 komponen jenis pelayanan yaitu:
(1) Promosi, (2) Pencegahan, (3) Kuratif dan (5) Rehabilitatif. Pelayanan kuratif
secara umum dan khusus dilakukan di rumah sakit melalui 3 pos pelayanan utama
yaitu :
1) Pelayanan gawat darurat,
2) Pelayanan rawat jalan,
3) Pelayanan rawat inap
Pelayanan diagnostic, dan penunjang lain-lain seperti pelayanan gizi dan lainlain adalah pelayanan penunjang yang tidak diperhitungkan sebagai pintu masuk
utama bagi akses pasien ke pelayanan rumah sakit. Registrasi pertama selalu
dilakukan di bagian Rekam Medis (RM) baik di pos registrasi RM ataupun di pos
Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Pelayanan yang paling lengkap di rumah sakit didominasi oleh pelayanan
keperawatan terutama pelayanan di unit rawat inap. Di unit rawat inap para perawat
secara bergantian dalam 3 shift bekerja sepanjang hari dan sepanjang minggu dari
waktu kewaktu. Jadi tepat bila usaha mencermati kinerja keperawatan, maka
pencermatan tersebut dilakukan di lingkungan unit rawat inap keperawatan.
Keperawatan adalah suatu profesi yang distandarisasi oleh pihak Departemen
Kesehatan dalam melakukan pelayanan keperawatan menurut tingkat kompetensi
setiap perawat. Hal ini diterangkan melalui SK Direktur rumah sakit, Surat Tanda
Universitas Sumatera Utara
Registrasi dan Surat Ijin Peraktek oleh pihak Dinas Kesehatan setempat seperti yang
diterangkan pada buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit (2012).
Setiap perawat bekerja di dalam struktur organisasi di mana ia ditempatkan dan wajib
melaksanakan kode etik asosiasi keperawatan serta melaksanakan pelayanan yang
merujuk pada Standar Prosedur Operasional Keperawatan yang disyahkan dan
berlaku di rumah sakit.
2.7. Landasan Teori
Kinerja perawat dalam penelitian ini mengacu kepada tindakan keperawatan
dalam memeberikan pelayanan. Menurut Gibson et al. (2003) ada tiga variabel yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang yaitu: variabel individu, yang meliputi
kemampuan, keterampilan mental, fisik, dan latar belakang keluarga, tingkat sosial,
pengalaman pekerjaan, demografis, umur, etnis. Variabel organisasi meliputi
sumberdaya, kepemimpinan, insentif, struktur dan disain kerja. Sedangkan variabel
psikologis meliputi persepsi, sikap, keperibadian, belajar dan motivasi. Ketiga
variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang akhirnya akan berpengaruh pada
kinerja personel.
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja dari individu yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan
yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka
dengan organisasi. Kinerja perawat dipengaruhi oleh karakteristik individu berupa
pengetahuan, keterampilan, kapabilitas, sikap dan perilaku
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori maka sebagai kerangka konsep penelitian adalah
sebagai berikut:
Variabel Independen
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
Variabel Dependen
Pengetahuan tentang
Akreditasi
Falsafah dan tujuan
Administrasi dan
pengelolaan
Staf dan pimpinan
Fasilitas dan peralatan
Kebijakan dan prosedur
Pengembangan staf dan
program pendidikan
Evaluasi dan pengendalian
Mutu
Kinerja Perawat
Karakteristik Individu
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Status keluarga
Lama kerja
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara