Hubungan Antara Ekologi dan Biologi
Hubungan Antara Ekologi dan Biologi
Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli biologi
Jerman pada tahun 1986. Arti kata oikos adalah rumah atau tempat tinggal, dan
logos bersifat telaah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah atau
tempat tinggal mahluk. Biasanya ekologi didefinisikan sebagai “Ilmu yang
mempelajari hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya.
Ekologi adalah bagian kecil dari Biologi. Seperti telah diketahui bahwa biologi
murni pada pokoknya dapat dibagi dua, yaitu pembagian berdasarkan “lapisan”
vertikal, dan pembagian berdasarkan “keratan” taksonomi.
a. Lapisan vertikal, yaitu:
Morfologi
- tentang bentuk luar
Anatomi
- tentang bagian-bagian dalam
Histologi
- tentang jaringan mikroskopis
Fisiologi
- tentang proses kerja
Genetika
- tentang pewarisan sifat
Ekologi
- tentang “rumah” organisme
dan lain-lain.
b. Keratan taksonomi atau sistematika, yaitu:
Mikologi
- tentang jamur
Mikrobiologi
- tentang jasad renik
Entomologi
- tentang serangga
Ornitologi
- tentang burung
Botani
- tentang tumbuhan
dan lain-lain.
Untuk memudahkan memahaminya, dapat digambarkan dengan potongan
“kue” tiga dimensi berikut ini.
Penyebab Masalah Lingkungan
Ada beberapa masalah yang terjadi di lingkungan makhluk hidup, masalah
lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasarnya adalah masalah ekologi
manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan
lingkungan itu kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Jika hal
ini tidak segera diatasi pada akhirnya berdampak kepada terganggunya
kesejahteraan manusia.
Kerusakan lingkungan yang terjadi dikarenakan eksplorasi sumberdaya
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan. Kerusakan lingkungan ini telah mengganggu proses alam, sehingga
banyak fungsi ekologi alam terganggu.
Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait erat.
Keterkaitan antara masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah
faktor merupakan sebab berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh
yang berbeda dan interaksi antar berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan
bersifat kumulatif (Soedradjad, 1999). Masalah lingkungan yang saling terkait
erat antara lain adalah populasi manusia yang berlebih, polusi, penurunan jumlah
sumberdaya, perubahan lingkungan global dan perang.
Penyebab masalah lingkungan hidup, secara garis besar dapat dibagi
menjadi 2 faktor, yaitu :
1. Bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam.
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda
Indonesia telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Hal tersebut
dapat dilihat dari efek yang ditimbulkan oleh gempa yang baru-baru ini terjadi di
berbagai wilayah Indonesia sebagai contohnya di Sumatera Barat.
Akibat dari getaran gempa yang dahsyat telah mengakibatkan bukit-bukit
mengalami longsor sehingga satu desa ikut tertimbun termasuk manusia, hewan
dan pepohonan.
Peristiwa alam lainnya adalah letusan gunung berapi, peristiwa ini adalah
fenomena alam yang dapat merusak lingkungan hidup bagi daerah yang
terjangkau efek dari ledakannya. Letusan gunung berapi terjadi karena aktifitas
magma perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak
gunung berapi.
2. Bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat faktor manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar
dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Segala aktifitas yang dilakukan
oleh manusia harus bisa membawa dampak yang baik bagi lingkungan. Apabila
diabaikan maka akan terjadi kerusakan lingkungan, seperti : pencemaran.
Dalam bagian ini saya akan membahas tentang penyebab kerusakan
lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari salah satu kegiatan manusia yang
memasukkan (introduction) suatu makhluk hidup asing ke tempat atau lingkungan
tertentu.
Salah satu yang paling jelas adalah tumbuh suburnya eceng gondok di
Indonesia. Tanaman eceng gondok pertama kali dibawa dari Brazil ke Kebun
Raya
Bogor,
karena
bunganya
yang
cantik
berwarna
ungu.
Proses
perkembangbiakan generatif dan vegetatif yang sangat cepat, hanya dalam 2 – 4
hari. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan dan
menyebabkan pendangkalan, selain itu tumbuhan ini juga menutupi permukaan air
sehingga mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam air menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut. Yang paling utama permasalahan dari
tumbuhan adalah tidak adanya musuh alami tanaman ini di Indonesia sehingga
mengganggu kondisi lingkungan perairan tempatnya hidup. Keadaan ini
mengancam kehidupan ikan-ikan endemik di perairan Indonesia.
Contoh masalah lain akibat rusaknya keseimbangan tatanan lingkungan
adalah kondisi dalam kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dimana
padang Rumput/ Savana sebagai Ekosistem penting yang merupakan ciri khas dari
taman nasional tersebut telah terinvasi akibat introduction tumbuhan Akasia
berduri (Acacia nilotica). Tumbuhan Akasia berduri yang ada di dalam kawasan
taman nasional telah mengakibatkan berbagai jenis rumput-rumputan yang
merupakan pakan bagi banteng jawa di dalam kawasan tidak dapat
berkembangbiak dengan baik dan luasannya terus menurun. Penurunan luasan
savana yang cukup drastis juga mengakibatkan kompetisi antar satwa herbivora
semakin meningkat yang akhirnya dapat menyebabkan salah satu jenis akan
punah karena terdegradasi. Hal ini mengakibatkan jumlah populasi banteng jawa
yang langka bahkan dilingdungi terus berkurang karena berkurangnya makanan,
dan berubahnya struktur lingkungan karena tumbuhan akasia yang diintroduksi.
Akasia berduri (Acacia nilotica) diintroduksi ke Taman Nasional Baluran
dengan tujuan sebagai sekat bakar untuk menghindari menjalarnya api dari savana
ke kawasan hutan jati. Pada tahun 1969 tumbuhan ditanam di savana Bekol
dengan tujuan yang sama yaitu sebagai sekat bakar untuk mencegah menjalarnya
kebakaran dari savana ke kawasan hutan (Taman Nasional Baluran 1999 dalam
Hartini 2006). Kecepatan tumbuh dan penyebaran Akasia berduri mengakibatkan
penurunan kualitas dan kuantitas padang rumput, merubah pola perilaku satwaliar
herbivora yang merupakan komponen habitatnya serta lebih parahnya mengubah
struktur dan komposisi vegetasi penyusun savana Baluran. Untuk itu diperlukan
adanya suatu kajian tentang bagaimana pengelolaan terhadap jenis Akasia berduri
ini sehingga tidak mengakibatkan hilangnya savana sebagai sumber pakan bagi
satwaliar herbivora dan komponen penyusun habitat lainnya di dalam kawasan
Taman Nasional Baluran.
Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli biologi
Jerman pada tahun 1986. Arti kata oikos adalah rumah atau tempat tinggal, dan
logos bersifat telaah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah atau
tempat tinggal mahluk. Biasanya ekologi didefinisikan sebagai “Ilmu yang
mempelajari hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya.
Ekologi adalah bagian kecil dari Biologi. Seperti telah diketahui bahwa biologi
murni pada pokoknya dapat dibagi dua, yaitu pembagian berdasarkan “lapisan”
vertikal, dan pembagian berdasarkan “keratan” taksonomi.
a. Lapisan vertikal, yaitu:
Morfologi
- tentang bentuk luar
Anatomi
- tentang bagian-bagian dalam
Histologi
- tentang jaringan mikroskopis
Fisiologi
- tentang proses kerja
Genetika
- tentang pewarisan sifat
Ekologi
- tentang “rumah” organisme
dan lain-lain.
b. Keratan taksonomi atau sistematika, yaitu:
Mikologi
- tentang jamur
Mikrobiologi
- tentang jasad renik
Entomologi
- tentang serangga
Ornitologi
- tentang burung
Botani
- tentang tumbuhan
dan lain-lain.
Untuk memudahkan memahaminya, dapat digambarkan dengan potongan
“kue” tiga dimensi berikut ini.
Penyebab Masalah Lingkungan
Ada beberapa masalah yang terjadi di lingkungan makhluk hidup, masalah
lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasarnya adalah masalah ekologi
manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan
lingkungan itu kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Jika hal
ini tidak segera diatasi pada akhirnya berdampak kepada terganggunya
kesejahteraan manusia.
Kerusakan lingkungan yang terjadi dikarenakan eksplorasi sumberdaya
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan. Kerusakan lingkungan ini telah mengganggu proses alam, sehingga
banyak fungsi ekologi alam terganggu.
Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait erat.
Keterkaitan antara masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah
faktor merupakan sebab berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh
yang berbeda dan interaksi antar berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan
bersifat kumulatif (Soedradjad, 1999). Masalah lingkungan yang saling terkait
erat antara lain adalah populasi manusia yang berlebih, polusi, penurunan jumlah
sumberdaya, perubahan lingkungan global dan perang.
Penyebab masalah lingkungan hidup, secara garis besar dapat dibagi
menjadi 2 faktor, yaitu :
1. Bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam.
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda
Indonesia telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Hal tersebut
dapat dilihat dari efek yang ditimbulkan oleh gempa yang baru-baru ini terjadi di
berbagai wilayah Indonesia sebagai contohnya di Sumatera Barat.
Akibat dari getaran gempa yang dahsyat telah mengakibatkan bukit-bukit
mengalami longsor sehingga satu desa ikut tertimbun termasuk manusia, hewan
dan pepohonan.
Peristiwa alam lainnya adalah letusan gunung berapi, peristiwa ini adalah
fenomena alam yang dapat merusak lingkungan hidup bagi daerah yang
terjangkau efek dari ledakannya. Letusan gunung berapi terjadi karena aktifitas
magma perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak
gunung berapi.
2. Bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat faktor manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar
dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Segala aktifitas yang dilakukan
oleh manusia harus bisa membawa dampak yang baik bagi lingkungan. Apabila
diabaikan maka akan terjadi kerusakan lingkungan, seperti : pencemaran.
Dalam bagian ini saya akan membahas tentang penyebab kerusakan
lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari salah satu kegiatan manusia yang
memasukkan (introduction) suatu makhluk hidup asing ke tempat atau lingkungan
tertentu.
Salah satu yang paling jelas adalah tumbuh suburnya eceng gondok di
Indonesia. Tanaman eceng gondok pertama kali dibawa dari Brazil ke Kebun
Raya
Bogor,
karena
bunganya
yang
cantik
berwarna
ungu.
Proses
perkembangbiakan generatif dan vegetatif yang sangat cepat, hanya dalam 2 – 4
hari. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan dan
menyebabkan pendangkalan, selain itu tumbuhan ini juga menutupi permukaan air
sehingga mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam air menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut. Yang paling utama permasalahan dari
tumbuhan adalah tidak adanya musuh alami tanaman ini di Indonesia sehingga
mengganggu kondisi lingkungan perairan tempatnya hidup. Keadaan ini
mengancam kehidupan ikan-ikan endemik di perairan Indonesia.
Contoh masalah lain akibat rusaknya keseimbangan tatanan lingkungan
adalah kondisi dalam kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dimana
padang Rumput/ Savana sebagai Ekosistem penting yang merupakan ciri khas dari
taman nasional tersebut telah terinvasi akibat introduction tumbuhan Akasia
berduri (Acacia nilotica). Tumbuhan Akasia berduri yang ada di dalam kawasan
taman nasional telah mengakibatkan berbagai jenis rumput-rumputan yang
merupakan pakan bagi banteng jawa di dalam kawasan tidak dapat
berkembangbiak dengan baik dan luasannya terus menurun. Penurunan luasan
savana yang cukup drastis juga mengakibatkan kompetisi antar satwa herbivora
semakin meningkat yang akhirnya dapat menyebabkan salah satu jenis akan
punah karena terdegradasi. Hal ini mengakibatkan jumlah populasi banteng jawa
yang langka bahkan dilingdungi terus berkurang karena berkurangnya makanan,
dan berubahnya struktur lingkungan karena tumbuhan akasia yang diintroduksi.
Akasia berduri (Acacia nilotica) diintroduksi ke Taman Nasional Baluran
dengan tujuan sebagai sekat bakar untuk menghindari menjalarnya api dari savana
ke kawasan hutan jati. Pada tahun 1969 tumbuhan ditanam di savana Bekol
dengan tujuan yang sama yaitu sebagai sekat bakar untuk mencegah menjalarnya
kebakaran dari savana ke kawasan hutan (Taman Nasional Baluran 1999 dalam
Hartini 2006). Kecepatan tumbuh dan penyebaran Akasia berduri mengakibatkan
penurunan kualitas dan kuantitas padang rumput, merubah pola perilaku satwaliar
herbivora yang merupakan komponen habitatnya serta lebih parahnya mengubah
struktur dan komposisi vegetasi penyusun savana Baluran. Untuk itu diperlukan
adanya suatu kajian tentang bagaimana pengelolaan terhadap jenis Akasia berduri
ini sehingga tidak mengakibatkan hilangnya savana sebagai sumber pakan bagi
satwaliar herbivora dan komponen penyusun habitat lainnya di dalam kawasan
Taman Nasional Baluran.