Pengelolaan Keramba Jaring Apung (Studi Etnografi di Desa Haranggaol)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Desa Haranggaol Horisan
Desa Haranggaol termasuk dalam wilayah Kelurahan Haranggaol, Kecamatan
Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.Luas desa ini mencapai 1.493,8 Ha.
Batas-batas wilayah Desa Haranggaol terdiri dari:
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tangga Batu.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Saribu.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Siboro.
Selain Desa Haranggaol, Kelurahan Haranggaol terdiri dari beberapa
desalainnya yaitu Desa Sigunggung, Desa Tangga Batu, Desa Siboro, Desa
Bandar Saribu, Desa Purba Saribu, Desa Mariah Purba. Letak Desa Haranggaol
secara umum terletak pada 2°48´46´´-2°52´31´´LU dan 98° 35´ 51´´- 94° 45´ 11´´
BT. Berada pada ketinggian 751-1400 meter diatas permukaan laut dengan ratarata suhunya adalah 28-39°. Keadaan iklimnya adalah beriklim dingin. Desa
Haranggaol merupakan sebuah kota Kecamatan Haranggaol Horisan. Desa ini
berjarak 30 Km dari ibu kota kabupatennya yakni kota Pematang Raya. Keadaan
alam Haranggaol di kelilingi hamparan pegunungan sebelah selatannya berbatasan
langsung dengan luasnya Danau Toba.Sementara kontruksi tanahnya Desa
Haranggaol adalah berbatu-batuan. Sepanjang perjalan menuju Desa Haranggaol,
pemandangan yang tersaji adalah nampaknya danau toba yang dipenuhi oleh
keramba jaring apung di sekitar 100 meter dari pantai dan adanya tanaman di
Universitas Sumatera Utara
pinggir jalan menuju desa haranggaol yang masih ditanami oleh masyarakat
setempat ditanami dengan bawang merah, cabei, tomat, dan lain-lainnya.
Memasuki wilayah perkampungan, dapat dilihat pemukiman yang
bertingkat dengan bangunan papan dan beton berderet membelakangi Danau
Toba.Tidaktampak seperti wilayah pedesaan Batak yang terkenal dengan rumahrumah panggung.Memang hampir seluruh rumah di Desa Haranggaol sudah
berubah menjadi rumah yang lazim dilihat diperkotaan.Haranggaol memiliki
sebuah pasar tradisional bernama Tiga Langgiung yang artinya pasar di tepi
danau, karena lokasinya yang berdekatan dengan danau.Dahulu pasar dibuka dua
kali seminggu setiap senin dan kamis.Tetapi sekarang pasar tradisional ini dibuka
sekali seminggu yakni setiap senin. Menurut warga hal ini disebabkan karena
kurangnya para pedagang dari beragai penjuru seperti dari Samosir, Silalahi,
Seribu Dolok, dan Pematang Raya dan di sebabkan karena maraknya masyarakat
membuka keramba jaring apung di danau dan jalur kapal dan pelabuhan sudah
tertutup oleh keramba dan tidak adanya hasil pertanian seperti waktu dulu
ditambah merosotnya pariwisata.
Dahulu Haranggaol merupakan daerah tujuan wisata yang cukup
dihandalkan oleh Kabupaten Simalungun.Terdapat beberapa objek wisata di
tempat ini yakni pantai Sigunggung, pantai Sigumba-gumba, pantai Tuhulan, dan
pantai Horisan.Dekat dengan pantai-pantai ini terdapat fasilitas penginapan.Akan
tetapi penginapan ini sepertinya mati suri saat ini, tidak ada wisatawan yang
berkunjung bahkan karena tidak adanya pengunjung yang menginap disebabkan
kurangnya tujuan wisata di Desa Haranggaol.
Universitas Sumatera Utara
Kini aktifitas yang terlihat setiap hari di Haranggaol adalah kesibukan
masyarakat Haranggaol dengan berbagai kegiatan sehari-hari, di Desa Haranggaol
yang pasti kita lihat ialah lalu lalangnya truk pengangkut ikan hasil panen dan
pengangkut bibit. Pada malam hari, hasil panen akan dibawa ke kota sedangkan
pagi hari pick uppengangkut bibit sampai dari berbagai tempat seperti Rantau
Parapat dan Siantar. Namun ketika ruas kanan dan kiri berpapasan pickup
penganggkut ikan, maka salah satu mobil harus mengalah dan menyudutkan
mobilnya hampir mendekati jurang.Hal ini terjadi karena jalan menuju desa ini
tidak cukup untuk dilalui oleh dua truk atau pickup sekaligus.
2.1.1. Sejarah Desa Haranggaol
Desa Haranggaol adalah sebuah desa yang terletak di kelurahan
Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten simalungun.Dulunya
Desa Haranggaol bernama Desa Tiga Langgiung yang artinya adalah pasar di
pesisir pantai danau yang menjual berbagai jenis hasil pertanian dari desa sekitar
Danau Toba. Pada tahun 1960 nama desa ini diubah menjadi Desa Haranggaol.
Jika dipisahkan dari suku katanya Harang artinya ladang sedangkan Gaol artinya
pisang, maka secara harfiah Haranggaol merupakan ladang pisang.Pada tahun
tersebut masyarakat Desa Langgiung yang telah diubahmenjadi Desa Haranggaol
mayoritasnya adalah petani pisang. Pada saat itu juga, pisang dari tempat ini
terkenal di Simalungun sehingga perpindahan nama tersebut sangat tepat. Seiring
pertumbuhan penduduk pada tahun 1974 Desa Haranggaol diubah menjadi
Kelurahan Haranggaol. Mulanya kantor kelurahan terletak di pinggir danau,
namun pada tahun 1985 kantor terhempas ombak sehingga hampir seluruh
bangunan rusak parah. Kemudian kantor ini dipindah ke balai desa yang berada
Universitas Sumatera Utara
tidak jauh dari kantor sebelumnya. Sehingga sampai saat ini kantor kelurahan ini
masih berbentuk kantor balai desa. Penduduk asli Haranggaol adalah suku
Simalungun ditambah dengan pendatang seperti suku Toba, Karo dan
Jawa.Hingga saat ini Desa Haranggaol bermayoritas suku Simalungun dengan
bahasa
Simalungun.Masyarakat
Haranggaol
hidup
rukun
dan
saling
berdampingan.
2.1. 2. Bahasa
Bahasa merupakan sarana dalam melakukan pergaulan manusia dalam
komunikasinya.Itulah sebabnya bahasa merupakan satu unsur penting dalam
kebudayaan.Indonesia yang memiliki keberagaman budaya dipersatukan dengan
bahasa nasional yakni bahasa Indonesia.Meskipun demikian di pelosok-pelosok
tanah air masih banyak suku bangsa yang masih menggunakan bahasa daerahnya
sebagai alat komunikasi.Begitupula yang terdapat di daerah penelitian ini, bahasa
yang sering dipergunakan adalah bahasa Simalungun.Hal ini disebabkan
mayoritas penduduk di desa ini adalah suku bangsa Simalungun. Memang ada
suku lain seperti Batak Toba, Karo, dan jawa. Namun, mereka juga menggunakan
Bahasa Simalungun pada saat bertemu dengan orang Batak.Suku bangsa
pendatang ini beradaptasi dengan baik sehingga terjadi akulturasi 9. Akan tetapi
para pendatang ini juga tidak menghilangkan kebudayaan aslinya, seperti saat
berkomunikasi dengan warga dari suku yang sama, mereka akan menggunakan
bahasa daerah mereka. Penggunaan bahasa Simalungun juga berdasarkan konteks,
misalnya saat berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan kata
“nasiam/ham” dan menghindari kata “ambia” karena dianggap tidak sopan. Kata
9
Akulturasi adalah penyatuan dua kebudayaan atau lebih tanpa menghilangkan kebudayaan
aslinya.
Universitas Sumatera Utara
ambia digunakan untuk tutur sebaya.Penyebutan masyarakat untuk keramba jaring
apung adalah kolam atau beberapa informan juga menyebutkannya dengan
sebutan keramba.Sehingga ketika peneliti dalam tulisannya menyebutkan kolam
berarti yang di maksud adalah keramba jaring apung.
2.1. 3. Pola Permukiman Penduduk
Pola permukiman menunjukan tempat bermukim manusia dan bertempat
tinggal
menetap
serta
melakukan
kegiatan
atau
aktivitasnya
sehari-
harinya.Permukiman dapat diartikan sebagai suatu daerah dimana penduduk
terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat untuk
mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya dikemudian
hari.Begitu pula dengan Desa Haranggaol telah mengalami beberapa kali
perubahan
permukiman
untuk
mempertahankan,
mengembangkan
serta
melangsungkan kehidupannya.
Persebaran bentuk permukiman pada desa ini berada di sekitar pinggiran
Danau Toba.Bentuk rumah yang membelakangi danau dan saling berhadapan
dengan rumah lainnya.Adapula rumah yang membelakangi pegunungan seperti
disekitar jalan Siboro, Desa Haranggaol jalan besar.Rumah-rumah tersebut
membelakangi perbukitan dan berhadapan dengan Tiga 10.
Menurut informasi yang peneliti kumpulkan di lapangan, kondisi rumah
pada sekitar 1974-an berupa rumah bara 11. Kemudian pada tahun 1990-an bentuk
rumah berganti menjadi rumah semi permanen hingga saat ini sudah menjadi
rumah beton permanen bertingkat. Perubahan bentuk rumah ini disebabkan oleh
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Anak-anak penduduk desa
10
Tiga adalah sebutan pasar dalam bahasa daerah.
. Rumah bara adalah rumah panggung khas batak yang memiliki panggung, sehingga bagian
bawah untuk tempat ternak
11
Universitas Sumatera Utara
Haranggaol yang mengadu nasib di kota kemudian membenahi rumahnya seperti
bentuk-bentuk rumah di kota.Banyak diantara penduduk yang merubah
rumahnyadisebabkan pendapatan dari sektor perikanan dalam keramba jaring
apung didanau.
Pendapatan dari sektor jaring apung juga mengambil alih dalam perubahan
yang terjadi di Haranggaol.Menurut beberapa informan ketika bertani, berdagang
dan berpariwisata, pendapatan mereka hanya cukup untuk sekolah anak, dan
kebutuhan sehari-hari. Hingga kemudian saat beralih pada mata pencaharian
keramba jaring apung mereka mendapat keuntungan yang besar dan mulai biasa
membangun rumah mereka, membeli kendaraan dan menambah aset lain. Saat ini,
seluruh rumah di Desa Haranggaol telah memakai jasa Perusahaan Listrik Negara
(PLN).Untuk mendapatkan air dahulu masyarakat langsung memanfaatkan air
sekitar danau untuk kebutuhan mandi dan menyuci pakaian dan perabotan
rumah.Namun, saat ini masyarakat tidak perlu kesusahan untuk mendapatkan air
bersih tersebut.Sebab, di kelurahan ini telahmemiliki sarana air bersih yang
dikelola oleh PAM dan dialiri kerumah-rumahpenduduk.
Dahulu penduduk desa ini memanfaatkan lahan perbukitan sebagai
pertanian bawang dan pisang serta mangga. Hingga pada tahun 2000-an
pemanfaatan lahan berkurang hampir 70%. Penurunan ini terjadi setelah serangan
hama pada tanaman pertanian dan berkurangnya kesuburan tanah. Saat ini
pemanfaatan ruang di Desa Haranggaol adalah memanfaatkan Danau Toba
menjadi sentral perikanan ikan nila.Desa Haranggaol ini merupakan sebuah
perkampungan yang bersifat geneologis teritorial.Selain dihuni oleh suku
Simalungun, Haranggaol dihuni oleh penduduk pendatang seperti suku Batak
Universitas Sumatera Utara
Toba, Karo, danJawa.Dengan demikian mayoritas suku di Haranggaol ini adalah
suku Batak Simalungun dengan Marga Saragih, Sinaga, Purba dan sedikit
bermarga Silalahi, Aritonang, Sirait, Nainggolan dan lain-lain.
2. 1. 3. 1. Sarana Jalan dan Angkutan
Sarana jalan yang terdapat di daerah penelitian berada dalam kondisi yang
lumayan baik.Tetapi sarana jalan dari simpang Haranggaol menuju Desa
Haranggaol kurang bagus karena pada lokasi ini terdapat sejumlah lubang aspal
dan bebatuan yang membahayakan pengendara.Itulah sebabnya para pengendara
diharuskan berhati-hati jika melewati lokasi ini. Namun demikian Desa
Haranggaol telah memiliki jalan yang menghubungkan satu kelurahan ke
kelurahan lain, satu desa menuju desa lain, bahkan dari desa menuju kota.
Sarana transportasi yang digunakan ke Haranggaol adalah angkutan umum
berupa angkot, bis, dan taxi.Merek angkutan CV. Sinar Sepadan trayek Saribu
dolok- Haranggaol tersebut digunakan untuk mengangkut penumpang menuju
Saribu Dolok - Haranggaol. Jadi penumpang dari berbagai daerah diluar Seribu
Dolok - Haranggaol dengan tujuan ke Haranggaol hanya sampai di simpang
Haranggaol, harus melanjutkan perjalanan dengan angkutan sepadan yang
memiliki stasiun di Seribu Dolok dengan trayek Seribu dolok – Haranggaol.
Angkutan ini berangkat setiap 30 menit sampai 1 jam sekali atau paling tidak,
sampai angkutan tersebut penuh. Alternatif lain menuju Haranggaol adalah
menggunakan taksi milik warga sekitar yang dapat dihubungi langsung. Taksi ini
mengantarkan penumpang sampai tujuan dengan tarif Rp 60.000 (Medan –
Haranggaol) dan Rp.40.000 (P.Siantar- Haranggaol).Sedangkan transportasi yang
digunakan untuk mengangkut hasil panen ikan, agen ikan menggunakan mobil
Universitas Sumatera Utara
truk berupa colt diesel dan mobil pick-up kecil lainnya.Transportasi lainnya
adalah kendaraan pribadi penduduk sekitar seperti mobil pribadi dan sepeda
motor.
Transportasi yang tidak kalah penting untuk penduduk Haranggaol adalah
kapal mesin.Kapal ini digunakan untuk mengangkut keperluan kolam seperti
pakan ikan (pellet), bibit dan hasil panen serta keperluan lainnya.Sebenarnya
kapal mesin ini adalah angkutan wajib yang harus dimiliki para agen ikan (toke),
dan dimiliki sebagian petani ikan dan mayoritas petani keramba jaring apung
menggunakan sampan (solu) sebab keperluan para petani sudah ditanggung
jawabi oleh para agen ikan.
2. 1. 3. 2.Sarana Kesehatan
Desa Haranggaol memang tidak memiliki rumah sakit, namun terdapat
sebuah Puskesmas dan sebuah balai kesehatan desa yang dipergunakan
untukimunisasi setiap bulannya bagi balita dan konsultasi bagi para ibu hamil.
Tingkatkesadaran masyarakat terhadap kesehatan cukup baik, dibuktikan
ketikamasyarakat sakit mereka akan mengunjungi para ahli kesehatan (Bidan)
terdekatatau puskesmas untuk diperiksa dan mendapatkan penangan berupa obat.
Untuk memudahkanmelihat jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan
Haranggaol dapatdilihat melalui tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel.1
Sarana Kesehatan di Kelurahan Haranggaol
Sarana Kesehatan
Jumlah
No
1
Puskesmas
1
2
Polindes
3
3
Apotik
2
Jumlah
6
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
2. 1. 3. 3. Sarana Pendidikan
Daerah Kelurahan Haranggaol memiliki sarana pendidikan berupa
gedungsekolah. Gedung sekolah tersebut adalah 1 gedung taman kanak-kanak, 4
gedungsekolah dasar yakni: SDN 1 Haranggaol, SDN 2 Haranggaol, SDN Purba
Saribu,SD Inpres Tangga Batu dan 2 gedung sekolah menengah pertama yaitu
SMPGKPS Haranggaol dan SMP Santo Agustinus Haranggaol. Sementara untuk
Sekolah Menengah Atas masyarakat harus sekolah di luar Haranggaol,
umumnyapara orangtua memilih menyekolahkan anaknya di kota seperti
Saribudolok,Siantar dan Medan.
Sarana
pendidikan
ini
diharapkan
dapat
membangun
motivasi
bagimasyarakat sekitar Haranggaol mengenai pentingnya pendidikan pada usia
dini, sehingga dapat memperbaiki sumber daya manusia di desa ini.
Untukmemudahkan dalam
melihat
jumlah
gedung
sekolah
sekolah
di
kelurahanHaranggaol maka dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2
Sarana Pendidikan di Kelurahan Haranggaol
Jenis Sekolah
Nama dan Tempat Sekolah
No
1
Taman Kanak-kanak
TK Santo Fransiskus Jalan
Jumlah
1
Besar Harangaol
2
Sekolah Dasar
1. Sekolah Dasar Negeri 1
4
Haranggaol
2. Sekolah Dasar Negeri 2
Haranggaol
3. Sekolah Negeri Purba Saribu
4. Sekolah Inpres Tangga Batu
3
Sekolah Menengah
1. Sekolah Menengah Pertama
Pertama
GKPS
2
Haranggaol
2. Sekolah Menengah Pertama
Santo
Agustinus Haranggaol
Jumlah
7
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
2. 1. 3. 4. Keadaan Penduduk
Keadaan
penduduk
Haranggaol
cukup
beragam
dengan
tingkat
pendapatanyang cukup tinggi.Di desa ini mayoritas masyarakatnya bertaraf
kehidupanmenengah ke atas.Di desa ini bangunannya berbentuk permanen dengan
Universitas Sumatera Utara
rumahbertingkat dengan fasilitas lengkap bahkan hampir semua penduduknya
memilikikendaraan bermotor. Taraf kehidupan ini dikarenakan mata pencaharian
keramba,karena sebelumnya masyarakat hanya mampu menghidupi kebutuhan
sehari-harinyatanpa memikir kebutuhan tersier. Meskipun beberapa dari
pendudukbermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil tetapi mereka
tetapmempunyai keramba. Untuk lebih mengetahui bagaimanakeadaan penduduk
di Desa Haranggaol akanpeneliti akan uraikan secara rincidalam sub judul berikut:
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Haranggaol dalam data statistik tahun 2016
yang diperoleh dari kantor Kelurahan Haranggaol adalah 916 kepala
keluargadengan jumlah penduduk 3202 jiwa. Dengan berjenis kelamin laki-laki
berjumlah1402 jiwa dan perempuan berjumlah 1800 jiwa. Jumlah penduduk pada
masyarakatKelurahan Haranggaol tersebar dalam 11RT. Untuk lebih jelasnya
mengenaipenyebaran penduduk pada masyarakat kelurahan Haranggaol dapat di
lihat padatabel berikut:
Tabel.3
Penyebaran Jumlah Penduduk berdasarkan RT di Kelurahan Haranggaol
No
Nama RT
Nama Dusun
Jumlah Jiwa
1
RT I
Dusun Sigunggung
538
2
RT II
Dusun Tangga Batu
474
3
RT III
Dusun Siboro
378
4
RT IV
Dusun Haranggaol
346
5
RT V
Dusun Haranggaol
282
6
RT VI
Dusun Haranggaol
250
Universitas Sumatera Utara
7
RT VII
Dusun Bandar Saribu
218
8
RT VIII
Dusun Bandar Saribu
190
9
RT IX
Dusun Bandar Saribu
182
10
RT X
Dusun Bandar Saribu
178
11
RT XI
Dusun Maria Purba
166
Jumlah
3202
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Berdasarkan tabel tersebut, jumlah penduduk di Desa Haranggaol yakni
RT IV sampai RT VI pada tahun 2016 terdapat 878 jiwa. Jumlah tersebut
tersebardi tiga wilayah lingkungan dengan 227 KK. Keterangan lebih jelas dapat
di lihatpada tabel dibawah ini:
Dusun Haranggaol
Tabel. 4
Jumlah Penduduk
Jumlah Jiwa
Jumlah KK
I
346
110
II
282
57
III
250
60
Jumlah
878
227
Sumber: Data Statistik Desa Haranggaol 2016
B. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk di Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol
Horisandapat dikelompokkan berdasarkan agama, mata pencaharian dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan.Masyarakat Kelurahan Haranggaol mayoritas beragama Kristen
Protestan,ini disebabkan karena mayoritas suku di daerah ini Simalungun dan
Toba. Dimanadiketahui bahwa umumnya suku yang bersuku Batak beragama
Kristen, begitupula di Haranggaol ini.Agama Kristen ini kemudian dikategorikan
lagi menjadiProtestan dan Katolik.Namun selain kedua agama ini terdapat pula
Agama
Islamyang
di
anut
oleh
suku
Jawa.
Untuk
lebih
jelasnya
komposisipenduduk pada masyarakat kelurahan Haranggaol dapat dilihat pada
table berikut:
No
Tabel 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Agama
Jumlah
Persentase
1
Kristen Protestan
615
70%
2
Katolik
246
28%
3
Islam
17
2%
4
Budha
-
-
5
Hindu
-
-
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Ada beberapa jenis mata pencaharian yang digeluti oleh masyarakat
Haranggaol seperti petani, perikanan dalam keramba jaring apung (KJA),
pedagang/wirausaha, wiraswasta (pemilik penginapan) dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS).Untuk mata pencaharian perikanan belum tercatat sebagai jenis mata
pencaharian yang resmi di kelurahan ini meskipun hampir 80% masyarakat
memiliki keramba jaring apung. Menurut Kepala Desa Kelurahan Haranggaol,
peternakan KJA di akumulasikan pada jenis mata pencaharian pertanian. Untuk
Universitas Sumatera Utara
lebih jelasnya persentase mata pencaharian di kelurahan Haranggaol ini dapat
dilihat melalui tabel berikut ini:
No
Tabel. 6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
1
Pegawai Negeri Sipil
4
0.5%
2
Petani
474
54%
3
Supir
9
1%
4
Pedagang/wirausaha
53
6%
5
Pensiunan
4
0.5%
6
Usia Sekolah
325
37%
7
Lain-lain
9
1%
878
100%
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Masyarakat Kelurahan Haranggaol sebenarnya sudah sadar akan
pentingnya pendidikan, hal ini ditandai dengan sudah banyaknya masyarakat yang
telah lulus dari bangku SMA. Tetapi kebanyakan masyarakat Haranggaol hanya
tamat SMA dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.Hal ini disebabkan oleh
kurangnya minat pemuda-pemudi setempat dan keterbatasan ekonomi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Tabel. 7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tidak/Belum Sekolah
44
2
Tamat SD
35
Universitas Sumatera Utara
3
Tamat SLTP
138
4
Tamat SMA
354
5
Sedang duduk di bangku SD
105
6
Sedang duduk di bangku SLTP
53
7
Sedang duduk di bangku SMA
88
8
Perguruan tinggi/lulus perguruan tinggi
61
Jumlah
878
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Data ini menunjukan tingkat pendidikan masyarakat Haranggaol
sudahtergolong masyarakat yang berpendidikan.Memang masih ada yang hanya
tamat SD dan SMP, namun golongan ini adalah penduduk yang sudah
lansia.Berkembangnya pendidikan di daerah ini tidak terlepas dari sarana sekolah
yang ada di Kelurahan Haranggaol dan keinginan orangtua agar anaknya
mendapat pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya sehingga dapat
membangun Haranggaol.
2.2. Gambaran Umum Keramba Jaring Apung Haranggaol
Keramba jaring apung (cage culture) adalah sistem budidaya dalam wadah
berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di
perairan seperti danau, waduk, sungai, selat dan teluk.Sistem ini terdiri dari
beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi dan
rumah jaga.Kantong jaring terbuat dari bahan polyethelene dan polyprophelene
Universitas Sumatera Utara
dengan berbagai ukuran mata jaring dan berbagai ukuran benang, berfungsi
sebagai wadah untuk pemeliharaan dan treatment ikan.
Pelampung terbuat dari drum plastik, drum besi bervolume 200 liter,
Styrofoam/gabus yang dibungkus dengan kain terpal yang berfungsi untuk
mempertahankan kantong jaring tetap mengapung di dekat permukaan air
(Seputar Informasi Perikanan dan Kelautan, 2008). Rochdianto (2005)
menambahkan, keramba jaring apung ditempatkan dengan kedalaman perairan510 meter.
Keramba jaring apung merupakan sumber mata pencaharian utama bagi
masyarakat sekitar Haranggaol, namun demikian dinas setempat tidak memiliki
data pasti mengenai luas danau yang digunakan untuk perikanan. Hal ini
disebabkan
oleh
tidak
adanya
pengakuan
pemerintah
terhadap
jenis
matapencaharian ini.Masyarakat yang bermata pencaharian keramba jaring apung
dimasukan kedalam mata pencaharian pertanian. Berdasarkan data dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara, luas keramba jaring apung di
perairan Danau Toba adalah 357.168 Ha, luas tersebut untuk seluruh daerah
pinggiran Danau Toba yang memiliki keramba dengan lima titik lokasi, yakni di
Desa Sebaganding, Desa Sirungkungan, Desa Silima, Desa Simanindo, dan Desa
Haranggaol.
Luas keramba yang terdapat di Kelurahan Haranggaol merupakan
daerahyang
paling
luas,
terdapat
361
kepala
keluarga
tanpa
batasan
maksimal.Hingga saat ini perorangnya memiliki paling banyak 100 lobang
kerambaperkeluarga. Ada 20 petani yang memiliki 50 unit keramba, 50 orang
dengan 30unit serta 70 orang dibawah 20 unit. Perunit keramba memiliki 2 lobang
Universitas Sumatera Utara
keramba,sehingga dapat di perhitungkan jumlah keramba yang terdapat di sekitar
DesaHaranggaol adalah 10.010 lobang keramba jaring apung.Sementara masingmasingluas perpetaknya adalah 5×5 meter²/unitnya.Data tersebut tidak ditemukan
di kantor kelurahan yang terdapat di Desa Haranggaol. Hal ini disebabkan oleh
tidak
tercantumnya
jenis
mata
pencahariankeramba
jaring
apung
di
Haranggaol.Akan tetapi, data tersebut adalah data yangdiperoleh peneliti dari
lapangan bersama informan. Untuk lebih jelasnya dapatdilihat melalui tabel
dibawah ini:
Tabel. 8
Jumlah Keramba Jaring Apung
No Jumlah petani
Jumlah unit
Total unit
Jumlah /lobang
(Jumlah unit×2)
1
20
50
1.000
2.000
2
50
30
1.500
3.000
3
70
20
1.400
2.800
4
221
5
1.105
2.210
105
5.005
10.010
Jlh 361
Sumber: Pribadi
Banyaknya jumlah keramba jaring apung yang terdapat di Haranggaol
inihampir menutupi seluruh danau. Berikut data yang diperhitungkan dari
jumlahkeramba yang dimiliki masyarakat:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 9
Luas danau untuk Keramba Jaring Apung
No
No Luas /unit
Jumlah unit
Luas permukaan danau yang
digunakan untuk keramba
1
5×5 meter
2.000
10.000 meter ²
2
5×5 meter
3.000
15.000 meter ²
3
5×5 meter
2.800
14.000 meter ²
4
5×5 meter
2.210
11.050 meter ²
Jumlah
50.050 meter ²
Sumber: Pribadi
2. 3. Keadaan Lingkungan
Haranggaol dengan luas 1.426,8 Ha di kelilingi oleh pegunungan
yangmenjulang
tinggi
membuat
udara
sangat
dingin.Ditambah
dengan
luasnyahamparan Danau Toba membuat pemandangan di desa ini seperti sebuah
lukisanalam.Pada pagi hari udara di desa ini cukup dingin, sementara pada siang
hariudaranya panas kemudian kembali dingin di malam hari.
Masyarakat di Haranggaol dianugerahi alam yang luar biasa dan dari
alamini mereka diberikan kehidupan.Misalnya dari sekitar pegunungan,
dahulumasyarakat menggantungkan hidup dengan mengolah tanah bebatuan
dekatpegunungan.Mereka memanfaatnya untuk pertanian mangga, bawang merah
danpisang. Sempat menjadi sentra pertanian bawang merah kejayaannyamemudar
paskah terjadi serangan hama.
Universitas Sumatera Utara
Memang masih ada beberapa masyarakat yang masih mengolah tanah
dengan memanam bawang merah.Namun nampaknya penghasilan dari bawang
merah tidak mencukupi penghasilan untuk kehidupan sehari-hari.Sementara di
danau keadaannya berbeda dengan mati surinya pertanian.Danau seperti rumah
pertama bagi penduduk Haranggaol, disana merekamenghabiskan waktunya untuk
memelihara ikan. Untuk pendatang yang barupertama kali berkunjung ke keramba
jaring apung ini akan menghadapi bau yangkurang sedap. Bau ini berasal dari
pakan yang bertumpuk di sopo maupun di gudang penyimpanan stok pakan ikan
dan ikan-ikanyang mati dalam keramba memperburuk keadaan.
Perubahan air juga terlihat jelas, tidak ditemukan lagi air yang bersih
nanjernih. Air telah menjadi air keruh yang berbau amis. Tumpukan enceng
gondokdipingir keramba dan banyaknya lumut di pesisir danau membuat
pendatang tidak nyaman.Namun ketidaknyamanpendatang sepertinya bukan
masalah bagi penduduk sebab dari keramba inimereka menggantungkan harapan
untuk hidup layak.Keadaan lingkungan yangmungkin tercemar tidak menjadi
persoalan, yang penting adalah adanya mata pencaharian bagi masyarakat
Haranggaol.
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Desa Haranggaol Horisan
Desa Haranggaol termasuk dalam wilayah Kelurahan Haranggaol, Kecamatan
Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.Luas desa ini mencapai 1.493,8 Ha.
Batas-batas wilayah Desa Haranggaol terdiri dari:
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tangga Batu.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Saribu.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Siboro.
Selain Desa Haranggaol, Kelurahan Haranggaol terdiri dari beberapa
desalainnya yaitu Desa Sigunggung, Desa Tangga Batu, Desa Siboro, Desa
Bandar Saribu, Desa Purba Saribu, Desa Mariah Purba. Letak Desa Haranggaol
secara umum terletak pada 2°48´46´´-2°52´31´´LU dan 98° 35´ 51´´- 94° 45´ 11´´
BT. Berada pada ketinggian 751-1400 meter diatas permukaan laut dengan ratarata suhunya adalah 28-39°. Keadaan iklimnya adalah beriklim dingin. Desa
Haranggaol merupakan sebuah kota Kecamatan Haranggaol Horisan. Desa ini
berjarak 30 Km dari ibu kota kabupatennya yakni kota Pematang Raya. Keadaan
alam Haranggaol di kelilingi hamparan pegunungan sebelah selatannya berbatasan
langsung dengan luasnya Danau Toba.Sementara kontruksi tanahnya Desa
Haranggaol adalah berbatu-batuan. Sepanjang perjalan menuju Desa Haranggaol,
pemandangan yang tersaji adalah nampaknya danau toba yang dipenuhi oleh
keramba jaring apung di sekitar 100 meter dari pantai dan adanya tanaman di
Universitas Sumatera Utara
pinggir jalan menuju desa haranggaol yang masih ditanami oleh masyarakat
setempat ditanami dengan bawang merah, cabei, tomat, dan lain-lainnya.
Memasuki wilayah perkampungan, dapat dilihat pemukiman yang
bertingkat dengan bangunan papan dan beton berderet membelakangi Danau
Toba.Tidaktampak seperti wilayah pedesaan Batak yang terkenal dengan rumahrumah panggung.Memang hampir seluruh rumah di Desa Haranggaol sudah
berubah menjadi rumah yang lazim dilihat diperkotaan.Haranggaol memiliki
sebuah pasar tradisional bernama Tiga Langgiung yang artinya pasar di tepi
danau, karena lokasinya yang berdekatan dengan danau.Dahulu pasar dibuka dua
kali seminggu setiap senin dan kamis.Tetapi sekarang pasar tradisional ini dibuka
sekali seminggu yakni setiap senin. Menurut warga hal ini disebabkan karena
kurangnya para pedagang dari beragai penjuru seperti dari Samosir, Silalahi,
Seribu Dolok, dan Pematang Raya dan di sebabkan karena maraknya masyarakat
membuka keramba jaring apung di danau dan jalur kapal dan pelabuhan sudah
tertutup oleh keramba dan tidak adanya hasil pertanian seperti waktu dulu
ditambah merosotnya pariwisata.
Dahulu Haranggaol merupakan daerah tujuan wisata yang cukup
dihandalkan oleh Kabupaten Simalungun.Terdapat beberapa objek wisata di
tempat ini yakni pantai Sigunggung, pantai Sigumba-gumba, pantai Tuhulan, dan
pantai Horisan.Dekat dengan pantai-pantai ini terdapat fasilitas penginapan.Akan
tetapi penginapan ini sepertinya mati suri saat ini, tidak ada wisatawan yang
berkunjung bahkan karena tidak adanya pengunjung yang menginap disebabkan
kurangnya tujuan wisata di Desa Haranggaol.
Universitas Sumatera Utara
Kini aktifitas yang terlihat setiap hari di Haranggaol adalah kesibukan
masyarakat Haranggaol dengan berbagai kegiatan sehari-hari, di Desa Haranggaol
yang pasti kita lihat ialah lalu lalangnya truk pengangkut ikan hasil panen dan
pengangkut bibit. Pada malam hari, hasil panen akan dibawa ke kota sedangkan
pagi hari pick uppengangkut bibit sampai dari berbagai tempat seperti Rantau
Parapat dan Siantar. Namun ketika ruas kanan dan kiri berpapasan pickup
penganggkut ikan, maka salah satu mobil harus mengalah dan menyudutkan
mobilnya hampir mendekati jurang.Hal ini terjadi karena jalan menuju desa ini
tidak cukup untuk dilalui oleh dua truk atau pickup sekaligus.
2.1.1. Sejarah Desa Haranggaol
Desa Haranggaol adalah sebuah desa yang terletak di kelurahan
Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten simalungun.Dulunya
Desa Haranggaol bernama Desa Tiga Langgiung yang artinya adalah pasar di
pesisir pantai danau yang menjual berbagai jenis hasil pertanian dari desa sekitar
Danau Toba. Pada tahun 1960 nama desa ini diubah menjadi Desa Haranggaol.
Jika dipisahkan dari suku katanya Harang artinya ladang sedangkan Gaol artinya
pisang, maka secara harfiah Haranggaol merupakan ladang pisang.Pada tahun
tersebut masyarakat Desa Langgiung yang telah diubahmenjadi Desa Haranggaol
mayoritasnya adalah petani pisang. Pada saat itu juga, pisang dari tempat ini
terkenal di Simalungun sehingga perpindahan nama tersebut sangat tepat. Seiring
pertumbuhan penduduk pada tahun 1974 Desa Haranggaol diubah menjadi
Kelurahan Haranggaol. Mulanya kantor kelurahan terletak di pinggir danau,
namun pada tahun 1985 kantor terhempas ombak sehingga hampir seluruh
bangunan rusak parah. Kemudian kantor ini dipindah ke balai desa yang berada
Universitas Sumatera Utara
tidak jauh dari kantor sebelumnya. Sehingga sampai saat ini kantor kelurahan ini
masih berbentuk kantor balai desa. Penduduk asli Haranggaol adalah suku
Simalungun ditambah dengan pendatang seperti suku Toba, Karo dan
Jawa.Hingga saat ini Desa Haranggaol bermayoritas suku Simalungun dengan
bahasa
Simalungun.Masyarakat
Haranggaol
hidup
rukun
dan
saling
berdampingan.
2.1. 2. Bahasa
Bahasa merupakan sarana dalam melakukan pergaulan manusia dalam
komunikasinya.Itulah sebabnya bahasa merupakan satu unsur penting dalam
kebudayaan.Indonesia yang memiliki keberagaman budaya dipersatukan dengan
bahasa nasional yakni bahasa Indonesia.Meskipun demikian di pelosok-pelosok
tanah air masih banyak suku bangsa yang masih menggunakan bahasa daerahnya
sebagai alat komunikasi.Begitupula yang terdapat di daerah penelitian ini, bahasa
yang sering dipergunakan adalah bahasa Simalungun.Hal ini disebabkan
mayoritas penduduk di desa ini adalah suku bangsa Simalungun. Memang ada
suku lain seperti Batak Toba, Karo, dan jawa. Namun, mereka juga menggunakan
Bahasa Simalungun pada saat bertemu dengan orang Batak.Suku bangsa
pendatang ini beradaptasi dengan baik sehingga terjadi akulturasi 9. Akan tetapi
para pendatang ini juga tidak menghilangkan kebudayaan aslinya, seperti saat
berkomunikasi dengan warga dari suku yang sama, mereka akan menggunakan
bahasa daerah mereka. Penggunaan bahasa Simalungun juga berdasarkan konteks,
misalnya saat berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan kata
“nasiam/ham” dan menghindari kata “ambia” karena dianggap tidak sopan. Kata
9
Akulturasi adalah penyatuan dua kebudayaan atau lebih tanpa menghilangkan kebudayaan
aslinya.
Universitas Sumatera Utara
ambia digunakan untuk tutur sebaya.Penyebutan masyarakat untuk keramba jaring
apung adalah kolam atau beberapa informan juga menyebutkannya dengan
sebutan keramba.Sehingga ketika peneliti dalam tulisannya menyebutkan kolam
berarti yang di maksud adalah keramba jaring apung.
2.1. 3. Pola Permukiman Penduduk
Pola permukiman menunjukan tempat bermukim manusia dan bertempat
tinggal
menetap
serta
melakukan
kegiatan
atau
aktivitasnya
sehari-
harinya.Permukiman dapat diartikan sebagai suatu daerah dimana penduduk
terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat untuk
mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya dikemudian
hari.Begitu pula dengan Desa Haranggaol telah mengalami beberapa kali
perubahan
permukiman
untuk
mempertahankan,
mengembangkan
serta
melangsungkan kehidupannya.
Persebaran bentuk permukiman pada desa ini berada di sekitar pinggiran
Danau Toba.Bentuk rumah yang membelakangi danau dan saling berhadapan
dengan rumah lainnya.Adapula rumah yang membelakangi pegunungan seperti
disekitar jalan Siboro, Desa Haranggaol jalan besar.Rumah-rumah tersebut
membelakangi perbukitan dan berhadapan dengan Tiga 10.
Menurut informasi yang peneliti kumpulkan di lapangan, kondisi rumah
pada sekitar 1974-an berupa rumah bara 11. Kemudian pada tahun 1990-an bentuk
rumah berganti menjadi rumah semi permanen hingga saat ini sudah menjadi
rumah beton permanen bertingkat. Perubahan bentuk rumah ini disebabkan oleh
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Anak-anak penduduk desa
10
Tiga adalah sebutan pasar dalam bahasa daerah.
. Rumah bara adalah rumah panggung khas batak yang memiliki panggung, sehingga bagian
bawah untuk tempat ternak
11
Universitas Sumatera Utara
Haranggaol yang mengadu nasib di kota kemudian membenahi rumahnya seperti
bentuk-bentuk rumah di kota.Banyak diantara penduduk yang merubah
rumahnyadisebabkan pendapatan dari sektor perikanan dalam keramba jaring
apung didanau.
Pendapatan dari sektor jaring apung juga mengambil alih dalam perubahan
yang terjadi di Haranggaol.Menurut beberapa informan ketika bertani, berdagang
dan berpariwisata, pendapatan mereka hanya cukup untuk sekolah anak, dan
kebutuhan sehari-hari. Hingga kemudian saat beralih pada mata pencaharian
keramba jaring apung mereka mendapat keuntungan yang besar dan mulai biasa
membangun rumah mereka, membeli kendaraan dan menambah aset lain. Saat ini,
seluruh rumah di Desa Haranggaol telah memakai jasa Perusahaan Listrik Negara
(PLN).Untuk mendapatkan air dahulu masyarakat langsung memanfaatkan air
sekitar danau untuk kebutuhan mandi dan menyuci pakaian dan perabotan
rumah.Namun, saat ini masyarakat tidak perlu kesusahan untuk mendapatkan air
bersih tersebut.Sebab, di kelurahan ini telahmemiliki sarana air bersih yang
dikelola oleh PAM dan dialiri kerumah-rumahpenduduk.
Dahulu penduduk desa ini memanfaatkan lahan perbukitan sebagai
pertanian bawang dan pisang serta mangga. Hingga pada tahun 2000-an
pemanfaatan lahan berkurang hampir 70%. Penurunan ini terjadi setelah serangan
hama pada tanaman pertanian dan berkurangnya kesuburan tanah. Saat ini
pemanfaatan ruang di Desa Haranggaol adalah memanfaatkan Danau Toba
menjadi sentral perikanan ikan nila.Desa Haranggaol ini merupakan sebuah
perkampungan yang bersifat geneologis teritorial.Selain dihuni oleh suku
Simalungun, Haranggaol dihuni oleh penduduk pendatang seperti suku Batak
Universitas Sumatera Utara
Toba, Karo, danJawa.Dengan demikian mayoritas suku di Haranggaol ini adalah
suku Batak Simalungun dengan Marga Saragih, Sinaga, Purba dan sedikit
bermarga Silalahi, Aritonang, Sirait, Nainggolan dan lain-lain.
2. 1. 3. 1. Sarana Jalan dan Angkutan
Sarana jalan yang terdapat di daerah penelitian berada dalam kondisi yang
lumayan baik.Tetapi sarana jalan dari simpang Haranggaol menuju Desa
Haranggaol kurang bagus karena pada lokasi ini terdapat sejumlah lubang aspal
dan bebatuan yang membahayakan pengendara.Itulah sebabnya para pengendara
diharuskan berhati-hati jika melewati lokasi ini. Namun demikian Desa
Haranggaol telah memiliki jalan yang menghubungkan satu kelurahan ke
kelurahan lain, satu desa menuju desa lain, bahkan dari desa menuju kota.
Sarana transportasi yang digunakan ke Haranggaol adalah angkutan umum
berupa angkot, bis, dan taxi.Merek angkutan CV. Sinar Sepadan trayek Saribu
dolok- Haranggaol tersebut digunakan untuk mengangkut penumpang menuju
Saribu Dolok - Haranggaol. Jadi penumpang dari berbagai daerah diluar Seribu
Dolok - Haranggaol dengan tujuan ke Haranggaol hanya sampai di simpang
Haranggaol, harus melanjutkan perjalanan dengan angkutan sepadan yang
memiliki stasiun di Seribu Dolok dengan trayek Seribu dolok – Haranggaol.
Angkutan ini berangkat setiap 30 menit sampai 1 jam sekali atau paling tidak,
sampai angkutan tersebut penuh. Alternatif lain menuju Haranggaol adalah
menggunakan taksi milik warga sekitar yang dapat dihubungi langsung. Taksi ini
mengantarkan penumpang sampai tujuan dengan tarif Rp 60.000 (Medan –
Haranggaol) dan Rp.40.000 (P.Siantar- Haranggaol).Sedangkan transportasi yang
digunakan untuk mengangkut hasil panen ikan, agen ikan menggunakan mobil
Universitas Sumatera Utara
truk berupa colt diesel dan mobil pick-up kecil lainnya.Transportasi lainnya
adalah kendaraan pribadi penduduk sekitar seperti mobil pribadi dan sepeda
motor.
Transportasi yang tidak kalah penting untuk penduduk Haranggaol adalah
kapal mesin.Kapal ini digunakan untuk mengangkut keperluan kolam seperti
pakan ikan (pellet), bibit dan hasil panen serta keperluan lainnya.Sebenarnya
kapal mesin ini adalah angkutan wajib yang harus dimiliki para agen ikan (toke),
dan dimiliki sebagian petani ikan dan mayoritas petani keramba jaring apung
menggunakan sampan (solu) sebab keperluan para petani sudah ditanggung
jawabi oleh para agen ikan.
2. 1. 3. 2.Sarana Kesehatan
Desa Haranggaol memang tidak memiliki rumah sakit, namun terdapat
sebuah Puskesmas dan sebuah balai kesehatan desa yang dipergunakan
untukimunisasi setiap bulannya bagi balita dan konsultasi bagi para ibu hamil.
Tingkatkesadaran masyarakat terhadap kesehatan cukup baik, dibuktikan
ketikamasyarakat sakit mereka akan mengunjungi para ahli kesehatan (Bidan)
terdekatatau puskesmas untuk diperiksa dan mendapatkan penangan berupa obat.
Untuk memudahkanmelihat jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan
Haranggaol dapatdilihat melalui tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel.1
Sarana Kesehatan di Kelurahan Haranggaol
Sarana Kesehatan
Jumlah
No
1
Puskesmas
1
2
Polindes
3
3
Apotik
2
Jumlah
6
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
2. 1. 3. 3. Sarana Pendidikan
Daerah Kelurahan Haranggaol memiliki sarana pendidikan berupa
gedungsekolah. Gedung sekolah tersebut adalah 1 gedung taman kanak-kanak, 4
gedungsekolah dasar yakni: SDN 1 Haranggaol, SDN 2 Haranggaol, SDN Purba
Saribu,SD Inpres Tangga Batu dan 2 gedung sekolah menengah pertama yaitu
SMPGKPS Haranggaol dan SMP Santo Agustinus Haranggaol. Sementara untuk
Sekolah Menengah Atas masyarakat harus sekolah di luar Haranggaol,
umumnyapara orangtua memilih menyekolahkan anaknya di kota seperti
Saribudolok,Siantar dan Medan.
Sarana
pendidikan
ini
diharapkan
dapat
membangun
motivasi
bagimasyarakat sekitar Haranggaol mengenai pentingnya pendidikan pada usia
dini, sehingga dapat memperbaiki sumber daya manusia di desa ini.
Untukmemudahkan dalam
melihat
jumlah
gedung
sekolah
sekolah
di
kelurahanHaranggaol maka dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2
Sarana Pendidikan di Kelurahan Haranggaol
Jenis Sekolah
Nama dan Tempat Sekolah
No
1
Taman Kanak-kanak
TK Santo Fransiskus Jalan
Jumlah
1
Besar Harangaol
2
Sekolah Dasar
1. Sekolah Dasar Negeri 1
4
Haranggaol
2. Sekolah Dasar Negeri 2
Haranggaol
3. Sekolah Negeri Purba Saribu
4. Sekolah Inpres Tangga Batu
3
Sekolah Menengah
1. Sekolah Menengah Pertama
Pertama
GKPS
2
Haranggaol
2. Sekolah Menengah Pertama
Santo
Agustinus Haranggaol
Jumlah
7
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
2. 1. 3. 4. Keadaan Penduduk
Keadaan
penduduk
Haranggaol
cukup
beragam
dengan
tingkat
pendapatanyang cukup tinggi.Di desa ini mayoritas masyarakatnya bertaraf
kehidupanmenengah ke atas.Di desa ini bangunannya berbentuk permanen dengan
Universitas Sumatera Utara
rumahbertingkat dengan fasilitas lengkap bahkan hampir semua penduduknya
memilikikendaraan bermotor. Taraf kehidupan ini dikarenakan mata pencaharian
keramba,karena sebelumnya masyarakat hanya mampu menghidupi kebutuhan
sehari-harinyatanpa memikir kebutuhan tersier. Meskipun beberapa dari
pendudukbermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil tetapi mereka
tetapmempunyai keramba. Untuk lebih mengetahui bagaimanakeadaan penduduk
di Desa Haranggaol akanpeneliti akan uraikan secara rincidalam sub judul berikut:
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Haranggaol dalam data statistik tahun 2016
yang diperoleh dari kantor Kelurahan Haranggaol adalah 916 kepala
keluargadengan jumlah penduduk 3202 jiwa. Dengan berjenis kelamin laki-laki
berjumlah1402 jiwa dan perempuan berjumlah 1800 jiwa. Jumlah penduduk pada
masyarakatKelurahan Haranggaol tersebar dalam 11RT. Untuk lebih jelasnya
mengenaipenyebaran penduduk pada masyarakat kelurahan Haranggaol dapat di
lihat padatabel berikut:
Tabel.3
Penyebaran Jumlah Penduduk berdasarkan RT di Kelurahan Haranggaol
No
Nama RT
Nama Dusun
Jumlah Jiwa
1
RT I
Dusun Sigunggung
538
2
RT II
Dusun Tangga Batu
474
3
RT III
Dusun Siboro
378
4
RT IV
Dusun Haranggaol
346
5
RT V
Dusun Haranggaol
282
6
RT VI
Dusun Haranggaol
250
Universitas Sumatera Utara
7
RT VII
Dusun Bandar Saribu
218
8
RT VIII
Dusun Bandar Saribu
190
9
RT IX
Dusun Bandar Saribu
182
10
RT X
Dusun Bandar Saribu
178
11
RT XI
Dusun Maria Purba
166
Jumlah
3202
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Berdasarkan tabel tersebut, jumlah penduduk di Desa Haranggaol yakni
RT IV sampai RT VI pada tahun 2016 terdapat 878 jiwa. Jumlah tersebut
tersebardi tiga wilayah lingkungan dengan 227 KK. Keterangan lebih jelas dapat
di lihatpada tabel dibawah ini:
Dusun Haranggaol
Tabel. 4
Jumlah Penduduk
Jumlah Jiwa
Jumlah KK
I
346
110
II
282
57
III
250
60
Jumlah
878
227
Sumber: Data Statistik Desa Haranggaol 2016
B. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk di Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol
Horisandapat dikelompokkan berdasarkan agama, mata pencaharian dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan.Masyarakat Kelurahan Haranggaol mayoritas beragama Kristen
Protestan,ini disebabkan karena mayoritas suku di daerah ini Simalungun dan
Toba. Dimanadiketahui bahwa umumnya suku yang bersuku Batak beragama
Kristen, begitupula di Haranggaol ini.Agama Kristen ini kemudian dikategorikan
lagi menjadiProtestan dan Katolik.Namun selain kedua agama ini terdapat pula
Agama
Islamyang
di
anut
oleh
suku
Jawa.
Untuk
lebih
jelasnya
komposisipenduduk pada masyarakat kelurahan Haranggaol dapat dilihat pada
table berikut:
No
Tabel 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Agama
Jumlah
Persentase
1
Kristen Protestan
615
70%
2
Katolik
246
28%
3
Islam
17
2%
4
Budha
-
-
5
Hindu
-
-
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Ada beberapa jenis mata pencaharian yang digeluti oleh masyarakat
Haranggaol seperti petani, perikanan dalam keramba jaring apung (KJA),
pedagang/wirausaha, wiraswasta (pemilik penginapan) dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS).Untuk mata pencaharian perikanan belum tercatat sebagai jenis mata
pencaharian yang resmi di kelurahan ini meskipun hampir 80% masyarakat
memiliki keramba jaring apung. Menurut Kepala Desa Kelurahan Haranggaol,
peternakan KJA di akumulasikan pada jenis mata pencaharian pertanian. Untuk
Universitas Sumatera Utara
lebih jelasnya persentase mata pencaharian di kelurahan Haranggaol ini dapat
dilihat melalui tabel berikut ini:
No
Tabel. 6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
1
Pegawai Negeri Sipil
4
0.5%
2
Petani
474
54%
3
Supir
9
1%
4
Pedagang/wirausaha
53
6%
5
Pensiunan
4
0.5%
6
Usia Sekolah
325
37%
7
Lain-lain
9
1%
878
100%
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Masyarakat Kelurahan Haranggaol sebenarnya sudah sadar akan
pentingnya pendidikan, hal ini ditandai dengan sudah banyaknya masyarakat yang
telah lulus dari bangku SMA. Tetapi kebanyakan masyarakat Haranggaol hanya
tamat SMA dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.Hal ini disebabkan oleh
kurangnya minat pemuda-pemudi setempat dan keterbatasan ekonomi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Tabel. 7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tidak/Belum Sekolah
44
2
Tamat SD
35
Universitas Sumatera Utara
3
Tamat SLTP
138
4
Tamat SMA
354
5
Sedang duduk di bangku SD
105
6
Sedang duduk di bangku SLTP
53
7
Sedang duduk di bangku SMA
88
8
Perguruan tinggi/lulus perguruan tinggi
61
Jumlah
878
Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol 2016
Data ini menunjukan tingkat pendidikan masyarakat Haranggaol
sudahtergolong masyarakat yang berpendidikan.Memang masih ada yang hanya
tamat SD dan SMP, namun golongan ini adalah penduduk yang sudah
lansia.Berkembangnya pendidikan di daerah ini tidak terlepas dari sarana sekolah
yang ada di Kelurahan Haranggaol dan keinginan orangtua agar anaknya
mendapat pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya sehingga dapat
membangun Haranggaol.
2.2. Gambaran Umum Keramba Jaring Apung Haranggaol
Keramba jaring apung (cage culture) adalah sistem budidaya dalam wadah
berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di
perairan seperti danau, waduk, sungai, selat dan teluk.Sistem ini terdiri dari
beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi dan
rumah jaga.Kantong jaring terbuat dari bahan polyethelene dan polyprophelene
Universitas Sumatera Utara
dengan berbagai ukuran mata jaring dan berbagai ukuran benang, berfungsi
sebagai wadah untuk pemeliharaan dan treatment ikan.
Pelampung terbuat dari drum plastik, drum besi bervolume 200 liter,
Styrofoam/gabus yang dibungkus dengan kain terpal yang berfungsi untuk
mempertahankan kantong jaring tetap mengapung di dekat permukaan air
(Seputar Informasi Perikanan dan Kelautan, 2008). Rochdianto (2005)
menambahkan, keramba jaring apung ditempatkan dengan kedalaman perairan510 meter.
Keramba jaring apung merupakan sumber mata pencaharian utama bagi
masyarakat sekitar Haranggaol, namun demikian dinas setempat tidak memiliki
data pasti mengenai luas danau yang digunakan untuk perikanan. Hal ini
disebabkan
oleh
tidak
adanya
pengakuan
pemerintah
terhadap
jenis
matapencaharian ini.Masyarakat yang bermata pencaharian keramba jaring apung
dimasukan kedalam mata pencaharian pertanian. Berdasarkan data dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara, luas keramba jaring apung di
perairan Danau Toba adalah 357.168 Ha, luas tersebut untuk seluruh daerah
pinggiran Danau Toba yang memiliki keramba dengan lima titik lokasi, yakni di
Desa Sebaganding, Desa Sirungkungan, Desa Silima, Desa Simanindo, dan Desa
Haranggaol.
Luas keramba yang terdapat di Kelurahan Haranggaol merupakan
daerahyang
paling
luas,
terdapat
361
kepala
keluarga
tanpa
batasan
maksimal.Hingga saat ini perorangnya memiliki paling banyak 100 lobang
kerambaperkeluarga. Ada 20 petani yang memiliki 50 unit keramba, 50 orang
dengan 30unit serta 70 orang dibawah 20 unit. Perunit keramba memiliki 2 lobang
Universitas Sumatera Utara
keramba,sehingga dapat di perhitungkan jumlah keramba yang terdapat di sekitar
DesaHaranggaol adalah 10.010 lobang keramba jaring apung.Sementara masingmasingluas perpetaknya adalah 5×5 meter²/unitnya.Data tersebut tidak ditemukan
di kantor kelurahan yang terdapat di Desa Haranggaol. Hal ini disebabkan oleh
tidak
tercantumnya
jenis
mata
pencahariankeramba
jaring
apung
di
Haranggaol.Akan tetapi, data tersebut adalah data yangdiperoleh peneliti dari
lapangan bersama informan. Untuk lebih jelasnya dapatdilihat melalui tabel
dibawah ini:
Tabel. 8
Jumlah Keramba Jaring Apung
No Jumlah petani
Jumlah unit
Total unit
Jumlah /lobang
(Jumlah unit×2)
1
20
50
1.000
2.000
2
50
30
1.500
3.000
3
70
20
1.400
2.800
4
221
5
1.105
2.210
105
5.005
10.010
Jlh 361
Sumber: Pribadi
Banyaknya jumlah keramba jaring apung yang terdapat di Haranggaol
inihampir menutupi seluruh danau. Berikut data yang diperhitungkan dari
jumlahkeramba yang dimiliki masyarakat:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 9
Luas danau untuk Keramba Jaring Apung
No
No Luas /unit
Jumlah unit
Luas permukaan danau yang
digunakan untuk keramba
1
5×5 meter
2.000
10.000 meter ²
2
5×5 meter
3.000
15.000 meter ²
3
5×5 meter
2.800
14.000 meter ²
4
5×5 meter
2.210
11.050 meter ²
Jumlah
50.050 meter ²
Sumber: Pribadi
2. 3. Keadaan Lingkungan
Haranggaol dengan luas 1.426,8 Ha di kelilingi oleh pegunungan
yangmenjulang
tinggi
membuat
udara
sangat
dingin.Ditambah
dengan
luasnyahamparan Danau Toba membuat pemandangan di desa ini seperti sebuah
lukisanalam.Pada pagi hari udara di desa ini cukup dingin, sementara pada siang
hariudaranya panas kemudian kembali dingin di malam hari.
Masyarakat di Haranggaol dianugerahi alam yang luar biasa dan dari
alamini mereka diberikan kehidupan.Misalnya dari sekitar pegunungan,
dahulumasyarakat menggantungkan hidup dengan mengolah tanah bebatuan
dekatpegunungan.Mereka memanfaatnya untuk pertanian mangga, bawang merah
danpisang. Sempat menjadi sentra pertanian bawang merah kejayaannyamemudar
paskah terjadi serangan hama.
Universitas Sumatera Utara
Memang masih ada beberapa masyarakat yang masih mengolah tanah
dengan memanam bawang merah.Namun nampaknya penghasilan dari bawang
merah tidak mencukupi penghasilan untuk kehidupan sehari-hari.Sementara di
danau keadaannya berbeda dengan mati surinya pertanian.Danau seperti rumah
pertama bagi penduduk Haranggaol, disana merekamenghabiskan waktunya untuk
memelihara ikan. Untuk pendatang yang barupertama kali berkunjung ke keramba
jaring apung ini akan menghadapi bau yangkurang sedap. Bau ini berasal dari
pakan yang bertumpuk di sopo maupun di gudang penyimpanan stok pakan ikan
dan ikan-ikanyang mati dalam keramba memperburuk keadaan.
Perubahan air juga terlihat jelas, tidak ditemukan lagi air yang bersih
nanjernih. Air telah menjadi air keruh yang berbau amis. Tumpukan enceng
gondokdipingir keramba dan banyaknya lumut di pesisir danau membuat
pendatang tidak nyaman.Namun ketidaknyamanpendatang sepertinya bukan
masalah bagi penduduk sebab dari keramba inimereka menggantungkan harapan
untuk hidup layak.Keadaan lingkungan yangmungkin tercemar tidak menjadi
persoalan, yang penting adalah adanya mata pencaharian bagi masyarakat
Haranggaol.
Universitas Sumatera Utara