Kisah Perjuangan Para Penulis Sukses

Kisah Perjuangan Para
Penulis Sukses
Di ebook ini kita akan mengetahui bagaimana para
penulis sukses melalui perjuangannya hingga menjadi
sukses. Perjuangan mereka memang tak mudah. Dan kisah
perjuangan mereka bisa kita jadikan inspirasi. Ada yang
menerbitkan buku setelah ditolak puluhan kali. Ada yang
menerbitkan buku sendiri dan sukses mendapatkan
penghasilan miliaran, dan lain sebagainya

Lalu.... Bagaimana Kisah
Perjuangan Mereka??

Dan Brown ~ Terus Berjuang Walau
Awalnya Buku-bukunya Tak Laris

Dan Brown dikenal melalui novel
yang ditulisnya: The Da Vinci Code
dan novel-novel misteri lainnya yang
meraih best seller international. Pada
2005, sebagai penulis ia memiliki

pendapatan sebesar $76,5 juta. Karena
itu
Majalah
Forbes
sempat
mencantumkan
namanya
sebagai
selebriti terkaya ke-6. Tapi kesuksesan
itu tidak diraih dengan mudah, melainkan melalui perjuangan
yang panjang.
Dan Brown lahir dan tinggal di Exeter. Sejak kecil, orang
tuanya sudah mendidiknya untuk memecahkan teka-teki dan
kode-kode rahasia. Misalnya saat perayaan Natal, Dan Brown
mendapat teka-teki dan sejumlah kode yang harus dia pecahkan
untuk mendapatkan kado natal yang disembunyikan oleh orang
tuanya di sebuah tempat.
Siapa sangka pengalaman semasa kecil memecahkan
kode-kode rahasia itu kelak membawanya menjadi penulis
spesialis thriller. Selain itu, Dan Brown memang menyukai

mitologi dan sejarah, sehingga karyanya berupa thriller yang

berkaitan dengan sejarah atau mitos yang dibungkus dengan
pemecahan kode-kode rahasia.
Beberapa karya Dan Brown yang terkenal, antara lain
Angels and Demons, The Da Vinci Code, The Lost Symbol, dan
yang terba ru Inferno . Karya-karya tersebut menjadi novel yang
amat laris dan difilmkan.
Setelah banyak orang yang mengenalnya sebagai penulis
hebat, mungkin tak menyangka bawha awalnya Dan Brown tak
bercita-cita menjadi penulis. Bahkan ia justru memulai karirnya
sebagai seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu. Dan Brown
bahkan sudah mengeluarkan beberapa album. Akan tetapi, Dan
Brown akhirnya memutuskan mencoba menjadi seorang penulis
karena merasa kariernya sebagai penyanyi biasa-biasa saja.
Buku yang pertama ditulisnya ternyata bukanlah buku
thriller, tapi sebuah buku humor berjudul 187 Men to Avoid:A
Survival Guide for the Romantically Frustrated Woman
disambung dengan buku selanjutnya The Bald Book. Namun
sayang, kedua buku tersebut tidak laku di pasaran.

Walaupun begitu, Dan Brown tak patah arang, berkat
usaha yang keras, Dan Brown berhasil menemukan warna
tulisannya. Ia mulai menulis novel thriller pertamanya yang
berjudul Digital Fortress. Tapi sayang, lagi-lagi novel ini pun
tidak laku di pasaran.
Ia hampir putus asa. Tenaga dan pikiran yang ia kerahkan
untuk menulis tiga buku sebelumnya seolah sia-sia. Dia hampir
meninggalkan karier yang baru seumur jagung ditapakinya

sebagai penulis buku. Dan Brown mulai membuka kembali
lagu-lagu di albumnya, terbesit dalam benaknya untuk menjadi
menjadi penyanyi dan pencipta lagu kembali.
Ia melihat sebuah lagu berjudul Angels and Demons di
albumnya, yang kemudian melecutnya untuk kembali menulis.
Dia seperti menemukan inspirasi dari syair yang pernah
diciptakannya sendiri.
Ia pun menulis cerita yang terinspirasi dari lagunya itu,
dan Angels and Demons menjadi judul novel Dan Brown
berikutnya. Dia yang telah gagal dalam 3 buku pertamanya
melecut semangat lagi untuk menulis.

Setelah ia berjuang menyelesaikan novelnya, ternyata
karena rekor penjulan novel sebelumnya yang berjudul Digital
Fortress tidak terlalu laku, maka Angels and Demons nyaris
batal diterbitkan.
Tapi Dan Brown tak menyerah begitu saja, ia terus
melakukan negosiasi. Setelah melalui negosiasi yang cukup alot,
novel ini pun akhirnya terbit. Belajar dari novel-novel
sebelumnya yang kurang bersuara, Dan Brown dan Bhlyte,
istrinya, ikut mempromosikan novel ini sendiri. Tapi sayang,
novel Angels and Demons pun bernasib sama dengan novelnovel sebelumnya. Dengan kegagalan yang terus menderanya,
Dan Brown coba memupuk semangat dengan menulis dan
menerbitkan novel berikutnya, Deception Point. Tapi ternyata
buku kelimanya itu nasibnya sama saja seperti buku-bukunya
sebelumnya.

Ia merenung kembali. Ternyata karier yang dijalaninya
sebagai penyanyi dan penulis, belum juga menjanjikan
kehidupan yang lebih baik. Namun saat seolah terkepung
dengan kegagalan yang terus menghantuinya, Dan Brown terus
menulis lagi. Ia merampungkan novel thriller-nya yang

kesekian. Namun sayang, setelah ia merampungkan buku
ketujuhnya, ternyata kali ini penerbit yang semula menerbitkan
tiga novel thriller-nya kali ini menolak menerbitkan karya
terbarunya. Tentu saja karena penerbit mempertimbangkan
karya Dan Brown yang sebelum-sebelumnya tidak terlalu laku
di pasaran.
Walaupun penjualan novel-novelnya mengecewakan, Dan
Brown tetap menjalin komunikasi dengan editornya, Kaufman.
Kaufman juga yang akhirnya membantu Dan Brown
menerbitkan novelnya setelah ditolak penerbit. Namun kali ini
melalui penerbit baru, Doubleday, Dan Brown pun menyerahkan
naskahnya diiringi rasa pesimistis yang menderanya.
Di luar dugaan, ternyata Novel yang sempat ditolak dan
akhirnya diterbitkan oleh Penerbit Doubleday, meledak dan
habis terjual hanya dalam waktu seminggu sejak pertama kali
diluncurkan. Novel itu bahkan langsung menduduki puncak
tangga New York Time Best Seller pada 2003. Novel yang
menggemparkan seluruh dunia itu adalah The Da Vinci Code.
Setelah novel The Da Vinci Code meledak di pasaran,
tiga novel Dan Brown lainnya yang sebelumnya telah lebih dulu

terbit namun tidak laku di pasaran—Angels and Demons, Digital
Fortress, Deception Point —kemudian diterbitkan kembali dan

sangat laris di pasaran. Bahkan buku-buku Dan Brown kini telah
terjual sebanyak lebih dari 200 juta eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 2005 ia pun memiliki pendapatan sebesar $76,5 juta.
Hitung sendiri berapa kalau dikonfersi ke rupiah.
Dari Dan Brown kita bisa belajar keuletannya yang luar
biasa, walau gagal berkali-kali, bahkan sampai novel ketujuh.
Bisa perjuangannya yang terus menulis walau buku-bukunya
gagal di pasaran. Bayangkan saja buku-buku yang ia tulis
sangatlah tebal, rata-rata sekitar 600-an halaman. Dan ia terus
berusaha menulis bahkan ikut mempromosikan bukunya walau
terus berkali-kali mengalami kegagalan. Tapi dengan kerja
kerasnya ia menuai keberhasilan yang luar biasa.

J.K Rowling ~ Penulis Terkaya
yang Sempat Menjadi Orang yang
Sangat Miskin


Saat ini pasti hampir semua orang
tau Harry Potter, baik filmnya ataupun
novelnya. Novel Harry Potter menjadi
novel paling laris di dunia. J.K Rowling
adalah penulis di balik novel tersebut. Ia
telah menghasilkan miliaran dolar
Amerika dari hasil karya-karyanya
tersebut. JK Rowling mampu menjelma
menjadi seorang penulis paling kaya di Inggris, dan bahkan
dunia.
Tapi siapa sangka, ibu tiga anak ini memulai semuanya
dari nol. Bahkan ia sempat mendapat santunan dari pemerintah
Inggris karena masuk dalam kategori sebagai orang miskin yang
layak mendapat santunan.
J.K Rowling lahir dari pasangan Peter dan Anne pada 31
Juli 1965. J.K Rowling memang gemar menulis sejak kecil.
Bahkan, di usianya yang baru menginjak enam tahun, ia sudah
menelurkan kisah berjudul ―Rabbit‖. J.K Rowling terus
melanjutkan kebiasaannya menulis.


Suatu ketika, saat ia melakukan perjalanan di kereta dari
Manchester ke London, ia mendapat ide menulis. Saat itu tibatiba ia mendapat ide untuk memulai kisah Harry Potter yang
diberinya judul Philosopher‘s Stone.
Naskah itu tak langsung jadi. Setelah perceraian dari
suami pertamanya, ia yang terpaksa harus hidup pas-pasan.
Himpitan kemiskinan itulah yang membuat J.K Rowling
melecut semangatnya untuk menyelesaikan karya yang telah
dimulainya sebaik mungkin. Dari karyanya, Ia berharap bisa
mendapatkan penghasilan yang layak.
Akhirnya, pada 1995 ia berhasil menyelesaikan buku
pertamanya. Tapi, karena sangat miskin, ia yang berniat
mengirimkan naskahnya ke penerbit tak mampu membayar
biaya foto kopi untuk memperbanyak naskahnya. Ia terpaksa
mengetik ulang naskahnya hingga beberapa kopi dengan mesin
tik tua manual yang murah. Bisa dibayangkan bagaimana
perjuangannya, naskah Harry Potter yang sangat tebal itu
diketikanya dengan mesin tik beberap kali.
Ia mengirimkan naskahnya ke penerbit, berharap penerbit
menerima naskahnya dan ia mendapatkan penghasilan dari
penjualan buku karyanya. Tapi, sama seperti penulis pemula

yang lain, naskah itu pun mengalami penolakan berkali-kali dari
berbagai penerbit. Bahkan sampai 12 kali. Beruntung, dari
seorang agen bernama Christopher, Bloomsbury mau
menerbitkan kisah tersebut.

Tak disangka, ajaibnya, buku yang sempat ditolak oleh
berbagai penerbit itu justru laku sangat keras. Setelah
menerbitkan buku pertamanya, ia pun menerbitkan seri lanjutan
dari buku Harry Potter-nya itu.
Kondisi hidupnya pun berubah total. Dari orang yang
sangat miskin, yang harus menerima santunan dari pemerintah,
yang bahkan untuk membayar fotokopi saja tak mampu hingga
ia harus mengetik ulang naskahnya beberapa kali dengan mesin
tik, kemudian ia bisa hidup berkelimpahan dari karya Harry
Potter-nya itu.
Tidak ada sukses tanpa perjuangan, begitu pula dengan
J.K Rowling yang menjadi penulis terkaya di dunia. Ia pun
harus mengalami masa-masa sulit sebagai orang miskin yang
naskahnya harus mengalami penolakan 12 kali. Tapi ia pantang
menyerah, setelah melalui perjuangan panjang ia mampu

mengubah hidupnya jauh ke arah yang lebih baik.

Stephen King ~ Tukang Setrika
yang Jadi Penulis Sukses
~ Novelnya terjual lima juta eksemplar dan menjadi film
yang paling banyak meraup keuntungan ~
Dia adalah seorang tukang setrika di
perusahaan binatu, dia tinggal di sebuah
kontrakan kecil dan mendapat upah $60
seminggu. Istrinya bekerja di malam hari,
namun dengan dua pekerjaan tersebut
mereka nyaris tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
Hingga saat bayi mereka terkena infeksi
telinga. Mereka tidak memiliki biaya
pengobatan dan harus menjual beberapa barang perabotan
mereka untuk membeli obat antibiotik. Pekerja binatu ini
memiliki impian ingin menjadi penulis. Setiap malam dan akhir
pekan bunyi mesin ketiknya memenuhi kontrakan kecilnya. Dia
menabungkan sebagian uang belanjanya untuk mengirimkan

naskah pada penerbit dan agen.
Semua orang menolak hasil karyanya, dan surat jawaban yang
diterimanya pun cukup singkat.
―Tulisan anda belum memenuhi syarat‖. Bahkan dia sendiri pun
tidak yakin jika hasil karyanya disempatkan dibaca oleh editor.
Pada suatu hari si pekerja binatu tersebut membaca sebuah
novel yang mengingatkannya akan hasil karyanya. Kemudian

dia mengirimkan hasil karyanya kepada sebuah penerbit buku,
dan naskah itu diterima oleh Bill Thompson.
Beberapa minggu kemudian, sebuah jawaban yang hangat dan
ramah diterimanya melalui pos. Naskah itu punya banyak
kesalahan, tetapi Bill Thompson yakin pekerja binatu ini punya
bakat sebagai seorang penulis dan mendorongnya untuk
mencobanya lagi.
Dalam 18 bulan berikutnya, si pekerja binatu mengirimkan dua
naskah lagi kepada editor. Namun sekali lagi pekerja binatu
tersebut mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan dari
editor. Tanpa putus asa, si pekerja binatu pun mulai
mengerjakan novel berikutnya. Karena tagihan yang terus
menumpuk,
membuatnya
mulai kehilangan harapan.
Pada suatu malam dia membuang naskahnya ke keranjang
sampah. Keesokannya istrinya mengambilnya lagi. ―Kau tak
boleh menyerah saat keberhasilan telah begitu dekat‖, kata
istrinya.
Si pekerja binatu menatap halaman-halaman naskahnya.
Mungkin dia mulai kehilangan rasa percaya diri, tetapi istrinya
percaya dan tetap mendukungnya. Demikian pula dengan
seorang editor di New York percaya bahwa dia berbakat dan
memberinya semangat. Maka timbullah semangatnya yg hampir
padam.
Setiap hari dia mulai menulis lagi untuk menyempurnakan
kembali novelnya. Setelah dia selesai menulis, dikirimkannya
kembali novel itu kepada Bill Thompson. Di luar dugaannya
perusahaan penerbitan Thompson menyerahkan uang muka
$2500, dan lahirlah cerita horor klasik karya ―Stephen King‖ -si
tukang setrika tadi- yang berjudul ―Carrie‖.

Novel tersebut terjual lima juta eksemplar dan menjadi film
yang paling banyak meraup keuntungan pada tahun 1976.Setiap
hari dia mulai menulis lagi untuk menyempurnakan kembali
novelnya. Setelah dia selesai menulis, dikirimkannya kembali
novel itu Di luar dugaannya, perusahaan penerbitan
menyerahkan uang muka $2500, dan lahirlah cerita horor klasik
karya ―Stephen King‖ yang berjudul ―Carrie‖.
Novel tersebut terjual lima juta eksemplar dan menjadi film
yang paling banyak meraup keuntungan pada tahun 1976.

Kathryn Stockett ~ DITOLAK
PENERBIT 60 KALI SEBELUM
NOVELNYA BEST SELLER
Kathryn Stockett memulai menulis
novel yang berjudul The Help pada tahun
2001. Novel The Help selesai tahun 2006.
Ia kemudian menawarkan naskahnya ke
sejumlah penerbit melalui agen. Ternyata
tawaran pertama ditolak. Ia mencoba
merevisi dan beberapa bulan kemudian
menawarkannya lagi pada beberapa agen
lain. Hasilnya, masih ditolak. ―Setidaknya ada 15 yang
menolak,‖ katanya.
Ia coba bertanya pada teman-temannya kira-kira apa yang
membuat novel yang bercerita tentang pembantu kulit hitam di
keluarga kulit putih tahun 1960-an ini tak menarik. Kebanyakan
menghibur dan memintanya menulis novel lain. Padahal,
menurut Stockett, ia tak akan membuat novel berikutnya kalau
The Help belum diterbitkan.
Setelah itu ia mencoba menawarkannya lagi pada
sejumlah agen. Namun masih saja ditolak. Itu berarti ia sudah
mendapat 40 kali penolakan. Namun ia tetap bertahan, ia harus
terus bejuang. Memperbaikinya kalau perlu dan mencari agen
atau penerbit baru yang mungkin bersedia menerbitkannya. Atas

kengototan itu teman-temannya sudah memberinya nasihat agar
tak perlu bergantung pada novel itu. Namun Stockett tetap
yakin, The Help novel yang bagus dan layak diterbitkan.
Ia kemudian memperbaikinya di sana-sini. Begitu
sibuknya dengan draft buku itu, sampai-sampai menjelang
kelahiran anak pertamanya ia masih memegang draft. Ketika
didorong menuju tempat persalinan, seorang perawat
memintanya untuk tidak terus menerus membaca. Dan dengan
menyesal akhirnya draft itu ia serahkan ke sang suami.
Lima hari setelah kelahiran anaknya, Stockett menginap di
hotel dan langsung mengetik untuk memperbaiki The Help.
Setelah itu ia menawarkan novel itu ke sejumlah agen.
―Akhirnya saya mendapat penolakan yang ke-60,‖ katanya.
Namun tawarannya yang ke-61 mendapat respon baik.
Agen yang bernama Susan Ramer, bersedia menawarkan The
Help ke penerbit Amy Einhorn Books. Tahun 2009 akhirnya
novel itu terbit dan menjadi novel best-seller di Amerika.
‗Novel itu terbit setelah melalui proses lima tahun
menulis, tiga setengah tahun mengalami 60 penolakan,‖
katanya.
Jika Kathryn Stockett butuh 60 kali penolakan agar
naskahnya diterbitkan dan menjadi best seller. Tentu kita tak
punya alasan untuk berhenti berkarya sampai karya itu
diterbitkan.

Raditya Dika ~ Karyanya Sempat
Ditolak dan Kurang Laris
Siapa yang tak kenal Raditya
Dika? Raditya Dika kini dikenal sebagai
penulis yang sudah familiar dan populer
di dunia entertainment. Buku-buku
terbitannya selalu menjadi best seller
dan selalu juga sukses jika difilmkan.
Dirinya sendiri kerap berperan sebagai
aktor di filmnya, bahkan belakangan ini juga berperan sebagai
sutradara. Tapi apakah kesuksesan Raditya Dika diraih dengan
mudah? Tentu tidak.
Raditya Dika memiliki nama lengkap Dika Angkasa Putra
Moerwani. Ia mengawali kiprahnya dalam dunia menulis ketika
ia aktif menulis di blognya yang dulu bernama
kambingjantan.com yang kemudian ganti nama menjadi
namanya sendiri www.radityadika.com. Ia menceritakan tentang
cerita lucu dari kehidupannya sendiri ketika ia kuliah di
Adelaide, Australia. Awalnya, blognya hanya dikunjungi tak
lebih dari lima orang. Tapi lama-kelamaan semakin menyebar
dan cerita-cerita yang dibuatnya di blog dibaca ribuan orang dan
terus bertambah.
Radit memang hobi menulis, tapi ia dulu sama sekali tak
terbesit untuk membuat buku-buku humor seperti apa yang ia
tulis di blognya. Justru dulu ia sempat berniat menulis buku

tentang filsafat. Saat naskah filsafatnya belum selesai, banyak
pengunjung blognya yang menyarankannya untuk mengirimkan
tulisan-tulisannya di blog ke penerbit. Ia pun mengikuti saran itu
untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit.
Lalu apakah naskahnya diterima penerbit? Ternyata tidak,
naskahnya banyak mendapat penolakan dari beberapa penerbit.
Tapi ia tak menyerah begitu saja, ia mendatangi sebuah penerbit
dan melakukan presentasi untuk meyakinkan penerbit. Awalnya
penerbitnya tidak yakin karena genre naskah yang ditulis Radit
bisa dibilang baru saat itu. Namun setelah negosiasi akhirnya
naskahnya diterima penerbit untuk diterbitkan.
Setelah diterbitkan penerbit dan bukunya mejeng di toko
buku apakah bukunya laku? Ternyata tidak. Di bulan-bulan
pertama bukunya tidak terlalu laku. Ia tak patah arang, ia gencar
promosi di blognya dan juga dari mulut ke mulut. Ia juga
meminta pembacanya untuk berfoto dengan novelnya lalu
dikirim ke blognya. Hasilnya, penjualan novel Kambing Jantan
meningkat pesat. Menurutnya, dalam menulis, tidak serta merta
setelah menulis urusan selesai, kemudian pemasaran diserahkan
pada penerbit. Tapi penulis seharusnya juga sebagai pemasar
bagi bukunya sendiri.
Setelah novel kambing jantannya laris, ia pun menulis
buku-buku lainnya dengan genre yang sama: Cinta
Brontosaurus, Radikus Makankaus: Bukan Binatang Biasa, Babi
Ngesot: Datang Tak Diundang, Pulang Tak Berkutang, Marmut
Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon, dan Koala Kumal.

Ia juga membintangi film-film yang diadaptasi dari
novelnya. Dan sejak saat itu ia juga dikenal sebagai selebriti.
Selain itu beberapa filmnya terakhir juga disutradarai olehnya.
Itulah kisah perjuangan Raditya Dika yang bermula dari
menulis blog, kemudian menerbitkan buku walau sempat
mengalami berbagai penolakan dan sempat tak laku akhirnya ia
bisa menjadi penulis sukses dan juga artis yang cukup dikenal.

Dewi Lestari ~ Sempat
Memasarkan Bukunya Sendiri
Dewi Lestari adalah penulis yang
karya-karyanya selalu ditunggu. Banyak
karya-karayanya yang best seller seperti
Supernova, Perahu Kertas, Filosofi Kopi,
Rectoverso, dll. Karya-karaynya pun sudah
difilmkan.
Dewi Lestari lahir di Bandung, 20
Januari 1976. Dee lebih dulu dikenal
sebagai seorang penyanyi yang tergabung dalam Trio RSD
(Rida Sita Dewi).
Sebenarnya, sebelum jadi penyanyi, ia sudah gemar
menulis sejak lama. Bahkan tak banyak yang tau bahwa cerpen
Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya
berjudul Sikat Gigi pernah dimuat di buletin seni terbitan
Bandung, Jendela Newsletter. Di tahun 1993, ia juga menjadi
juara pertama pada lomba menulis yang diadakan majalah
Gadis, saat itu ia mengirim tulisan berjudul Ekspresi. Tiga tahun
berikutnya, ia menulis cerita bersambung berjudul Rico the Coro
yang dimuat di majalah Mode. Ketika SMA, ia juga pernah
menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.
Novel Perahu kertas pun sebenarnya sudah ia tulis sejak
lama, sebelum ia menjadi penyanyi. Saat itu ia sering

memberikan tulisannya ke saudara-saudaranya untuk dibaca dan
dikomentari.
Setelah sukses menjadi penyanyi, ia pun terpikir untuk
menulis novel sebagai hadiah bagi dirinya di usia ke 25. Selama
menulis ―Supernova Satu‖, selama berbulan-bulan ia tidur tidak
teratur, tidur jam delapan pagi, bangun jam dua siang lalu kerja
sampai pagi di depan komputer. Sedangkan kegiatan show
bersama RSD, ia lakukan dua kali seminggu.
Dewi Lestari menerbitkan Novel ―Supernova - Ksatria,
puteri dan bintang jatuh, secara indie. Ia merogoh kocek dan
tabungannya sendiri untuk mencetak bukunya. Alasan ia
memilih menerbitkan secara indie karena ia tidak ingin
naskahnya diedit oleh penerbit. Setelah buku pertama sukses, ia
juga menerbitkan buku kedua ―Supernova – Akar‖, lalu bukubuku berikutnya.
Untuk memasarkan bukunya, Dee tidak semata
bergantung pada jaringan toko buku besar. Dee adalah
memanfaatkan keunggulan internet dengan membuat sebuah
website. Dimana pengunjung bisa membeli bukunya. Lewat
media ini, ia juga sempat mengundang 50 pembeli untuk
menghadiri perayaan ulang tahunnya. Selain itu ia juga
menggunakan strategi penjualan langsung misalnya dengan
mengadakan diskusi buku dan temu pengarang di berbagai
perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI). Terakhir
baru berupa penjualan tunai ke toko buku di sejumlah kota besar
di luar Jakarta.

Selain itu ia juga pernah menggunakan strategi pemasaran
yang unik, seperti misalnya, ada seorang berbaju alien yang
menjual buku tersebut.
Setelah sukses menerbitkan buku sendiri, barulah ia
menerbitkan buku di penerbit besar dan semakin sukses. Lalu
kemudian buku-bukunya diadaptasi menjadi film.
Itulah kisah perjuangan Dewi Lestari yang walaupun
namanya sudah dikenal, tetapi ia harus berjuang memasarkan
bukunya sendiri sebelum bukunya laris.

Penulis yang sukses ternyata tidak hanya bagi mereka
yang menerbitkan buku secara mayor, tapi banyak juga penulis
yang sukses dengan menerbitkan buku secara indie. Selain Dewi
Lestari yang awalnya menerbitkan buku secara indie, banyak
juga penulis besar lainnya yang sukses awalnya menerbitkan
buku secara indie. Selain itu ternyata banyak juga penulis yang
baru sukses pada saat menerbitkan buku secara indie. Mereka
mendapatkan bukan cuma royalty, tapi keuntungan yang
jumlahnya jauh lebih besar. Seperti penulis-penulis di bawah ini.

Karen McQuestion
Ia menghabiskan hampir satu dekade mencoba membujuk
penerbit di New York untuk mencetak salah satu bukunya.
Sampai pada akhirnya wanita berusia 49 tahun dan ibu tiga
anak itu memutuskan untuk menerbitkannya sendiri, secara
online. Sebuah buku yang berjudul“A Scattered Life,” tentang
kisah segitiga persahabatan antara tiga wanita di kota kecil
Wisconsin.
Hampir satu tahun kemudian, bukunya tersebut dalam
format digital terjual sebanyak 36.000 melalui Kindle ebookstore Amazon.com Inc. dan menjadi pilihan buku untuk
difilmkan oleh seorang produser di Hollywood.

John Locke
John Locke adalah seorang agen asuransi yang hobi
menulis. Ia berhasil menerbitkan 10 novelnya sendiri dalam
bentuk ebook dan laris terjual lebih dari satu juta copy hanya
dalam waktu lima bulan saja.

Amanda Hocking
Amanda telah menulis sembilan novel e-book bergenre
urban legend. Dan karyanya telah laris terjual 900 ribu kopi
sejak diterbitkan pada April 2010.

Itu mungkin beberapa contoh penulis luar yang sukses
menerbitkan bukunya secara indie, lalu bagaimana dengan
penulis Indonesia?
Tentus saja banyak. Selain Dewi Lestari yang awalnya
sukses menerbitkan buku secara indie, banyak penulis-penulis
yang sukses menerbitkan bukunya secara indie. Sebut saja AA
Gym atau Ary Ginanjar Agustiar, selain itu ada juga Dewa Eka
Prayoga yang walau menjual bukunya dengan harga mahal tapi
tetap sangat laris.
Selain itu ada juga penulis yang menerbitkan bukunya
sendiri, dan dalam waktu tiga tahun ia mendirikan penerbit yang
omsetnya mencapai 5 milyar. Seperti di bawah ini:

Kisah Sukses Penulis Beromset 5
Milyar dalam 3 tahun

Beliau bukan sarjana dengan latar belakang pendidikan
bisnis, ia jebolan pesantren dan Fakultas Pendidikan IAIN/UIN
SGD Bandung dengan basic ilmu keislaman.
Saat ini beliau telah berhasil mendirikan 3 penerbitan
buku dan beberapa perusahaan yang terkait dengan buku.
Semuanya telah memberikan income sangat besar dalam
hitungan milyaran rupiah dalam setiap tahunnya.

Beliau anak seorang petani di kampung kecil yang jauh dari
hiruk pikuk perkotaan. Sejak SD hingga menjelang kuliah
masih berkutat dengan lumpur. Namun terdorong ingin
merubah nasib membuatnya berpikir ekstra keras mencari
berbagai bisnis yang bisa membuat hidup layak. Berbagai
usaha telah ditekuni sejak SD hingga masa kuliah. Selain
jurnalistik, perkembangan berikutnya menekuni banyak bisnis
dan investasi baik ofline maupun online termasuk mendirikan 7
situs dan 125 blog yang semuanya memberikan penghasilan
cukup fantastis.
Sebagian besar kenikmatan hidup sudah beliau
dinikmati; Istri yang cantik, anak yang sangat luar biasa,
tempat tinggal layak, kendaraan, terbang ke berbagai belahan
Indonesia dan luar negeri, membahagiakan orang tua dan
saudara, serta menikmati indahnya kebabasan baik secara
financial
Beliau yang dulu hidup sarat dengan keterbatasan tapi
kini mampu menggapai cita-citanya. Beliau menerbitkan buku
dan mendirikan penerbit dengan modal yang sangat kecil,
namun mampu menghasilkan omset sampai 5 milyar setelah 3
tahun. Dan beliau berbagi kisahnya serta cara menggapainya di

http://bit.ly/1JksAEZ

Itulah kisah perjuangan para penulis sukses. Masih banyak
penulis sukses lainnya yang menggapai suksesnya melalui
perjuangan. Baik penulis yang menerbitkan bukunya secara
mayor maupun secara indie. Yang pasti, contoh di atas bisa
dijadikan inspirasi bagi Anda yang ingin menjadi penulis sukses.

Jika anda punya naskah dan ingin
menerbitkannya menjadi buku, anda bisa
menerbitkannya di Rasibook.com dengan mengisi form
penerbitan di http://bit.ly/1DAsx3c dan mengirim naskah ke
rasibook@yahoo.com. Info lengkap bisa dilihat di
http://www.rasibook.com/p/paket-penerbitan.html
Jika Ingin melayout buku dalam waktu singkat silakan ke
layoutbuku.com

Rasibook
CV. Rasi Terbit
Web : www.rasibook.com
email : rasibook@yahoo.com
Fanpage : https://www.facebook.com/rasibook
Twitter : @rasibook
Google + : https://plus.google.com/+RasibookPenerbitbuku/