PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PENERAPAN HIMPUNAN DI KELAS VII MTs. ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Puspita | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8623 28278 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI
PENERAPAN HIMPUNAN DI KELAS VII
MTs. ALKHAIRAAT PUSAT PALU
Dewi Puspita
E-mail:dewipuspita.dp47@gmail.com
Sukayasa
E-mail:sukayasa08@yahoo.co.id
Sutji Rochaminah
E-mail:suci_palu@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu. Penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart,
yakni perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu yang terdaftar
pada tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini sebanyak 23 siswa dan dipilih tiga siswa
sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
materi penerapan himpunan dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebagai berikut: 1) penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, 2) penyajian/penyampaian
materi, 3) pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan
kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan 6) pemberian penghargaan.
Kata kunci: kooperatif,STAD, hasil belajar, soal cerita, himpunan.
Abstract: This study aimed to obtain a description of the application of cooperative learning
model STAD to improve student learning outcomes in resolving about the story on the
application of the material in class VII set MTs Alkhairaat Pusat Palu. This r esearch is the
Classroom Action Research (CAR), which refers to the study design Kemmis and Mc. Taggart,
namely planning, action and observation and reflection. This study was conducted in two
cycles. The subjects were students grade class VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu registered in the
academic year 2015/2016. Subjects of this study have as many as 23 students and three
students as informants. The results showed that the implementing cooperative learning model
STAD can improve student learning outcomes in solving the story on the subject of the
application set to follow the phases of cooperative learning model STAD as follows: 1) present
the objectives and motivate students, 2) present / conveying material, 3) organize the students
in learning groups, 4) to lead the group work and learning, 5) evaluasi, and 6) provide
awards.

Keywords: cooperative, STAD, learning outcomes, narrative test, the set.


Matapelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis,
kritis, serta kemampuan dengan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam pelajaran matematika,
seperti yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa salah
satu tujuan mata pelajaran matematika adalah siswa dituntut memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006).
Satu diantara pembelajaran matematika yang dapat melatih dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah siswa adalah melalui soal cerita. Penyelesaian soal

Dewi Puspita, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Penerapan Model … 111

matematika berbentuk cerita memberikan pengalaman bagi siswa untuk memecahkan masalah
matematika dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, ketika siswa diberikan soal cerita siswa
sulit untuk menyelesaikannya. Sesuai dengan pendapat Usman (2007) menyatakan bahwa
pada umumnya soal cerita dalam matematika sulit untuk diselesaikan. Hal ini terjadi karena
siswa kurang memahami cara mengubah kalimat verbal menjadi model matematika.
Demikian halnya, ketika peneliti melakukan observasi awal berupa wawancara
dengan salah satu guru matematika di MTs. Alkhairaat Pusat Palu antara lain diperoleh

siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan
himpunan. Selain itu siswa malu bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan. Akan
tetapi pada kenyataannya jika diberi soal, siswa masih banyak yang salah menyelesaikan
soal-soal yang diberikan oleh guru tersebut. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa
yang rendah. Menindaklanjuti hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru MTs.
Alkhairaat Pusat Palu, untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan maka peneliti memberikan tes
identifikasi pada siswa kelas VIII yang sudah mempelajari materi tersebut. Soal tes
identifikasi yang diberikan yaitu: 1. Pada sebuah lembaga bimbingan belajar terdapat 32
orang siswa belajar matematika, 25 orang siswa belajar IPA, serta 17 orang siswa belajar
matematika dan IPA. (a) Buatlah diagram Venn-nya. (b) Berapakah jumlah siswa yang
belajar di lembaga tersebut?, dan 2. Dari 36 anak terdapat 15 anak suka voli, 21 anak suka
sepak bola, dan 11 anak suka keduanya. (a) Tentukan banyak anak tidak suka voli dan
sepak bola. (b) Tentukan banyak anak hanya suka sepak bola.
Hasil jawaban tes identifikasi menunjukkan bahwa soal nomor 1 terdapat 20 orang
yang menjawab salah dan untuk soal nomor dua terdapat 17 orang siswa yang menjawab salah.
ADTI02
ADTI03

ADTI01


ADTI04
Gambar 1. Hasil Jawaban siswa AD
Gambar 1 menunjukan bahwa siswa menuliskan kembali nilai-nilai yang diketahui
dari soal pada diagram Venn (ADTI01). Kemudian jawaban siswa AD terlihat (32-17) + 17
+ (25-17) + x = x (ADT102) selanjutnya 15 + 17 +8 + x = x (ADT103) kemudian 40 = 40
(ADT104), namun jawaban siswa AD salah pada (ADT102) dan (ADT103) seharusnya
jawaban AD (32-17) + 17 + (25-17) + x = 40 (ADT102) , 15 + 17 + 8 + x = 40
(ADT103), dan 40 = 40 (ADT104). Jadi banyaknya siswa yang belajar dilembaga tersebut
adalah 40 siswa.
FBTI01

FBTI04

FBTI02

FBTI05

FBTI03


FBTI06

Gambar 2. Hasil Jawaban siswa FB
Gambar 2 menunjukan siswa FB menuliskan (15-11) + 17+ (25-17) = x = 36
(FBTI01), selanjutnya 4 + 11 + 10 + x = 36 (FBTI02), kemudian 25 = 36 (FBTI03),
selanjutnya = 36-25 (FBTI04), kemudian 11 (FBTI05). Jawaban akhir siswa FB benar,

112 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

namun langkah-langkahnya masih keliru, harusnya jawaban siswa FB n(A) + n(B) +
n(A∩B) + n(A∩B)C = 36 (FBTI01), selanjutnya 4 + 10 + 11 + n(A∩B)C = 36 (FBTI02),
kemudian 25 + n(A∩B)C = 36 (FBTI03), selanjutnya n(A∩B)C = 36-25 (FBTI04),
kemudian n(A∩B)C = 11 (FBTI05). Kemudian berdasarkan jawaban siswa FB bagian b
(FBTI01) menuliskan 21-11 = 10. Namun jawaban siswa FB kurang lengkap, harusnya
n(B-A) = n(B) - n(B∩A) (FBTI01), kemudian n(B-A) = 21-11 (FBTI02), selanjutnya n(BA) = 10 (FBTI03).
Hasil analisis siswa menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan, sehingga hasil belajar siswa
tidak sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa

secara langsung dalam proses pembelajaran agar siswa akan merasa berkesan dan melekat
pada memori jangka panjang. Satu diantara model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model
pembelajaran ini menekankan adanya interaksi antar siswa dalam kelompok dan juga
adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Sehingga peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Marsih (2010) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang soal cerita pecahan pada
siswa kelas V. Penelitian yang dilakukan oleh Esmawati (2010) menyimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Rengat pada materi relasi dan fungsi. Penelitian yang
dilakukan oleh Eminingsih (2010) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada materi himpunan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas
siswa pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Batang semester 2 tahun 2009/2010.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mendeskripsikan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan
soal cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaiakan soal

cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian yang
digunakan mengacu pada desain Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri dari 4
komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu yang terdaftar
pada tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri siswa laki-laki
semua. Peneliti memilih 3 orang subyek sebagai informan dengan kriteria siswa yang memiliki
kemampuan rendah berinisial SS, kemampuan sedang berinisial YS dan kemampuan tinggi
berinisial ZM.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan
lapangan, dan tes. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif
model Miles dan Huberman (1992), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Tindakan pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa

Dewi Puspita, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Penerapan Model … 113

telah memenuhi indikator keberhasilan yang diperoleh dari tes akhir tindakan. Indikator
keberhasilan siklus I, yaitu siswa dapat menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan:
siswa dapat menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan: dan dalam

menggambarkan diagram Venn, siswa dapat memahami cara menentukan banyaknya anggota
irisan dan gabungan dua himpunan, serta dalam menggambarkan diagram Venn tersebut dengan
benar. Indikator keberhasilan pada siklus II, yaitu siswa dapat menentukan banyaknya
anggota selisih dua himpunan dan siswa dapat menentukan banyaknya anggota komplemen dua
himpunan. Selain itu, keberhasilan tindakan juga dilihat pada hasil pengamatan aktivitas guru
dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasil
pengamatan setiap aspek yang termuat dalam lembar observasi dalam kategori minimal baik.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu: 1) hasil pra tindakan, dan 2) hasil
tindakan. Kegiatan pada pra tindakan adalah melakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran matematika, melakukan tes identifikasi untuk mengetahui kesulitan siswa pada
materi penerapan himpunan, serta melakukan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan prasyarat siswa sebelum mempelajari materi penerapan himpunan serta untuk
membentuk kelompok belajar yang heterogen. Tes awal diikuti oleh 21 siswa dari 23 siswa
di kelas VII. Berikut adalah salah satu soal tes awal yang peneliti berikan kepada siswa 1)
Dari pernyataan berikut, manakah yang termasuk himpunan? Jelaskan alasan kalian! (a)
Kumpulan wanita cantik, (b) Kumpulan wanita berambut panjanng, (c) Kumpulan hewan
berkaki empat, (d) Kumpulan orang kaya, (e) Kumpulan siswa kelas VII MTs. Alkhairaat
Pusat Palu. Hasil analisis tes awal menunjukkan dari 21 siswa yang mengikuti tes hanya

terdapat 8 siswa yang tuntas atau memperoleh nilai ≥ 75. Pada umumnya, siswa masih
keliru dalam menentukan anggota himpunan dengan menggunakan irisan dan gabungan. Siswa
masih kesulitan membedakan ketika mengoperasikan irisan dan gabungan. Selain itu, siswa
juga belum dapat membedakan himpunan dan bukan himpunan. Oleh sebab itu, peneliti
membahas kembali tes tersebut sebelum pelaksanaan tindakan.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.
Materi pembelajaran pada pertemuan pertama pada siklus I yaitu menentukan banyaknya
anggota irisan dua himpunan: menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan:
dan dalam menggambarkan diagram Venn. Sedangkan materi pembelajaran pada pertemuan
pertama siklus II yaitu menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan, menentukan
banyaknya anggota komplemen dua himpunan. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan
pertama siklus I dan siklus II, dilakukan dalam tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan fase-fase
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1) penyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, 2) penyajian materi, 3) pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4)
pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar, 5) evaluasi, dan 6) pemberikan
penghargaan.
Kegiatan pendahuluan diawali oleh peneliti dengan mengucapkan salam, mengajak
siswa untuk berdoa bersama, dan mengecek kehadiran siswa. Siswa yang hadir pada
pertemuan pertama dan kedua siklus I masing-masing adalah 19 orang dan 20 orang.

Sedangkan siswa yang hadir pada pertemuan pertama dan kedua siklus II masing-masing
adalah 21 orang dan 18 orang. Setelah itu peneliti mempersiapkan siswa untuk belajar,
memberikan gambaran kepada siswa tentang proses pembelajaran yang akan berlangsung serta

114 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

menyampaikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada siklus I
adalah diberikan soal cerita yang berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan
banyaknya anggota irisan dua himpunan, diberikan soal cerita yang berkaitan dengan
himpunan siswa dapat menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan, dan siswa
dapat menggambarkan diagram Venn, dan untuk siklus II adalah diberikan soal cerita yang
berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan banyaknya anggota selisih dua
himpunan, dan diberikan soal cerita yang berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan
banyaknya anggota komplemen dua himpunan. Setelah tujuan pembelajaran disampaikan
siswa menjadi tahu tujuan yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran.
Setelah itu peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari
materi penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantara manfaat mempelajari
materi penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari yaitu, kemampuan logika akan
semakin terasah dan akan memacu agar kita mampu berpikir secara logis, karena dalam

hidup, logika memiliki peran penting karena logika berkaitan dengan akal pikir.
Selanjutnya peneliti mengecek pengetahuan prasyarat siswa tentang anggota dan bukan
anggota himpunan, menentukan irisan dan gabungan himpunan pada siklus I dan
menentukan selisih dan komplemen himpunan pada siklus II. Pengetahuan prasyarat siswa
ini dilakukan agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa lebih
siap untuk belajar.
Kegiatan inti dimulai dengan fase penyajian materi. Kegiatan dilakukan dengan
ceramah dan tanya jawab serta memberikan contoh soal dan menjelaskannya kepada siswa.
Pada siklus I materi yang dipelajari adalah menentukan banyaknya anggota irisan dua
himpunan, menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan, serta dalam
menggambarkan diagram Venn, dan materi yang dipelajari pada siklus II adalah
menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan, menentukan banyaknya anggota
komplemen dua himpunan. Pertemuan pertama pada siklus I peneliti menjelaskan tentang
bagaimana menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, menentukan banyaknya
anggota gabungan dua himpunan, dan juga cara menggambar diagram Venn pada papan
tulis. Setelah itu peneliti memberikan contoh cara menyelesaikan soal cerita himpunan. Pada
pertemuan pertama siklus II peneliti memberikan penjelasan tentang cara menentukan banyaknya
anggota selisih dua himpunan, menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan di
papan tulis. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang
belum dimengerti.
Kegiatan pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen
berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Satu kelompok terdiri dari 4-5
siswa. Peneliti menjelaskan bahwa setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap
kelompoknya sendiri. Oleh karena itu, semua siswa dalam kelompok harus berpartisipasi
dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS. Setelah siswa sudah bergabung dengan
kelompoknya, peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan.
Kondisi siswa pada siklus I ketika bergabung dengan kelompoknya masih sedikit gaduh,
dan pada siklus II siswa bergabung dengan kelompoknya secara tertib dan tenang.
Kemudian kegiatan pada fase pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar,
peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Pada siklus I,
terdapat beberapa kelompok yang mendapatkan banyak bimbingan dari peneliti, diantaranya
kelompok II, IV, dan V. Siswa masih bingung cara menentukan banyaknya anggota irisan pada
diagram Venn, yaitu siswa menuliskan kembali nilai-nilai yang diketahui dari soal. Sedangkan

Dewi Puspita, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Penerapan Model … 115

pada siklus II, semua anggota kelompok lebih aktif dalam mengerjakan LKS dan siswa juga
telah mampu mengerjakan LKS dengan teman kelompoknya.
Selanjutnya pada fase evaluasi kegiatan yang dilakukan adalah peneliti menunjuk
perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di
depan kelas. Peneliti meminta kepada masing-masing kelompok yang presentase tidak hanya
menuliskan jawaban mereka di papan, melainkan memberikan penjelasan mengenai
jawaban kelompok mereka, dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi. Kegiatan ini bertujuan agar siswa terbiasa untuk menyampaikan pendapatnya
dan menanggapi pendapat dari siswa lainnya.
Kegiatan pada fase penghargaan kelompok peneliti memberikan penghargaan kepada
masing-masing kelompok setelah mengikuti evaluasi. Peneliti memberikan penghargaan berupa
pujian. Tujuan dari penghargaan ini adalah untuk lebih meningkatkan lagi motivasi belajar siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penutup, pada langkah ini peneliti bersama-sama
siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Setelah itu, peneliti memberi informasi
kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes tentang materi yang baru saja
dipelajari. Peneliti juga berpesan kepada siswa agar kembali mempelajari materinya di rumah.
Akhirnya peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan meminta salah satu siswa
mempimpin temannya untuk berdoa bersama, kemudian mengucapkan salam dan keluar dari
ruangan.
Selanjutnya pada pertemuan kedua dari masing-masing siklus, peneliti memberikan tes
akhir tindakan kepada siswa. Peneliti menghimbau kepada siswa untuk tidak bekerja sama saat
menyelesaikan soal. Satu diantara soal yang diberikan pada siklus I adalah di suatu daerah
terdapat 50 orang pedagang, 30 orang berjualan tas, 20 orang berjualan sepatu, dan 15
orang berjualan kedua-duanya.Tentukan: a) Berapa banyak orang yang berjualan tas atau
sepatu? b) Gambarkan diagram Venn-nya?
Hasil analisis tes akhir tindakan siklus I, diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar
siswa sudah mampu yang mampu menyelesaikan soal cerita himpunan yang berkaitan
dengan irisan dan gabungan serta menggambar diagram Venn. Namun, masih ada beberapa
siswa yang keliru dalam menyelesaikan soal tersebut seperti jawaban YS. Pada Gambar 3,
yaitu YS keliru dalam menuliskan simbol gabungan (YSTS102).
YSTS101

YSTS103
YSTS104

YSTS102
Gambar 3. Hasil Jawaban siswa YS
Untuk menelusuri jawaban siswa YS tersebut maka dilakukan wawancara. Berikut
petikan hasil wawancara peneliti dengan siswa YS.
YSS101P: Coba lihat hasil pekerjaaanmu yang kemarin. (sambil memperlihatkan hasil tes).
Untuk no. 2 yang bagian a yang ditanya irisan apa gabungan? Kenapa yang
kamu cari irisan tapi rumus yang kamu gunakan itu untuk mencari gabungan.
YSS202S: Yang saya cari memang gabungan ustadzah. Tapi saya salah menulis simbol
gabungan. Sudah saya kumpul baru saya ingat kalau saya keliru menuliskan
simbol gabungan ustadzah.

116 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Analisis tes akhir siklus I menunjukkan bahwa yang mampu menyelesaikan soal cara
menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, menentukan banyaknya anggota
gabungan dua himpunan serta menggambar diagram Venn yaitu adalah 16 orang siswa dan
siswa yang belum mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota irisan
dua himpunan, menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan serta menggambar
diagram Venn yaitu adalah 4 orang siswa.
Soal yang diberikan pada tes akhir tindakan siklus II diantaranya: jika
diketahui banyaknya kepala keluarga RT 02 adalah 75 orang. Diantara kepala keluarga ini
yang berlangganan koran ada 50 orang, yang berlangganan majalah dan koran ada 10
orang.
(a) Tentukan banyaknya kepala keluarga RT 02 yang berlangganan majalah atau
koran (b) Tentukan banyaknya kepala keluarga RT 02 yang hanya berlangganan koran (c)
Tentukan banyaknya kepala keluarga RT 02 yang hanya berlangganan majalah (d)
Gambarkan diagram Venn yang menggambarkan kejadian di atas. Hasil tes pada siklus II
menunjukkan bahwa siswa telah mampu menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
selisih dan komplemen sebagaimana terlihat pada gambar 4. Namun, masih ada siswa yang
tidak menulis dengan lengkap nilai-nilai pada gambar diagram Venn. Seperti jawaban YS
berikut.

YSTS202
YSTS201

Gambar 4. Hasil Jawaban siswa YS
Gambar 4 menunjukan jawaban YS kurang lengkap, karena YS tidak menuliskan
nilai komplemen dari kedua himpunan ketika menggambar diagram Venn (YSTS202),
sehingga ketika nilai pada diagram Venn dijumlahkan hasilnya tidak sama dengan n(S).
Untuk menelusuri jawaban YS tersebut peneliti melakukan wawancara. Berikut petikan hasil
wawancara peneliti dengan YS.
YSS201P : Ustadzah mau tanya jawaban kamu no. 2 bagian d perhatikan diagram Venn
yang kamu buat (sambil menunjuk lembar jawaban).
YSS202S : Iya ustadzah, sudah betul yang saya buat it ustzdah. Sudah semua saya tulis.
YSS203P : Yakin? Coba kamu jumlahkan nilai-nilai yang kamu tulis pada diagram Venn
sama tidak dengan n(S) yang diketahui dari soal?
YSS204S : (sambil menulis di kertas) tidak ustadzah. Kurang 10
YSS205P : berarti ada yang kurang lengkap nilai yang kamu tulis dalam diagram Venn.
Kamu tidak tulis komplemennya
YSS206S : Iya ustadzah, saya kira tidak perlu ditulis karena di soal tidak disuruh ustadzah.
YSS207P : Iya, tapi tetap kamu harus tulis nilainya ketika menggambar diagram Venn agar
nilai yang kamu peroleh nantinya sesuai dengan n(S) yang diketahui dari soal.

Dewi Puspita, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Penerapan Model … 117

Analisis tes akhir siklus II diperoleh informasi bahwa siswa yang mampu
menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan dan cara
menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan adalah 15 orang siswa, dan siswa
yang belum mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota selisih dua
himpunan dan cara menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan adalah 3 orang
siswa.
Selain wawancara, observasi juga dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Aspek-aspek yang dinilai dalam observasi aktivitas guru pada siklus I dan siklus II antara
lain:1) Mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar, 2) Menyampaikan
informasi tentang subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, 3) Memberi motivasi dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari, 4) Menyajikan materi penerapan himpunan dalam kehidupan
sehari-hari dengan tanya jawab, 5) Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukann
bebagai pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 6)
Mengkordinir siswa agar duduk sesuai dengan teman kelompoknya, 7) Menyampaikan
tugas siswa dalam kelompok membagi LKS kepada setiap kelompok, 8) Membimbing dan
mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan LKS, 9) Berjalan mengontrol dan memberi
bantuan seperlunya jika siswa mendapat kesulitan, 10) Meminta perwakilan tiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi, 11)
Meminta siswa untuk membuat kesimpulan, 12) Memberi penghargaan kepada kelompokkelompok sesuai dengan keberhasilannya, 13) Memberikan PR, 14) Menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam, 15) Efektivitas pengelolaan waktu, 16) Penampilan guru
dalam proses pembelajaran. Diperoleh hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan oleh
pengamat yaitu aspek nomor 1, 2, 5, 8, 14, 16, 18 mendapatkan nilai 5 yaitu kategori sangat
baik, aspek nomor 3, 7, 9, 11, 12, 13, 15 mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik,
sedangkan aspek nomor 4, 6, 10, 17 mendapatkan nilai 3 yaitu kategori cukup. Dari hasil
observasi aktivitas guru diperoleh data hasil penelitian aktivitas guru yang dilakukan
pengamat berada pada kategori baik dan nilai rata-rata (NR) sebesar 75. Untuk siklus II
Diperoleh hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan oleh pengamat yaitu aspek nomor
1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 14, 15, 16, 18 mendapatkan nilai 5 yaitu kategori sangat
baik, aspek nomor 3, 5, 12, 17 mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik. Hasil penelitian
aktivitas guru yang dilakukan pengamat berada pada kategori sangat baik dan nilai rata-rata
(NR) sebesar 91.
Aspek yang diobservasi pada kegiatan siswa siklus I dan siklus II, meliputi: 1)
Menjawab salam dan berdoa bersama, 2) Menyiapkan diri untuk belajar, 3) Mendengarkan
dan menyimak penjelasan guru saat guru menyampaikan subpokok bahasan yang akan
dipelajari dan tujun pembelajaran, 4) Menyimak hal yang disampaikan guru tentang
manfaat mempelajari penerapan himpunan, 5) Siswa terlibat dalam tanya jawab dengan
guru, 6) Menjawab pertanyaan dan bertanya, 7) Siswa duduk sesuai dengan kelompok yang
telah ditetapkan, 8) Mendengarkan tugas yang disampaikan guru dan menerima LKS, 9)
Beraktivitas dalam kelompok belajar masing-masing berdiskusi antar anggota kelompok,
10) Meminta bantuan guru jika diperlukan, 11) Mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya bagi perwakilan kelompok yang ditunjuk dan kelompok lain menanggapi,
12) Menyimpulkan tentang penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari yang baru
saja dipelajari dengan bimbingan guru, 13) Memperoleh penghargaan/ pujian atas hasil
kerjanya selama belajar, 14) Merespon terhadap hal-hal yang menjadi tuganya di rumah,
15) Menjawab salam. Hasil observasi aktivitas siswa yaitu aspek nomor 1, 7, 13, 15
mendapatkan nilai 5 yaitu sangat baik, sedangkan aspek nomor 2, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 12, 14

118 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik, dan aspek nomor 6 dan 9 mendapatkan nilai 3
yaitu kategori cukup. Hasil ini menunjukkan aktivitas siswa berada pada kategori baik dan
mendapat nilai rata-rata (NR) sebesar 52. Untuk siklus II, Hasil observasi aktivitas siswa
yaitu aspek nomor 1, 2, 6, 7, 8, 9, 13, 15 mendapatkan nilai 5 yaitu sangat baik, sedangkan aspek
nomor 3, 4, 5, 10, 11, 12, 14 mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik. Hasil ini menunjukkan
aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik dan mendapat nilai rata-rata (NR) sebesar 68.
PEMBAHASAN
Sebelum melaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal
kepadasiswa yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi
prasyarat siswa tentang penerapan himpunan serta untuk membentuk kelompok-kelompok
belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman awal
siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat komponen,
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013)
Kegiatan pada pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan pembelajaran melalui
tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam
pelaksanaannya peneliti menerapkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) penyajian materi pembelajaran, 3)
pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok
dalam bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan 6) penghargaan kelompok. Beberapa ahli
mengatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam memahami konsep yang sulit, tetapi
juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan
membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi
yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya Isjoni (2010).
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II dimulai dengan kegiatan
pendahuluan yang diawali dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa
bersama, dan mengecek kehadiran siswa. Peneliti juga menyampaikan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, maka siswa dapat mengetahui tujuan kegiatan pembelajaran sehingga siswa
terarah dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Prawiradilaga (2009) bahwa
menjelaskan tujuan yang akan mereka peroleh dari penyajian materi nanti sangat diperlukan
pembelajar karena mereka akan belajar lebih terarah.
Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada siswa, peneliti memberikan contoh
manfaat mempelajari penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantara manfaat
mempelajari materi penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari yaitu, kemampuan
logika akan semakin terasah dan akan memacu agar kita mampu berpikir secara logis,
karena dalam hidup, logika memiliki peran penting karena logika berkaitan dengan akal
pikir. Langkah peneliti selanjutnya adalah mengecek pengetahuan prasyarat siswa mengenai
materi prasyarat dengan memberikan pertanyaan secara lisan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa. Dalam mempelajari matematika, pengetahuan terhadap
materi awal akan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang

Dewi Puspita, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Penerapan Model … 119

perlu memahami dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep
A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.
Kegiatan inti dimulai pada fase penyajian materi, peneliti menjelaskan materi kepada
seluruh siswa serta memberikan contoh soal. Peneliti menyampaikan materi cara
menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan kepada seluruh siswa dan
melakukan tanya jawab kepada siswa. Melalui penyampaian materi, akan membantu siswa
dalam menyelesaikan LKS.
Selanjutnya kegiatan pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang
heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Pembagian kelompok ini
bertujuan agar mempermudah siswa berinteraksi dengan siswa yang lainnya untuk bertukar
pendapat dan bekerjasama dengan siswa lain di dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Karim (2011) bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan
mempermudah siswa melakukan aktivitas pembelajaran, karena siswa dapat berinteraksi
dengan siswa lainnya. Selanjutnya peneliti membagikan LKS untuk setiap kelompok.
Fase selanjutnya adalah pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar.
Kegiatan yang dilakukan siswa yaitu mengerjakan LKS yang telah dibagikan oleh peneliti
secara berkelompok. Peneliti memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Apriyanti (2011) bahwa ketika siswa mengalami
kesulitan dalam menjawab pertanyaan, guru memberikan bantuan kepada anak tersebut dan
mengurangi bantuan tersebut setelah anak dapat melakukannya. Pada siklus I ada kelompok
yang mengalami kesulitan dalam menentukan anggota irisan, sehingga peneliti
membimbing dan memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam
menentukan banyaknya anggota irisan dengan cara menjelaskan rumus untuk menentukan irisan
dua himpunan.
Kemudian pada fase evaluasi, peneliti meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka dan meminta kepada kelompok yang presentasi agar
tidak hanya menuliskan jawabannya di papan tulis tetapi memberikan penjelasan mengenai
jawaban kelompok mereka. Selanjutnya, meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil
presentasi temannya. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajari lebih bermakna. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk
memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga yang
dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.
Kegiatan pada fase penghargaan kelompok, peneliti memberikan penghargaan kepada
masing-masing kelompok setelah evaluasi. Penghargaan yang peneliti berikan berupa predikat
kelompok dan pujian. Penghargaan bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi motivasi siswa
dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia (2014) bahwa penghargaan dapat
menjadi suatu alat dalam motivasi belajar bagi anak didik.
Kegiatan penutup, peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan
pelajaran. Pada siklus I dan siklus II masing-masing siswa telah bisa untuk memberikan
kesimpulan dengan baik.
Hasil analisis tes akhir tindakan pada siklus I, hasil tes menunjukkan bahwa siswa sudah
mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, cara
menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan himpunan, serta menggambar
diagram Venn dengan benar. Namun masih ada beberapa siswa yang belum mengerti cara

120 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

menggambarkan diagram Venn. Pada siklus II, hasil tes menunjukkan bahwa siswa sudah
mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan dan
cara menentukan banyaknya anggota komplemen dua dengan benar.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus I berada dalam
kategori baik. Sedangkan pada siklus II, aktivitas guru dan aktivitas siswa berada pada kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas peneliti sebagai guru dan aktivitas siswa
telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa indikator keberhasilan
tindakan dan aktivitas belajar telah tercapai dan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut
tercapai karena dalam pembelajaran diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII
MTs. Alkhairaat Pusat Palu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu pada materi penerapan himpunan mengikuti
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: fase 1) penyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa, fase 2) penyajian materi pembelajaran, 3)
pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok
dalam bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan 6) pemberian penghargaan kelompok.
Kegiatan pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa penenliti
menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan memotivasi siswa untuk bersemangat
dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pada fase penyajian materi peneliti
memberikan penjelasan dan contoh sebelum siswa mengerjakan LKS. Kegiatan pada fase
pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar penenliti membentuk kelompok
belajar dengan anggota yang heterogen. Kegiatan pada fase pembimbingan kelompok dalam
bekerja dan belajar peneliti membimbing siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan
LKS. Selanjutnya pada fase evaluasi peneliti memberi kesempatan kepada semua kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kemudian pada fase pemberian
penghargaan kelompok, peneliti memberikan penghargaan kepada setiap kelompok. Kemudian
kegiatan selanjutnya peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari kemudian menutup kegiatan pembelajaran.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan disarankan bagi guru, peneliti maupun para pemerhati
pendidikan yang ingin melakukan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebaiknya sebelum melakukan penelitian harus menyiapkan segala perlengkapan
pembelajaran serta penguasaan materi yang baik terhadap materi ajar karena jika model
pembelajaran ini baru diterapkan kepada siswa maka akan membutuhkan waktu yang lama
sehingga dapat menghambat proses pembelajaran. Dalam Penerapan model ini sebaiknya
guru atau peneliti lebih mengakrabkan diri dengan siswa agar dalam proses pembelajaran
pada model kooperatif tipe STAD ini khusunya pada fase 3 yaitu diskusi kelompok siswa
bisa mengeluarkan segala pendapatnya tanpa rasa takut.

Dewi Puspita, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Penerapan Model … 121

DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, R. (2011).Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Tekhnik Scaffolding
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas.Negeri.Jakarta :.diterbitkan.. [Online]..Tersedia:. http// respository
uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2636. [20 Oktober 2016].
Barlian,.I..(2013)..Begitu.Petingkah.Strategi.Belajar.Mengajar.Bagi.Guru?..Jurnal.Forum.Sosial.
[Online],.Vol..6.No..1..Tersedia:.http://eprints.unsri.ac.id/2268/2/isi. pdf. [16 April 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Eminingsih. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Batang. Jurnal
Pendidika.[Online].Tersedia:http://jornal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/download
/2703/2768. [28 Oktober 2016].
Esmawati..(2010).,Penerapan,Pembelajaran,Kooperatif,tipe,STAD,untuk,Meningkatkan.Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 5 Rengat. Jurnal Pendidikan
dan,,Pengajaran..[Online]..Tersedia: http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/mtk,esmawa
ti.pdf. [28 Oktober 2015].
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Isjoni, (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.
Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar., Jurnal ,Pendidikan., [Online], Edisi,khusus, No., 1., Tersedia:, http://
jurnal.upi.edu/file/3-Asrul_Karim.pdf. [16 Oktober 2016].
Kemmis,,S,dan,Mc,Taggart,,R.,(2013).,The,Action,Research,Planner:Doing,Critical,Participator
y Action,Research.,Singapura:,Springer,Sience [Online]., Tersedia:, https:// books.
google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kemmis+and+mcta
ggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20mctaggart&f=fals
e.,[23 April 2016].
Miles, M dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang
Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi. Jakarta:UI Press.
Marsih. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika tentang Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.
php/pgsdkebumen/article/download/1551/1137. [28 Oktober 2015].
Natalia. (2014). Pengaruh Pemberian Penghargaan oleh Guru Ekonomi Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas X MAN 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. [Online],
Vol. 3 No. 6. Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/ view/5823.
[20Agustus 2016].
Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Rahmawati,,F.,(2013)., Pengaruh, Pendekatan, Pendidikan, Realistik, Matematika, dalam, Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Sekolah Dasar. Jurnal FMIPA Unila . [Online],

122 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Vol.,1,,No.,1,,225238.,Tersedia:
http://jurnal.,fmipa.,unila.,ac.,id/index.,php/semirata/
article/view/882/701. [20 Oktober 2016].
Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran Dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online] Vol. 2
(1), 16 halaman [http://fkip.unila.ac.id/ojs/journals/II/ JPMU Vol1No4/016-Sutrisno.pdf]
[16 Oktober 2016].
Usman, S. (2007). Strategi Pemecahan Masalah dalam Penyelesaian Soal Cerita di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol . 2 (1), 12 halaman. Tersedia:
http://isjd.pdii.lipi.go. idadminjurnal2207341351.pdf .[23 Februari 2014]

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII MTs ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Ude | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8622 28274 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SOAL CERITA PLSV DI KELAS VII SMPN 4 PALU | Gobel | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8638 28340 1 PB

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP NEGERI 19 PALU | Asnidar | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3220 9972 1 PB

0 0 10

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SOAL CERITA PECAHAN DI KELAS VII MTs ALKHAIRAAT TONDO | Andriani | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3224 9988 1 PB

0 2 11

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan Pada Siswa Kelas VII 4 SMP Negeri 13 Tahun 2016

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI IRISAN DAN GABUNGAN HIMPUNAN DI KELAS VIIA MTs ALKHAIRAAT TONDO

0 0 10