Kajian Organologi Instrumen Gonrang sipitu-pitu buatan Bapak Sahat Damanik di Desa Sirpang Dalig Raya Kabupaten Simalungun Chapter III V

BAB III
TEKNIK PEMBUATAN GONRANG SIPITU-PITU

3.1. Bahan Baku Yang Digunakan
Bahan dasar dalam pembuatan gonrang sipitu-pitu yaitu pohon nangka, kulit
kambing, dan rotan. Pada bab ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang bahanbahan baku gonrang sipitu-pitu dan juga akan memaparkan kriteria bahan baku yang
baik untuk gonrang sipitu-pitu.

3.1.1. Pohon Nangka
Pohon nangka adalah salah satu bahan baku yang digunakan untuk membuat
alat musik Simalungun terutama badan gonrang sipitu-pitu, menurut penjelasan
Bapak Sahat Damanik pohon nangka yang digunakan sudah berumur belasan tahun
dan sudah siap untuk dijadikan badan gonrang sipitu-pitu. Selain sebagai badan
gonrang sipitu-pitu, kayu nangka ini juga digunakan sebagai penutup bagian bawah
gonrang sipitu-pitu.
Untuk mendapatkan pohon ini juga memerlukan waktu yang lama, karena
sudah jarang di kampung Sidamanik dan tidak semua warga mau memberikan
pohonnya untuk dibeli dan ditebang.
Tanaman nangka atau dalam bahasa Inggris disebut jackfruit, adalah
tanaman musiman yang berasal dari daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman
nangka dibudidayakan secara luas dan menjadi bahan baku makanan popular di

Negara-negaratropis, bahkan di Negara Bangladesh, nangka menjadi buah Nasional.
Nama ilmiah atau nama latin nangka adalah Artocarpus heterophyllus Lam.
Bentuk dari susunan tubuh luar atau morfologi tanaman nangka terdiri dari akar,

Universitas Sumatera Utara

batang, daun, bunga, buah dan biji. Pohon nangka umumnya berukuran sedang,
sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat
silindris, sampai berdiameter sekitar 80 cm.

Gambar 2. Batang nangka yang telah dipotong sesuai ukuran gonrang sipitupitu

3.1.1.1. Beberapa Manfaat Lain Yang Dapat Diambil Dari Pohon Nangka
1. Buah nangka
Nangka merupakan tanaman yang menghasilkan buah. "Daging buah" yang
matang seringkali dimakan dalam keadaan segar, dicampur dalam es, dihaluskan
menjadi minuman (jus), atau diolah menjadi aneka jenis makanan daerah: dodol
nangka, kolak nangka, selai nangka, nangka-goreng-tepung, keripik nangka, dan
lain-lain. Nangka juga digunakan sebagai pengharum es krim dan minuman,
dijadikan madu-nangka, konsentrat atau tepung. Biji nangka, dikenal sebagai

"beton", dapat direbus dan dimakan sebagai sumber karbohidrat tambahan.

Universitas Sumatera Utara

2. Biji nangka
Biji nangka juga bisa dijadikan satu dengan masakan kolak nangka. Nangka
maupun biji nangka juga bisa digabung dengan masakan kolak pisang atau buah
sukun. Biji nangka juga bisa dijadikan tepung. Biji nangka yang direbus secara
terpisah atau tidak diikutkan dalam masakan kolak, dapat dimakan seperti
halnya kita makan singkong. Biji nangka bisa juga dimasak dengan cara
digoreng.
3. Buah nangka muda
Buah nagka muda sangat digemari sebagai bahan sayuran. Di Sumatera,
terutama di Minangkabau, dikenal masakan gulai cubadak (gulai nangka). Di
Jawa Barat buah nangka muda antara lain dimasak sebagai salah satu bahan
sayur asam. Di Jawa Tengah dikenal berbagai macam masakan dengan bahan
dasar buah nangka muda (disebut gori), seperti sayur lodeh, sayur megana,
oseng-oseng gori, dan jangan gori (sayur nangka muda). Di Jogyakarta nangka
muda terutama dimasak sebagai gudeg. Sementara di seputaran Jakarta dan Jawa
Barat, bongkol bunga jantan (disebut babal atau tongtolang) kerap dijadikan

bahan rujak.
4. Daun nangka
Daun-daun nangka merupakan pakan ternak yang disukai kambing, domba
maupun sapi. Kulit batangnya yang berserat, dapat digunakan sebagai bahan tali
dan pada masa lalu juga dijadikan

3.1.1.2. Ekologi dan Ragam Jenis Tanaman Nangka
Nangka tumbuh dengan baik di iklim tropis sampai dengan lintang 25˚ utara
maupun selatan, walaupun diketahui pula masih dapat berbuah hingga lintang
˚. 30

Universitas Sumatera Utara

Tanaman ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di
mana musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran terhadap udara
dingin, kekeringan dan penggenangan.
Pohon nangka yang berasal dari biji, mulai berbunga pada umur 2-8 tahun.
Sedangkan yang berasal dari klon mulai berbunga di umur 2-4 tahun. Di tempat yang
cocok, nangka dapat berbuah sepanjang tahun. Akan tetapi di Thailand dan India
panen raya terjadi antara Januari – Agustus, sementara di Malaysia antara April –

Agustus atau September – Desember.
Varian nangka amat banyak jenisnya, baik dengan melihat perawakan pohon
dan bagian-bagian tanamannya, rasa dan sifat-sifat buahnya, maupun sifat-sifat yang
tak mudah dilihat seperti kemampuan tumbuhnya terhadap variasi-variasi lingkungan.
Dari segi sifat-sifat buahnya, umum mengenal dua kelompok besar yakni:


nangka bubur (Indonesia dan Malaysia), yang disebut pula sebagai khanun
lamoud (Thailand), vela (Srilangka) atau koozha chakka (India selatan);
dengan daging buah tipis, berserat, lunak dan membubur, rasanya asam manis,
dan berbau harum tajam.



nangka salak (Ind.), nangka belulang (Mal.), khanun nang (Thai), varaka
(Srilangka), atau koozha pusham (India selatan); dengan daging buah tebal,
keras, mengeripik, rasa manis agak pahit, dan tak begitu harum.

3.1.2. Kulit Kambing
Menurut Bapak Rosul Damanik kulit kambing yang baik untuk digunakan

sebagai membran gonrang sipitu-pitu adalah kambing yang usianya haruslah minimal
3 tahun, tidak adanya penyakit di tubuh (tidak cacat fisik) dan berjenis kelamin

Universitas Sumatera Utara

jantan, karena memiliki ketahanan kulit yang sudah kuat dan agar tidak mudah rusak
pada saat dimainkan. Selain itu kulit kambing juga digunakan sebagai tali-tali pada
gonrang sipitu-pitu.
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang.
Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara
alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan
Eropa. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk
pada kambing jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai janggut, dahi
cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berambut lurus dan kasar. Panjang
tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter - 1,4 meter, sedangkan
ekornya 12 sentimeter - 15 sentimeter. Bobot yang betina 50 kilogram - 55 kilogram,
sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram.

Gambar 3. Kulit kambing yang akan menjadi membran gonrang sipitu-pitu


Universitas Sumatera Utara

3.1.2.1. Beberapa Manfaat Lain Yang Dapat Diambil Dari Kambing
1. Daging Kambing
Daging kambing bisa dibuat menjadi berbagai menu masakan yang lezat dan
menggugah selera. Selain rasanya yang lezat, daging kambing juga banyak
mempunyai manfaat dan khasiat. Makan daging kambing dipercaya bisa
meningkatkan tekanan darah, sehingga pada orang yang mempunyai tekanan
darah rendah sangat dianjurkan untuk mengonsumsi sate kambing. Daging
kambing merupakan salah satu sumber zat besi, vitamin B, kolin, dan selenium
terbaik. Vitamin B akan membantu tubuh membakar lemak, sedangkan kolin
dan selenium mampu menangkal kanker. Setiap 100 gram daging kambing
memiliki kandungan 154 kalori, 9,2 mg lemak, 3,6 mg lemak. Daging kambing
juga dipercaya bisa meningkatkan potensi seksualitas kaum pria. Untuk yang
ini, yang paling banyak diburu oleh kaum pria adalah bagian torpedo kambing.
Selain bagian torpedo, empedu kambing juga dipercaya berkhasiat untuk
meningkatkan kemampuan seksualitas. Hanya saja jika torpedo kambing
dikonsumsi dengan dimasak/disate, maka untuk empedu kambing harus ditelan
mentah-mentah.
2. Susu kambing

Berikut ini adalah sedikit informasi mengenai manfaat dan khasiat minum susu
kambing bagi kesehatan tubuh sebagaimana yang dikutip dari laman
Magforwoman:
1. Mengandung asam lemak esensial
Susu kambing memiliki 35 persen asam lemak bila dibandingkan dengan
17 persen dalam susu sapi. Nutrisi dalam susu kambing lebih sehat dan
lebih baik dikonsumsi mentah bahkan bagi seseorang yang tidak toleran

Universitas Sumatera Utara

dengan lakotosa. Susu kambing bisa menurunkan tingkat kolesterol dan
bekerja lebih baik bagi yang memiliki masalah usus. Asam lemak
antimikroba seperti asam kaprilat dan kaprat ditemukan melimpah dalam
susu kambing.
2. Memiliki anti-inflamasi alami
Susu kambing dihomogenkan secara alami, dan gelembung-gelembung
lemak dalam susu dengan mudah memisahkan diri atau jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan susu sapi. Dengan kondisi tersebut, membuat
pencernaan menjadi mudah serta gampang diserap tubuh. Orang dengan
masalah usus menemukan jawaban yang efektif untuk mengatasi penyakit

radang usus. Sifat probiotik dalam susu kambing mengdorong sistem
pencernaan berkembang dengan baik.
3. Menenangkan sistem pencernaan
Susu kambing bekerja cemerlang bagi yang sedang pengobatan maag. Tak
ada protein kompleks dalam susu kambing yang membuat risiko alergi
berkurang dibandingkan susu sapi. Susu kambing memiliki kemampuan
untuk menenangkan saluran pencernaan dan memuaskan rasa lapar lebih
efektif untuk anak-anak.
4. Bertindak sebagai agen metabolik
Penelitian dan studi yang dilakukan mengungkapkan susu kambing
meningkatkan kemampuan untuk memetabolisme zat besi dan tembaga,
khususnya pada orang yang memiliki penyerapan dan pencernaan terbatas.
5. Menghindari penumpukan lendir
Ribuan orang melaporkan susu sapi membuat alergi dan rentan terhadap
pernapasan. Susu kambing merupakan alternatif untuk mengobatinya.

Universitas Sumatera Utara

Lemak yang tinggi dalam susu sapi merupakan alasan penumpukan lendir.
Gelembung-gelembung


lemak

dalam

susu

kambing

setidaknya

sepersembilan yang hadir pada susu sapi. Karena itu, iritasi di usus bisa
dihindari.
6. Kaya kalsium
Orang mengonsumsi susu sapi untuk meningkatkan asupan kalsium dan
mencegah keropos tulang, susu kambing di sisi lain juga sangat kaya akan
kalsium dan asam amino triptofan.

3.1.2.2. Jenis-jenis Kambing
1. Kambing kacang

Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali
dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang
jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56
sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang
yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berrambut lurus dan
pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang
pendek.
2. Kambing etawah
Kambing etawah didatangkan dari India yang disebut kambing
Jamnapari. Badannya besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter
hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter.
Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya

Universitas Sumatera Utara

mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi
dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek.
Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
Keturunan silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal
dikenal sebagai sebagai kambing "Peranakan Etawah" atau "PE".

Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif
terhadap lingkungan lokal Indonesia.
3. Kambing Peranakan Etawah
Kambing peranakan etawah (PE) merupakan hasil kawin silang antara
kambing kacang dengan kambing etawah yang mempunyai sifat
mendekati kambing etawah dan sebagiannya mendekati sifat kambing
kacang. Ciri khas dari Kambing Peranakan Etawa atau PE adalah pada
bentuk mukanya yang cembung, bertelinga panjang yang mengglambir,
postur tubuh tinggi. kambing PE memiliki lama kebuntingan 148,87 hari,
siklus birahi 23 hari, angka kawin per kebuntingan 1,95
4. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara
kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri
separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang.
Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.edo
5. Kambing Saanen
Kambing Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan
maupun betinanya tidak memliki tanduk. Warna rambutnya putih atau

Universitas Sumatera Utara

krem pucat. Hidung, telinga dan kambingnya berwarna belang hitam.
Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak.
Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu.
6. Kambing Saburai
Kambing saburai adalah kambing persilangan antara kambing peranakan
etawa dengan kambing boer. kambing ini banyak ditemui di Kabupaten
Tanggamus - Lampung. di daerah lain, kambing ini juga dinamai dengan
nama kambing boerawa.

3.1.3. Rotan
Rotan yang dipakai juga tidak menggunakan rotan yang sembarangan,
menurut Bapak Rosul Damanik rotan yang dipakai haruslah kuat agar tidak mudah
putus atau renggang. Karena jika nantinya tali mudah putus atau renggang juga akan
mempengaruhi bunyi yang dihasilkan dan kerusakan pada kulit kambing yang
digunakan sebagai tempat menghasilkan bunyi yang akan dikeluarkan.
Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki
habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak
Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di
bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga
Salacca ( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang
tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan.
Batang rotan biasanya langsing, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan
banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi
sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena

Universitas Sumatera Utara

rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Satu batang rotan dapat mencapai panjang
ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan
sebagai cara bertahan hidup di alam bebas.

Gambar 4. Rotan untuk pengikat gonrang sipitu-pitu

3.2. Alat dan Bahan Pembuatan Gonrang Sipitu-pitu
Alat-alat yang digunakan untuk membuat instrumen gonrang sipitu-pitu,
berdasarkan pengamatan penulis terdiri dari:
1. Pukkor (bor),
2. Pukkon (pahat),
3. Pahat Panjang,
4. Pahat Besar,
5. Kikir,
6. Martil Besi,
7. Pisau,
8. Parang

Universitas Sumatera Utara

9. Tuhil (Pahat Besi),
10. Gergaji,
11. Busur (Jangka) dan pensil
12. Besi lurus
13. Kayu bakar, korek api, kipas angin
14. Amplas (kertas pasir)
15. Kuas, anti rayap dan cat
16. Paku
17. Lem
18. Gunting

3.2.1. Pukkor (Bor) Berbentuk
Pukkor (Bor) berbentuk “T lurus” berguna untuk melobangi (membor) awal
badan gonrang sipitu-pitu.

Gambar 5. Pukkor (bor) berbentuk “T”

Universitas Sumatera Utara

3.2.2. Pukkon (Pahat Besi)
Pukkon (Pahat Besi) berguna untuk membentuk bibir akhir gonrang siduadua.

Gambar 6. Pukkon (pahat besi)

3.2.3. Pahat Panjang
Pahat Panjang berguna untuk mengambil lubang yang melingkar didalam
badan gonrang sipitu-pitu.

Gambar 7. Pahat panjang

Universitas Sumatera Utara

3.2.4. Pahat Besar
Pahat Besar berguna untuk melubangi lambung dan membersihkan bagian
badan dalam gonrang sipitu-pitu.

Gambar 8. Pahat besar

3.2.5. Kikir
Kikir berguna untuk menghaluskan badan gonrang sidua-dua.

Gambar 9. Kikir

Universitas Sumatera Utara

3.2.6. Martil Besi
Martil Besi berguna untuk memukul pahatdan memakukan paku.

Gambar 10. Martil besi

3.2.7. Pisau
Pisau berguna untuk menghaluskan dinding (mambar-bar).

Gambar 11. Pisau

Universitas Sumatera Utara

3.2.8. Parang
Parang berguna untuk mengawali bentuk dan sebagai pembersih di sekitaran
pohon pada saat pengambilan badan gonrang sipitu-pitu dan juga untuk membentuk
pinggol-pinggol gonrang sipitu-pitu.

Gambar 12. Parang

3.2.9. Tuhil (Pahat Besi)
Tuhil (Pahat Biasa) berguna untuk meratakan bibir gonrang sipitu-pitu.

Gambar 13. Tuhil (pahat besi)

Universitas Sumatera Utara

3.2.10. Gergaji
Gergaji berguna untuk memotong kayu yang akan dijadikan badan gonrang
sipitu-pitu. Juga berfungsi untuk memotong tiang penyangga dan kaki penyangga
gonrang sipitu-pitu.

Gambar 14. Gergaji

3.2.11. Busur (Jangka) dan Pensil
Busur (Jangka) berguna untuk membuat “titik koordinat” lingkaran gonrang
sipitu-pitu. Namun dalam hal ini, Bapak Sahat Damanik mengatakan bahwa busur
yang digunakan adalah busur buatan Bapak Sahat sendiri, yaitu dibuat dari bambu dan
busur tersebut dibagi menjadi tujuh bagian sesuai ukuran ke tujuh gonrang tersebut.
Sedangkan pensil untuk memberi tanda kepada setiap ukuran yang telah ditentukan.

Gambar 15. Busur buatan Bapak Sahat Damank

Universitas Sumatera Utara

3.2.12. Besi lurus
Besi lurus yang dimaksud adalah besi dengan ukuran diameter 7 mm. Salah
satu ujung besi ini diberi pelindung dari bamboo untuk melindungi tangan dari panas.
Besi ini bberguna untuk melubangi penutup bagian bawah gonrang sipitu-pitu.

Gambar 16. Besi lurus

3.2.13. Kayu Bakar, Korek Api dan Kipas Angin
Kayu bakar ini nantinya berfungsi untuk memanaskan besi yang akan
melubangi penutup bagian bawah gonrang sipitu-pitu. Kayu bakar ini nantinya
dibakar dan pada saat kayu bakar sudah menjadi panas membara maka besi letakkan
di atas kayu tersebut sampai besi tersebut merah membara. Untuk mempercepat
proses pengapian serta membuat bara terus menyala, Bapak Sahat Damanik
menggunakan kipas angin.

3.2.14. Amplas (kertas pasir)
Amplas ini berfungsi untu menghaluskan sisi bagian luar gonrang sipitupitu.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 17. Amplas (kertas pasir)

3.2.15. Paku
Paku yang digunakan pada pembuatan gonrang sipitu-pitu adalah paku
dengan ukuran 2 cm. paku ini nantinya berfungsi untuk menyatukan penutup bagian
bawah gonrang dengan sisi bagian bawah gonrang, dan juga untuk menyatukan
pebutup lapisan kedua dan ketiga bagian bawah gonrang.
Selain itu, paku jugaa berfungsi padaasaat pemasangan membran ke sisi
bagian atas gonrang, yaitu dengan memakukukan membran gonrang ke badan
gonrang agar proses pemasangan membran lebih gampang.

Gambar 18. Paku ukuran 2 cm

Universitas Sumatera Utara

3.2.16. Gunting
Gunting yang digunakan pada prosespembuatan gonrang sipitu-pitu adalah
gunting yang tajam dan tebal. Gunting ini nantinya berfungsi untuk memotong kulit
kambing yang akan dijadikan membran gonrang sipitu-pitu.

Gambar 29. Gunting

3.2.17. Lem Kayu
Penggunaan lem kayu tidaklah terlalu banyak. Lem ini hanya digunakan
untuk menempelkan penutup bagian bawah gonrang ke sisi gonrang bagian bawah.
Disamping itu lem ini juga berguna untuk menutup ruang udara dari sisi bagian
bawah gonrang.

3.2.18. Kuas, Anti Rayap dan Cat
Kuas yang digunakan adalah kuas dengan ukuran sedang. Kuas ini berfungsi
untuk mengoleskan anti rayap dan cat ke sisi bagian luar gonrang sipitu-pitu.
Kegunaan anti rayap ini adalah untuk melindungi gonrang sipitu-pitu dari serangan
rayap. Dan cat yang akan dioleskan pada gonrang sipitu-pitu buatan Bapak Sahat
Damanik adalah cat warna coklat muda.

Universitas Sumatera Utara

3.3. Proses Pembuatan Gonrang Sipitu-pitu
Oleh karena proses pembuatan gonrang sipitu-pitu adalah sama, maka pada
tulisan ini penulis hanya memaparkan proses pembuatan satu buah gonrang saja.
Pembuatan gonrang sipitu-pitu oeh Bapak Sahat Damanik masih dengan cara sangat
sederhana, semua teknik pengerjaan gonrang sipitu-pitu tersebut mulai dari bahan
baku sederhana yang digunakan, dan dikerjakan dengan alat-alat dan teknik yang
sederhana dengan menggunakan tangan tanpa bantuan mesin ataupun alat elektronika.
Dan dalam pembuatannya juga memerlukan waktu minimal 3 (tiga) bulan,
dikarenakan penjemuran kulit gonrang sipitu-pitu yang menggunakan uapan panas
matahari selama 1 (satu) bulan. Dan beberapa bulan selebihnya melakukan proses
pembuatan konstruksi gonrang sipitu-pitu lainnya, seperti memotong (melubangi)
kayu menjadi badan gonrang sipitu-pitu memotong kulit sesuai besarnya membran,
mengatur besaran lubang sesuai suara yang akan dihasilkan, mengikat rotan pada
kedua sisi, dan penjemuran pada uapan panas matahari selama 3 (tiga) minggu.
Di sisi lain, proses pembuatan gonrang sipitu-pitu memerlukan waktu yang
cukup lama dan memerlukan penangangan yang ekstra (dalam arti memerlukan
kefokusan dalam pembuatan) agar tidak terjadi kesilapan yang membuat semuanya
harus diulang dari awal. Berikut ini penulis akan memaparkan proses pembuatan
gonrang sipitu-pitu dari penebangan pohon nangka sampai menjadi gonrang sipitupitu.

3.3.1. Proses Pencarian dan Penjemuran Kulit Kambing
Proses pencarian kulit kambing menurut Bapak Sahat Damanik sering
mengalami kendala dikarenakan tidak banyak orang yang memotong kambing yang
sudah tua. Usia kambing juga haruslah minimal 3 tahun, tidak adanya penyakit di

Universitas Sumatera Utara

tubuh (tidak cacat fisik) dan berjenis kelamin jantan, karena memiliki ketahanan kulit
yang sudah kuat dan agar tidak mudah rusak pada saat dimainkan. Apabila si sekitar
desa Dalig Raya tidak ditemukan kulit kambing, Bapak Sahat Damanik terkadang
memesan ke rumah potong yang ada di Pematang Siantar atau Tebing Tinggi.

Gambar 20. Kulit kambing yang telah dikeringkan
Proses pembuatan kulit kambing ini juga memerlukan waktu yang lama,
karena haruslah dicuci dengan air tawar yang bersih dan setelah itu dijemur di suatu
ruangan yang berdinding kayu agar matahari yang masuk hanya uap nya saja. Jika
panas mataharinya yang langsung mengenai kulit, maka terjadinya kelapukan pada
kulit. Maka dari itu hanya dengan uap mataharinya saja dan memerlukan waktu
minimal 1 (satu) bulan. Menurut Beliau proses penjemuran memerlukan waktu 1
(satu) bulan, karena haruslah sampai “lembek” ditarik oleh rotan. Tetapi lembek
tersebut juga tidak mudah putus, lembek dimaksud yang sudah kering dengan
menggunakan uap. Jika dengan matahari pastilah akan keras dan tidak baik digunakan
sebagai membran kulit gonrang sipitu-pitu. Pada saat proses penjemuran juga Bapak
Sahat Damanik membubuhkan abu padi kebagian dalam kulit kambing.hal ini

Universitas Sumatera Utara

berguna untuk mengurangi aroma bau tidak sedap dan mempercepat proses
pembusukan sisa daging yang masih melekat pada kulit kambing.

3.3.2. Proses Penebangan Pohon Nangka
Berikut adalah bentuk badan gonrang sipitu-pitu setelah ditebang dan siap
untuk dibuat untuk menjadi alat musik gonrang sipitu-pitu. Bahan yang digunakan
untuk menebang dan memotong kayu masih sederhana yaitu parang, gergaji dan pisau
besar.

Gambar 21. Batang nangka yang telah tebang
Badan pohon yang diambil yaitu pada bagian bawahnya, karena masih
memiliki ketahanan fisik yang kuat. Menurut Bapak Sahat Damanik, ukuran yang
diambil untuk dijadikan badan gonrang sipitu-pitu yaitu 2 jengkal jari orang dewasa,
tetapi itu pun sesuai permintaan oleh si “konsumen”.

3.3.3. Proses Pengukuran Gonrang sipitu-pitu
Tahap awal sebelum batang nangka dilubangi adalah mengukur diameter
pada batang nangka sesuai dengan ukuran ke tujuh gonrang. Peralatan yang

Universitas Sumatera Utara

dibutuhkan pada tahap ini adalah pensil atau pulpen, sebilah bambu yang sudah di
bentuk menjadi menyerupai busur. Sebelum dilakukan pengukuran, batang nangka
sudah dipotong sesuai dengan ukuran gonrang sipitu-pitu.

Gambar 22. Proses pengukuran diameter gonrang sipitu-pitu.
Jika kita perhatikan dari gambar di atas, bambu dibentuk menjadi busur
dengan 7 (tujuh) ukuran sesuai dengan ukuran gonrang dari yang terkecil sampai
yang terbesar. Kemudian busur tersebut dipakukan tepat di titik tengah batang nangka
yang akan menjadi bagian atas gonrang. Selanjutnya menarik garis lingkar sesuai
masing-masing ukuran gonrang.

3.3.4. Proses Melubangi Kedua Sisi Gonrang Sipitu-pitu Untuk Membuat
Resonator
Proses melubangi pada sisi kayu nangka memerlukan waktu yang lama dan
tenaga yang ekstra, karena masih menggunakan alat sederhana, yaitu pukkor (bor)
berbentuk “T”. Pada proses ini, batang nangka masih dalam keadaan utuh (belum
dibentuk) dan pada saat proses pemboran tidak boleh sampai menembus bagian
bawah batang nangka. Hal ini berguna untuk menghindari resiko pecah atau retak

Universitas Sumatera Utara

pada saat proses pembuatan resonator dan proses selanjutnya. Setiap badan gonrang
bagian atas dan bawah akan dibor dari kedua sisi sampai tembus.

Gambar 23. Melubangi Batang Kayu untuk Membuat Resonator

3.3.5. Proses Pembentukan Badan Gonrang sipitu-pitu
Menurut Bapak Sahat Damanik, setelah dilakukan proses pemboran, maka
proses selanjutnya adalah membentuk batang nangka menjadi bentuk silinder.
peralatan yang digunakan oleh Bapak Sahat Damanik masih sangat sederhana, yaitu
dengan menggunakan parang. Parang yang digunakan haruslah tajam. Pada proses ini
sangat membutuhkan kesabaran dan harus focus. Untuk menghindari kerusakan harus
hati-hati dan tidak boleh terlalu kuat mengayunkan parang.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 24. Proses pembentukan gonrang sipitu-pitu.

3.3.6. Proses Pembuatan Lubang Resonator
Bapak Sahat Damanik mengatakan tahap ini adalah tahap yang paling sering
terjadi kesalahan sehingga sering terjadi kerusahan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
kesabaran dan penuh kehati-hatian. Tenaga yang dikeluarkan sangatlah banyak dan
yang sering sakit itu ialah bahu pada bagian tubuh kita. Kendala yang sering didapati
yaitu seringnya melenceng dari garis dan titik koordinat yang sudah dibuat.

Gambar 25. Resonator Gonrang Sipitu-pitu

Universitas Sumatera Utara

Menurut Bapak Sahat Dam anik dalam proses melubangi kedua sisi gonrang
sipitu-pitu yaitu dengan membersihkan badan gonrang dengan menggunakan pisau,
setelah itu dilanjutkan dengan membuat titik koordinat agar dalam mengkikis dari sisi
atas ke bawah tidak melenceng dan haruslah berputar, karena itu nantinya juga akan
bepengaruh dengan nada yang dihasilkan dalam “resonator” (ruang penggetar suara).
Setelah dilubangi, bagian dalam gonrang haruslah dibersihkan juga dengan memakai
alat kikir dan pahat, agar nada yang dihasilkan pun bisa bersih (baik). Pada proses ini
Bapak Sahat Damanik biasanya membutuhkan waktu dua hari untuk menyelesaikan
satu buah lubang resonator gonrang sipitu-pitu.

3.3.7. Proses Pembuatan Penutup Bagian Bawah Gonrang sipitu-pitu
Pada pembahasan sebelumnya, penulis telah menuliskan bahwa penutup
bagian bawah gonrang sipitu-pitu mempunyai 3 (tiga) lapisan. Pada tahap ini
peralatan yang dibutuhkan adalah kayu nangka, gergaji, martil besi, paku, lem, besi
lurus, kayu bakar kipas angin, dan pengapian.
Untuk penutup lapisan pertama dan kedua, kayu nangka dipotong setebal 2
cm berbentuk lingkaran. Ukuran lapisan ini sesuai dengan besar diameter gonrang
bagian bawah. Tahap berikutnya adalah mengoleskan lem kayu ke sisi bagian atas
penutup dan juga disekitar sisi bagian bawah gonrang. Hal ini berfungsi untuk
menjaga gaung atau gema resonator gonrang sipitu-pitu. Setelah dioles, selanjutnya
melengketkan penutup tersebut ke badan gonrang bagian bawah. Setelah itu pelapis
tersebut dipakukan agar lebih kuat.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 26. Penutup bagian bawah gonrang sipitu-pitu pertama
Tahap berikutnya adalah pembuatan penutup lapisan kedua gonrang sipitupitu. Tahap ini diawali dengan memanaskan besi di pengapian. Tujuannya adalah
untuk melubangi kayu penutup bagian bawah gonrang yang nantinya berfungsi
sebagai tempat pengait atau pengikat gonrang. Untuk membantu proses pemanasan
besi Bapak Sahat Damanik menggunakan kipas angin sebagai sumber udara pada
proses pengapian. Pada saat besi dipanaskan, selanjutnya adalah menggergaji batang
nangka setebal 2,7 cm dengan diameter sesuai dengan besarnya diameter gonrang
bagian atas. Kemudian diberi tanda sebanyak 12 titik di setiap sisi penutup. Setelah
besi panas lalu kedua belas titik tadi dilubangi dengan menggunakan besi panas.
Untuk mempermudah proses pelubangan kayu penutup, Bapak Sahat Damanik
menggunakan 5 (lima) buah besi lurus dengan ukuran yang sama. Dalam hal ini,
penggunaan besi panas ini juga dilakukan untuk menghindari keretakan atau pecah
pada penutup bagian bawah. Karena apabila menggunakan bor banyak kemungkinan
untuk pecah atau retak.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 27. Penutup bagian bawah gonrang sipitu-pitu kedua
Setelah penutup lapisan kedua selesai maka tahap selanjutnya adalah
membuat penutup lapisan ketiga. Penutup lapisan ketiga sama dengan lapisan
pertama. Hanya saja lapisan ketiga dipakukan kelapisan kedua dan tidak menutupi
kedua belas lubang yang ada pada penutup lapisan kedua.

Gambar 28. Penutup bagian bawah gonrang sipitu-pitu kedua dan ketiga

3.3.8. Proses Pembuatan Pengikat Gonrang sipitu-pitu
Setelah penutup bagian bawah selesai, langkah berikutnya adalah membuat
pengikat gonrang. Pengikat gonrang sipitu-pitu terbuat dari rotan. Untuk membuat
pengikat satu buah gonrang dibutuhkan rotan sepanjang 13 – 15 meter.
Tahap pertama pada proses ini adalah dengan membersikan rotan dari duriduri atau kotoran lainnya. Kemudian rotan dimasukkan ke dalam lubang penutup
lapisan kedua secara melingkar atau mengikuti lubang yang ada. Rotan akan

Universitas Sumatera Utara

dimasukkan sebanyak dua kali sampai membentuk 12 ruas atau 6 ruang. Kemudian
Rotan tersebut nantinya diplintir dan diakhiri dengan memasukkan rotan ke antara
rotan yang telah dirajut tadi sampai mengelilingi badan gonrang. Berikut ini adalah
gambar dari hasil pembuatan pengikat gonrang oleh Bapak Sahat Damanik.

Gambar 29. Hasil pembuatan pengikat gonrang sipitu-pitu

3.3.9. Proses Pembuatan Pinggol-pinggol Gonrang sipitu-pitu
Proses ini tidaklah membutuhkan waktu yang lama,akan tetapi harus berhatihati karena resiko terkena pisau sangatlah tinggi. Pinggol-pinggol gonrang sipitu-pitu
terbuat dari bambu. Pinggol-pinggol ini nantinya akan dipasangkan ke sisi membran
yang akan dipasang.

3.3.10. Proses Pemasangan Membran Gonrang sipitu-pitu
Proses pemasangan membran gonrang sipitu-pitu membutuhkan beberapa
tahap. Bapal Sahat Damanik mengatakan proses ini boleh dikatakan tahap akhir dari
pembuatan gonrang sipitu-pitu meskipun nantinya ada tahap “finishing”.

Universitas Sumatera Utara

a. Tahap pengukuran membran.
Pada proses ini, sehari sebelum pemasangan membran, terlebih dahulu kulit
yang tadinya dikeringkan direndam kembali dengan air tawar, atau dengan kata lain
12 jam sebelum pemasangan, kulit kambing harus direndam terlebih dahulu.
Langkah berikutnya adalah memberi tanda dengan pensil atau pulpen kepada
kulit. Tanda yang dimaksud dalam tulisan ini adalah besar ukuran diameter gonrang
yang akan dipasangkan. Tanda tersebut nantinya yang menjadi patokan pemasangan
membran.
Selain tanda untuk ukuran diameter membran juga diberi tanda tempat
dikaitkannya pinggol-pinggol. Berikut ini adalah gambar ilustrasi pengukuran
membran:

Sisa membran 5-7 cm

Ukuran membran
Lubang pinggolpinggol

Gambar 30. Ilustrasi ukuran membran

b. Tahap Pemotongan membran
Selanjutnya adalah tahap pemotongan. Kulit kamping tersebut dipotong
dengan menggunakan gunting yang tajam. Kulit akan dipotong dengan cara
melebihkan kira-kira 5-7 cm dari ukuran diameter membran yang telah dibuat.
Kelebihan membran tadi bertujuan untuk tempat dimasukkannya pinggol-pinggol.

Universitas Sumatera Utara

c. Tahap pemasangan pinggol-pinggol
Sebelum pinggol-pinggol dipasangkan terlebih dahulu membran yang telah
diberi tanda dilubangi dengan menggunakan pisau. Setelah itu pinggol-pinggol
dimasukkan kelubang tersebut. Berikut ini gambar ilustrasi pemasangan pinggolpinggol.

Pinggol-pinggol yang
sudah terpasang

Gambar 31. Ilustrasi pemasangan pinggol-pinggol
d. Tahap pengaitan membran
Setelah tali-tali dililitkan ke pengikat gonrang, selanjutnya adalah
mengaitkan pinggol-pinggol ke pengikat gonrang. Tahap ini tidak terlalu rumit dan
juga tidak banyak memakan waktu. Hanya saja membutuhkan tenaga yang kuat
karena akan menarik pengikat gonrang hingga terkait dengan pinggol-pinggol
gonrang.

e. Tahap pemasangan stem gonrang
Tahap ini merupakan tahap akhir dari semua proses pembuatan gonrang
sipitu-pitu. Pemasangan stem gonrang membutuhkan martil untuk memasukkan stem
gonrang ke antara lapisan pertama penutup gonrang bagian bawah dengan lapisan
kedua penutup gonrang bagian bawah.

Universitas Sumatera Utara

3.3.11. Proses Pengecatan
Bapak Sahat Damanik mengatakan, pengecatan pada badan gonrang
tidaklah sebuah keharusan. Karena pada zaman dahulu gonrang sipitu-pitu diwarnai
dengan menggunakan sirih. Namun untuk menambah keindahan gonrang sipitu-pitu
Bapak Sahat Damanik menggunakan cat berwarna coklat. Setelah proses pengecatan
selesai, kemudian gonrang sipitu-pitu dijemur selama tiga hari. Setelah itu barulah
gonrang sipitu-pitu dapat dimainkan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
FUNGSI DAN KAJIAN ORGANOLOGI GONRANG SIPITU-PITU
SIMALUNGUN

4.1. Persefektif Sejarah
Dalam kutipan sejarah gonrang sipitu-pitu, penulis mengacu pada pengertian
sejarah yang dikemukakan oleh Mohammad Yamin, yaitu: “Sejarah adalah suatu
ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang
dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.“
Gonrang sipitu-pitu adalah salah satu instrumen musik tradisional
Simalungun yang memiliki nilai sakral dan spritual. Sejarah gonrang sipitu-pitu pada
zaman dahulu, dimainkan pada upacara ritual (memuja-muja) yaitu untuk upacara
penyembuhan, upacara pemanggilan roh leluhur agar masuk kedalam sukma
seseorang yang telah dipersiapkan untuk itu. Biasanya roh-roh leluhur yang datang itu
menyampaikan pesan, nasehat, dan peringatan bila akan ada datang ancaman bahaya
berupa serangan penyakit, niat-niat jahat dan serangan musuh, sekaligus memberikan
takkal (anti) dan solusi menghadapinya. Akan tetapi, ini dapat dimainkan pada saat
waktu tengah malam yang dalam arti masyarakat sudah tertidur, karena agar lebih
fokus dalam permainan dan lebih mudah untuk mendatangkan roh tersebut.
Akhlak dan budi pekerti dalam kepribadiannya menunjukkan bahwa para
leluhur kita menyadari ada sesuatu yang lebih hebat, lebih kuat, lebih agung, yang
mempunyai kemampuan yang luar biasa diluar dirinya sebagai seorang manusia pada
umumnya.
Dulu mereka ada yang menyebut namanya begu-begu, sinumbah, pagar,
begu ni opung, batara guru, habonaran (berbeda dengan habonaron). Habonaran

Universitas Sumatera Utara

yaitu sejenis jin/makhluk halus berpenampilan kecil-kecil dan pendek-pendek,
berkharakter baik, suka menolong, terutama pada kepada kaum wanita. Sedangkan
Habonaron yang berarti kebenaran sesuai dengan palsapah Simalungun yang identik
dengan motto pemerintah daerah Simalungun, yang sering disebut dalam Simalungun
yaitu “Habonaron do Bona”. Konon Habonaran ini adalah roh-roh anak-anak balita
yang meninggal, Sahala ni Oppung, Oppung Naibata, dan lain-lain.
Disebutlah Dia Sang Raja Causa Prima atau Sang Maha Pencipta yang wajib
dihormati dan harus disembah. Oleh karena itu pula segala aktivitasnya sehari-hari
selalu mengatas namakan Sang Maha Pencipta tersebut serta segala hasil karya dan
hasil pekerjaanya (hasil panen) selalu pertama kali dipersembahkan kepada Sang
Pencipta tersebut. Termasuk juga apabila jama dahulu kala para leluhur kita dan
hingga sekarang para orangtua kita bila akan memulai membunyikan gendang dalam
acara-acara resmi yang membawa nama adat, selalu ada 3 (tiga) gual (lagu) khusus
dipersembahkan kepada Sang Maha Pencipta tadi dan ketiga gual ini belum boleh
ditarikan oleh manusia.
Setelah ajaran agama masuk di Simalungun, dikenallah Dia dengan nama
“Tuhan Yang Maha Esa”. Maka dari itu, pada saat ini sudah sangat jarang dilakukan
ritual (memuja-muja) terhadap roh leluhur, melainkan pada saat ini sering kita
temukan pada saat pertunjukan-pertunjukan kebudayaan.

4.2. Defenisi Gonrang Sipitu-pitu
Pada bab ini juga menjelaskan suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai
kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama
dari orang, benda, proses, atau aktivitas yang disebut dengan definisi (dikutip dari
id.m.wikipedia.org/wiki/definisi).

Universitas Sumatera Utara

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi adalah rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi. Selain
itu definisi juga diartikan sebagai uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek,
konsep, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian.
Pengertian gonrang sipitu-pitu pada sistem kesenian masyarakat Simalungun
memiliki dua pengertian, yaitu gonrang sipitu-pitu adalah sebuah ensambel musik,
dan sebuah instrumen musik. Penggunaan gonrang sipitu-pitu biasanya digunakan
sebagai musik pengiring pada upacara kematian dan upacara ritual. Sedangkan pada
acara-acara sukacita biasanya diiringi oleh ensambel gonrang bolon yang di dalamnya
juga terdapat instrumen gonrang sipitu-pitu. Gonrang bolon terdiri dari 7 (tujuh) buah
gonrang atau yang disebut dengan gonrang sipitu-pitu, 1 (satu) buah sarunei bolon, 2
(dua) buah gong dan 2 (dua) buah momongan.
Gonrang sipitu-pitu dalam arti sebagai instrumen musik tradisional
merupakan alat musik pukul yang terbuat dari beberapa kayu yang kuat, kuat dalam
arti sudah memiliki umur yang lama dan tidak mempunyai cacat fisik pada batang
kayu. Kayu yang dapat dibuat dalam gonrang sipitu-pitu dapat meliputi kayu ingul,
nangka dan lain sebagainya. Dalam penelitian penulis, kayu yang diambil yaitu kayu
nangka (Artocarpus Integra Sp.), memiliki umur lebih dari 10 (sepuluh) tahun
menurut yang punya pohon tersebut, tidak cacat fisik dan mempunyai batang kayu
yang kuat. Kayu nangka ini juga bukan hanya untuk badan gonrang saja, melainkan
dibuat untuk pamalu sebagai alat pemukul dalam permainan gonrang sipitu-pitu.
Dalam kebudayaan musik Simalungun, selain gonrang sipitu-pitu juga
terdapat gonrang sidua-dua. Berikut ini penulis akan memaparkan perbedaan antara
gonrang sipitu-pitu dengan gonrang sidua-dua.

Universitas Sumatera Utara

Adapun perbedaan gonrang sipitu-pitu dengan gonrang sidua-dua, yaitu :
1. Jumlah gonrang dan personilnya berbeda. Jika pada gonrang sipitu-pitu jumlah
gonrang ada 7 (tujuh) buah gonrang dengan jumlah penabuh (pemain musik) yaitu
3 orang. Jika pada gonrang sidua-dua terdapat 2 (dua) buah gonrang dan jumlah
pemainnya hanya 2 (dua) orang.
2. Pada gonrang sidua-dua, kedua sisi lobang atas dan bawah dibubuhi

kulit dan

kedua belah sisi lobang dapat dipukul dengan telapak tangan dan juga dapat
dengan menggunakan jari atau alat bantu pemukul pamalu. Jika pada gonrang
sipitu-pitu hanya dapat dimainkan dengan pamalu saja dan pada sisi yang atas saja.
3. Pada gonrang sidua-dua juga mempunyai susunan ataupun posisi gonrang
diletakkan membentang didepan penabuh (pemain musik) atau dipangku karena
penabuh (pemain musik) gonrang sidua-dua posisinya duduk bersila. Jika pada
gonrang sipitu-pitu mempunyai susunan berjejer dengan digantung pada sebuah
rak yang sedemikian rupa sesuai nada: do, re, mi, fa, sol, la, si, dan hanya dapat
dipukul di bagian atas saja.
Adapun persamaan gonrang sipitu-pitu dengan gonrang sudia-dua, yaitu
kedua jenis gonrang ini sama-sama dapat menghasilkan bunyi dan irama yang sama
dalam semua jenis gual (lagu), judul, nada, ritme, dan irama dasar. Pada umumnya
gonrang ini diadakan untuk hiburan. Hiburan yang terikat dengan etika adat dan
norma-norma susila yang membatasi gerakan-gerakan penarinya pada batas gerakan
yang santun.
Permainan gonrang sipitu-pitu dengan gonrang sidua-dua sama-sama
sebagai tempo pengiring sarune. Akan tetapi pada saat sekarang ini, gonrang sipitupitu lebih sering digunakan dalam sebuah acara Simalungun. Karena melihat
banyaknya peminat dikalangan masyarakat Simalungun yang menyatakan jika

Universitas Sumatera Utara

memakai gonrang sidua-dua memiliki nuansa (suasana) mistis (memuja roh-roh
leluhur).

4.3. Fungsi Gonrang Sipitu-pitu
Musik sebagai ekspresi cipta, rasa, karya dan karsa manusia disebut juga
dengan tradisional. Musik merupakan sarana manusia untuk mencurahkan perasaan
hati melalui suara. Musik melukiskan getaran jiwa dan khayalan yang timbul dari
alam pikiran yang tidak dapat diungkapkan melalui perkayaan, perbuatan, atau
dengan salah satu kesenian lain, seperti seni lukis, pahat, dekorasi, kriya, grafika.
Oleh karena musik adalah suatu jenis kesenian dengan mempergunakan suara sebagai
media ekspresinya, baik suara manusia maupun instrumen. Di dalam suara itu
terkandung melodi, irama, harmoni, dan warna suara. Dalam kehidupan masyarakat
Simalungun musik memiliki peranan yang sangat penting, demikian juga intrumen
musik tradisional gonrang sipitu-pitu Simalungun.
Menurut Alan P. Merriam (1996 : 219 – 226) fungsi musik dapat dibagi
dalam 10 kategori, yaitu:
1. Fungsi pengungkapan emosional
2. Fungsi penghayatan estetis
3. Fungsi hiburan
4. Fungsi komunikasi
5. Fungsi perlambangan
6. Fungsi reaksi jasmani
7. Fungsi yang berkaitan dengan norma sosial
8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan
9. Fungsi kesinambungan budaya

Universitas Sumatera Utara

10. Fungsi pengintegrasian masyarakat
Dalam penyajian gonrang sipitu-pitu Simalungun dapat dikategorikan ke
dalam beberapa fungsi musik di atas, yaitu fungsi pengungkapan emosional, fungsi
hiburan, fungsi penghayatan estetis, fungsi komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi
reaksi jasmani, fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, fungsi
kesinambungan budaya, fungsi pengintegrasian masyarakat.

4.3.1. Fungsi Pengungkapan Emosional
Fungsi pengungkapan perasaan dapat dituangkan dengan berbagai cara
sebagai pengungkapan emosional karena dapat dilakukan sebagai hiburan pribadi,
dikarenakan instrumen gonrang sipitu-pitu merupakan instumen musik yang khas dari
masyarakat Simalungun, banyak orang dari perantauan yang mengakui bahwa ketika
melihat instrumen ini dapat meningatkannya akan kampung halamannya, dan bahkan
mampu juga untuk mengobati kerinduannya tersebut, terlebih jika gonrang sipitu-pitu
tersebut dimainkan atau diperdengarkan oleh seorang yang mampu memainkannya,
yang diakui mampu membawa kita ke suasana kampung halaman. Dari uraian
pengalaman tersebut. Penulis mengamati bahwa bentuk fisik maupun lantunan bunyi
musikal yang dihasilkan dari permainan gonrang sipitu-pitu bisa menjadi ungkapan
perasaan bagi orang yang memainkan, demikian juga dengan orang yang
menyaksikan dapat juga terpengaruh oleh permainan gonrang tersebut.

4.3.2. Fungsi Hiburan
Salah satu fungsi gonrang sipitu-pitu masyarakat Simalungun adalah sebagai
sarana hiburan. Hal ini dapat kita lihat pada upacara adat malas ni uhur (sukaria),

Universitas Sumatera Utara

dimana gonrang sipitu-pitu dimainkan dalam bentuk ensambel gonrang. Pada
pelaksanaan upacara adat tersebut, kaum muda-mudi, karena belum mendapat posisi
dalam masyarakat biasanya baru mendapat giliran untuk menari di penghujung acara.
Untuk mereka, inilah kesempatan untuk menghibur diri dan bersosialisasi satu dengan
yang lain.
Pada perkembangannya, sekarang ini gonrang sipitu-pitu juga disajikan
sebagai hiburan pada saat acara-acara kepemerintahan, misalnya pada saat tamu-tamu
penting datang ke Simalungun.

4.3.3. Fungsi Penghayatan Estetis
Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan
dari perpaduan instrumen-instrumen musik dalam gonrang sipitu-pitu, yang tertuang
melalui permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu
sendiri maupun pendengarnya.

4.3.4. Fungsi Komunikasi
Melalui

nuansa

mengkomunikasikan

musik

seluruh

yang

dibawakan,

perasaannya

secara

semua
simbolis,

orang
baik

mampu
yang

menggembirakan maupun yang sedih. Selain itu, gonrang sipitu-pitu mampu
mengkomunikasikan identitas Simalungun.
Dalam budaya masyarakat Simalungun, gonrang sipitu-pitu dipercaya untuk
menyampaikan permohonan kepada sang pencipta dan juga kepada dewa-dewa atau
roh-roh nenek moyang, gonrang juga berfungsi sebagai komunikasi antar manusia.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini dapat kita lihat pada upacara-upacara adat Simalungun, misalnya: upacara
robu-robu atau harja tuan, upacara mambere parsakutuan.

4.3.5. Fungsi Perlambangan
Pada semua masyarakat, musik berfungsi sebagai lambang dari hal-hal, ideide, dan tingkah laku (Merriam 1964:225). Menurut Alan P. Merriam, ada empat
macam cara bagaimana memandang kesenian sebagai sesuatu yang bersifat simbolis.
Keempat macam cara tersebut adalah:
1) Melalui makna harafiah yang disajikan. Dalam menulis mengenai aspek
simbolisme dalam kesenian ini, Merriam mengakui keberadaan makna
harafiah dalam kesenian serta penyampaian ini jauh lebih mudah dipahami
dalam bentuk-bentuk seni rupa dan tari-tarian dibandingkan dengan seni
musik.
2) Melalui refleksi suasana hati dan makna.
3) Melalui refleksi nilai-nilai, pengaturan kondisi sosial dan perilaku budaya
lain. Alan P.Merriam berpendapat bahwa musik merupakan bagian yang
tidak

terpisahkan

dari

kebudayaan

dan

sebagaimana

aspek-aspek

kebudayaan lainnya, musik niscaya akan mencerminkan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip umum yang mendasarinya yang menghidupkan kebudayaan
tersebut secara menyeluruh.
4) Melalui prinsip-prinsip aplikasi universal secara luas.
Mengenai fungsi perlambangan akan jelas dapat kita lihat bahwa secara fisik
gonrang sipitu-pitu adalah lambang dari budaya musik Simalungun. Dengan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan gonrang sipitu-pitu pada sebuah upacara, maka upacara tersebut
merupakan upacara adat besar dan menggunakan ensambel gonrang bolon.
Ensambel musik gonrang sipitu-pitu mempunyai hubungan erat dengan
struktur adat. Status para pemain musik dalam suatu ensambel musik gonrang
didasarkan atas jenis alat musik yang dimainkannya. Si peniup sarunei atau yang
disebut parsarunei selalu diakui sebagai pemimpin di antara mereka. Parsarunei
mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan ensambel musik yang akan
dimainkan.

4.3.6. Fungsi Reaksi Jasmani
Penggunaan gonrang sipitu-pitu dalam sebuah upacara adat juga berfungsi
untuk mengiringi tarian Simalungun yaitu tor-tor. Gerakan pada tor-tor adalah
gerakan yang dinamis yang kerap membuat para penarinya bergerak bebas karena
pada saat ini gerakan pada tarian ini tidak lagi terlalu kaku dan terpaku pada aturan
baku tradisional, tetapi tetap mempertahankan gerakkan yang berupa ciri khas dari
tor-tor.

4.3.7. Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Keagamaan
Fungsi pengesahan lembaga sosial dapat dilihat dari upacara adat dalam
memasuki rumah baru, mangopoi huta (meresmikan kampung yang baru) dan
sebagainya, dimana musik memiliki peranan dalam upacara ini, sedangkan fungsi
dalam upacara agama dapat dilihat dari kegiatan keagamaan yang sering diiringi
dengan musik tradisional Simalungun, seperti yang penulis temui di Gereja Kristen
Protestan Simalungun (GKPS) Padang Bulan, kota Medan saat ini, dimana pada

Universitas Sumatera Utara

acara-acara natal maupun kebaktian di beberapa gereja di kota medan kerap
melibatkan instrumen musik tradisional Simalungun dalam pelaksanaannya.

4.3.8. Fungsi Kesinambungan Budaya
Gonrang sipitu-pitu merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
Simalungun yang sampai saat ini tetap dipertahankan penggunaannya pada setiap
upacara-upacara adat Simalungun.
Dengan menggunakan gonrang sipitu-pitu dalam setiap upacara adat akan
menjadikan gonrang sipitu-pitu akan tetap terpelihara. Dengan demikian maka
masyarakat tersebut dengan sendirinya telah turut melestarikan kebudayaan yang
telah diwariskan oleh leluhurnya. Selain itu, dengan adanya sanggar yang juga
memproduksi gonrang sipitu-pitu oleh Bapak Sahat Damanik juga merupakan suatu
bentuk pelestarian budaya.

4.3.9. Fungsi Pengintegrasian Masyarakat
Masyarakat Simalungun memiliki banyak perkumpulan, ada yang sesuai
dengan perkumpulan marga, perkumpulan yang dibuat berdasarkan kesamaan asal
kampung halaman, seperti HIMAPSI (Himpunan Mahasisiwa dan Pemuda-pemudi
Simalungun). Dan juga ada perkumpulan masyarakat yang peduli dengan kelestarian
budaya Simalungun, yaitu Jejak Simaloengoen. Hal ini menunjukkan terdapatnya
komunitas masyarakat Simalungun yang hidup dan berkembang dan tetap
menggunakan gonrang sipitu-pitu dalam setiap upacara yang mereka laksanakan,
seperti upacara malas ni uhur (sukacita) dan upacara mandingguri (dukacita), bahkan

Universitas Sumatera Utara

untuk mengiringi peresmian suatu lembaga tertentu, ataupun hari besar nasional
maupun hari besar agama, pada masyarakat Batak Simalungun.

4.4. Peranan Gonrang Sipitu-pitu dalam Musik Simalungun
Pada bab ini penulis akan menjelaskan peranan alat musik gonrang sipitupitu dalam musik Simalungun. Peranan dalam wikipedia merupakan aspek dinamis
dari kedudukan atau status. Peranan juga dapat dikatakan dengan fungsi, yang dalam
arti menjadi kegunaan.
Dalam kebudayaan Simalungun tidaklah terlepas dari alat musik. Alat-alat
musik Simalungun terdiri dari 7 (tujuh) buah gonrang (gonrang sipitu-pitu/gonrang
bolon), 2 (dua) buah Ogung, 2 (dua) buah momongan, sarunei bolon, sarunei buluh, 2
(dua) buah gorang (gonrang sidua-dua), sitalayasak, tulila, sulim, sordam, saligung,
ole-ole, hodong-hodong, ingon-ingon, 7 (tujuh) bilah (garantung), arbab, husapi,
jatjalul (tengtung). Semua alat musik tersebut mempunyai kegunaan ataupun peranan
yang penting dalam musik Simalungun. Menurut bapak Sahat Damanik (Hasil
wawancara pada tanggal 23 Mei 2016), pada alat musik Simalungun tidak dapat
bermain hanya sendiri (solo), karena dalam alat musik Simalungun haruslah bermain
secara ensambel, karena saling bergantungan satu alat musik dengan alat musik
lainnya.
Menurut Bapak Sahat Damanik, dalam ensambel alat musik saling
bergantungan dan tidak dapat terlepas dari alat musik lainnya, terkhusus dengan
gonrang sipitu-pitu dengan sarunei. Saat sarunei dimainkan, gonrang sipitu-pitu juga
haruslah dimainkan. Kegunaan sarunei dalam ensambel alat musik tersebut adalah
sebagai melodi dan gonrang sipitu-pitu sebagai pengatur tempo dalam alunan musik
yang dimainkan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam

upacara

religi,

maksudnya

suatu

upacara

pemujaan

atau

penyembahan maupun pemanggilan roh yang baik dan pengusiran roh jahat. Gonrang
sering dilakukan dalam upacara ritual, upacara adat, acara malasni uhur, hiburan,
dan lain-lain. Upacara ritual yang dimaksud ialah pemujaan kepada roh leluhur,
upacara adat ialah acara-acara yang ada kaitannya antara manusia dengan manusia,
acara malasni uhur adalah acara kegembiraan, dan sedangkan acara hiburan hanya
untuk pengunjung (penonton) yang hadir dalam acara tersebut.
Adapun upacara Simalungun yang termasuk dalam upacara ritual yaitu
mar